Terapi obat yang tidak perlu Terapi obat tidak efektif

efek sinergisme. Kombinasi insulin dan sulfonilurea ternyata lebih baik daripada hanya insulin, dan dosis insulin yang diperlukan ternyata lebih rendah. Dengan memberikan insulin kerja sedang dimalam hari produksi glukosa hati di malam hari dapat dikurangi sehingga kadar glukosa darah puasa dapat lebih rendah. Selanjutnya kadar glukosa darah siang hari dapat diatur dengan pemberian sulfonilurea. Kombinasi sulfonilurea dan metformin juga merupakan kombinasi yang rasional karena keduanya memiliki cara kerja yang berbeda dan saling aditif, sehingga dapat menurunkan kadar glukosa lebih banyak daripada pengobatan tunggal Soegondo, 2010. Pada penelitian ini juga didapatkan 2 kasus pasien yang tidak mendapatkan tambahan terapi obat pada pasien dengan tekanan darah yang tinggi waktu pertama masuk rumah sakit diberikan terapi obat tunggal captropil TD 190100 mmHg dan 18090 mmHg, hari kedua pasien dirumah sakit juga tidak menunjukkan penurunan tekanan darah secara berarti. Sebaiknya pasien diberikan terapi kombinasi, karena kebanyakan pasien diabetes membutuhkan tiga atau lebih terapi kombinasi antihipertensi untuk mencapai target tekanan darah optimal. Pada pasien yang membutuhkan terapi kombinasi, Calcium Chanel Blocker CCB merupakan obat yang berguna untuk dikombinasikan dengan antihipertensi yang lain Saseen dan Carter, 2005.

4.3.2 Terapi obat yang tidak perlu

Terapi obat yang tidak perlu yang terjadi pada pasien diabetes tipe 2 dengan komplikasi hipertensi di instalasi rawat inap RSUD Langsa selama bulan Januari 2011 – Desember 2011 dapat dilihat pada Tabel 4.6. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.6 Terapi obat yang tidak perlu yang terjadi pada pasien diabetes tipe 2 dengan komplikasi hipertensi di instalasi rawat inap RSUD Langsa selama bulan Januari 2011 – Desember 2011 No Penyebab Obat Jumlah Penggunaan obat tidak sesuai dengan kondisi penyakit Cefotaxime Inj 3 15,61 Ceftriaxone Inj 2 6,25 Ciprofloxain Inj 1 3,12 Ciprofloxain Tab 1 3,12 Lansoprazole 1 3,12 Omeprazole 1 3,12 Ranitidin 4 12,5 Jumlah 13 40,62 Berdasarkan Tabel 4.6 menunjukkan bahwa terapi obat yang tidak perlu didapatkan 13 kasus yang disebabkan oleh penggunaan obat tidak sesuai dengan kondisi penyakit 40,62. Pada Tabel 4.6 penggunaan obat tidak sesuai dengan kondisi penyakit yaitu pemberian antibiotik, antibiotik seharusnya tidak diberikan karena berdasarkan rekam medik tidak ada data yang menunjukkan pasien mengalami infeksi. Antibiotik adalah senyawa yang digunakan untuk menghambat dan membunuh bakteri, oleh karena itu hanya diberikan antibiotik jika mengalami penyakit yang disebabkan oleh infeksi Anonim ᵈ, 2011. Penggunaan antibiotik yang berlebihan akan menyebabkan resistensi, sehinnga harus diberikan sesuai dengan kondisi yang dialami pasien Katzung, 2004. Berdasarkan hal tersebut, sebaiknya pada pasien diabetes mellitus tipe 2 dengan komplikasi hipertensi yang tidak mengalami infeksi tidak perlu diberikan antibiotik. Universitas Sumatera Utara Penggunaan obat tidak sesuai dengan kondisi penyakit juga ditemukan pemberian obat saluran cerna lansoprazole, omeprazole, ranitidine berdasarkan rekam medik pasien tidak mengalami gangguan lambung.

