Manajemen Pengelolaan Sampah Dalam Rangka Pengembangan Kota Medan Berwawasan Lingkungan

(1)

MANAJEMEN PENGELOLAAN SAMPAH DALAM

RANGKA PENGEMBANGAN KOTA MEDAN

BERWAWASAN LINGKUNGAN

TESIS

Oleh

HOTMAWATI LIDYA PAKPAHAN

087003025/PWD

S

E K O L AH

P A

S C

A S A R JA NA

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(2)

MANAJEMEN PENGELOLAAN SAMPAH DALAM

RANGKA PENGEMBANGAN KOTA MEDAN

BERWAWASAN LINGKUNGAN

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan

pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

HOTMAWATI LIDYA PAKPAHAN

087003025/PWD

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(3)

Judul Tesis : MANAJEMEN PENGELOLAAN SAMPAH DALAM RANGKA PENGEMBANGAN KOTA MEDAN

BERWAWASAN LINGKUNGAN

Nama Mahasiswa : Hotmawati Lidya Pakpahan

Nomor Pokok : 087003025

Program Studi : Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan

Komisi Pembimbing,

(Prof. Bachtiar Hasan Miraza) Ketua

(Drs. Rujiman, MA) (Agus Purwoko, Shut, M.Si)

Anggota Anggota

Ketua Program Studi, Direktur,

(Prof. Bachtiar Hasan Miraza) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc)


(4)

Telah diuji pada Tanggal : 9 Juni 2010

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Bachtiar Hasan Miraza

Anggota : 1. Drs. Rujiman, MA

2. Agus Purwoko, Shut, M.Si

3. Dr. Ir. Rahmanta, M.Si


(5)

ABSTRAK

Hotmawati Lidya Pakpahan, Nim.087003025 “ Manajemen Pengelolaan Sampah Dalam Rangka Pengembangan Kota Medan Berwawasan Lingkungan ,dibawah bimbingan Prof.Bachtiar Hassan Miraza, Drs. Rujiman,MA dan Agus Purwoko, S.Hut,MSi.

Adanya kecendrungan jumlah penduduk yang semakin meningkat serta diikuti kegiatan kota yang makin berkembang maka akan menimbulkan dampak adanya buangan/limbah yang meningkat dan bervariasi. Dalam pengelolaan sampah terdapat 5 aspek yang berpengaruh yaitu pembiayaan, kelembagaan, hukum, teknik operasional dan peran masyarakat. Dari kelima aspek tersebut, aspek pembiayaan merupakan aspek yang paling berpengaruh karena sebagian besar kegiatan dalam pengelolaan sampah memerlukan biaya atau dapat dikatakan aspek pembiayaan merupakan ujung tombak dalam pengelolaan sampah.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis manajemen pengelolaan sampah yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan & pelaporan di Kota Medan, untuk menganalisis perkembangan Pendapatan Asli Daerah dari Retribusi Sampah di Kota Medan, dan untuk menganalisis pengaruh anggaran pengelolaan sampah, tenaga kerja kebersihan, dan jumlah penduduk terhadap Pendapatan Asli Daerah dari Retribusi Sampah di Kota Medan.

Manajemen pengelolaan sampah dan perkembangan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari retribusi sampah dianalisis dengan menggunakan metode analisis deskriptif. Pengaruh anggaran pengelolaan sampah, tenaga kebersihan, jumlah penduduk terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari retribusi sampah di Kota Medan dianalisis dengan regresi linier berganda.

Hasil yang di peroleh dari penelitian ini yaitu bahwa manajemen pengelolaan sampah yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan & pelaporan di Dinas Kebersihan Kota Medan telah dilaksanakan walaupun belum sesuai seperti yang diharapkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari Retribusi Sampah selama kurun waktu 5 tahun (2004-2008) terus mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa kepedulian masyarakat terhadap kebersihan lingkungan meningkat yang terlihat dari peningkatan ketertiban masyarakat dalam membayar retribusi. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa anggaran pengelolaan sampah, jumlah penduduk, dan tenaga kerja kebersihan secara serempak dan parsial berpengaruh nyata terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari retribusi sampah di Kota.

Kata kunci: Manajemen pengelolaan sampah, retribusi sampah, jumlah tenaga kebersihan, jumlah penduduk


(6)

ABSTRACT

Hotmawati Lidya Pakpahan, Student’s Registration Number 087003025, “Waste Processing Management in Environmentally Friendly Medan Development” under the supervision of Prof. Bachtiar Hassan Miraza, Drs. Rujiman, MA, and Agus Purwoko, S.Hut, M.Si.

The fact that the number of population may increase and the activities in a city may develop will result in an increasing waste of various kinds. There are 5 (five) aspects such as funding, institution, law, operational technique, and role of community which are influencing in waste processing. Of the five aspects, funding is the most influencing aspect because most of the activities in waste processing needs funding or, in other words, funding is the spear head waste processing.

The purpose of this study was to analyze (1) the waste processing management in the city of Medan including planning, organizing and controlling and reporting, (2) the development of original local revenue obtained from waste tax the number of population on the original local revenue obtained from waste tax in Medan.

