Analisis Nilai Ekonomi Dan Sosial Ekowisata Tangkahan (Studi Kasus di Desa Namo Sialang dan Desa Sei Serdang Kecamatan Batang Serangan Kabupaten Langkat Sumatera Utara)

(1)

Yessy Mei Nina Simanjuntak : Analisis Nilai Ekonomi Dan Sosial Ekowisata Tangkahan (Studi Kasus di Desa Namo Sialang dan Desa Sei Serdang Kecamatan Batang Serangan Kabupaten Langkat Sumatera Utara), 2009.

ANALISIS NILAI EKONOMI DAN SOSIAL EKOWISATA TANGKAHAN (Studi Kasus di Desa Namo Sialang dan Desa Sei Serdang Kecamatan

Batang Serangan Kabupaten Langkat Sumatera Utara)

SKRIPSI

Oleh :

YESSY MEI NINA SIMANJUNTAK 041201031 / Manajemen Hutan

DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

Yessy Mei Nina Simanjuntak : Analisis Nilai Ekonomi Dan Sosial Ekowisata Tangkahan (Studi Kasus di Desa Namo Sialang dan Desa Sei Serdang Kecamatan Batang Serangan Kabupaten Langkat Sumatera Utara), 2009.

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa Karena atas berkat dan kasih karunia-Nya maka penilis dapat menyelesaikan penelitian ini yang berjudul “Analisis Nilai Ekonomi dan Pengembangan Kawasan Wisata Alam Tangkahan”.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orangtua terkasih yang sampai saat ini terus memberi dukungan materil maupun moril serta terus bekerja keras demi kelanjutan studi penulis saat ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada bapak Pindi Patana S. Hut, M. Sc dan Nurdin Sulistiyono S.Hut, M. Si selaku komisi pembimbing saya yang telah mengarahkan penulisan hasil penelitian ini sehingga dapat diseminarkan.

Pada hakekatnya penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis akan dengan senang hati menerima saran dan kritik yang membangun guna perbaikan dan kesempurnaan dari hasil penelitian ini.

Medan, Juli 2009


(3)

Yessy Mei Nina Simanjuntak : Analisis Nilai Ekonomi Dan Sosial Ekowisata Tangkahan (Studi Kasus di Desa Namo Sialang dan Desa Sei Serdang Kecamatan Batang Serangan Kabupaten Langkat Sumatera Utara), 2009.

Judul Penelitian : Analisis Nilai Ekonomi dan Sosial Tangkahan (Studi Kasus di Desa Namo Sialang dan Desa Sei Serdang Kecamatan Batang Serangan Kabupaten Langkat Sumatera Utara)

Nama : Yessy Mei Nina Simanjuntak

Nim : 041201031

Program Studi : Manajemen Hutan

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing

Ketua Anggota

Pindi Patana S. Hut, M. Sc Nurdin Sulistyono S. Hut, M.Si NIP. 132 259 572 NIP. 132 259 567

Diketahui ,

Ketua Departemen Kehutanan

Dr. Ir. Edy Batara Mulya Siregar, M. S. NIP. 132 287 853


(4)

Yessy Mei Nina Simanjuntak : Analisis Nilai Ekonomi Dan Sosial Ekowisata Tangkahan (Studi Kasus di Desa Namo Sialang dan Desa Sei Serdang Kecamatan Batang Serangan Kabupaten Langkat Sumatera Utara), 2009.

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... v

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

RIWAYAT HIDUP ... viii

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Perumusan Masalah ... 2

Tujuan Penelitian ... 3

Manfaat Penelitian ... 3

Kerangka Penelitian ... 4

TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Pariwisata ... 5

Ekowisata ... 6

Pariwisata Berbasis Masyarakat (Community Based Ecotourism) ... 8

Konsep Sistem Nilai dan Sumber Daya Hutan ... 11

Pendekatan Metode Biaya Perjalanan ... 12

METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ... 14

Alat dan Bahan ... 14

Teknik Pengambilan Sampel Pengunjung ... 14

Teknik Pengumpulan Data Pengunjung Data Primer ... 15

Data Skunder ... 16

Pengolahan dan Analisis Data Pengunjung ... 16

Teknik Pengambilan Sampel Masyarakat ... 19

Teknik Pengumpulan Data Masyarakat ... 20

Teknik Pengolahan Data ... 20

KONDISI UMUM LOKASI Letak Geografis dan Topografi... 21

Luas Kawasan ... 21

Keadaan Iklim ... 22

Daya Tarik Kawasan Ekowisata ... 22


(5)

Yessy Mei Nina Simanjuntak : Analisis Nilai Ekonomi Dan Sosial Ekowisata Tangkahan (Studi Kasus di Desa Namo Sialang dan Desa Sei Serdang Kecamatan Batang Serangan Kabupaten Langkat Sumatera Utara), 2009.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Nilai Ekonomi Ekowisata Berdasarkan Biaya Perjalanan ... 24

Hubungan Masyarakat dengan Kawasan Ekowisata Tangkahan ... 39

Karakteristik Responden ... 42

Umur Responden ... 43

Tingkat Pendidikan ... 43

Tingkat Pekerjaan Sebelum ada Ekowisata ... 44

Tingkat Pekerjaan Setelah ada Ekowisata ... 46

Tingkat Penghasilan Sebelum ada Ekowisata ... 47

Tingkat Penghasilan Setelah ada Ekowisata ... 47

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 50

Saran ... 50


(6)

Yessy Mei Nina Simanjuntak : Analisis Nilai Ekonomi Dan Sosial Ekowisata Tangkahan (Studi Kasus di Desa Namo Sialang dan Desa Sei Serdang Kecamatan Batang Serangan Kabupaten Langkat Sumatera Utara), 2009.

DAFTAR TABEL

1. Data Pengunjung Untuk Perhitungan Persamaan Regresi Nilai

Manfaat Rekreasi ... 27

2. Data jumlah pengunjung berdasarkan daerah asal ... 29

3. Tabulasi data dan umur responden ... 30

4. Tabulasi data dan jenis kelamin responden ... 30

5. Tabulasi data pendidikan responden ... 31

6. Tabulasi daerah asal responden... 31

7. Tabulasi data pekerjaan ... 32

8. Tabulasi Data Tujuan Kedatangan ... 33

9. Tabulasi data alasan kedatangan ... 33

10. Tabulasi data kelompok wisata ... 34

11. Tabulasi data frekuensi kedatangan ... 34

12. Tabulasi data kendaraan yang dipakai ... 35

13. Tabulasi data perolehan informasi daerah ekowisata ... 35

14. Tabulasi data fasilitas transportasi dan jalan menuju Tangkahan ... 36

15. Tabulasi data keamanan... 37

16. Tabulasi data pusat informasi Tangkahan ... 37

17. Tabulasi data keramahan penduduk ... 38

18. Tabulasi umur respoden... 43

19. Tingkat pendidikan ... 44

20. Jenis Pekerjaan Sebelum dan Sesudah ada Ekowisata Tangkahan ... 45


(7)

Yessy Mei Nina Simanjuntak : Analisis Nilai Ekonomi Dan Sosial Ekowisata Tangkahan (Studi Kasus di Desa Namo Sialang dan Desa Sei Serdang Kecamatan Batang Serangan Kabupaten Langkat Sumatera Utara), 2009.

DAFTAR GAMBAR

1. Bagan Kerangka Penelitian ... 4 2. Kurva Permintaan Jasa Nilai Ekonomi Wisata ... 18 3. Kurva Permintaan Ekowisata Tangkahan ... 27


(8)

Yessy Mei Nina Simanjuntak : Analisis Nilai Ekonomi Dan Sosial Ekowisata Tangkahan (Studi Kasus di Desa Namo Sialang dan Desa Sei Serdang Kecamatan Batang Serangan Kabupaten Langkat Sumatera Utara), 2009.

ABSTRAK

Yessy Mei Nina Simanjuntak. Analisis Nilai Ekonomi dan Sosial Ekowisata

Tangkahan. Di bimbing oleh Bapak Pindi Patana S. Hut, M. Sc dan Bapak

Nurdin Sulistyono S. Hut, M. Si.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan nilai ekonomi Ekowisata Tangkahan dengan menggunakan metode biaya perjalanan dan untuk mengetahui manfaat ekonomi dan sosial bagi masyarakat sekitar Desa Namo Sialang dan Desa Sei Serdang dengan menggunakan metode penelitian deskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengembangan Ekowisata Tangkahan memberikan pengaruh positif terhadap tingkat kesempatan kerja. Dari penelitian juga diketahui bahwa di peroleh nilai ekonomi Ekowisata Tangkahan sebesar Rp 113.812.336.000/ tahun dengan pendapatan yang diterima pengelola sebesar Rp 16.984.000/tahun.

Kata Kunci: Ekowisata, Nilai Ekonomi, Biaya Perjalanan, Kesempatan Kerja


(9)

Yessy Mei Nina Simanjuntak : Analisis Nilai Ekonomi Dan Sosial Ekowisata Tangkahan (Studi Kasus di Desa Namo Sialang dan Desa Sei Serdang Kecamatan Batang Serangan Kabupaten Langkat Sumatera Utara), 2009.

ABSTRACT

The analyze of economic value and social of Tangkahan Ecotourism. The guidance of Mr. Pindi Patana S. Hut, M.Sc and Mr. Nurdin Sulistyono S. Hut, M. Si.

The intention of this research is to know that how much economic value of Tangkahan Ecotourism using Travel Cost Method, and to know the economic advantage and social for people around Sei Serdang and Namo Sialang Village with using descriptive research method.

The results of this research show that development of Tangkahan Ecotourism give a positive corelative for occupation. Also from this research, we should know that economic value of Tangkahan Ecotourism equal to Rp 113.812.336.000/year with income to the organizer equal to Rp 16.984.000/year.


(10)

Yessy Mei Nina Simanjuntak : Analisis Nilai Ekonomi Dan Sosial Ekowisata Tangkahan (Studi Kasus di Desa Namo Sialang dan Desa Sei Serdang Kecamatan Batang Serangan Kabupaten Langkat Sumatera Utara), 2009.

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sidamanik pada tanggal 5 Mei 1987 dari Bapak B. Simanjuntak dan Ibu E. Tanjung. Penulis merupakan anak ke dua dari tiga bersaudara.

Pada tahun 2004 penulis lulus dari SMA RK Budi Mulia P. Siantar dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk Universitas Sumatera Utara (USU) melalui jalur penerimaan mahasiswa baru (SPMB). Penulis memilih Program Studi Manajemen Hutan Departemen Kehutanan Fakultas Pertanian.

Selama aktif mengikuti perkuliahan, Penulis pernah mengikuti Praktik Pengenalan Pengelolaan Hutan (P3H) tahun 2006 di Taman Nasional Batang Gadis dan kawasan hutan mangrove Mandailing Natal. Pada tahun 2008 Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapang (PKL) di Balai Taman Nasional Batang Gadis Panyabungan.


(11)

Yessy Mei Nina Simanjuntak : Analisis Nilai Ekonomi Dan Sosial Ekowisata Tangkahan (Studi Kasus di Desa Namo Sialang dan Desa Sei Serdang Kecamatan Batang Serangan Kabupaten Langkat Sumatera Utara), 2009.

I. PENDAHULUAN

Latar Belakang

Hutan sangat penting bagi kehidupan di muka bumi, terutama bagi kehidupan generasi mendatang. Kesalahan dalam pengelolaan hutan berarti menyiksa kehidupan generasi yang akan datang. Untuk mencegah kesalahan dalam pengelolaan hutan, maka fungsi hutan harus dipelajari dan dimengerti secara holistic (utuh). Kehutanan adalah suatu kegiatan yang bersangkut paut dengan pengelolaan ekosistem hutan dan pengurusannya, sehingga ekosistem tersebut mampu memenuhi berbagai kebutuhan barang dan jasa.

Wisata alam merupakan segala bentuk pemanfaatan jasa hutan yang dapat memenuhi kebutuhan rekreasi manusia. Bentuk-bentuk dari pemanfaatan wisata alam tersebut adalah : melihat (view), merasakan (feeling), mengalami (adventure), mengetahui / meneliti (researching).

Salah satu kabupaten yang masuk dalam Kawasan Ekosistem Leuser adalah Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara yang dikenal memiliki potensi pariwisata yang cukup beragam. Kekayaan budaya serta potensi daya tarik dan keunikan bentang alamnya sebagian telah berkembang dan menarik wisatawan lokal dan mancanegara untuk mengunjunginya.

Salah satu kawasan yang mulai di kembangkan di Sumatera khususnya di Sumatera Utara adalah Tangkahan yang berada di Kecamatan Batang Serangan, Kabupaten Langkat di ujung dua desa yaitu Namo Sialang dan Sei Serdang. Masyarakat dua desa tersebut bersepakat untuk mengembangkan pariwisata yang selanjutnya disebut Kawasan Ekowisata Tangkahan dan membentuk Lembaga


(12)

Yessy Mei Nina Simanjuntak : Analisis Nilai Ekonomi Dan Sosial Ekowisata Tangkahan (Studi Kasus di Desa Namo Sialang dan Desa Sei Serdang Kecamatan Batang Serangan Kabupaten Langkat Sumatera Utara), 2009.

