Buku Guru Kelas XI SMASMK 64
berarti diri sendiri saya. Ini berarti setiap detik manusia mengingat diri dan energi kosmik. Pranayama terdiri atas puraka yaitu memasukkan nafas, kumbhaka yaitu
menahan nafas, dan recaka yaitu mengeluarkan nafas. Puraka, kumbhaka dan recaka dilaksanakan pelan-pelan dan bertahap, masing-masing selama tujuh detik. Hitungan
tujuh detik ini dimaksudkan untuk menguatkan kedudukan ketujuh cakra yang ada dalam tubuh manusia yaitu muladhara yang terletak di pangkal tulang punggung di
antara dubur dan kemaluan, svadishthana yang terletak di atas kemaluan, manipura yang terletak di pusar, anahata yang terletak di jantung, vishuddha yang terletak di
leher, ajna yang terletak di tengah-tengah kedua mata, dan sahasrara yang terletak di ubun-ubun.
5. Pratyahara
Pratyahara adalah penguasaan panca indra oleh pikiran sehingga apa pun yang diterima panca indra melalui syaraf ke otak tidak mempengaruhi pikiran. Panca indra
terdiri atas pendengaran, penglihatan, penciuman, perasa dan peraba. Pada umumnya indra menimbulkan nafsu kenikmatan setelah mempengaruhi pikiran. Yoga bertujuan
memutuskan mata rantai olah pikiran dari rangsangan syaraf ke keinginan nafsu, sehingga citta menjadi murni dan bebas dari goncangan-goncangan. Jadi yoga tidak
bertujuan mematikan kemampuan indra. Untuk jelasnya mari kita kutip pernyataan dari Maharsi Patanjali sebagai berikut, Sva viyasa asamprayoga, cittayasa svarupa
anukara, iva indriyanam pratyaharah, tatah parana vasyata indriyanam. Artinya,
pratyahara terdiri dari pelepasan alat-alat indra dan nafsunya masing-masing, serta menyesuaikan alat-alat indra dengan bentuk citta budi yang murni. Makna yang
lebih luas adalah Pratyahara hendaknya dimohonkan kepada Hyang Widhi dengan konsentrasi yang penuh agar mata rantai olah pikiran ke nafsu terputus.
6. Dharana
Dharana artinya mengendalikan pikiran agar terpusat pada suatu objek konsentrasi. Objek itu dapat berada dalam tubuh kita sendiri, misalnya “selaning lelata” sela-
sela alis yang dalam keyakinan Sivaism disebut sebagai “Trinetra” atau mata ketiga Siwa. Dapat pula pada “tungtunging panon” atau ujung puncak hidung sebagai
objek pandang terdekat dari mata. Para Sulinggih Pendeta di Bali banyak yang menggunakan ubun-ubun sahasrara sebagai objek karena disaat “ngili atma” di
ubun-ubun dibayangkan adanya padma berdaun seribu dengan mahkotanya berupa
Diunduh dari
http:bse.kemdikbud.go.id
65
Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti
atman yang bersinar “spatika” yaitu berkilau bagaikan mutiara. Objek lain di luar tubuh manusia misalnya bintang, bulan, matahari, dan gunung. Penggunaan bintang
sebagai objek akan membantu para yogin menguatkan pendirian dan keyakinan pada ajaran Dharma. Bulan digunakan membawa ke arah kedamaian batin, matahari untuk
kekuatan isik, dan gunung untuk kesejahteraan. Objek di luar badan yang lain misalnya patung dan gambar dari dewa-dewi, guru spiritual. yang bermanfaat bagi terserapnya
vibrasi kesucian dari objek yang ditokohkan itu. Kemampuan melaksanakan dharana dengan baik akan memudahkan mencapai dhyana dan samadhi.
7. Dhyana
Dhyana adalah suatu keadaan ketika arus pikiran tertuju tanpa putus-putus pada objek yang disebutkan dalam dharana itu, tanpa tergoyahkan oleh objek atau
gangguan atau godaan lain baik yang nyata maupun yang tidak nyata. Gangguan atau godaan yang nyata dirasakan oleh panca indra baik melalui pendengaran, penglihatan,
penciuman, perasa maupun peraba. Gangguan atau godaan yang tidak nyata adalah dari pikiran sendiri yang menyimpang dari sasaran objek dharana. Tujuan dhyana
adalah aliran pikiran yang terus menerus kepada Hyang Widhi melalui objek dharana, lebih jelasnya Yogasutra Maharsi Patanjali menyatakan : “Tatra pradyaya
ekatana dhyanam” Artinya, arus buddhi pikiran yang tiada putus-putusnya menuju
tujuan Hyang Widhi. Kaitan antara pranayama, pratyahara dan dhyana sangat kuat, yang dinyatakan oleh Maharsi Yajanawalkya sebagai: “Pranayamair dahed
dosan, dharanbhisca kilbisan, pratyaharasca sansargan, dhyanena asvan gunan “
Artinya, dengan pranayama terbuanglah kotoran badan dan kotoran buddhi, dengan pratyahara terbuanglah kotoran ikatan pada objek keduniawian, dan dengan dhyana
dihilangkanlah segala apa hambatan yang berada di antara manusia dan Hyang Widhi.
8. Samadhi