Waste processing management and original local revenue development obtained from waste tax analyzed through descriptive analysis method. The impact of waste processing budget, cleaning manpower, and the number of population on the original local revenue obtained from waste tax in Medan was analyzed through multiple linear regression tests.

The result of study showed that the waste processing management including planning, organizing, and controlling and reporting in Medan Sanitation Service has been implemented although it is not like what is expected and the original local revenue obtained from waste tax for 5 (five) years (2004-2008) keeps increasing. It means that community care about environmental sanitation has increased which is seen through their willingness to pay the waste tax. The result of this study also showed that waste processing budget, cleaning manpower, and the number of population simultaneously and partially had a significant impact on the original local revenue obtained from waste tax in Medan.


(7)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan dan karuniaNya sehingga penulisan tesis ini dengan judul “Manajemen Pengelolaan Sampah dalam Rangka Pengembangan Kota Medan

Berwawasan Lingkungan” sebagai salah satu syarat menyelesaikan studi Magister

Sains dalam Program Studi Perencanaan Pengembangan Wilayah dan Pedesaan pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

Dalam kesempatan ini saya menyampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B., MSc sebagai Direktur Sekolah Pascasarjana beserta seluruh dosen yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk dapat menyelesaikan studi di Program Studi Perencanaan Pengembangan Wilayah dan Pedesaan pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Bachtiar Hassan Miraza, selaku Ketua Program Studi Perencanaan Pengembangan Wilayah dan Pedesaan dan selaku Ketua Komisi Pembimbing. 3. Bapak Drs. Rujiman, MA sebagai anggota Komisi Pembimbing.

4. Bapak Agus Purwoko, SP., MSi sebagai anggota Komisi Pembimbing.

5. Para karyawan Program Studi Program Studi Perencanaan Pengembangan Wilayah dan Pedesaan pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara yang tidak henti-hentinya selalu mengingatkan dan memberikan dukungannya. 6. Ir. Hotma Batubara dan anakku Nella Alma M. Pusponegoro Batubara yang

tercinta berkat doa dan dukungannya telah memberikan semangat untuk dapat menyelesaikan tesis ini.

7. Ibunda P. Mariaty Panjaitan serta adik-adikku: Kel. Dr. Edwin A. Pakpahan, SPp, Kel. Ir. Albert E. Pakpahan, MM, Kel. Edward N. Pakpahan, ST, MSc, Kel. Sri Aprilina SE.Ak.


(8)

8. Kepala Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Utara, Kabid PPL beserta teman-teman di bidang PPL yang banyak memberikan dukungan.

9. Kepala Dinas Kebersihan Kota Medan beserta seluruh staf yang sangat membantu dalam data.

10.Teman-teman mahasiswa Program Studi Perencanaan Pengembangan Wilayah dan Pedesaan angkatan 2008 yang sangat mendukung saya dalam menulis tesis ini.

11.Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, terima kasih atas dukungannya.

Tesis ini masih sangat jauh dari sempurna, untuk itu saya mengharapkan masukan dan kritik yang membangun demi kesempurnaan tesis ini. Semoga tesis ini dapat memberikan manfaat kepada kita.

Medan, Juni 2010


(9)

RIWAYAT HIDUP

Hotmawati Lidya Pakpahan dilahirkan di Medan, pada tanggal 10 Januari 1968. Anak pertama dari Ayahanda (almarhum) Drs. Misran Pakpahan SE, Ak dan Ibunda P. Mariaty Panjaitan. Menyelesaikan pendidikan : SD Immanuel Medan tahun 1980, SMP Immanuel Medan 1984, SMA Immanuel Medan 1987. Memperoleh gelar sarjana dari Jurusan Ekonomi Manajemen Universitas Nomensen Medan tahun 1994.

Pada bulan April 1999 diterima sebagai Pegawai Negeri Sipil sebagai staf Biro Perencanaan dan Bantuan Luar Negeri di Kantor Kementerian Lingkungan Hidup Pusat Jakarta, pada tahun 2005 pindah ke kantor Bapedalda Propinsi Sumatera Utara sebagai staf Pengendalian Pencemaran. Pada bulan Oktober 2008 mengikuti pendidikan di Sekolah Pascasarjana Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan (PWD) Konsentrasi Perencanaan Perkotaan Universitas Sumatera Utara Medan.

Saat ini bekerja sebagai staf pada Bidang Teknologi Lingkungan Subbid Amdal Badan Lingkungan Hidup Propinsi Sumatera Utara.