Pariwisata Tangkahan (LPT). Daerah ini sebagian berada di kawasan Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL), tepatnya wilayah kerja resort Tangkahan dan Resort Cinta Raja, sub seksi TNGL Wilayah-IV Besitang (Kurniawan dan Burhaniddin, 2004).

Peningkatan jumlah pengunjung dalam sebuah kawasan Objek Wisata Alam, jelas akan memberi dampak signifikan terhadap peningkatan pendapatan daerah. Imbas lain dari adanya peningkatan jumlah pengunjung adalah tumbuh dan berkembangnya sektor-sektor lain yang mendukung kegiatan pariwisata. Baik industri yang di bentuk Pemerintah maupun masyarakat. Masyarakat sekitar Objek Wisata Alam sangat berpeluang menghasilkan produk barang dan jasa sebagai pelengkap pariwisata. Dengan semakin bertambahnya sumber pencaharian masyarakat, maka peningkatan kesejahteraan dan kondisi sosial ekonomi masyarakat akan semakin meningkat pula.

Disamping itu juga perlu dilakukan pengukuran tingkat kepuasan konsumen dari adanya kawasan ekowisata Tangkahan untuk mengetahui tingkat keberhasilan pengelolaan ekowisata tersebut.

Perumusan Masalah

Penyelenggaraan ekowisata akan berdampak terhadap ekonomi dan sosial baik bagi pengunjung maupun masyarakat setempat. Hal ini dapat digambarkan melalui tingkat kepuasan pengunjung terhadap Objek Wisata Alam juga pelayanan dan kesan yang ditanamkan masyarakat setempat kepada wisatawan.

Kawasan wisata Tangkahan merupakan kawasan wisata yang ramai dikunjungi oleh wisatawan baik yang dari dalam negeri maupun mancanegara.


(13)

Yessy Mei Nina Simanjuntak : Analisis Nilai Ekonomi Dan Sosial Ekowisata Tangkahan (Studi Kasus di Desa Namo Sialang dan Desa Sei Serdang Kecamatan Batang Serangan Kabupaten Langkat Sumatera Utara), 2009.

Berdasarkan permasalahan diatas maka akan dapat dibuat suatu rumusan masalah yaitu :

1. Berapa nilai ekonomi dari keberadaan kawasan wisata Tangkahan?

2. Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi biaya perjalanan (Travel Cost) pengunjung ke kawasan ekowisata Tangkahan?

3. Bagaimana dampak sosial dan ekonomi ekowisata terhadap masyarakat Tangkahan?

4. Bagaimana cara-cara pengembangan kawasan wisata alam tersebut berdasarkan nilai ekonomi dan sosial kawasan?

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Menentukan nilai ekonomi objek wisata Tangkahan, dengan metode biaya perjalanan (Travel Cost Method).

2. Mengetahui manfaat ekonomi dan sosial bagi masyarakat sekitar Desa Namo Sialang dan Sei Serdang.

Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah :

1. Memberikan data nilai ekonomi kawasan wisata alam Tangkahan.

2. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan dalam membuat kebijakan dan pengelolaan di kawasan wisata alam Tangkahan.


(14)

Yessy Mei Nina Simanjuntak : Analisis Nilai Ekonomi Dan Sosial Ekowisata Tangkahan (Studi Kasus di Desa Namo Sialang dan Desa Sei Serdang Kecamatan Batang Serangan Kabupaten Langkat Sumatera Utara), 2009.

Kerangka Penelitian

Manfaat Hutan

Ekologi Ekowisata Penelitian dan lain-lain

Ekonomi Konservasi Lingkungan Sosial

Nilai Ekonomi Kawasan Tingkat kesejahteraan masyarakat

Metode Biaya Perjalanan Metode Analisis Deskriptif


(15)

Yessy Mei Nina Simanjuntak : Analisis Nilai Ekonomi Dan Sosial Ekowisata Tangkahan (Studi Kasus di Desa Namo Sialang dan Desa Sei Serdang Kecamatan Batang Serangan Kabupaten Langkat Sumatera Utara), 2009.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Pariwisata

Menurut Yoeti (1980), industri pariwisata adalah kumpulan dari macam-macam perusahaan yang secara bersama menghasilkan barang-barang dan jasa-jasa yang dibutuhkan para wisatawan pada khususnya dan traveler pada umumnya, selama dalam perjalanannya.

Bila di tinjau dari segi ekonomi mikro, maka yang dimaksud dengan industri pariwisata adalah setiap unit produksi yang dapat menghasilkan produk atau jasa tertentu. Atas dasar pengertian ini, maka hotel atau transport secara sendiri-sendiri dapat disebut sebagai industri pariwisata (dalam pengertian sempit).

Sedangkan dalam pengertian ekonomi makro, yang dimaksudkan dengan industri pariwisata adalah keseluruhan unit-unit produksi (travel agent, tourist transportation, hotel, catering trade, tour operator, tourist object, tourist attraction, dan souvenir shops), baik yang tempat kedudukannya di daerah, dalam negeri, atau luar negeri yang ada kaitannya dengan perjalanan wisatawan yang bersangkutan.

Menurut Damanik dan Weber (2006), pariwisata adalah kegiatan rekreasi diluar domisili untuk melepaskan diri dari pekerjaan rutin atau mencari suasana lain. Sebagai suatu aktifitas, pariwisata telah menjadi bagian penting dari kebutuhan dasar masyarakat maju dan sebagian kecil masyarakat negara berkembang.


(16)

Yessy Mei Nina Simanjuntak : Analisis Nilai Ekonomi Dan Sosial Ekowisata Tangkahan (Studi Kasus di Desa Namo Sialang dan Desa Sei Serdang Kecamatan Batang Serangan Kabupaten Langkat Sumatera Utara), 2009.

Ekowisata

Pada saat ini, ekowisata telah berkembang. Wisata ini tidak hanya sekedar untuk melakukan pengamatan burung, menunggang kuda, penelusuran jejak di hutan belantara, tetapi telah terkait dengan konsep pelestarian hutan dan penduduk local. Ekowisata merupakan suatu perpaduan dari berbagai minat yang tumbuh dari keprihatinan terhadap lingkungan, ekonomi dan social. Ekowisata tidak dapat dipisahkan dengan konservasi. Oleh karenanya, ekowisata disebut sebagai bentuk perjalanan wisata yang bertanggungjawab (Marpaung, 2002).

Ekowisata merupakan suatu bentuk wisata yang sangat erat dengan prinsip konservasi. Bahkan dalam strategi pengembangan ekowisata juga menggunakan strategi konservasi. Dengan demikian ekowisata sangat tepat dan berdaya guna dalam mempertahankan keutuhan dan keaslian ekosistem di areal yang masih alami. Bahkan dengan ekowisata, pelestarian alam dapat ditingkatkan kualitasnya (Fandeli dan Mukhlison, 2000).

Saleh (2000) menyatakan bahwa untuk mengusahakan ekowisata di suatu tempat, yang perlu dikenali adalah keadaan alam (keindahan dan daya tarik) yang spesifik atau unik dari objek wisata yang bersangkutan, prasarana yang tersedia (lancar/ tidak lancar, nyaman/ tidak nyaman, sudah lengkap, masih harus diadakan, atau dilengkapkan), tersedianya sumberdaya manusia (yang terlatih maupun yang dapat dilatih), tingkat pendidikan dan budaya masyarakatnya.

Istilah ekowisata tergolong masih baru di Indonesia. Awalnya terjemahan langsung dari Ecotourism masih belum baku. Ada yang menterjemahkannya dengan wisata lingkungan, wisata ekologis, dan ekowisata. Dirjen pariwisata menggunakan istilah ekowisata dengan makna ecotourism. Sementara itu,


(17)

Yessy Mei Nina Simanjuntak : Analisis Nilai Ekonomi Dan Sosial Ekowisata Tangkahan (Studi Kasus di Desa Namo Sialang dan Desa Sei Serdang Kecamatan Batang Serangan Kabupaten Langkat Sumatera Utara), 2009.

pengertian ekowisata menurut kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup adalah “wisata alam bentuk perjalanan ke tempat-tempat di alam terbuka yang relative belum terjamah atau tercemar dengan tujuan khusus mempelajari, mengagumi dan menikmati pemandangan dengan tumbuh-tumbuhan dan satwa liarnya (termasuk potensi kawasan berupa ekosistem, keadaan iklim, fenomena alam, kekhasan jenis tumbuhan dan satwa liar), juga semua manifestasi kebudayaan yang ada trmasuk tatanan lingkungan social budaya, baik dari masa lampau maupun masa kini di tempat-tempat tersebut dengan tujuan untuk melestarikan lingkungan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat”. Pengertian tersebut menunjukkan bahwa ekowisata berakar pada kegiatan wisata alam, di daerah-daerah yang masih alami atau dilindungi yang didasarkan pada funsi ekologis, linkungan sebagai komponen penting dalam hubungan saling terkait dengan aspek ekonomi dan social dalam menunjang kelangsungan wisata tersebut (Kurniawan dan Burhanuddin, 2004).

Eplerwood (1999) dalam Fandeli (2001), menyebutkan ada delapan prinsip pengembangan ekowisata yaitu:

1. Mencegah dan menanggulangi dampak dari aktifitas wisatawan terhadap alam dan budaya, pencegahan dan penanggulangan disesuaikan dengan sifat dan karakter alam dan budaya setempat.

2. Pendidikan konservasi lingkungan. Mendidik wisatawan dan masyarakat setempat akan pentingnya arti konservasi. Proses ini dapat dilakukan langsung di alam.

3. Pendapatan langsung untuk kawasan. Mengatur agar kawasan yang digunakan untuk ekowisata dan manajemen pengelolaan kawasan


(18)

Yessy Mei Nina Simanjuntak : Analisis Nilai Ekonomi Dan Sosial Ekowisata Tangkahan (Studi Kasus di Desa Namo Sialang dan Desa Sei Serdang Kecamatan Batang Serangan Kabupaten Langkat Sumatera Utara), 2009.

pelestarian dapat menerima langsung penghasilan atau pendapatan. Retribusi dapat digunakan secara langsung untuk membina, melestarikan dan meningkatkan kualitas kawasan pelestarian alam.

4. Prinsip masyarakat dalam perencanaan. Masyarakat diajak dalam merencanakan pengembangan ekowisata. Demikian pula di dalam pengawasan, peran masyarakat diharapkan ikut secara aktif.

5. Penghasilan masyarakat. Keuntungan secara nyata terhadap ekonomi masyarakat dari kegiatan ekowisata mendorong masyarakat menjaga kelestarian kawasan alam.

6. Menjaga keharmonisan dengan alam. Semua upaya pengembangan termasuk pengembangan fasilitas atau utilitas harus tetap menjaga keharmonisan dengan alam.

7. Daya dukung lingkungan. Pada umumnya lingkungan alam mempunyai daya dukung yang lebih rendah dengan daya dukung kawasan buatan. Meskipun mungkin permintaan sangat banyak, tetapi daya dukunglah yang membatasinya.

8. Peluang penghasilan pada porsi yang besar terhadap Negara. Apabila suatu kawasan pelestarian dikembangkan untuk ekowisata, maka devisa dan belanja wisatawan didorong sebesar-besarnya dinikmati oleh Negara atau pemerintah daerah setempat.

Ekowisata Berbasis Masyarakat (Community based Ecotourism)

Keterkaitan masyarakat setempat harus dapat menggambarkan bentuk-bentuk pelibatan masyarakat lokal dalam proyek ekowisata, misalnya melalui


(19)

Yessy Mei Nina Simanjuntak : Analisis Nilai Ekonomi Dan Sosial Ekowisata Tangkahan (Studi Kasus di Desa Namo Sialang dan Desa Sei Serdang Kecamatan Batang Serangan Kabupaten Langkat Sumatera Utara), 2009.

diskusi tentang penanganan sumber daya hutan setempat. Terkait dengan hal itu perlu ada gambaran tentang perwakilan masyarakat dalam proyek, misalnya tokoh masyarakat, wakil perempuan, pemuda dan sebagainya. Strategi yang dipilih untuk menyusun rencana proyek ekowisata seharusnya mampu menghasilkan model partisipasi masyarakat sejelas mungkin. Partisipasi masyarakat setempat sejak awal perencanaan, penyusunan rencana itu sendiri, pelaksanaan proyek, pengelolaan dan pembagian hasil merupakan hal yang mutlak sehingga harus ditegaskan dalam draft rencana. Partisipasi harus memberdayakan masyarakat untuk menjadi salah satu penentu tahapan-tahapan proyek, namun sekaligus juga membelajarkan mereka untuk memiliki tanggungjawab maupun komitmen dan hasil maupun resiko yang mungkin dicapai melalui proyek (Damanik dan Weber, 2006).

