Para Pihak Dalam Hak Tanggungan

“Jaminan Fidusia merupakan perjanjian ikutan dari suatu perjanjian pokok yang menimbulkan kewajiban bagi para pihak untuk memenuhi suatu prestasi”. Perjanjian yang dapat menimbulkan hutang-piutang dapat berupa perjanjian pinjam meminjam maupun perjanjian lainnya. Berkaitan dengan asas dari jaminan fidusia tersebut, bahwa objek jaminan fidusia mudah dan pasti pelaksanaan eksekusinya jika debitor cidera janji. Objek yang terdapat didalam jaminan fidusia tersebut meliputi : 30 1. Benda dapat dimiliki dan dapat dialihkan; 2. Benda berwujud dan tidak berwujud; 3. Benda bergerak dan tidak bergerak yang tidak dapat diikat dengan Hak Tanggungan, Hipotik; 4. Benda yang sudah ada maupun benda yang akan ada; 5. Benda persediaan inventory, stok barang dagangan;

C. Para Pihak Dalam Hak Tanggungan

Pengertian jaminan fidusia merupakan suatu hak jaminan atas benda yang pengalihannya didasarkan atas kepercayaan, yang kepemilikannya tetap berada dalam penguasaan pemberi fidusia sebagai agunan bagi pelunasan hutang tertentu dengan memberikan kedudukan yang diutamakan kepada penerima kuasa terhadap kreditor lainnya. Tujuan dibentuknya Undang-Undang Jaminan Fidusia tersebut adalah untuk memenuhi kebutuhan hukum mayarakat, untuk menjamin kepastian hukum 30 Munir Fuady, Op Cit, hal.23. dan untuk memberikan perlindungan kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Pengaturan ini dimaksudkan agar para pemakai jaminan fidusia mendapat kejelasan sehingga tidak mendapat hambatan dalam pelaksanaannya. Jaminan fidusia sebagai salah satu jaminan kebendaan yang dikenal dalam hukum positif, memberikan keuntungan secara ekonomis bagi para pelaku usaha bisnis jika dibandingkan dengan lembaga gadai. Keuntungan tersebut dapat dilihat dari adanya penguasaan benda jaminan berada di tangan debitur sehingga kegiatan usaha bisnis dapat berjalan dan jaminan kredit dapat dikembalikan secara lancar. Perjanjian jaminan fidusia merupakan perjanjian accesoir, sehingga keberadaannya tidak dapat berdiri sendiri. Melainkan harus didahului dengan perjanjian pokok, yaitu perjanjian hutang piutang. Dalam perjanjian jaminan fidusia, benda yang dijaminkan diserahkan oleh debitor kepada kreditor secara constitutum possessorium, yaitu penyerahan hak milik tetapi keberadaan benda tersebut tetap ada pada debitor. Tetapi pengalihan hak kepemilikan tersebut hanyalah sebagai rekayasa saja. Hak kepemilikan tersebut tidaklah berpindah sebagaimana dalam perjanjian jual beli. Dengan adanya perjanjian jaminan fidusia ini bukanlah untuk mengalihkan hak kepemilikan dari debitor kepada kreditor. Walaupun dalam hal kepailitan ada wewenang kurator dalam mengeksekusi harta milik debitor tetapi hak debitor fidusia ini tetap terlindungi sehingga para pihak dalam hak tanggungan adalah debitor dan kreditor Jaminan fidusia juga menganut asas droit de suite, yaitu jaminan fidusia tetap mengikuti benda yang menjadi objek jaminan fidusia dalam tangan siapapun benda tersebut berada, kecuali pengalihan atas benda persediaan yang menjadi objek jaminan fidusia. Menurut teori fidusia, pemberi fidusia menyerahkan secara kepercayaan hak miliknya sebagai jaminan hutang kepada penerima fidusia. Penyerahan hak milik atas benda jaminan fidusia tidaklah sempurna sebagaimana pengalihan hak milik dalam perjanjian jual beli. Yang ditonjolkan dalam penyerahan yuridis sudah terjadi. Peraturan perundang-undangn yang ada telat menciptakan dan melahirkan serta mengundangkan dan memberlakukan jaminan dalam bentuk kebendaan. Jaminan dalam bentuk kebendaan diberikan dalam bentuk penunjukan atau pengalihan atas kebendaan tertentu, yang jika debitor gagal melaksanakan kewajibannya dalam jangka