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR... iii

RIWAYAT HIDUP ... v

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 6

1.3. Tujuan Penelitian ... 6

1.4. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1. Pengertian Sampah... 8

2.2. Jenis, Sumber dan Pengelolaan Sampah Perkotaan Menurut ... Rancangan Undan 2.3. Sistem Pengelolaan Sampah Perkotaan Ideal ... 14

2.4. Aspek Manajemen dalam Pengelolaan Sampah ... 19

2.5. Kota Berwawasan Lingkungan ... 26

2.6. Dampak Kota Berwawasan Lingkungan bagi Pengembangan Wilayah di Kota Medan ... 27

2.7. Pengembangan Wilayah... 28

2.8. Penelitian Sebelumnya ... 30

2.9. Kerangka Pemikiran... 31


(11)

BAB III METODE PENELITIAN ... 33

3.1. Lokasi Penelitian... 33

3.2. Jenis dan Sumber Data... 33

3.3. Teknik Pengumpulan Data... 34

3.4. Metode Analisis Data... 34

3.5. Definisi dan Batasan Variabel Operasional ... 35

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 37

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 37

4.1.1 Gambaran Umum Kota Medan ... 38

4.1.2 Jumlah Penduduk Kota Medan... 39

4.2 Manajemen Persampahan Kota Medan ... 40

4.2.1 Perencanaan Kebersihan Kota Medan ... 42

4.2.2 Pengorganisasian Kebersihan Kota Medan ... 44

4.2.3 Pelaksanaan Kebersihan Kota Medan ... 47

4.2.4 Pengawasan & Pelaporan Kebersihan Kota Medan ... 53

4.2.5 Permasalahan dalam Manajemen Persampahan Kota Medan ... 55

4.3 Perkembangan Wawasan Lingkungan di Kota Medan... 57

4.4... Pengaruh Anggaran Pengelolaan Sampah, Jumlah Penduduk, dan Tenaga Kerja Kebersihan terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Retribusi Sampah di Kota Medan ... 58

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 62

5.1. Kesimpulan ... 62

5.2. Saran... 62


(12)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

4.1 Perkembangan Jumlah Penduduk Kota Medan tahun 2004-2008 ... 40

4.2 Wilayah Operasional Pelayanan Dinas Kebersihan Kota Medan... 51

4.3 Petugas Operasional Kebersihan Kota Medan tahun 2009 ... 52

4.4 Sarana dan Prasarana Operasional Kebersihan Kota Medan ... 53

4.5 Data Retribusi Sampah Kota Medan Tahun 2004-2008 ... 57

4.6 Hasil Analisis Pengaruh Anggaran Pengelolaan Sampah, Jumlah Penduduk, dan Tenaga Kerja Kebersihan terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari Retribusi Sampah di Kota Medan... 59


(13)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1. Pengelolaan Sampah Kota Ideal ... 15

2.2. Kerangka Berpikir... 32

4.1. Peta Lokasi Penelitian ... 37

4.2. Struktur Organisasi Dinas Kebersihan Kota Medan ... 46


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1 Peta Kota Medan... 66 2 Retribusi Sampah, Jumlah Penduduk, Jumlah Tenaga Kebersihan dan

APBD Kota Medan Tahun 2004-2008... 68 3 Hasil Analisis Pengaruh Jumlah Penduduk, Jumlah Tenaga Kebersihan,

dan Jumlah APBD terhadap Retribusi Sampah Kota Medan ... 69 4 Dokumentasi (Foto) ... 74


(15)

ABSTRAK

Hotmawati Lidya Pakpahan, Nim.087003025 “ Manajemen Pengelolaan Sampah Dalam Rangka Pengembangan Kota Medan Berwawasan Lingkungan ,dibawah bimbingan Prof.Bachtiar Hassan Miraza, Drs. Rujiman,MA dan Agus Purwoko, S.Hut,MSi.

Adanya kecendrungan jumlah penduduk yang semakin meningkat serta diikuti kegiatan kota yang makin berkembang maka akan menimbulkan dampak adanya buangan/limbah yang meningkat dan bervariasi. Dalam pengelolaan sampah terdapat 5 aspek yang berpengaruh yaitu pembiayaan, kelembagaan, hukum, teknik operasional dan peran masyarakat. Dari kelima aspek tersebut, aspek pembiayaan merupakan aspek yang paling berpengaruh karena sebagian besar kegiatan dalam pengelolaan sampah memerlukan biaya atau dapat dikatakan aspek pembiayaan merupakan ujung tombak dalam pengelolaan sampah.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis manajemen pengelolaan sampah yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan & pelaporan di Kota Medan, untuk menganalisis perkembangan Pendapatan Asli Daerah dari Retribusi Sampah di Kota Medan, dan untuk menganalisis pengaruh anggaran pengelolaan sampah, tenaga kerja kebersihan, dan jumlah penduduk terhadap Pendapatan Asli Daerah dari Retribusi Sampah di Kota Medan.

Manajemen pengelolaan sampah dan perkembangan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari retribusi sampah dianalisis dengan menggunakan metode analisis deskriptif. Pengaruh anggaran pengelolaan sampah, tenaga kebersihan, jumlah penduduk terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari retribusi sampah di Kota Medan dianalisis dengan regresi linier berganda.