Pada masa lalu, pertimbangan dan perhatian tentang dampak sosial-ekonomi industri pariwisata terhadap masyarakat lokal atau setempat sangat kurang. Soal distribusi pendapatan dan kekayaan juga kurang disadari. Kemampuan masyarakat lokal untuk mengontrol pengembangan pariwisata agak lemah karena perkembangan pariwisata sendiri sangat pesat dan massal (Spillane, 1994).

Strategi yang dipilih untuk menyusun rencana proyek ekowisata seharusnya mampu menghasilkan model partisipasi masyarakat sejelas mungkin. Partisipasi masyarakat setempat sejak awal perencanaan, penyusunan rencana itu sendiri, pelaksanaan proyek, pengelolaan dan pembagian hasilnya merupakan hal yang mutlak sehingga harus ditegaskan dalam draft rencana. Partisipasi untuk memberdayakan masyarakat untuk menjadi salah satu penentu tahapan-tahapan


(20)

Yessy Mei Nina Simanjuntak : Analisis Nilai Ekonomi Dan Sosial Ekowisata Tangkahan (Studi Kasus di Desa Namo Sialang dan Desa Sei Serdang Kecamatan Batang Serangan Kabupaten Langkat Sumatera Utara), 2009.

proyek, namun sekaligus juga membelajarkan mereka untuk memiliki tanggungjawab maupun komitmen dan hasil maupun resiko yang mungkin dicapai melalui proyek. Oleh sebab itu bisa dimaklumi mengapa perencanaan partisipatif dalam setiap proyek selalu memakan waktu lama dan biaya yang besar. Untuk menumbuhkan partisipasi masyarakat maka perlu diciptakan suasana kondusif yakni situasi yang menggerakkan masyarakat untuk menaruh perhatian dan kepedulian pada kegiatan ekowisata dan kesediaan untuk bekerjasama secara aktif dan berlanjut (Brandom dalam Damanik dan Weber, 2006).

Masyarakat tidak dapat dipisahkan dari bagian pembangunan kehutanan karena selain elemen pemerintah, masyarakat di kawasan ekowisata juga memiliki peranan besar, karena dengan mengikutsertakan masyarakat dalam ekowisata akan memberikan dampak postif. Dari segi lingkungan dan ekonomi, jika masyarakat lopkal tidak di libatkan, sumberdaya dipastikan akan rusakdan nilai jual kawasan beserta investasinya akan hilang. Selain itu munculnya partisipasi masyarakat tradisional dalam mempelajari, mendiskusikan dan membuat strategi untuk mengontrol atau memperoleh kontrol dalam proses pembuatan keputusan dalam pembangunan, dianggapsebagai solusi untuk mengatasi permasalahan pariwisata yang selama ini terjadi, namun sebelum benar-benar memberdayakan masyarakat lokal dalam ekowisata, penting untuk dilakukan sosialisasi tentang konsep ekowisata yang sesuai, sekaligus pendampinganterhadap masyarakat dalam merancang ekowisata di wilayahnya (Fandeli, 2001).

Selain itu strategi melibatkan peran serta masyarakat setempat juga bertujuan untuk:


(21)

Yessy Mei Nina Simanjuntak : Analisis Nilai Ekonomi Dan Sosial Ekowisata Tangkahan (Studi Kasus di Desa Namo Sialang dan Desa Sei Serdang Kecamatan Batang Serangan Kabupaten Langkat Sumatera Utara), 2009.

1. Menginformasikan kepada penduduk setempat tentang apa yang akan terjadi dan menjaga dialog dengan mereka;

2. Menghargai pendapat dan melibatkan masyarakat setempat dalam pengambilan keputusan;

3. Meningkatkan kesadaran dan pemahaman akan tabiat pariwisata dan industri pariwisata serta dampaknya terhadap daerah setempat;

4. Mendorong hubungan antara wisatawan dan penduduk setempat;

5. Melindungi masyarakat setempat dari dampak negatif kegiatan pariwisata (Gunawan, 1997).

Konsep Sistem Nilai Ekonomi dan Sumber Daya Hutan

Nilai adalah merupakan persepsi manusia, tentang makna suatu objek (sumberdaya hutan) bagi individu tertentu, tempat dan waktu tertentu pula. Persepsi ini sendiri merupakan ungkapan, pandangan, persepsi seseorang tentang sesuatu benda, dengan proses pemahaman melalui panca indera yang diteruskan ke otak untuk proses pemikiran, dan disini berpadu dengan harapan atau norma-norma kehidupan yang melekat pada individu atau masyarakat tersebut. Oleh karena itu, sumberdaya hutan yang dinyatakan oleh masyarakat di tempat tertentu akan beragam tergantung pada persepsi setiap anggota masyarakat tersebut, demikian juga keragaman nilai mencakup besar nilai maupun macam nilai yang ada (IPB, 2001).

Nilai ekonomi merupakan keseluruhan barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu objek (sumber daya hutan) yang memberikan manfaat berupa pendapatan dan manfaat yang tidak memberikan pendapatan akan tidak dipandang


(22)

Yessy Mei Nina Simanjuntak : Analisis Nilai Ekonomi Dan Sosial Ekowisata Tangkahan (Studi Kasus di Desa Namo Sialang dan Desa Sei Serdang Kecamatan Batang Serangan Kabupaten Langkat Sumatera Utara), 2009.

sebagai niali ekonomi. Penilaian ekonomi dari pendekatan barang dan jasa secara ekonomi biasanya melalui pendekatan nilai pasar yaitu berdasarkan kekuatan permintaan dan penawaran (IPB, 1996).

Pearce dan Turner dalam IPB (1996) menyatakan bahwa total economic value atau nilai total ekonomi yang terdiri atas dua kelompok yaitu :

1. Nilai kegunaan (use value) 2. Nilai intrinsik (non use value)

Selanjutnya nilai kegunaan akan terbagi dua lagi antara lain : 1. Nilai kegunaan langsung (direct use value)

2. Nilai kegunaan tak langsung (indirect use value) 3. Nilai pilihan (option value)

Sedangkan untuk nilai intrinsik terbagi atas : 1. Nilai keberadaan (existence value) 2. Nilai warisan (bequest value)

Menurut Yoeti (1980), permintaan dalam kepariwisataan terdiri dari bermacam-macam unsure yang satu dengan yang lainnya tidak hanya berbeda sifat dan bentuk, tetapi juga manfaat dan kegunaannya bagi wisatawan.

Produk yang di hasilkan oleh perusahaan industri pariwisata dihasilkan oleh bermacam-macam perusahaan yang satu dengan yang lain banyak berbeda dan diperlukan oleh wisatawan pada waktu yang berbeda pula.

Pendekatan Biaya Perjalanan

Menurut Davis dan Jhonson (1987), pendugaan permintaan terhadap manfaat intangibel seperti rekreasi dapat dilakukan dengan pendekatan metode


(23)

Yessy Mei Nina Simanjuntak : Analisis Nilai Ekonomi Dan Sosial Ekowisata Tangkahan (Studi Kasus di Desa Namo Sialang dan Desa Sei Serdang Kecamatan Batang Serangan Kabupaten Langkat Sumatera Utara), 2009.

biiaya perjalanan. Secara umum, jumlah biaya perjalanan ini termasuk biaya pergi pulang ditambah dengan nilai uang dari waktu yang dihabiskan untuk perjalanan dan rekreasi tersebut.

Fungsi permintaan dari daerah rekreasi akan diestimasi dengan menggunakan biaya perjalanan sebagai representasi dari nilai atau harga lokasi kunjungan tersebut. Kalau lokasi kunjungan itu adalah barang lingkungan maka besarnya biaya perjalanan itu akan dipandang sebagai nilai yang diperoleh oleh penyediaan barang lingkungan tersebut (Yunu, 1999).

Surplus konsumen merupakan perbedaan antara jumlah yang dibayarkan oleh pembeli untuk suatu produk dan adanya kesediaan membayar. Surplus konsumen mencerminkan manfaat yang diperoleh karena dapat membeli semua barang dan tingkat harga rendah yang sama (Pomeroy, 1992)

Selanjutnya Hufschmid, et al (1987), menyatakan bahwa permintaan rekreasi alam, semakin jauh tempat tinggal seseorang dari suatu tempat rekreasi tertentu maka permintaan rekreasi terhadap tempat tersebut semakin rendah , dan sebaliknya bila untuk para konsumen yang tempat tinggalnya dekat dengan rekreasi maka permintaannya akan semakin meningkat. Dalam kaitannya dengan surplus konsumen, para konsumen yang datang dari tempat jauh dengan biaya mahal akan dianggap memiliki surplus konsumen yang rendah. Sebaliknya bila mereka yang bertempat tinggal lebih dekat maka dengan biaya perjalanan yang rendah akan memiliki surplus konsumen yang lebih besar.


(24)

Yessy Mei Nina Simanjuntak : Analisis Nilai Ekonomi Dan Sosial Ekowisata Tangkahan (Studi Kasus di Desa Namo Sialang dan Desa Sei Serdang Kecamatan Batang Serangan Kabupaten Langkat Sumatera Utara), 2009.

III. METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di daerah wisata Tangkahan, Desa Namo Sialang dan Desa Sei Serdang Kecamatan Batang Serangan, Kabupaten Langkat. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Maret 2009.

Alat dan Bahan

Adapun alat yang dipergunakan pada penelitian ini adalah : 1. Kalkulator

2. Alat Tulis 3. Kamera Digital

Bahan dan Objek penelitian ini adalah lembar kuesioner dan wawancara langsung terhadap para pengunjung / wisatawan yang datang berkunjung ke lokasi wisata Tangkahan serta masyarakat Desa Namo Sialang dan Sei Serdang.

Teknik Pengambilan Sampel

Teknik yang digunakan dalam memilih sampel adalah teknik Quota Sampling. Teknik ini merupakan teknik yang lebih mementingkan tujuan penelitian dalam penentuan sampel penelitian. Teknik pengambilan sampel ini adalah teknik pengambilan sampel yang menganggap bahwa jumlah sampel yang dipilih sudah mewakili keseluruhan populasi yang ada (Bungin, 2001).


(25)

Yessy Mei Nina Simanjuntak : Analisis Nilai Ekonomi Dan Sosial Ekowisata Tangkahan (Studi Kasus di Desa Namo Sialang dan Desa Sei Serdang Kecamatan Batang Serangan Kabupaten Langkat Sumatera Utara), 2009.

Dalam penentuan sampel untuk penelitian yang jumlah populasinya lebih besar maka penentuan sampelnya dicari dengan memakai rumus yaitu:

X = N N e² + 1

Dimana:

X = Jumlah sampel yang akan diteliti

N = Jumlah populasi yang datang berkunjung ke kawasan wisata e = Nilai kritis (batas ketelitian) yang diinginkan (persen

kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan penarikan sampel).

Teknik Pengumpulan Data Pengunjung 1. Data Primer

Data yang akan dikumpulkan dalam penelitian melalui observasi dan wawancara terhadap responden di lapangan (pengunjung). Karakteristik pengunjung meliputi :

a. umur

b. jenis kelamin c. pendidikan d. pekerjaan e. pendapatan f. tempat tinggal g. tujuan kunjungan h. motivasi kunjungan


(26)

Yessy Mei Nina Simanjuntak : Analisis Nilai Ekonomi Dan Sosial Ekowisata Tangkahan (Studi Kasus di Desa Namo Sialang dan Desa Sei Serdang Kecamatan Batang Serangan Kabupaten Langkat Sumatera Utara), 2009.

Pemilihan pengunjung sebagai responden, dilakukan dengan cara quota sampling (sampel yang diambil secara kebetulan saja). Data untuk menduga persamaan rekreasi, dimana data yang dibutuhkan berupa biaya selama perjalanan rekreasi seperti biaya perjalanan pulang pergi, biaya komsumsi rekreasi, biaya komsumsi sehari-hari, biaya dokumentasi, dan biaya lain yang telah dikeluarkan untuk kegiatan rekreasi.

2. Data Sekunder

Data yang diperlukan untuk karakteristik objek wisata adalah : a. Letak

b. Luas daerah objek wisata c. Potensi wisata

d. Aksesibilitas wisata e. Fasilitas rekreasi

f. Jumlah populasi daerah asal pengunjung g. Jumlah pendapatan yang masuk ke pengelola

Pengumpulan data sekunder ini dilakukan melalui studi pustaka dari berbagai literatur serta melakukan observasi kepada pengelola kawasan wisata alam tersebut dan pihak pemerintah Kabupaten.