waktu yang telah ditentukan, memberikan hak kepada kreditur untuk menjual atau melelang kebendaan yang dijaminkan tersebut, serta untuk memperoleh pelunasan terlebih dahulu dari hasil penjualan tersebut, secara mendahului dari kreditur-kreditur lainnya Droit de preference. Ketentuan yang terdapat didalam Pasal 1132 KUHPerdata yang isinya “Kebendaan tersebut menjadi bersama-sama bagi semua orang yang menguntungkan padanya, pendapatan penjualan benda-benda itu dibagi-bagi menurut keseimbangan, yaitu menurut besar-kecilnya piutang masing-masing, kecuali apabila di antara para berpiutang itu ada alasan-alasan yang sah untuk didahulukan” merupakan jaminan umum yang timbul dari undang-undang yang berlaku umum bagi semua kreditor. Di sini para kreditor mempunyai kedudukan yang sama paritas creditorium, kecuali apabila kreditor mempunyai hak istimewa sebagaimana diatur dalam Pasal 1133 KUHPerdata yaitu gadai dan hipotik dan dalam perkembangan hukum Indonesia hak istimewa itu juga bagi hak tanggungan dan fidusia. Hak jaminan adalah suatu hak yang menyebabkan seseorang yang berpiutang kreditor memperoleh kedudukan yang lebih baik daripada kreditor lainnya. Namun hak jaminan tidak memberikan jaminan bahwa tagihannya pasti akan dilunasi, tetapi hanya memberikan kepada kreditor kedudukan yang lebih baik dalam penagihan, lebih baik dari kreditor konkuren yang tidak memegang hak jaminan khusus atau dengan kata lain relatif lebih terjamin dalam pemenuhan tagihannya. Jaminan umum sering dirasakan tidak aman, karena jaminan secara umum berlaku bagi semua kreditor, sehingga apabila kreditornya banyak, mungkin saja kekayaan debitor habis dan tidak mencukupi hutang-hutangnya. Untuk itu dibutuhkan adanya jaminan secara khusus. Jaminan secara khusus adalah jaminan yang timbul dari perjanjian baik berupa perjanjian jaminan kebendaan maupun perorangan. Perjanjian jaminan adalah jaminan yang timbul karena adanya perjanjian pokok dan sifatnya asesor accesoir yang diadakan untuk kepentingan perjanjian pokok sehingga timbul dan hapusnya tergantung pada perjanjian pokok. 31 Mengenai data perjanjian pokok dicantumkan mengenai macam perjanjian dan hutang yang dijaminkan dengan fidusia. Hutang yang pelunasannya dijamin dengan jaminan fidusia yaitu dapat berupa : 32 1. hutang yang telah ada; 31 Djuhaendah Hasan, Aspek Hukum Jaminan Kebendaan dan Perorangan, Jakarta: Badan Pertanahan Hukum Nasional, 2001, hal. 655. 32 Pasal 7 Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia. 2. hutang yang akan timbul di kemudian hari yang telah diperjanjikan dalam jumlah tertentu. Hutang yang akan timbul di kemudian hari yang dikenal dengan istilah “kontinjen”, misalnya hutang yang timbul dari pembayaran yang dilakukan oleh kreditor untuk kepentingan debitor dalam rangka pelaksanaan garansi bank; 3. hutang yang pada saat eksekusi dapat ditentukan jumlahnya berdasarkan perjanjian pokok yang menimbulkan kewajiban memenuhi suatu prestasi, yaitu termasuk bunga atas pinjaman pokok, serta biaya lainnya juga denda yang akan diperhitungkan sesuai dengan kesepakatan dalam perjanjian pokok yang dijamin secara fidusia. Jaminan kebendaan merupakan hak mutlak atas suatu benda tertentu yang dijadikan untuk suatu ketika, apabila debitor ingkar janji dapat dituangkan bagi pelunasan suatu hutang. Jaminan kebendaan memberikan kedudukan yang istimewa kepada kreditor, karena para kreditor memiliki hak preferen, yaitu hak untuk didahulukan preference rights dari para kreditor lain dalam pengambilan pelunasan piutang dari benda yang menjadi objek jaminan. 