Hasil yang di peroleh dari penelitian ini yaitu bahwa manajemen pengelolaan sampah yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan & pelaporan di Dinas Kebersihan Kota Medan telah dilaksanakan walaupun belum sesuai seperti yang diharapkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari Retribusi Sampah selama kurun waktu 5 tahun (2004-2008) terus mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa kepedulian masyarakat terhadap kebersihan lingkungan meningkat yang terlihat dari peningkatan ketertiban masyarakat dalam membayar retribusi. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa anggaran pengelolaan sampah, jumlah penduduk, dan tenaga kerja kebersihan secara serempak dan parsial berpengaruh nyata terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari retribusi sampah di Kota.

Kata kunci: Manajemen pengelolaan sampah, retribusi sampah, jumlah tenaga kebersihan, jumlah penduduk


(16)

ABSTRACT

Hotmawati Lidya Pakpahan, Student’s Registration Number 087003025, “Waste Processing Management in Environmentally Friendly Medan Development” under the supervision of Prof. Bachtiar Hassan Miraza, Drs. Rujiman, MA, and Agus Purwoko, S.Hut, M.Si.

The fact that the number of population may increase and the activities in a city may develop will result in an increasing waste of various kinds. There are 5 (five) aspects such as funding, institution, law, operational technique, and role of community which are influencing in waste processing. Of the five aspects, funding is the most influencing aspect because most of the activities in waste processing needs funding or, in other words, funding is the spear head waste processing.

The purpose of this study was to analyze (1) the waste processing management in the city of Medan including planning, organizing and controlling and reporting, (2) the development of original local revenue obtained from waste tax the number of population on the original local revenue obtained from waste tax in Medan.

Waste processing management and original local revenue development obtained from waste tax analyzed through descriptive analysis method. The impact of waste processing budget, cleaning manpower, and the number of population on the original local revenue obtained from waste tax in Medan was analyzed through multiple linear regression tests.

The result of study showed that the waste processing management including planning, organizing, and controlling and reporting in Medan Sanitation Service has been implemented although it is not like what is expected and the original local revenue obtained from waste tax for 5 (five) years (2004-2008) keeps increasing. It means that community care about environmental sanitation has increased which is seen through their willingness to pay the waste tax. The result of this study also showed that waste processing budget, cleaning manpower, and the number of population simultaneously and partially had a significant impact on the original local revenue obtained from waste tax in Medan.


(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Manusia dan lingkungan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dan saling terkait antar satu dengan lainnya. Manusia membutuhkan kondisi lingkungan yang baik agar dapat melaksanakan aktivitasnya, sebaliknya kondisi lingkungan yang baik tergantung pada aktivitas manusia terhadap lingkungan. Perkotaan sebagai pusat aktivitas telah berkembang dengan pesat dan berperan sebagai pusat pemerintahan, perdagangan, kebudayaan, pariwisata, transportasi maupun industri.

Perkembangan industri dan pertambahan jumlah penduduk yang semakin meningkat dari tahun ke tahun, meningkatkan sampah industri dan sampah domestik yang dihasilkan oleh penduduk sehingga semakin membebani tanah, udara dan sungai yang mengalir dalam wilayah perkotaan. Akibat pertambahan jumlah penduduk yang setiap tahunnya mengalami peningkatan, jarang sekali dalam suatu wilayah kota di temukan ruang terbuka yang dapat digunakan untuk daerah pemukiman yang layak.

Ini disebabkan karena ruang terbuka tersebut berubah fungsi menjadi tempat pembuangan berbagai macam sampah dari hasil aktivitas manusia,berupa sampah dari kegiatan rumah tangga, perkantoran, lembaga (instansi), pasar, terminal, restoran serta industri. Secara garis besar, sampah perkotaan berasal dari pencemaran yang


(18)

disebabkan oleh industri dan sektor domestik yang menghasilkan limbah domestik (sampah domestik).

Sampah domestik ini terdiri dari sampah organik dan sampah non organik. Sampah organik berasal dari mahluk hidup yang dapat terdegradasi sedangkan sampah non organik yang tidak dapat terdegradasi misalnya: plastik, kaleng, kaca, dan lain-lain. Selain sampah organik dan sampah non organik terdapat juga yang disebut sampah berbahaya misalnya: baterai, jarum suntik, dan lain-lain. Sementara sampah industri terdiri dari emisi dari proses pembakaran, limbah cair (sampah cair), limbah padat (sampah padat).

Volume sampah dan jenis yang dihasilkan tergantung dari pola komsumsi suatu masyarakat dalam suatu wilayah. Semakin tinggi tingkat pendapatan masyarakat tersebut maka semakin tinggi pula volume sampah yang dihasilkan dan semakin banyak jenis sampah yang dihasilkan.Tetapi pada umumnya sebagian besar sampah yang di hasilkan adalah jenis sampah organik (sampah basah), yaitu mencakup 60-70 % dari total volume sampah (Kementerian Lingkungan Hidup, 2008).

Pengelolahan persampahan di perkotaan merupakan suatu sistem yang saling berinteraksi membentuk kesatuan dan mempunyai tujuan. Pengolahan sampah suatu kota bertujuan untuk melayani penduduk terhadap sampah domestik rumah tangga yang dihasilkannya secara tidak langsung memelihara kesehatan masyarakat serta menciptakan suatu lingkungan yang baik, bersih dan sehat. Sampah padat dari pemukiman merupakan bagian terbesar dari sampah yang timbul di Indonesia.