Pengolahan dan Analisa Data

Untuk menduga nilai ekonomi ekoturisme dapat digunakan pendekatan biaya perjalanan (Travel Cost Method – TCM). Pendekatan ini dimulai dengan cara menghitung besarnya biaya perjalanan pelaku ekoturisme. Biaya perjalanan


(27)

Yessy Mei Nina Simanjuntak : Analisis Nilai Ekonomi Dan Sosial Ekowisata Tangkahan (Studi Kasus di Desa Namo Sialang dan Desa Sei Serdang Kecamatan Batang Serangan Kabupaten Langkat Sumatera Utara), 2009.

yang digunakan termasuk diantaranya biaya transportasi, biaya komsumsi, biaya penginapan dan biaya untuk membeli tiket masuk kawasan wisata alam. Menurut Sulistiyono (2007) adapun tahapan penentuan nilai ekonomi wisata alam adalah sebagai berikut:

1. Menduga jumlah pengunjung dari masing-masing daerah asal pengunjung (zone) berdasarkan wawancara dengan responden.

Zi = Pi x ∑Y dimana:

Pi = Persentase kunjungan dari zone i Zi = Jumlah Pengunjung dari zone i

∑Y = Jumlah seluruh kunjungan

2. Menentukan besarnya biaya perjalanan rata-rata dari jumlah total biaya perjalanan yang dikeluarkan selama melakukan perjalanan atau kegiatan rekreasi.

BPR = TR + D + KR + L Dimana :

BPR = Biaya perjalanan rata-rata (Rp/orang) TR = Biaya transportasi (Rp/orang)

D = Biaya dokumentasi (Rp/orang)

KR = Biaya komsumsi selama berwisata (Rp/orang) L = Biaya lain-lain (Rp/orang)

3. Menentukan biaya perjalanan rata-rata zone i

X1i = Ni

Bpi i j

=

Dimana :

X1i = Biaya perjalanan rata-rata derah asal i Bpi = Biaya perjalanan hasil pengambilan contoh i Ni = Jumlah populasi daerah asal i


(28)

Yessy Mei Nina Simanjuntak : Analisis Nilai Ekonomi Dan Sosial Ekowisata Tangkahan (Studi Kasus di Desa Namo Sialang dan Desa Sei Serdang Kecamatan Batang Serangan Kabupaten Langkat Sumatera Utara), 2009.

4. Menentukan laju kunjungan pengunjung per 1000 orang zona I dalam satu tahun

LKi =

JPT JPi

x 1000

Dimana:

LKi = Laju kunjungan pengunjung zone i JPi = Jumlah pengunjung zone i

JPT = Jumlah populasi pengunjung zone i

5. Menentukan nilai ekonomi wisata

Nilai ekonomi wisata didapatkan dari total kesediaan membayar seluruh pengunjung pada tingkat harga karcis tanda masuk yang berlaku. Total kesediaan membayar pengunjung adalah luas daerah di bawah kurva permintaan jasa wisata pada tingkat harga karcis tanda masuk yang berlaku. Kurva permintaan jasa nilai ekonomi wisata adalah sebagai berikut:

P P1

P2 O1

O X2 X1 X

Gambar 2 Kurva Permintaan Jasa Nilai Ekonomi Wisata

Kurva tersebut menunjukkan bahwa daerah (P1, O1, P2) adalah daerah surplus konsumen yang merupakan karakteristik untuk mengetahui tingkat kepuasan para konsumen yang menikmati secara langsung nilai ekowisata. Daerah


(29)

Yessy Mei Nina Simanjuntak : Analisis Nilai Ekonomi Dan Sosial Ekowisata Tangkahan (Studi Kasus di Desa Namo Sialang dan Desa Sei Serdang Kecamatan Batang Serangan Kabupaten Langkat Sumatera Utara), 2009.

(P2, O1, O, X2) dan (O1, X1, X2) merupakan pendapatan yang diperoleh dari tingkat harga karcis masuk ke kawasan wisata alam tersebut. Maka nilai ekonomi kawasan wisata alam dapat ditentukan dengan rumus:

NE = Pd + SK Dimana:

NE = Nilai ekonomi kawasan wisata alam

Pd = Pendapatan yang masuk ke pengelola kawasan wisata alam SK = Surplus konsumen

Setelah itu akan ditentukan persamaan regresi dengan variabel terikat (Y) adalah kunjungan per1000 penduduk dan variabel bebasnaya adalah (X) adalah karakteristik pengunjung.

Untuk mendapatkan faktor nilai ekonomi dari suatu objek wisata dengan Y sebagai kunjungan per 1000 penduduk dan X sebagai biaya perjalanan. Maka bentuk umum persamaan tersebut adalah :

Y = A + B X Dimana :

Y : Variabel terikat (variabel yang diduga) X : Variabel bebas

B : Koefisien regresi A : Konstanta

Teknik Pengambilan Sampel Masyarakat

Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat yang berdomisili di Dusun Kuala Gemoh Serta Kuala Buluh yaitu masyarakat yang terkait dengan kegiatan ekowisata dan juga berbagai bentuk aktifitas ekonomi, serta Dusun


(30)

Yessy Mei Nina Simanjuntak : Analisis Nilai Ekonomi Dan Sosial Ekowisata Tangkahan (Studi Kasus di Desa Namo Sialang dan Desa Sei Serdang Kecamatan Batang Serangan Kabupaten Langkat Sumatera Utara), 2009.

Afdeling VII dan Afdeling VIII yaitu daerah yang paling dekat dengan kawasan Ekowisata Tangkahan.

Untuk menentukan dampak wisata alam terhadap perekonomian masyarakat dijelaskan secara deskriptif berdasarkan hasil wawancara terhadap beberapa narasumber.

Teknik Pengumpulan Data Masyarakat

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Adapun pengumpulan data primer akan dilakukan dengan menggunakan cara pengisian kuisioner yang disertai dengan wawancara dan observasi lapangan.

Data primer yang diperlukan adalah:

1. Identitas dan karakteristik responden meliputi: Nama, umur, suku dan lama menetap.

2. Kondisi sosial ekonomi rumah tangga responden. Sumber penerangan, sumber air bersih, lama menetap, pelayanan kesehatan, tingkat pendidikan, mata pencaharian, kesempatan kerja dan tingkat pendapatan.

3. Hubungan masyarakat dengan kawasan ekowisata.

Pengumpulan data sekunder diperoleh dari studi pustaka dan berbagai instansi terkait.

Teknik Pengolahan Data

Data-data yang diperoleh dari penyebaran kuisioner yang berisi tentang karakteristik responden, kondisi sosial ekonomi masyarakat dan hubungan


(31)

Yessy Mei Nina Simanjuntak : Analisis Nilai Ekonomi Dan Sosial Ekowisata Tangkahan (Studi Kasus di Desa Namo Sialang dan Desa Sei Serdang Kecamatan Batang Serangan Kabupaten Langkat Sumatera Utara), 2009.

masyarakat dengan kawasan ekowisata yang disertai dengan wawancara dan observasi lapangan, diolah dalam bentuk analisis deskriptif.


(32)

Yessy Mei Nina Simanjuntak : Analisis Nilai Ekonomi Dan Sosial Ekowisata Tangkahan (Studi Kasus di Desa Namo Sialang dan Desa Sei Serdang Kecamatan Batang Serangan Kabupaten Langkat Sumatera Utara), 2009.

IV. KONDISI UMUM LOKASI

Letak Geografis dan Topografi

Berdasarkan letak geografis, kawasan Tangkahan berada pada 3041’1”LU – 9804’28,2”BT. Secara administratif, kawasan Tangkahan termasuk dalam Desa Namo Sialang dan Desa Sei Serdang, Kecamatan Batang Serangan Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara. Tangkahan berada pada ketinggian 130-200mdpl dengan jenis tanah terdiri atas podsolik dan litosol dengan topografi berupa kawasan landai, berbukit dengan kemiringan yang bervariasi (45-900) (Kurniawan dan Burhanuddin, 2004).

Berdasarkan data Lembaga Pariwisata Tangkahan, kawasan yang dikembangkan sebagai kawasan ekowisata terdapat di bagian dalam Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL). Adapun kawasan tersebut memiliki batas-batas yang antara lain:

Sebelah Utara : Perkebunan Kelapa sawit milik PTPN II Kuala Sawit. Sebelah Selatan : Perkebunan kelapa sawit milik PT. Ganda Permana Sebelah Timur : Dusun Kuala Buluh

Sebelah Barat : TNGL

Luas kawasan

Berdasarkan data Lembaga Pariwisata Tangkahan, kawasan ekowisata Tangkahan meliputi kawasan ekowisata seluas ± 103 hektar, kawasan perkampungan seluas 18.526 hektar, dan kawasan hutan seluas 17.653 hektar, sehingga keseluruhannya mencapai ± 36.282 hektar.


(33)

Yessy Mei Nina Simanjuntak : Analisis Nilai Ekonomi Dan Sosial Ekowisata Tangkahan (Studi Kasus di Desa Namo Sialang dan Desa Sei Serdang Kecamatan Batang Serangan Kabupaten Langkat Sumatera Utara), 2009.

Keadaan Iklim

Suhu udara pada kawasan ini adalah 21,10C – 27,50C dengan kelembaban nisbi berkisar antara 80-100%. Musim hujan di daerah ini berlangsung merata sepanjang tahun tanpa musim kering yang berarti dengan curah hujan rata-rata 2000-3200 mm/thn. Mengingat musim hujan yang merata sepanjang tahun serta kawasan yang rata-rata masih tertutup hutan, air bukanlah masalah di daerah ini. Sebagian besar kebutuhan air masyarakat di daerah ini di peroleh dari unsur tanah dan sungai ( Kurniawan dan Burhanuddin, 2004).

Daya Tarik Kawasan Ekowisata

Kawasan ekowisata Tangkahan berada di Zona penyangga TNGL dan berbatasan langsung dengan PTPN II Kuala Sawit, dan kebun karet Kecamatan Batang Serangan, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara.

Kawasan ekowisata Tangkahan memiliki keanekaragaman flora dan fauna yang dapat dijadikan daya tari wisata. Pohon-pohon besar dengan diameter 1 meter diantaranya adalah pohon kayu jenis damar, meranti, dan cendana. Hutan TNGL di kawasan Tangkahan memiliki enam spesies primata, seperti Orangutan Sumatera, Siamang, Owa, Kedih, Monyet ekor panjang dan Beruk. Adapun fauna yang lain yang dapat di lihat di kawasan ekowisata Tangkahan ini adalah Tupai kecil, Burung Rangkong, Srigunting Batu dan Elang (Kurniawan dan Burhanuddin, 2004).

Selain kekayaan flora dan fauna, kawasan Tangkahan juga memiliki wisata petualangan, diantaranya jelajah hutan, yang sekaligus dapat belajar tentang flora dan fauna hutan hujan sambil berjalan-jalan di dalam hutan.


(34)

Yessy Mei Nina Simanjuntak : Analisis Nilai Ekonomi Dan Sosial Ekowisata Tangkahan (Studi Kasus di Desa Namo Sialang dan Desa Sei Serdang Kecamatan Batang Serangan Kabupaten Langkat Sumatera Utara), 2009.

Mendaki gunung, menyebrangi sungai dan menemui keajaiban alam di hutan hujan. Berkemah, menelusuri gua, trekking gajah, tubing dan lainnya.

Sarana dan Prasarana

Kawasan ekowisata Tangkahan terletak di pinggir Taman Nasional Gunung Leuser sekitar 105 km dari kota Medan, atau 3-4 jam perjalanan. Bus umum Pembangunan Semesta dengan rute Pinang Baris – Tangkahan yang tersedia 2 kali setiap hari, yaitu pada pukul 05.00 Wib dan 10.00 Wib. Atau dengan rute lainnya yaitu Pinang Baris - Simpang Robet yang tersedia setiap 30 menit. Lalu, perjalanan dari Simpang Robet menuju Tangkahan dapat di lanjutkan dengan menumpang ojek.

Sarana penyeberangan di dalam Ekowisata Tangkahan menggunakan getek/rakit dengan biaya Rp 2000. Hal ini sengaja dilakukan untuk menambah daya tarik kawasan Ekowisata Tangkahan. Keindahan Ekowisata Tangkahan tidak di dukung dengan kondisi jalan menuju lokasi yang rusak parah. Ditambah lagi kawasan ini belum di jangkau listrik. Sinyal telepon seluler juga belum ada di kawasan ini. Masyarakat menggunakan antena telepon untuk mendapatkan sinyal seluler agar dapat berkomunikasi jarak jauh.


(35)

Yessy Mei Nina Simanjuntak : Analisis Nilai Ekonomi Dan Sosial Ekowisata Tangkahan (Studi Kasus di Desa Namo Sialang dan Desa Sei Serdang Kecamatan Batang Serangan Kabupaten Langkat Sumatera Utara), 2009.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Nilai Ekonomi Ekowisata Berdasarkan Metode Biaya Perjalanan

Untuk menduga nilai ekonomi wisata dapat dilakukan pendekatan dengan menggunakan metode biaya perjalanan yang di dasarkan pada kemauan para pengunjung megeluarkan uang untuk membeli tiket masuk ke dalam kawasan ekowisata. Hal ini dapat dilihat dari jumlah biaya perjalanan yang dikeluarkan pada saat melakukan kegiatan wisata.