33 Pasal 1 butir 2 Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia menyatakan bahwa “…. sebagai agunan bagi pelunasan hutang tertentu, yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada penerima fidusia terhadap kreditor lainnya”. Berdasarkan hal ini, maka suatu perjanjian dengan jaminan fidusia memang efektif untuk memberikan perlindungan untuk kepentingan Dengan demikian para kreditor atas jaminan fidusia berkedudukan sebagai kreditor preferen. 33 Djuhaendah Hasan, Op. Cit, hal. 653-654. kreditor, karena suatu perjanjian dengan jaminan fidusia selain memberikan kedudukan yang diutamakan kepada penerima fidusia terhadap para kreditor lainnya, juga hak tersebut tidak akan hapus dengan adanya kepailitan danatau likuidasi pemberi fidusia. Perlindungan untuk kepentingan kreditor dengan melahirkan aspek hukum pendaftaran melahirkan hak mendahului sekaligus memberikan titel eksekutorial bagi kepentingan penerima fudusia, di lain pihak dengan pengaturan pendaftaran untuk benda-benda tertentu yang tidak terdaftar jika ditinjau lebih mendalam dapat menimbulkan peluang kekaburan hukum jika dalam pelaksanaannya tidak dilakukan secara teliti dan jelas. 34 Untuk melindungi kepentingan kreditor agar ia mendapat hak preferen dalam pengambilan hutang dan sebagai alat bukti yang sah, maka terhadap jaminan fidusia yang diberikan debitor harus dilakukan pembebanan jaminan fidusia. Dalam Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia, pembebanan jaminan fidusia diatur dalam Pasal 4 sampai dengan Pasal 10. Dalam Pasal 5 ayat 1 dan ayat 2 menjelaskan bahwa “Pembebanan kebendaan dengan jaminan fidusia dibuat dengan akta notaris dalam bahasa Indonesia yang merupakan akta jaminan fidusia” dan “Terhadap pembuatan akta jaminan fidusia sebagai mana yang dimaksud dengan ayat 1, dikenakan biaya yang besarnya diatur lebih lanjut dengan Perautran Pemerintah”. Dalam akta jaminan fidusia 34 Martin Roestamy, Aspek Hukum Pembebanan dan Pendaftaran Jaminan Fidusia, Makalah Pembanding disampaikan pada : Seminar Sosialisasi Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia, Diselenggarakan oleh : Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kumbang Republik Indonesia Bekerjasama dengan Bank Mandiri, 9-10 Mei 2000, hal. 12. tersebut selain dicantumkan hari dan tanggal, juga dicantumkan mengenai waktu jam pembuatan akta tersebut. Akta jaminan fidusia sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 5 undang- undang tersebut, sekurang-kurangnya memuat : 35 1. Identitas pihak pemberi dan penerima fidusia. Identitas tersebut meliputi nama lengkap, agama, tempat tinggal, atau tempat kedudukan dan tanggal lahir, jenis kelamin, status perkawinan, dan pekerjaan. 2. Data perjanjian pokok yang dijamin fidusia, Data perjanjian pokok yang dijamin fidusia yaitu mengenai macam perjanjian dan hutang yang dijamin dengan fidusia. 3. Uraian mengenai benda yang menjadi objek jaminan fidusia. Uraian mengenai benda yang menjadi objek jaminan fidusia cukup dilakukan dengan mengidentifikasikan benda tersebut, dan dijelaskan mengenai surat bukti kepemilikannya. Dalam hal benda yang menjadi objek jaminan fidusia merupakan benda dalam persediaan inventory yang selalu berubah-ubah dan atau tidak tetap, seperti stok bahan baku, barang portofolio perusahaan efek, maka dalam akta jaminan fidusia dicantumkan uraian mengenai jenis, merek, kualitas dari benda tersebut. 4. Nilai penjaminan. 5. Nilai benda yang menjadi objek jaminan fidusia. 