4.3.3 Terapi obat tidak efektif

Terapi obat tidak efektif yang terjadi pada pasien diabetes mellitus tipe 2 dengan komplikasi hipertensi di instalasi rawat inap RSUD Langsa selama bulan Januari 2011 – Desember 2011 dapat dilihat pada Tabel 4.7. Tabel 4.7 Terapi obat yang tidak efektif yang terjadi pada penderita diabetes mellitus tipe 2 dengan komplikasi hipertensi di instalisasi rawat inap RSUD Langsa selama bulan Januari 2011 – Desember 2011 No Penyebab Obat Jumlah Bukan obat yang paling efektif HCT 3 9,37 Furosemid tab 7 21,87 Furosemid Inj 5 15,61 Captropil 1 3,12 Jumlah 16 50 Berdasarkan Tabel 4.7 dapat dilihat bahwa terapi yang tidak efektif yang terjadi disebabkan oleh pemberian obat yang diberikan bukan yang paling efektif yaitu 15 kasus dengan persentase 46,87. Tabel 4.7 menunjukkan pemberian obat bukan yang paling efektif sebagai antihipertensi yang paling banyak ditemukan adalah furosemid tablet pada 7 pasien 21,87 dan furosemid injeksi pada 5 pasien 15,61. Furosemid dapat menyebabkan gangguan toleransi glukosa pada penderita diabetes, ini disebabkan karena efek samping dari furosemid yaitu hipokalemia. Hipokalemia dapat mengakibatkan gangguan respon insulin terhadap glukosa pada fase 1 dan fase 2 sehingga akan terjadi gangguan toleransi glukosa Anonim, 2009. Berdasarkan Universitas Sumatera Utara hal tersebut maka pemberian furosemid sebaiknya diganti dengan diuretik lain yaitu spironolakton tanpa dikombinasi dengan captropil. Pemberian obat bukan yang paling efektif juga terjadi pada pemberian terapi hidroklortiazid sebagai antihipertensi. Hidroklortiazid dapat menghambat pengeluran insulin dari pankreas sehingga dapat menaikkan kadar gula darah Stockley, 1999. Berdasarkan hal tersebut maka pemberian hidroklortiazid diganti dengan dengan diuretik yang lain seperti spironolakton tanpa dikombinasi dengan captropil. Terapi obat yang tidak efektif ditemukan juga pada pemberian captropil yang diketahui dengan diagnosa awal pasien mengalami batuk kering lihat lampiran 1, no.9, captropil mempunyai efek samping berupa batuk kering, penyebabnya mungkin adalah baradikinin dan prostaglandin di saluran nafas dan paru-paru, yang seharusnya dirombak oleh Angiostensin Converting Enzim ACE tetapi akibat penghambatannya berakumulasi disitu Tjay dan Kirana, 2002. Berdasarkan hal tersebut sebaiknya captropil diganti dengan valsatran karena tidak mempunyai efek samping berupa batuk kering.

4.3.4 Dosis terlalu rendah

Dokumen yang terkait

Evaluasi drug related problems obat antidiabetes pada pasien geriatri dengan diabetes melitus tipe 2 di ruang rawat inap rumah sakit umum pelabuhan periode januari-juni 2014

4 24 164

Identifikasi Drug Related Problems (Drps) Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 dan Hubungannya Dengan Kualitas Hidup Pasien di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik

2 43 121

IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS (DRPs) POTENSIAL PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI INSTALASI RAWAT INAP Idenifikasi Drug Related Problems (DRPs) Potensial pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di Instalasi Rawat Inap RS "X" Tahun 2015.

1 9 19

Identifikasi Drug Related Problems (Drps) Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 dan Hubungannya Dengan Kualitas Hidup Pasien di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik

0 0 2

Identifikasi Drug Related Problems (Drps) Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 dan Hubungannya Dengan Kualitas Hidup Pasien di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik

0 2 6

Identifikasi Drug Related Problems (Drps) Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 dan Hubungannya Dengan Kualitas Hidup Pasien di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik

0 2 20

Identifikasi Drug Related Problems (Drps) Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 dan Hubungannya Dengan Kualitas Hidup Pasien di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik

1 4 4

Identifikasi Drug Related Problems (Drps) Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 dan Hubungannya Dengan Kualitas Hidup Pasien di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik

0 14 38

Identifikasi Drug Related Problems (DRPs) pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 dengan Komplikasi Hipertensi dan Diabetes Retinopati di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik

0 0 8

Identifikasi Drug Related Problems (DRPs) pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 dengan Komplikasi Hipertensi dan Diabetes Retinopati di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik

0 0 15