Data yang diperlukan dalam menduga nilai manfaat rekreasi ini adalah daerah asal pengunjung, jumlah pendudk dan biaya perjalanan rata-rata. Dari hasil Soft Ware SPSS versi 15.0 diperoleh hasil persamaan regresi yaitu:

Y = 16,127 – 0,000045 X

Dimana X adalah biaya perjalanan rata-rata pengunjung untuk masing-masing daerah. Persamaan tersebut adalah bentuk persamaan permintaan untuk manfaat wisata yang belaku untuk tiap-tiap zonasi berdasarkan daerah asal pengunjung yang datang ke kawasan Ekowisata Tangkahan.

Biaya perjalanan dipengaruhi oleh jarak, waktu tempuh dan pendapatan. Semakin jauh jarak yang akan dilalui maka akan semakin mahal biaya transportasi yang digunakan. Waktu tempuh juga akan mempengaruhi biaya perjalanan karena semakin lama waktu yang ditempuh maka akan semakin besar kemungkinan pengeluaran komsumsi yang lebih banyak. Kondisi keuangan pengunjung juga dapat memberikan pengaruh terhadap gaya hidup. Pengunjung yang memiliki pendapatan lebih cenderung agak royal daripada pengunjung dengan penghasilan pas-pasan.


(36)

Yessy Mei Nina Simanjuntak : Analisis Nilai Ekonomi Dan Sosial Ekowisata Tangkahan (Studi Kasus di Desa Namo Sialang dan Desa Sei Serdang Kecamatan Batang Serangan Kabupaten Langkat Sumatera Utara), 2009.

Pengembangan wisata alam harus dilakukan dengan hati-hati dan dengan cara khusus yang mungkin sedikit berbeda penanganannya dengan pengembangan industri pariwisata lainnya. Berbeda dengan kelziman tempat wisata yang ingin menyedot pengunjung sebanyak-banyaknya, dalam ekowisata jumlah pengunjung yang terlalu banyak justru berarti bencana.

Jumlah pengunjung yang banyak akan berpengaruh tidak saja terhadap alam itu sendiri, namun juga akan mempengaruhi kepuasan konsumen wisata alam. Jumlah pengunjung yang meluap akan mengurangi tingkat kepuasan berkunjung konsumen sampai dengan titik nol pada saat jumlah pengunjung mencapai ambang batas kapasitas lingkungan dan apabila melebihi batas tingkat kepuasan akan negatif. Artinya, pada kondisi demikian tidak ada kesan manis yang di bawa pulang, melainkan rasa capek dan kesal. Bila hal seperti itu terjadi, industri wisata alam hanya menunggu saat kehancuran (Nurrochmat, 2005).

Dalam menduga nilai ekonomi dari kawasan Ekowisata Tangkahan digunakan simulasi harga karcis dimana harga karcis yang berlaku saat ini adalah Rp 2.000. Simulasi harga tiket di buat harga mulai dari Rp 0,- hingga Rp 326.000. pada masing-masing tingkat harga tiket yang diduga jumlah kunjungannya dengan memasukkan nilai biaya perjalanan masing-masing daerah asal pengunjung (zonasi) ditambah dengan nilai simulasi harga tiket masuk pada variable bebas persamaan regresi wisata alam tersebut. Adapun hasil pendugaan terhadap derajad kunjungan dan jumlah pengunjung yang datang ke Tangkahan ini dapat dilihat pada lampiran 2.

Pada harga tiket Rp 326.000, tingkat kunjungannya adalah 0 yang artinya tidak ada pengunjung yang rela mengeluarkan biaya sedemikian untuk membayar


(37)

Yessy Mei Nina Simanjuntak : Analisis Nilai Ekonomi Dan Sosial Ekowisata Tangkahan (Studi Kasus di Desa Namo Sialang dan Desa Sei Serdang Kecamatan Batang Serangan Kabupaten Langkat Sumatera Utara), 2009.

tarif masuk. Rata-rata jumlah pengunjung yang datang ke Tangkahan selama empat tahun terakhir adalah 8.492 orang dengan nilai pendapatan yang masuk ke pengelola adalah sebesar Rp 16.984.000, nilai pendapatan ini diperoleh dari hasil penjualan tiket. Tidak termasuk berbagai hal lainnya yang digunakan pengunjung, misalnya biaya parkir, maupun fasilitas wisata lainnya. Meskipun harga tiket masuk dinaikkan, tetapi masih ada pengunjung yang tetap datang ke daerah tersebut.

Kebijakan tarif wisata alam harus dilakukan dengan pertimbangan yang sangat matang sebab dalam pengendalian tarif (harga karcis) adalah merupakan salah satu instrumen penting dalam pengelolaan wisata alam, yang tidak saja hanya berpengaruh terhadap keuntungan kepada pihak pengelola melainkan juga kelestarian lingkungan kawasan ekowisata dan juga pemerataan kesempatan rekreasi. Menurut hasil penelitian Fakultas Kehutanan IPB (hasil penelitian studi permintaan pengunjung), hampir seluruh tempat wisata alam di Indonesia pada saat ini memungut tarif masuk di bawah tarif optimal secara finansial (Nurrochmat, dalam Nurrochmat, 2005).

Meskipun penerapan tarif masuk yang rendah di satu sisi merugikan pihak pengelola tetapi di sisi lain memberikan pemerataan kesempatan bagi lebih banyak anggota masyarakat ikut menikmati wisata alam. Hal ini merupakan keuntungan yang tak ternilai berupa kesempatan memperoleh pendidikan lingkungan bagi masyarakat yang berpenghasilan rendah. Namun penerapan tarif yang terlalu rendah akan memacu pertumbuhan jumlah pengunjung yang pada akhirnya dapat membahayakan ekosistem, ketika jumlah pengunjung melampaui daya dukung kawasan.


(38)

Yessy Mei Nina Simanjuntak : Analisis Nilai Ekonomi Dan Sosial Ekowisata Tangkahan (Studi Kasus di Desa Namo Sialang dan Desa Sei Serdang Kecamatan Batang Serangan Kabupaten Langkat Sumatera Utara), 2009.

Tabel 1 Data Pengunjung Untuk Perhitungan Persamaan Regresi Nilai Manfaat Rekreasi

No Daerah Jml populasi Laju Kunjungan

Biaya Perjalanan Rata-rata (Rp) Asal

Daerah

Pengunjung(orang) per1000 org

1 Medan 2,067,288 1.52 400,027.02

2 Batang Serangan 38,279 28.84 47,846.15

3 Kwala Sawit 28,395 38.88 90,461.54

4 Binjai 244,256 3.13 55,000.89

5 Tanjung Pura 69,990 3.64 39,333.33

6 Stabat 1,013,849 1.84 101,090.91

7 Lubuk Pakam 1,634,115 0.10 315,000.00

8 Bagan Batu 24,849 3.42 35,000.00

Sumber: Kuisioner Analisis Nilai Ekonomi Ekowisata Tangkahan

Dari data pendugaan jumlah kunjungan tersebut akan dapat di buat sebuah kurva permintaan wisata tahunan terhadap manfaat Ekowisata Tangkahan dengan sumbu X sebagai jumlah pengunjung daerah asal dan sumbu Y sebagai variasi harga tiket masuk, adapun hasil dari kurva tersebut dapat dilihat pada gambar 3

Gambar 3 Kurva Permintaan Ekowisata Tangkahan Variasi Harga Tiket (Rp)

326000 (P) 300000

200000 100000

50000 10000

2000(Q) (R)

(O) (S)

0 2 3.389 11.055 14.250 19.408 19.957 Jumlah Pengunjung (orang)


(39)

Yessy Mei Nina Simanjuntak : Analisis Nilai Ekonomi Dan Sosial Ekowisata Tangkahan (Studi Kasus di Desa Namo Sialang dan Desa Sei Serdang Kecamatan Batang Serangan Kabupaten Langkat Sumatera Utara), 2009.


(40)

Yessy Mei Nina Simanjuntak : Analisis Nilai Ekonomi Dan Sosial Ekowisata Tangkahan (Studi Kasus di Desa Namo Sialang dan Desa Sei Serdang Kecamatan Batang Serangan Kabupaten Langkat Sumatera Utara), 2009.

Pada gambar kurva permintaan ekowisata Tangkahan, pada titik yang menghubungkan (P,Q,R) adalah surplus konsumen. Sedangkan titik yang menghubungkan (O,Q,R,S) adalah nilai pendapatan yang masuk ke pengelola. Apabila luas segitiga (P,Q,R) ditambahkan dengan luas trapesium yang di bentuk oleh titik (O,Q,R,S), maka keseluruhan luas tersebut yakni (P,O,S) adalah nilai ekonomi dari Ekowisata Tangkahan.

Hasil analisis kurva permintaan tersebut akan memberikan data mengenai nilai surplus konsumen yang di hitung berdasarkan asumsi garis yang menghubungkan dua titik pada kurva permintaan adalah linear. Adapun hasil perhitungan dari nilai surplus konsumen tersebut dapat dilihat pada lampiran 2.

Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh bahwa nilai surplus konsumen untuk pengunjung yang datang ke kawasan Ekowisata Tangkahan adalah Rp 113.795.352.000. nilai ini adalah luas bidang yang berada di bawah kurva permintaan dan diatas garis harga tiket masuk ke kawasan Ekowisata Tangkahan. Menurut Pomeroy (1992) surplus konsumen merupakan perbedaan anatara jumlah yang dibayarkan oleh pembeli untuk suatu produk dan adanya kesediaan membayar. Surplus konsumen mencermikan manfaat yang diperoleh karena dapat membeli semua barang dan tingkat harga rendah yang sama.

Hasil dari analisis kurva permintaan wisata menunjukkan bahwa nilai surplus konsumen akan lebih tinggi dari pendapatan yang masuk ke pihak pengelola dimana dari keseluruhan nilai ekonomi surplus konsumen adalah 99,986% sedangkan proporsi untuk pendapatan yang diterima pengelola adalah 0,015%. Bila rata-rata pengunjung yang datang ke kawasan Ekowisata Tangkahan (dalam waktu 4 tahun) adalah sebesar 8.492 pengunjung, maka dengan harga tiket


(41)

Yessy Mei Nina Simanjuntak : Analisis Nilai Ekonomi Dan Sosial Ekowisata Tangkahan (Studi Kasus di Desa Namo Sialang dan Desa Sei Serdang Kecamatan Batang Serangan Kabupaten Langkat Sumatera Utara), 2009.

masuk sebesar Rp 2.000 akan diperoleh pendapatan bagi pengelola selama setahun adalah Rp 16.984.000/tahun, maka dari hasil tersebut dapat diketahui nilai ekonomi kawasan Ekowisata Tangkahan dengan metode biaya perjalanan sebagai berikut:

NE = SK + Pd

= Rp 113.795.352.000 + Rp 16.984.000 = Rp 113.812.336.000

Konsep yang mendasari penilaian ekonomi ini adalah teknik kesediaan membayar dari masing-masing individu untuk jasa lingkungan atau sumberdaya. Dan begitu juga terhadap penilaian ekonomi Ekowisata Tangkahan juga menggunakan cara pendekatan biaya perjalanan, yaitu jumlah uang yang dihabiskan selama melakukan kunjungan ekowisata.

Jumlah biaya perjalanan total yang dikeluarkan oleh pengujung berdasarkan daerah asal adalah dapat dilihat pada Tabel 2

Tabel 2 Data jumlah pengunjung berdasarkan daerah asal

No Daerah Jml populasi Jml pengunjung Proporsi (%)

asal daerah (org)

pengunjung (org)

1 Medan 2.067.288 3.142 37,2

2 Batang Serangan 38.279 1.104 13,1

3 Kwala Sawit 28.395 1.104 13,1

4 Binjai 244.256 764 9,03

5 Tanjung Pura 69.990 255 3,003

6 Stabat 1.013.849 1.868 21,88

7 Lubuk Pakam 1.634.115 170 2,002

8 Bagan Batu 24.849 85 1,1

Total 8.492 100


(42)

Yessy Mei Nina Simanjuntak : Analisis Nilai Ekonomi Dan Sosial Ekowisata Tangkahan (Studi Kasus di Desa Namo Sialang dan Desa Sei Serdang Kecamatan Batang Serangan Kabupaten Langkat Sumatera Utara), 2009.

Pengunjung yang paling banyak datang ke ekowisata ini adalah pengunjung yang berasal dari Medan dengan proporsi 37,2% sementara pengunjung yang paling sedikit berasal dari Bagan Batu dengan proporsi 1,1%. Hal ini mungkin saja terjadi karena tujuan utama mereka bukanlah berlibur melainkan misalnya karena acara keluarga.