(19)

Pemerintah bertanggung jawab dalam pemgumpulan ulang dan pembuangan sampah dari pemukiman secara memadai.

Namun karena terdapat hal lain yang harus diprioritaskan dalam pembangunan di daerah serta kurangnya dana penunjang untuk operasionalisasi pengolahan persampahan,menjadikan pada beberapa daerah kegiatan pengolahan sampah ini tidak seperti yang diharapkan. Hal ini makin diperkuat dengan belum diterapkannya prinsip bahwa yang memproduksi barang harus mengelola sampah dari barang tersebut.

Di sisi lain, masyarakat juga bertanggung jawab dalam membuang sampahnya secara benar pada suatu tempat pengumpulan dan diharapkan dapat mengelola persampahan secara mandiri dan terpadu atau dapat juga suatu kelompok masyarakat untuk menjalin kerjasama dengan pemerintah dalam pengelolan persampahan terpadu.

Pada sisi lain sampah yang berasal dari pemukiman, pasar, taman, dan lain-lain, jika tidak dikelola secara baik, keberadaannya sering menimbulkan masalah bagi lingkungan, seperti:

a. Sampah yang tidak teratasi dengan baik dapat menyebabkan lingkungan tidak baik secara estetika.

b. Sampah yang membusuk menghasilkan gas yang berbau yang tidak sedap dan berbahaya bagi kesehatan, air yang dikeluarkan (leachate) juga dapat menyebabkan pencemaran sungai, maupun air tanah.


(20)

c. Sampah yang tercecer tidak pada tempatnya dapat menyebabkan tersumbatnya saluran drainase sehingga dapat menimbulkan banjir.

d. Kawasan yang padat penduduknya seperti kota besar akan kesulitan mencari lahan baru untuk Tempat Pembuangan Akhir (TPA).

Bagi negara berkembang pada umumnya menyelesaikan masalah sampah yaitu dengan membuang ke tempat lain, tentu saja ini bukan merupakan pemecahan masalah. Oleh sebab itu untuk meminimalisasi (pengurangan) sampah mencakup tiga usaha dasar yang dikenal dengan 3R, yaitu: Reduse (mengurangi): sebisa mungkin mengurangi barang dan material yang dipakai sehari-hari. Reuse (memakai kembali): memperpanjang waktu pemakaian barang sebelum ia menjadi sampah/menghindari pemakaian sekali pakai.

Recycle (mendaur ulang): sedapat mungkin mendaur ulang barang-barang

yang sudah tidak terpakai lagi menjadi bentuk dan fungsi lain, meski tidak semua barang bisa di daur ulang. Menurut Slamet (1994), ada beberapa faktor yang penting yang mempengaruhi sampah yaitu: jumlah penduduk, keadaan sosial, kemajuan Teknologi yang akan menambah jumlah maupun kualitas sampah.

Pengelolaan sampah yang berwawasan lingkungan akan:

1. Mengurangi volume sampah yang masuk ke TPA sehingga dapat memperpanjang umur tempat pembuangan akhir (TPA), meningkatkan efisiensi biaya pengangkutan sampah, meningkatnya kondisi sanitasi di sekitar TPA.


(21)

2. Mengurangi pencemaran lingkungan dan meningkatkan kebersihan lingkungan.

3. Membantu melestarikan sumberdaya alam, terutama kompos yang dipakai untuk pupuk tanaman.

4. Menghasilkan sumberdaya baru dari sampah, misalnya pupuk tanaman.

5. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pengelolaan sampah dan meningkatkan pendapatan masyarakat.

Bertambahnya jumlah sampah dalam suatu wilayah, menurut Chairuddin (2003), berkorelasi dengan jumlah populasi manusia dan banyaknya aktivitas yang dilakukan di dalam suatu komunitas. Pada tahun 2007, diproyeksikan penduduk Kota Medan mencapai 2.083.156 jiwa. Dibanding hasil sensus Penduduk tahun 2000 terjadi pertumbuhan penduduk tahun 2000-2007 sebesar 1,28 % pertahun, dengan luas wilayah mencapai 265,10 km², kepadatan penduduk mencapai 7858 jiwa/km² .

Sementara menurut data Dinas Kebersihan Kota Medan pada tahun 2009 dengan pertambahan penduduk Kota Medan sebesar 2.578.315 jiwa menghasilkan sampah sebesar 5.616 m³/hari (1.404 ton/hari) dengan volume sampah sebesar itu jika tidak dilakukan dengan manajemen pengelolaan yang baik akan mengalami penurunan kualitas lingkungan terbukti pada beberapa dasawarsa terakhir Kota Medan tidak memperoleh piagam Kalpataru.