35 Lihat Pasal 6 Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia. Akta jaminan fidusia berupa stock barang gula pasir harus dibuat oleh dan atau di hadapan Pejabat yang berwenang. Pasal 1870 KUHPerdata menyatakan bahwa akta notaris merupakan akta otentik yang memiliki kekuatan pembuktian sempurna tentang apa yang dimuat di dalamnya di antara para pihak beserta para ahli warisnya atau para penggangi haknya. Itulah mengapa sebabnya Undang- Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia menetapkan perjanjian fidusia harus dibuat dengan akta notaris, apalagi mengingat objek jaminan fidusia pada umumnya adalah barang bergerak yang tidak terdaftar, maka sudah sewajarnya bentuk akta otentiklah yang dianggap paling dapat menjamin kepastian hukum berkenaan dengan objek jaminan fidusia. Bentuk pembebanan secara notariil ini dimaksudkan agar akta jaminan fidusia mendapatkan nilai “otentisitas” dan memiliki kekuatan hukum yang mengikat sebagai alat bukti yang kuat bagi para pihak maupun kepada pihak ketiga vide Pasal 1868, dan 1870 KUHPerdata. Ketentuan ini sudah sewajarnya apabila mengingat bahwa objek jaminan fidusia pada umumnya adalah barang bergerak yang tidak terdaftar. Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia menetapkan bentuk khusus akta notaris bagi perjanjian fidusia adalah bahwa sebagaimana diatur dalam Pasal 1870 KUHPerdata, akta notaris karena merupakan akta otentik memiliki kekuatan pembuktian sempurna tentang apa yang dimuat di dalammya di antara para pihak beserta ahli warisnya atau para pengganti haknya. Mengingat bahwa objek jaminan fidusia pada umumnya adalah barang bergerak yang tidak terdaftar, maka sudah sewajarnya bahwa bentuk akta otentiklah yang dianggap paling dapat menjamin kepastian hukum berkenaan dengan objek jaminan fidusia. 36 Kewajiban bagi Notaris untuk mencatumkan waktu pembuatan akta dimaksudkan untuk mengetahui penerima fidusia yang lebih dahulu melaksanakan pembebanannya atau mencegah terjadinya pembebanan fidusia lebih dari satu kali. Hal ini disebabkan karena adanya larangan untuk melakukan fidusia ulang terhadap benda yang menjadi objek jaminan fidusia yang sudah terdaftar. Identitas pemberi dan penerima fidusia dalam hal pemberi dan penerima fidusia adalah orang adalah meliputi nama lengkap, agama, tempat tinggaltempat kedudukan, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, status perkawinan dan pekerjaan. Adapun bukti bagi kreditor bahwa ia merupakan pemegang jaminan fidusia adalah sertifikat jaminan fidusia yang diterbitkan pada tanggal yang sama dengan tanggal penerimaan permohonan pendaftaran jaminan fidusia. Akta jaminan fidusia tersebut kemudian didaftarkan ke Kantor Pendaftaran Fidusia di tempat kedudukan pemberi fidusia. Penerima fidusia, kuasa atau wakilnya wajib mengajukan permohonan pendaftaran kepada Kepala Kantor di wilayah kedudukantempat tinggalnya, Departemen Kehakiman dan Hak Azasi Manusia Republik Indonesia melalui Kantor Pendaftaran fidusia. Pendaftaran tersebut memberikan hak yang didahulukan kepada penerima fidusia terhadap kreditor lainnya dan hak tersebut diberikan kepada kreditor yang 36 Fred G. Tumbuan, Mencermati Pokok-Pokok Undang-Undang Fidusia, Jakarta, 26-27 November 1999, hal. 11. lebih dahulu diberikan akta jaminan fidusia tersebut yang lebih dahulu mendaftarkannya, hal tersebut dilakukan untuk mencegah apabila terjadi benda yang sama menjadi objek jaminan fidusia bagi kreditor lainnya. Pendaftaran jaminan fidusia mempunyai arti yang sangat penting terutama atas jaminan benda bergerak yang tidak terdaftar mengingat sangat sulit membuktikan siapa pemiliknya, sebab untuk benda bergerak tersebut berlaku, ketentuan Pasal 1977 KUHPerdata yang mengatur bahwa “....barang siapa menguasai benda bergerak dia sebagai pemiliknya”. Dengan adanya pendaftaran, maka hak kebendaan yang timbul dari pembebanan jaminan fidusia tersebut memberikan suatu perlindungan hukum bagi kreditor sehingga perlu pendaftaran ke Departemen Hukum dan HAM bagian fidusia. 60

BAB IV PELAKSANAAN HAK TANGGUNGAN SEBAGAI JAMINAN