Tabel 3 Tabulasi data dan umur responden

No. Umur(Tahun) Jumlah (Orang) Persentase (%)

1. <20 8 8

2. 20-40 89 89

>40 3 3

Total 100

Sumber: Kuisioner Analisis Nilai Ekonomi Ekowisata Tangkahan

Sampel yang digunakan dalam menduga nilai ekonomi kawasan Ekowisata Tangkahan adalah 100 responden. Dengan cakupan usia <20 tahun adalah sebanyak 8 orang, usia 20-40 tahun adalah 89 orang dan usia >40 tahun adalah sebanyak 3 orang. Tidak ada kriteria khusus untuk menentukan atau memilih responden yang akan di ambil. Dari cakupan umur akan dapat diketahui bahwa animo orang yang melakukan wisata alam bebas lebih banyak di kisaran usia 20-40 tahun. Hal ini mungkin saja disebabkan oleh kondisi fisik yang masih membutuhkan adrenalin tinggi juga kematangan finansial.

Tabel 4 Tabulasi data dan jenis kelamin responden

No. Jenis kelamin Jumlah (orang) Persentase (%)

1 Laki-laki 61 61

2 Perempuan 39 39

Total 100


(43)

Yessy Mei Nina Simanjuntak : Analisis Nilai Ekonomi Dan Sosial Ekowisata Tangkahan (Studi Kasus di Desa Namo Sialang dan Desa Sei Serdang Kecamatan Batang Serangan Kabupaten Langkat Sumatera Utara), 2009.

Jumlah pengunjung yang datang ke kawasan Ekowisata Tangkahan di dominasi oleh laki-laki dengan total jumlah responden sebanyak 61 orang. Sedangkan sisanya adalah perempuan. Minat pada tujuan wisata bisa di pengaruhi oleh tingkat selera. Perempuan pada umumnya menyukai hal-hal yang tidak begitu mengeluarkan tenaga yang banyak, tidak berat dan menyukai semua kemudahan. Berbeda dengan hal yang disuguhkan oleh wisata alam bebas yang lebih mengutamakan tantangan besar, kembali ke alam yang berarti harus mengerjakan sesuatu jauh dari kemudahan, kemampuan bertahan hidup yang keras yang justru sangat di gemari oleh laki-laki pada umumnya. Itulah sebabnya mengapa proporsi laki-laki lebih banyak daripada perempuan dalam melakukan wisata ini.

Tabel 5 Tabulasi data pendidikan responden

No. Pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%)

1 SD 1 1

2 SMP 3 3

3 SMU 60 60

4 Perguruan Tinggi 36 36

Total 100

Sumber: Kuisioner Analisis Nilai Ekonomi Ekowisata Tangkahan

Tingkat pendidikan responden yang paling besar adalah jenjang SMU yakni sebanyak 60 orang disusul dengan Perguruan Tinggi sebanyak 36 orang, kemudian SMP sebanyak 3 orang dan SD 1 orang. Responden yang dengan jenjang pendidikan SMA rata-rata berasal dari daerah perkampungan yang ada di sekitar kawasan Ekowisata Tangkahan, sedikit diantaranya berasal dari Binjai dan Medan. Begitu pula dengan responden yang tingkat pendidikannya SD dan SMP.


(44)

Yessy Mei Nina Simanjuntak : Analisis Nilai Ekonomi Dan Sosial Ekowisata Tangkahan (Studi Kasus di Desa Namo Sialang dan Desa Sei Serdang Kecamatan Batang Serangan Kabupaten Langkat Sumatera Utara), 2009.

Berbeda dengan jenjang pendidikan Perguruan Tinggi yang berasal dari Binjai dan Medan.

Tabel 6 Tabulasi daerah asal responden

No. Daerah Asal Jumlah Responden Persentase (%)

1. Batang Serangan 13 13

2. Kwala Sawit 13 13

3. Langkat 22 22

4. Medan 37 37

5. Binjai 9 9

6. Tanjung Pura 3 3

7. Pekan Baru 1 1

8. Lubuk Pakam 2 2

Total 100

Sumber: Kuisioner Analisis Nilai Ekonomi Ekowisata Tangkahan

Pengunjung paling banyak berasal dari Medan yaitu sebanyak 37 orang. Masyarakat di perkotaan pada umumnya mencari hal-hal yang tidak bisa di dapatkan di kota besar. Yaitu kenyamanan, udara bersih dan harmoni alam yang akan ditawarkan di kawasan Ekowisata Tangkahan. Langkat menjadi daerah asal pengunjung terbanyak kedua setelah Medan. Hal ini mungkin saja dikarenakan oleh alternatif wisata sangat sedikit di kawasan ini, dan Ekowisata Tangkahan menjadi objek yang sangat di gemari untuk di kunjungi setelah Bukit Lawang yang juga dekat dengan Langkat. Begitu pula dengan daerah asal pengunjung lainnya.

Tabel 7 Tabulasi data pekerjaan

No. Pekerjaan Pokok Jumlah Responden Persentase (%)

1. Wiraswasta 51 51

2. PNS 1 1

3. Pegawai swasta 20 20

4. Karyawan BUMN 7 7

5. Pendeta 1 1

6. Petani 2 2


(45)

Yessy Mei Nina Simanjuntak : Analisis Nilai Ekonomi Dan Sosial Ekowisata Tangkahan (Studi Kasus di Desa Namo Sialang dan Desa Sei Serdang Kecamatan Batang Serangan Kabupaten Langkat Sumatera Utara), 2009.

Total 100

Sumber: Kuisioner Analisis Nilai Ekonomi Ekowisata Tangkahan

Jenis pekerjaan responden yang berkunjung di kawasan Ekowisata Tangkahan lumayan beragam. Proporsi paling besar adalah wiraswasta yakni sebanyak 51 orang, disusul oleh Pegawai Swasta sebanyak 20 orang dan Pelajar/ Mahasiswa sebanyak 18 orang. Responden dengan pekerjaan sebagai Pegawai Swasta pada umumnya menginap di kawasan Ekowisata Tangkahan, begitu pula dengan Mahasiswa, dan sedikit diantaranya adalah pekerja wiraswasta. Sementara pengunjung lainnya melakukan perjalanan pulang hari tanpa menginap.

Tabel 8 Tabulasi Data Tujuan Kedatangan

No. Tujuan kedatangan Jumlah responden Persentase (%)

1. Menikmati panorama alam 92 92

2. Berkemah 3 3

3. Penelitian 1 1

4. Dan lain-lain 4 4

Total 100

Sumber: Kuisioner Analisis Nilai Ekonomi Ekowisata Tangkahan

Pada umumnya responden yang melakukan kegiatan ekowisata di Tangkahan adalah bertujuan untuk menikmati panorama alam. Hal ini tentu saja sangat masuk akal, mengingat konsep ekowisata adalah menyajikan keindahan alam yang alami. Pengunjung tidak akan memilih Ekowisata Tangkahan untuk berbelanja atau hal lain yang bersifat hedoni, ciri khas perkotaan. Berkemah juga merupakan kegiatan yang mendekatkan diri ke alam. Empat orang responden yang memilih dan lain-lain sebagai tujuan kedatangan adalah misalnya untuk melihat gajah, mandi air panas dan sebagainya.


(46)

Yessy Mei Nina Simanjuntak : Analisis Nilai Ekonomi Dan Sosial Ekowisata Tangkahan (Studi Kasus di Desa Namo Sialang dan Desa Sei Serdang Kecamatan Batang Serangan Kabupaten Langkat Sumatera Utara), 2009.

Tabel 9 Tabulasi data alasan kedatangan

No Alasan kedatangan Jml responden Persentase (%)

1. Tujuan Utama 100 100

2. Persinggahan 0 0

Total 100

Sumber: Kuisioner Analisis Nilai Ekonomi Ekowisata Tangkahan

Dari keseluruhan responden, semuanya memilih Ekowisata Tangkahan menjadi tujuan utama sebagai alasan kedatangan. Wajar saja mengingat kondisi jalan menuju lokasi ekowisata sangat tidak nyaman, yang tentu saja tidak memungkinkan untuk menjadikan objek wisata ini sebagai tempat persinggahan untuk selanjutnya melakukan kegiatan wisata di tempat lain.

Tabel 10 Tabulasi data kelompok wisata

No. Tujuan kedatangan Jml responden Persentase (%)

1. Sendiri 3 3

2. Berkelompok 76 76

3. Keluarga 21 21

Total 100

Sumber: Kuisioner Analisis Nilai Ekonomi Ekowisata Tangkahan

Para pengunjung lebih memilih melakukan perjalanan wisata secara berkelompok yang dilakukan bersama teman-teman yakni sebanyak 76 responden yang disusul dengan kedatangan berkelompok yaitu sebanyak 21 orang. Dan hanya 3 orang responden yang memilih datang seorang diri. Melakukan perjalanan wisata secara berkelompok lebih mengasyikkan di bandingkan dengan kelompok wisata lainnya. Bila melakukan perjalanan dengan keluarga memang nyaman, tetapi tidak akan sebebas dengan kelompok karena di lakukan


(47)

Yessy Mei Nina Simanjuntak : Analisis Nilai Ekonomi Dan Sosial Ekowisata Tangkahan (Studi Kasus di Desa Namo Sialang dan Desa Sei Serdang Kecamatan Batang Serangan Kabupaten Langkat Sumatera Utara), 2009.

pengawasan oleh keluarga. Hanya sedikit orang yang mau melakukan perjalanan wisata seorang diri.

Tabel 11 Tabulasi data frekuensi kedatangan

No. Pernah datang atau tidak Jml responden Persentase (%)

1. Ya 64 64

2. Tidak 36 36

Total 100

Sumber: Kuisioner Analisis Nilai Ekonomi Ekowisata Tangkahan

Dari keseluruhan responden sebagian besar sudah pernah datang ke kawasan Ekowisata Tangkahan, yaitu sebanyak 64 orang. Dan untuk 36 orang selebihnya, Ekowisata Tangkahan merupakan hal baru. Pengunjung yang sudah pernah datang ke kawasan ekowisata ini datang lagi karena kenangan akan kecantikan alam yang di suguhkan begitu melekat sehingga niat untuk datang kembali begitu besar. Tidak menutup kemungkinan, hal yang sama juga akan dilakukan oleh responden yang baru pertama kali datang ke kawasan ini.

Tabel 12 Tabulasi data kendaraan yang dipakai

No. Kendaraan yang dipakai Jml responden Persentase (%)

1 Kendaraan pribadi 90 90

2 Kendaraan umum 4 4

3 Kendaraan sewa 5 5

4 Kendaraan milik instansi 1 1

Total 100

Sumber: Kuisioner Analisis Nilai Ekonomi Ekowisata Tangkahan

Kendaraan pribadi merupakan jenis kendaraan yang di pilih oleh sebagian besar responden untuk melakukan kegiatan wisata di kawasan Ekowisata Tangkahan yakni sebanyak 90 responden. Hal ini dikarenakan oleh kemudahan yang diperoleh apabila melakukan kegiatan wisata. Lebih bebas dalam


(48)

Yessy Mei Nina Simanjuntak : Analisis Nilai Ekonomi Dan Sosial Ekowisata Tangkahan (Studi Kasus di Desa Namo Sialang dan Desa Sei Serdang Kecamatan Batang Serangan Kabupaten Langkat Sumatera Utara), 2009.

menentukan waktu yang di habiskan dalam berekreasi, yang akan berimbas pada tingkat kepuasan pengunjung.

Kendaraan sewa di gunakan karena tidak memiliki kendaraan pribadi maupun karena kedatangan berkelompok sehingga lebih baik menggunakan kendaraan sewa, misalnya mobil. Kendaraan umum juga digunakan karena keterbatasan biaya transportasi, tetapi keinginan untuk melakukan kegiatan ekowisata sangat besar. Sedangkan kendaraan milik instansi merupakan fasilitas cuma-cuma yang di berikan oleh Perusahaan kepada karyawannya.

Tabel 13 Tabulasi data perolehan informasi daerah ekowisata

No. Informasi Jml responden Persentase (%)

1. Teman atau keluarga 80 80

2. Media massa 3 3

3. Internet 8 8

4. Brosur 9 9

Total 100

Sumber: Kuisioner Analisis Nilai Ekonomi Ekowisata Tangkahan

Sebanyak 80 responden mendapat informasi tentang Ekowisata Tangkahan dari teman atau keluarga. Hal ini menunjukkan bahwa promosi yang di lakukan baik oleh pengelola maupun Pemda setempat belum maksimal. Di buktikan dengan informasi yang beredar jauh lebih besar berasal dari mulut ke mulut daripada melalui brosur yakni sebanyak 9 responden dan internet sebanyak 8 responden. Sementara melalui media massa hanya sebanyak 3 orang responden. Untuk itu sangat di perlukan kerjasama yang baik antara pihak Pengelola dan Pemerintah terkait untuk lebih memperkenalkan Ekowisata Tangkahan kepada masyarakat luas.

Tabel 14 Tabulasi data fasilitas transportasi dan jalan menuju Tangkahan No. Fasilitas transportasi dan kondisi jalan

Jml


(49)

Yessy Mei Nina Simanjuntak : Analisis Nilai Ekonomi Dan Sosial Ekowisata Tangkahan (Studi Kasus di Desa Namo Sialang dan Desa Sei Serdang Kecamatan Batang Serangan Kabupaten Langkat Sumatera Utara), 2009.