Kota Medan sebagaimana kota lain di Indonesia juga mempunyai permasalahan yang umum terjadi dalam pengelolaan persampahan kota. Masalah yang sering muncul dalam penanganan sampah kota adalah masalah biaya


(22)

operasional yang tinggi. Sebagai akibat biaya operasional yang tinggi, kebanyakan kota-kota di Indonesia hanya mampu mengumpulkan dan membuang ± 60% dari seluruh produksi sampahnya.

Beranjak dari permasalahan di atas, penulis tertarik untuk melakukan kajian tentang permasalahan sampah dan menuangkannya dalam penelitian yang berjudul Manajemen Pengelolaan Sampah dalam Rangka Pencapaiaan Kota Medan yang Berwawasan Lingkungan.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana manajemen pengelolaan sampah yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan & pelaporan di Kota Medan? 2. Bagaimana perkembangan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari Retribusi Sampah

berkaitan dengan perkembangan wawasan lingkungan di Kota Medan?

3. Apakah anggaran pengelolaan sampah, jumlah penduduk yang terlayani, dan tenaga kerja kebersihan berpengaruh terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari retribusi sampah di Kota Medan?

1.3. Tujuan Penelitian

1. Untuk menganalisis manajemen pengelolaan sampah yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan & pelaporan di Kota Medan.


(23)

2. Untuk menganalisis perkembangan Pendapatan Asli Daerah dari Retribusi Sampah di Kota Medan.

3. Untuk menganalisis pengaruh anggaran pengelolaan sampah, tenaga kerja kebersihan, dan jumlah penduduk terhadap Pendapatan Asli Daerah dari Retribusi Sampah di Kota Medan.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan kontribusi yang positif kepada Pemerintah Kota maupun masyarakat umum dalam pengelolaan persampahan di Kota Medan.

2. Sebagai bahan informasi dan masukan bagi Dinas Kebersihan Kota Medan dalam membuat kebijakan yang terkait dengan manajemen pengelolaan sampah di Kota Medan.

3. Sebagai bahan referensi dalam pengetahuan tentang pengelolaan sampah dan perwujudan kota berwawasan lingkungan.


(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Sampah

Sampah pada dasarnya merupakan suatu bahan yang terbuang atau di buang dari suatu sumber hasil aktivitas manusia maupun proses-proses alam yang tidak mempunyai nilai ekonomi, bahkan dapat mempunyai nilai ekonomi yang negatif karena dalam penanganannya baik untuk membuang atau membersihkannya memerlukan biaya yang cukup besar.

Sampah adalah bahan yang tidak mempunyai nilai atau tidak berharga untuk maksud biasa atau utama dalam pembikinan atau pemakaian barang rusak atau bercacat dalam pembikinan manufktur atau materi berkelebihan atau ditolak atau buangan (Kementerian Lingkungan Hidup, 2005). Dalam Undang-Undang No.18 tentang Pengelolaan Sampah dinyatakan definisi sampah sebagai sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau dari proses alam yang berbentuk padat.

Pengelolaan Sampah adalah kegiatan yang sistematis dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah (Kementrian Lingkungan Hidup, 2007). Sampah adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber hasil aktivitas manusia maupun proses alam yang belum memiliki nilai ekonomis (Suprihatin, 1999). Sementara itu Radyastuti, 1996 (dalam Suprihatin, 1999) menyatakan bahwa Sampah adalah sumberdaya yang tidak siap pakai.


(25)

Sampah adalah sesuatu yang tidak berguna lagi, dibuang oleh pemiliknya atau pemakai semula (Tandjung, 1982 dalam Suprihatin, 1999). Pemerintah bertanggung jawab dalam pengumpulan ulang dan penbuangan sampah dari pemukiman secara memadai. Namun karena terdapat hal lain yang harus diprioritaskan dalam pembangunan di daerah serta kurangnya dana penunjang untuk operasionalisasi pengelolaan persampahan, menjadikan pada beberapa daerah kegiatan pengelolaan sampah ini tidak seperti yang diharapkan.

Hal ini makin diperkuat dengan belum diterapkannya prinsip bahwa yang memproduksi barang harus mengelola sampah dari barang tesebut. Beberapa kondisi umum yang terjadi dalam pelaksanaan pengelolaan sampah perkotaan selama ini, di mana sampah rumah tangga oleh masyarakat dikumpulkan dan dibuang ke sebuah tempat pembuangan atau kontainer yang disediakan oleh pemerintah. Dari sini sampah diangkut oleh truk ke landfill yang umumnya kurang terkontrol, dimana para pemulung mencari barang-barang yang dapat didaur ulang.

Keberadaan sampah dalam jumlah yang banyak jika tidak dikelola secara baik dan benar, maka akan menimbulkan gangguan dan dampak terhadap lingkungan, baik dampak terhadap komponen fisik kimia (kualitas air dan udara), biologi, sosial ekonomi, budaya dan kesehatan lingkungan. Dampak operasional TPA terhadap lingkungan akan memicu terjadinya konflik sosial antar komponen masyarakat.Pada tahap pembuangan akhir/pengolahan, sampah akan mengalami pemrosesan baik secara fisik, kimia maupun biologis sedemikian hingga tuntas penyelesaian seluruh proses.