1. Sangat baik 1 1

2. Baik 5 5

3. Cukup 4 4

4. Kurang baik 31 31

5. Sangat tidak baik 59 59

Total 100

Sumber: Kuisioner Analisis Nilai Ekonomi Ekowisata Tangkahan

Sebanyak 59 orang responden menyatakan bahwa kondisi jalan dan fasilitas menuju Tangkahan sangat tidak baik, 39 responden menyatakan kurang baik, 4 responden menyatakan cukup, 5 responden menyatakan baik, dan hanya satu responden yang menyatakan bahwa kondisi jalan dan fasilitas transportasi menuju Tangkahan sangat baik. Hal ini menjadi cambuk bagi Pengelola dan Pemda untuk lebih memperhatikan infrastruktur di kawasan ekowisata ini. Berdasarkan pengamatan Peneliti, kondisi jalan menuju Tangkahan memang sangat ironis. Jalan rusak dan tidak beraspal menjadikan jalanan menjadi penuh debu dan kotor. Jalan rusak juga menyebabkan waktu tempuh menjadi lebih lama dari yang seharusnya, pemborosan minyak, dan stamina telah habis terkuras selama perjalanan. Hal ini bisa saja menyebabkan banyak calon Pengunjung mengurungkan niatnya untuk datang dan lebih memilih daerah wisata lain.

Tabel 15 Tabulasi data keamanan

No. Keamanan Jml responden Persentase (%)

1. Sangat aman 6 6

2. Aman 90 90

3. Kurang aman 4 100

Total 100

Sumber: Kuisioner Analisis Nilai Ekonomi Ekowisata Tangkahan

Sebanyak 90 responden menyatakan bahwa kawasan Ekowisata Tangkahan aman, 6 responden diantaranya mengatakan sangat aman dan 4 orang mengatakan kurang aman. Menurut responden yang menyatakan kurang aman


(50)

Yessy Mei Nina Simanjuntak : Analisis Nilai Ekonomi Dan Sosial Ekowisata Tangkahan (Studi Kasus di Desa Namo Sialang dan Desa Sei Serdang Kecamatan Batang Serangan Kabupaten Langkat Sumatera Utara), 2009.

bahwa dulunya pemuda di kawasan Ekowisata Tangkahan ini sangat brutal. Suka berkelahi dan minum minuman keras. Meskipun sekarang sudah tidak lagi karena sudah menyadari bahwa keamanan akan mendatangkan banyak pengunjung, tetapi masih saja ada pengunjung yang trauma akan kejahatan mereka sehingga mengatakan Ekowisata Tangkahan kurang aman.

Tabel 16 Tabulasi data pusat informasi Tangkahan

No. Pusat informasi Jml responden Persentase (%)

1. Tampilan fisik cukup bagus 20 20

2. Tampilan fisik kurang bagus 28 28

3. Informasi yang disediakan cukup 42 42

4. Informasi yang disediakan kurang 10 10

Total 100

Sumber: Kuisioner Analisis Nilai Ekonomi Ekowisata Tangkahan

Sebanyak 10 orang responden mengatakan bahwa informasi yang di sediakan masih kurang. Berdasarkan pengamatan Peneliti, ketika para pengunjung masuk dan membeli tiket mereka tidak melontarkan pertanyaan tentang kawasan Ekowisata Tangkahan kepada Pengelola. Mungkin saja mereka mengharapkan adanya penjelasan tanpa diajukan pertanyaan. Sementara pengelola menganggap dengan tidak dilontarkannya pertanyaan oleh pengunjung berarti mereka ingin segera cepat-cepat melakukan kegiatan wisata. Mendengarkan keterangan merupakan hal yang buang-buang waktu saja. Maka dari itu perlu dilakukan koordinasi yang baik antar Pengelola, bagaimana cara memberi informasi yang baik kepada pengunjung.

Tampilan fisik yang kurang bagus bisa saja di sebabkan karena pendapatan yang masuk belum begitu besar. Sehingga dana yang ada di alokasikan untuk


(51)

Yessy Mei Nina Simanjuntak : Analisis Nilai Ekonomi Dan Sosial Ekowisata Tangkahan (Studi Kasus di Desa Namo Sialang dan Desa Sei Serdang Kecamatan Batang Serangan Kabupaten Langkat Sumatera Utara), 2009.

keperluan yang lebih penting dan mendesak. Disini dibutuhkan kreatifitas yang tinggi untuk memaksimalkan penampilan dengan dana yang minim.

Tabel 17 Tabulasi data keramahan penduduk

No. Keramahan penduduk Jml responden Persentase (%)

1. Sangat ramah 3 3

2. Ramah 90 90

3. Tidak ramah 6 6

4. Sangat tidak ramah 1 1

Total 100

Sumber: Kuisioner Analisis Nilai Ekonomi Ekowisata Tangkahan

Sebanyak 90 responden mengatakan bahwa penduduk Tangkahan ramah. Mereka beranggapan bahwa masyarakat belum bisa di kategorikan sangat ramah. Penilaian ini diberikan karena masyarakat akan menjawab bila ditanya, tidak mengusik dan mengganggu, berbeda dengan 3 responden yang menyatakan penduduk sangat ramah. Persepsi orang bisa berbeda sesuai dengan kondisi kepribadiannya.

Sebanyak 6 responden menyatakan penduduk tidak ramah dan hanya satu yang menyatakan sangat tidak ramah. Sikap diam untuk sebagian orang mungkin merupakan kesan yang tidak ramah. Walaupun demikian masyarakat diharapkan hendaknya lebih menunjukkan sikap terbuka kepada pengunjung.

Hubungan Masyarakat dengan Kawasan Ekowisata Tangkahan

Kawasan ekowisata Tangkahan merupakan suatu kawasan ekowisata yang dibentuk berdasarkan aspirasi masyarakat dan kesadaran yang muncul untuk


(52)

Yessy Mei Nina Simanjuntak : Analisis Nilai Ekonomi Dan Sosial Ekowisata Tangkahan (Studi Kasus di Desa Namo Sialang dan Desa Sei Serdang Kecamatan Batang Serangan Kabupaten Langkat Sumatera Utara), 2009.

menjaga hutan dari kehancuran. Atas dasar inilah maka masyarakat berusaha untuk mengoptimalkan sumberdaya hutan untuk keperluan ekowisata.

Keinginan masyarakat untuk menjaga dan mengelola hutan, tidak datang dengan sendirinya. Berdasarkan keterangan penduduk, Tangkahan merupakan kawasan perambahan hutan. Masyarakat juga ikut di dalamnya dalam mengeksploitasi kayu dari dalam hutan. Kayu-kayu dari dalam hutan di Tangkahan, yang masih termasuk ke dalam kawasan Taman Nasional Gunung Leuser, ditebang dan dihanyutkan ke dalam sungai batang serangan untuk selanjutnya di perdagangkan kepada pembeli yang sudah menunggu di hilir sungai. Pada saat itu hal demikian sudah sangat wajar. Bahkan dilakukan secara terang-terangan, karena sebagian besar penduduk sekitar tangkahan berprofesi sebagai perambah hutan. Namun akibat perusakan tanpa adanya upaya perbaikan hutan mulai mengalami kegundulan. Maka ketika terjadi banjir bandang, hutan tidak mampu membendung volume air yang datang. Kejadian ini merupakan pukulan berat bagi masyarakat. Mereka tidak pernah menyangka akan adanya banjir yang sedemikian hebat. Sampai akhirnya mereka menyadari bahwa akibat penebangan liar tersebut, mereka sendiri yang terkena imbasnya.

Dengan dihentikannya penebangan liar, maka masyarakat membentuk Lembaga Pariwisata Tangkahan (LPT), yaitu sebuah lembaga yang bertujuan mengembangkan ekowisata sebagai alternatif perekonomian masyarakat, yang bekerjasama dengan Balai Taman Nasional Gunung Leuser (BTNGL), pada tahun 2001. Dengan adanya kerjasama ini, Tangkahan yang merupakan bagian dari TNGL diberi keleluasaan untuk dikelola menjadi kawasan ekowisata dengan tetap menjaga kelesterian kawasannya.


(53)

Yessy Mei Nina Simanjuntak : Analisis Nilai Ekonomi Dan Sosial Ekowisata Tangkahan (Studi Kasus di Desa Namo Sialang dan Desa Sei Serdang Kecamatan Batang Serangan Kabupaten Langkat Sumatera Utara), 2009.

Lembaga Pariwisata Tangkahan kemudian menyusun perencanaan pengembangan ekowisata, membuat jalur jelajah ke dalam hutan maupun di sungai, tubing, camping membina para pemandu wisatawan, dan lain-lain. Dengan adanya upaya tersebut, besar harapan para penduduk kampung agar nantinya anak cucu mereka dapat merasakan keindahan hutan di Tangkahan, dan bukannya meninggalkan musibah kepada mereka.

Tangkahan merupakan suatu kawasan ekowisata berbasis masyarakat. Masyarakat Tangkahan yang diwakili oleh LPT berkeinginan dan berupaya agar hutan Taman Nasional Gunung Leuser di kawasan Tangkahan terhindar dari berbagai kegiatan yang merusak. Ekowisata merupakan model pendekatan yang dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Tangkahan. Peran dan keberadaan Tangkahan menjadi sangat penting karena kondisi masyarakat Tangkahan merupakan salah satu model unik di Indonesia yang mengalami transformasi dari aktivitas illegal logger (destuktif) menjadi elemen kunci dalam konservasi/ konstruktif (PHKA dan FFI, 2008).

Kawasan ekowisata Tangkahan di upayakan tanpa meninggalkan kesan alamiah. Hidup ditengah alam bebas. Sangat cocok bagi wisatawan yang menyukai tantangan dan alam terbuka. Bahkan penginapannya pun dibangun sedemikian rupa dengan nuansa alamiah. Situasi yang seperti inilah yang juga menjadi salah satu yang sangat menjual di kawasan ini. Tidak banyak areal-areal yang tersentuh oleh kemajuan zaman, dan memang sengaja dilakukan seperti itu untuk tetap menjaga keasliannya.

Masyarakat sangat berupaya menjaga hutan, karena mereka menyadari dengan semakin terjaganya ekosistem hutan, maka minat wisatawan akan semakin


(54)

Yessy Mei Nina Simanjuntak : Analisis Nilai Ekonomi Dan Sosial Ekowisata Tangkahan (Studi Kasus di Desa Namo Sialang dan Desa Sei Serdang Kecamatan Batang Serangan Kabupaten Langkat Sumatera Utara), 2009.

tinggi, sehingga perekonomian masyarakat dapat bergerak ke arah yang lebih baik.

Selain menjadi pemandu wisata, masyarakat juga bisa meningkatkan pendapatan mereka dengan berjualan di sekitar kawasan ekowisata, khususnya pada hari-hari libur, mereka mendirikan warung sebagai tempat mereka berjualan. Masyarakat juga terlibat dalam usaha menjaga keamanan Taman Nasional. Sedikitnya dua kali dalam seminggu anggota Ranger berpatroli masuk kedalam hutan Taman Nasional bersama Conservation and Response Unit (CRU), yaitu suatu program untuk mengatasi konflik manusia dengan gajah yang dijalankan Fauna and Flora International (FFI). Beberapa kali rombongan patrol berhasil menggagalkan upaya pencurian kayu dan perusakan hutan di kawasan Taman Nasional Gunung Leuser (Veraneldy, 2006).

Lembaga Pariwisata Tangkahan (LPT) bersama dengan Balai Taman Nasional Gunung Leuser (BTNGL) dan Indonesian Ecotourism Network (INDECON) telah berhasil mendirikan Information Center Office sebagai pusat informasi bagi pengunjung tentang Tangkahan. Satu bukti yang bias diperlihatkan dari keberhasilan pengembangan ekowisata di Tangkahan, adalah banyaknya pengunjung domestik dan mancanegara yang dating ke Tangkahan. Dengan demikian, dari banyaknya jumlah pengunjung itu, uang yang beredar di Tangkahan cukup tinggi. Khusus pengunjung asal Indonsia yang menginap mencapai 850 orang dengan rata-rata masa inap 2-3 hari (Lembaga Pariwisata Tangkahan, 2006).


(55)

Yessy Mei Nina Simanjuntak : Analisis Nilai Ekonomi Dan Sosial Ekowisata Tangkahan (Studi Kasus di Desa Namo Sialang dan Desa Sei Serdang Kecamatan Batang Serangan Kabupaten Langkat Sumatera Utara), 2009.

Penelitian tentang analisis nilai ekonomi dan social kawasan ekowisata Tangkahan dilakukan di 2 desa yakni Desa Sei Serdang dan Desa Namo Sialang, Kecamatan Batang Serangan, Kabupaten Langkat. Kedua desa tersebut merupakan desa terdekat yang bersinggungan dengan kawasan ekowisata Tangkahan. Dalam nota kesepahaman atau yang biasa disebut dengan Memmorandum Of Understanding (MOU), masyarakat di kedua desa tersebut diikutsertakan dalam penentuan kebijakan dan pengembangan ekowisata Tangkahan.

Karakteristik masyarakat yang di analisis dalam penelitian ini adalah umur, tingkat pendidikan, mata pencaharian, dan penghasilan. Jumlah seluruh responden yang diambil dalam penelitian ini adalah 62 orang responden. Jumlah responden yang di ambil untuk analisis sosial di Dusun Afdeling VII dan VIII berjumlah 11 responden. Hal ini disebabkan oleh karakteristik responden yang cenderung homogen, sehingga tidak mempengaruhi kesimpulan jika jumlah responden yang telah telah ditentukan tidak digunakan seluruhnya, dan selebihnya responden dari Dusun Kuala Gemoh dan Kuala Buluh.

Umur Responden

Tabel 18 Tabulasi umur respoden

No Umur (thn) Frekuensi Proporsi (%)

1 <20 2 3.23

2 20-40 23 37.10

3 >40 37 59.67

Jumlah 62 100


(56)

Yessy Mei Nina Simanjuntak : Analisis Nilai Ekonomi Dan Sosial Ekowisata Tangkahan (Studi Kasus di Desa Namo Sialang dan Desa Sei Serdang Kecamatan Batang Serangan Kabupaten Langkat Sumatera Utara), 2009.

Berdasarkan Tabel diketahui bahwa umur responden dalam penelitian ini, termasuk kelompok usia produktif yang pada umumnya telah memiliki tanggung jawab dalam memenuhi kebutuhan hidup. Hal ini sesuai dengan pernyataan Mantra (2004) bahwa tenaga kerja merupakan penduduk yang dalam usia produktif yakni 25-65 tahun.

Tingkat Pendidikan

Perbandingan tingkat pendidikan responden pada umumnya tidak terlalu signifikan. Pendidikan responden pada umumnya telah menyelesaikan pendidikan hingga tingkat SD (48.39%). Meskipun demikian terdapat juga responden yang menyelesaikan pendidikan hingga tingkat SLTP (25.81%). Kesadaran akan pentingnya tingkat pendidikan belum begitu terasa. Hal ini terlihat dari pendidikan yang dikecap oleh responden sebagian besar hanya bersekolah hingga tingkat SD saja. Bahkan masih ada yang belum mengecap bangku sekolah, yakni sekitar 8.06%.

Dari penelitian yang telah dilakukan, alasan mengapa tingkat pendidikan penduduk tidak begitu tinggi diantaranya karena tidak ada biaya, fasilitas yang tidak mendukung seperti minimnya ketersediaan sekolah untuk tingkat SLTP dan SLTA, juga kondisi jalan yang tidak baik dan di perparah dengan transportasi yang tidak memadai. Keinginan untuk mendapatkan tingkat pendidikan yang layak tetap ada walaupun kecil. Tetapi situasi yang tidak mendukung membuat penduduk setempat menjadi enggan untuk melanjutkan pendidikan.

Tabel 19 Tingkat pendidikan

No Pendidikan Frekuensi Proporsi (%)


(1)

Yessy Mei Nina Simanjuntak : Analisis Nilai Ekonomi Dan Sosial Ekowisata Tangkahan (Studi Kasus di Desa Namo Sialang dan Desa Sei Serdang Kecamatan Batang Serangan Kabupaten Langkat Sumatera Utara), 2009.

102.000 10.929 1.114.758.000 2.077.028.000 962.270.000

104.000 10.801 1.123.304.000 2.063.716.000 940.412.000

106.000 10.671 1.131.126.000 2.049.936.000 918.810.000

108.000 10.544 1.138.752.000 2.036.220.000 897.468.000

110.000 10.417 1.145.870.000 2.022.250.000 876.380.000

112.000 10.290 1.152.480.000 2.008.026.000 855.546.000

114.000 10.161 1.158.354.000 1.993.320.000 834.966.000

Lanjutan Lampiran 3

Harga tiket Jumlah Penerimaan Total Surplus

Masuk Pengunjung (Rp) Kesediaan Konsumen (Rp)

(Rp/org) Membayar (Rp)

116.000 10.035 1.164.060.000 1.978.704.000 814.644.000

118.000 9.906 1.168.908.000 1.963.482.000 794.574.000

120.000 9.780 1.173.600.000 1.948.362.000 774.762.000

122.000 9.650 1.177.300.000 1.932.502.000 755.202.000

124.000 9.523 1.180.852.000 1.916.754.000 735.902.000

126.000 9.395 1.183.770.000 1.900.626.000 716.856.000

128.000 9.268 1.186.304.000 1.884.370.000 698.066.000

130.000 9.139 1.188.070.000 1.867.600.000 679.530.000

132.000 9.011 1.189.452.000 1.850.704.000 661.252.000

134.000 8.885 1.190.590.000 1.833.820.000 643.230.000

136.000 8.757 1.190.952.000 1.816.412.000 625.460.000

138.000 8.630 1.190.940.000 1.798.886.000 607.946.000

140.000 8.500 1.190.000.000 1.780.686.000 590.686.000

142.000 8.373 1.188.966.000 1.762.652.000 573.686.000


(2)

Yessy Mei Nina Simanjuntak : Analisis Nilai Ekonomi Dan Sosial Ekowisata Tangkahan (Studi Kasus di Desa Namo Sialang dan Desa Sei Serdang Kecamatan Batang Serangan Kabupaten Langkat Sumatera Utara), 2009.

146.000 8.118 1.185.228.000 1.725.676.000 540.448.000

148.000 7.989 1.182.372.000 1.706.584.000 524.212.000

150.000 7.862 1.179.300.000 1.687.534.000 508.234.000

152.000 7.735 1.175.720.000 1.668.230.000 492.510.000

154.000 7.607 1.171.478.000 1.648.518.000 477.040.000

156.000 7.479 1.166.724.000 1.628.550.000 461.826.000

158.000 7.351 1.161.458.000 1.608.326.000 446.868.000

160.000 7.223 1.155.680.000 1.587.846.000 432.166.000

162.000 7.096 1.149.552.000 1.567.272.000 417.720.000

164.000 6.967 1.142.588.000 1.546.116.000 403.528.000

166.000 6.839 1.135.274.000 1.524.868.000 389.594.000

168.000 6.712 1.127.616.000 1.503.532.000 375.916.000

170.000 6.586 1.119.620.000 1.482.112.000 362.492.000

172.000 6.456 1.110.432.000 1.459.752.000 349.320.000

174.000 6.329 1.101.246.000 1.437.654.000 336.408.000

Lanjutan Lampiran 3

Harga tiket Jumlah Penerimaan Total Surplus

Masuk Pengunjung (Rp) Kesediaan Konsumen (Rp)

(Rp/org) Membayar (Rp)

176.000 6.201 1.091.376.000 1.415.126.000 323.750.000

178.000 6.074 1.081.172.000 1.392.520.000 311.348.000

180.000 5.945 1.070.100.000 1.369.300.000 299.200.000

182.000 5.817 1.058.694.000 1.346.004.000 287.310.000

184.000 5.690 1.046.960.000 1.322.636.000 275.676.000

186.000 5.562 1.034.532.000 1.298.828.000 264.296.000


(3)

Yessy Mei Nina Simanjuntak : Analisis Nilai Ekonomi Dan Sosial Ekowisata Tangkahan (Studi Kasus di Desa Namo Sialang dan Desa Sei Serdang Kecamatan Batang Serangan Kabupaten Langkat Sumatera Utara), 2009.

190.000 5.306 1.008.140.000 1.250.442.000 242.302.000

192.000 5.179 994.368.000 1.226.058.000 231.690.000

194.000 5.051 979.894.000 1.201.226.000 221.332.000

196.000 4.923 964.908.000 1.176.138.000 211.230.000

198.000 4.795 949.410.000 1.150.794.000 201.384.000

200.000 4.667 933.400.000 1.125.194.000 191.794.000

202.000 4.540 917.080.000 1.099.540.000 182.460.000

204.000 4.412 900.048.000 1.073.428.000 173.380.000

206.000 4.284 882.504.000 1.047.060.000 164.556.000

208.000 4.156 864.448.000 1.020.436.000 155.988.000

210.000 4.030 846.300.000 993.976.000 147.676.000

212.000 3.900 826.800.000 966.416.000 139.616.000

214.000 3.773 807.422.000 939.238.000 131.816.000

216.000 3.645 787.320.000 911.590.000 124.270.000

218.000 3.518 766.924.000 883.904.000 116.980.000

220.000 3.389 745.580.000 855.524.000 109.944.000

222.000 3.262 724.164.000 827.330.000 103.166.000

224.000 3.135 702.240.000 798.882.000 96.642.000

226.000 3.006 679.356.000 769.728.000 90.372.000

228.000 2.879 656.412.000 740.772.000 84.360.000

230.000 2.752 632.960.000 711.562.000 78.602.000

232.000 2.623 608.536.000 681.634.000 73.098.000


(4)

Yessy Mei Nina Simanjuntak : Analisis Nilai Ekonomi Dan Sosial Ekowisata Tangkahan (Studi Kasus di Desa Namo Sialang dan Desa Sei Serdang Kecamatan Batang Serangan Kabupaten Langkat Sumatera Utara), 2009.

Lanjutan Lampiran 3

Harga tiket Jumlah Penerimaan Total Surplus

Masuk Pengunjung (Rp) Kesediaan Konsumen (Rp)

(Rp/org) Membayar (Rp)

236.000 2.368 558.848.000 621.708.000 62.860.000

238.000 2.241 533.358.000 591.482.000 58.124.000

240.000 2.112 506.880.000 560.522.000 53.642.000

242.000 1.985 480.370.000 529.788.000 49.418.000

244.000 1.857 453.108.000 498.556.000 45.448.000

246.000 1.730 425.580.000 467.314.000 41.734.000

248.000 1.602 397.296.000 435.570.000 38.274.000

250.000 1.474 368.500.000 403.570.000 35.070.000

252.000 1.345 338.940.000 371.062.000 32.122.000

254.000 1.218 309.372.000 338.804.000 29.432.000

256.000 1.091 279.296.000 306.292.000 26.996.000

258.000 963 248.454.000 273.268.000 24.814.000

260.000 867 225.420.000 248.308.000 22.888.000

262.000 831 217.722.000 238.876.000 21.154.000

264.000 796 210.144.000 229.636.000 19.492.000

266.000 757 201.362.000 219.262.000 17.900.000

268.000 721 193.228.000 209.614.000 16.386.000

270.000 685 184.950.000 199.894.000 14.944.000

272.000 651 177.072.000 190.646.000 13.574.000

274.000 616 168.784.000 181.056.000 12.272.000

276.000 583 160.908.000 171.948.000 11.040.000

278.000 549 152.622.000 162.496.000 9.874.000


(5)

Yessy Mei Nina Simanjuntak : Analisis Nilai Ekonomi Dan Sosial Ekowisata Tangkahan (Studi Kasus di Desa Namo Sialang dan Desa Sei Serdang Kecamatan Batang Serangan Kabupaten Langkat Sumatera Utara), 2009.

282.000 482 135.924.000 143.670.000 7.746.000

284.000 447 126.948.000 133.730.000 6.782.000

286.000 413 118.118.000 124.006.000 5.888.000

288.000 379 109.152.000 114.214.000 5.062.000

290.000 346 100.340.000 104.644.000 4.304.000


(6)

Yessy Mei Nina Simanjuntak : Analisis Nilai Ekonomi Dan Sosial Ekowisata Tangkahan (Studi Kasus di Desa Namo Sialang dan Desa Sei Serdang Kecamatan Batang Serangan Kabupaten Langkat Sumatera Utara), 2009.

Lanjutan Lampiran 3

Harga tiket Jumlah Penerimaan Total Surplus

Masuk Pengunjung (Rp) Kesediaan Konsumen (Rp)

(Rp/org) Membayar (Rp)

294.000 277 81.438.000 84.430.000 2.992.000

296.000 243 71.928.000 74.366.000 2.438.000

298.000 210 62.580.000 64.532.000 1.952.000

300.000 175 52.500.000 54.032.000 1.532.000

302.000 141 42.582.000 43.764.000 1.182.000

304.000 108 32.832.000 33.732.000 900.000

306.000 80 24.480.000 25.164.000 684.000

308.000 68 20.944.000 21.468.000 524.000

310.000 56 17.360.000 17.748.000 388.000

312.000 44 13.728.000 14.004.000 276.000

314.000 35 10.990.000 11.178.000 188.000

316.000 26 8.216.000 8.334.000 118.000

318.000 18 5.724.000 5.790.000 66.000

320.000 9 2.880.000 2.910.000 30.000

322.000 4 1.288.000 1.300.000 12.000

324.000 2 648.000 652.000 4.000