(26)

Sidik et al (1985) mengemukaan bahwa dua proses pembuangan akhir, yakni:

open dumping (penimbunan secara terbuka) dan sanitary landfill (pembuangan secara

sehat). Pada sistem open dumping, sampah ditimbun di areal tertentu tanpa membutuhkan tanah penutup, sedangkan pada cara sanitary landfill, sampah ditimbun secara berselang-seling antara lapisan sampah dan lapisan tanah sebagai penutup. Dalam Draf Naskah Akademis Rancangan Undang-Undang Pengelolaan Sampah oleh Japan International Cooperation Agency (JICA) disebut bahwa proses

sanitary landfill (pembuangan secara sehat) adalah pembuangan sampah yang

didesain, dibangun, dioperasikan dan dipelihara dengan cara menggunakan pengendalian teknis terhadap potensi dampak lingkungan yang timbul dari pengembangan dan operasional fasilitas pengelolaan sampah (JICA 2005).

Metode sanitary landfill ini merupakan salah satu metoda pengolahan sampah terkontrol dengan sistem sanitasi yang baik. Sampah dibuang ke TPA (Tempat Pembuanagan Akhir). Kemudian sampah dipadatkan dengan traktor dan selanjutnya di tutup tanah. Cara ini akan menghilangkan polusi udara. Pada bagian dasar tempat tersebut dilengkapi sistem saluran leachate yang berfungsi sebagai saluran limbah cair sampah atau ke lingkungan. Pada metode sanitary landfill tersebut juga dipasang pipa gas untuk mengalirkan gas hasil aktivitas penguraian sampah.


(27)

2.2. Jenis, Sumber dan Pengelolaan Sampah Perkotaan Menurut Undang-Undang No.18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah

Dalam Undang-Undang No. 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, jenis sampah yang diatur adalah:

1. Sampah rumah tangga

Yaitu sampah yang berbentuk padat yang berasal dari sisa kegiatan sehari-hari di rumah tangga, tidak termasuk tinja dan sampah spesifik dan dari proses alam yang berasal dari lingkungan rumah tangga. Sampah ini bersumber dari rumah atau dari komplek perumahan.

2. Sampah sejenis sampah rumah tangga

Yaitu sampah rumah tangga yang bersala bukan dari rumah tangga dan lingkungan rumah tangga melainkan berasal dari sumber lain seperti pasar, pusat perdagangan, kantor, sekolah, rumah sakit, rumah makan, hotel, terminal, pelabuhan, industri, taman kota, dan lainnya.

3. Sampah spesifik

Yaitu sampah rumah tangga atau sampah sejenis rumah tangga yang karena sifat,konsentrasi dan/atau jumlahnya memerlukan penanganan khusus, meliputi, sampah yang mengandung B3 (bahan berbahaya dan beracun seperti batere bekas, bekas toner, dan sebagainya), sampah yang mengandung limbah B3 (sampah medis), sampah akibat bencana, puing bongkaran, sampah yang secara teknologi belum dapat diolah, sampah yang timbul secara periode (sampah hasil kerja bakti).


(28)

Mekanisme pengelolaan sampah dalam UU N0.18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah meliputi, kegiatan–kegiatan berikut:

1. Pengurangan sampah, yaitu kegiatan untuk mengatasi timbulnya sampah sejak dari produsen sampah (rumah tangga, pasar, dan lainnya), mengguna ulang sampah dari sumbernya dan/atau di tempat pengolahan, dan daur ulang sampah di sumbernya dan atau di tempat pengolahan. Pengurangan sampah akan diatur dalam Peraturan Menteri tersendiri, kegiatan yang termasuk dalam pengurangan sampah ini adalah:

a. Menetapkan sasaran pengurangan sampah

b. Mengembangkan Teknologi bersih dan label produk

c. Menggunakan bahan produksi yang dapat di daur ulang atau diguna ulang d. Fasilitas kegiatan guna atau daur ulang

e. Mengembangkan kesadaran program guna ulang atau daur ulang

2. Penanganan sampah, yaitu rangkaian kegiatan penaganan sampah yang mencakup pemilahan (pengelompokan dan pemisahan sampah menurut jenis dan sifatnya), pengumpulan (memindahkan sampah dari sumber sampah ke TPS atau tempat pengolahan sampah terpadu), pengangkutan (kegiatan memindahkan sampah dari sumber, TPS atua tempat pengolahan sampah terpadu, pengolahan hasil akhir (mengubah bentuk, komposisi, karateristik dan jumlah sampah agar diproses lebih lanjut, dimanfaatkan atau dikembalikan alam dan pemprosesan aktif kegiatan pengolahan sampah atau residu hasil pengolahan sebelumnya agar dapat dikembalikan ke media lingkungan.


(29)

Dalam perencanaan pengelolaan sampah, Undang-Undang Pengelolaan Sampah mengharapkan pemerintah kota/kabupaten dapat membentuk semacam forum pengelolaan sampah skala kota/kabupaten atau provinsi. Forum ini beranggotakan masyarakat secara umum, perguruan tinggi, tokoh masyarakat, organisasi lingkungan/persampahan, pakar, badan usaha dan lainnya.

Hal-hal yang dapat difasilitasi forum adalah: memberikan usul, pertimbangan dan saran terhadap kinerja pengelolaaan sampah, membantu merumuskan kebijakan pengelolaan sampah, memberikan saran dan dapat dalam penyelesaian sengketa persampahan. Sampai saat ini, belum ada kebijakan nasional mengenal persampahan itu sendiri masih bersifat sosialisasi. Melihat di perkotaan penanganan pengelolaan sampah sudah sangat mendesak, diharapkan UU No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah dapat diimplementasikan.

Untuk pengelolaan sampah spesifik baik B3 (bahan berbahaya dan beracun) dan sampah medis yang bersifat infektius mengenai pengelolaannya telah diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun dan Peraturan Pemerintah Nomor 85 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 tentang Pengolahan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.

Dinas Kebersihan Kota Medan sejauh ini hanya mengelola sampah domestik saja, sementara untuk sampah khusus seperti B3 dan sampah medis dikelola tersendiri oleh perusahaaan/lembaga penghasil sampah tersebut. Sampah B3 dari industri dikelola oleh industri dengan bekerjasama dengan PT. PPLI di Cilengsi, sedangkan


(30)

sampah medis atau sampah rumah sakit dikelola oleh rumah sakit/klinik dengan kerjasama dengan rumah sakit yang telah memiliki incenerator atau mesin penghancur untuk sampah medis atau rumah sakit yang telah mendapat rujukan dalam pengelolaan sampah tersebut.

2.3. Sistem Pengelolaan Sampah Perkotaan Ideal

Pemerintah Daerah diharapkan dapat melakukan kebijakan politik khususnya mengenai pengelolaan sampah dan hendaknya didukung penuh oleh Pemerintah Pusat dengan melibatkan seluruh stakeholder dalam teknis perencanaan, penyelenggaraan dan pengembangannya. Hal ini diperlukan karena sampah pada dasarnya bukan sekedar permasalahan Pemda atau Dinas Kebersihan Kota Medan saja, namun lebih dari itu merupakan masalah bagi setiap individu, keluarga, organisasi dan akan menjadi masalah negara bila sistem perencanaan dan pelaksanaannya tidak dilakukan dengan terpadu dan berkelanjutan.

Aparat terkait sebaiknya tidak ikut secara teknis, ini untuk menghindari meningkatnya anggaran biaya penyelenggaraan, selain itu keterlibatan aparat terkait dikahawatirkan akan membentuk budaya masyarakat yang bersifat tidak peduli. Pemerintah dan aparat terkait sebaiknya memposisikan kewenangannya sebagai fisilitator dan konduktor dan setiap permasalahan persampahan sebaiknya dimunculkan oleh masyarakat atau organisasi sosial selaku produsen sampah. Hal ini diharapkan terciptanya sikap masyarakat selaku individu, keluarga dan organisasi.


(31)

Dalam Pengelolaan Sampah Terpadu sebagai salah satu upaya pengelolaan Sampah Perkotaan adalah konsep rencana pengelolaan sampah perlu dibuat dengan tujuan mengembangkan suatu sistem pengelolaaan sampah yang modern, dapat diandalkan dan efisien dengan teknologi yang ramah lingkungan. Dalam sistem tersebut harus dapat melayani seluruh penduduk, meningkatkan standar kesehatan masyarakat dan memberikan peluang bagi masyarakat dan pihak swasta untuk berpartisipasi aktif.

Pendekatan yang digunakan dalam konsep rencana pengelolaan sampah ini adalah meningkatkan sistem pengelolaan sampah yang dapat memenuhi tuntutan dalam pengelolaan sampah yang berbasis peran serta masyarakat.

Tempat Pembuangan Akhir sampah (TPA)

Peran serta masyarakat pengelolaan sampah Mekanisme keuntungan dalam pengelolaan sampah Peran serta masyarakat dalam pengelolaan sampah Pengelolaan

Sampah Kota ideal

Penerapan teknologi

Sumber: Aboejoewono, ” Pengelolaan Sampah Menuju Sanitasi Lingkungan dan Permasalahannya ” DKI 1999


(32)

Aboejoewono (1999) menyatakan bahwa perlunya kebijakan pengelolaan sampah perkotaan yang ditetapkan di kota-kota di Indonesia meliputi 5 (lima) kegiatan, yaitu:

1. Penerapan teknologi yang tepat guna

2. Peran serta masyarakat dalam pengelolaan sampah

3. Perlunya mekanisme keuntungan dalam pengelolaan sampah 4. Optimalisasi TPA sampah

5. Sistem kelembagaan pengelolaan sampah yang terintegrasi Penjelasan rinci dari Gambar 2.1. adalah sebagai berikut: 1. Penerapan teknologi

Teknologi yang digunakan untuk memecahkan permasalahan sampah ini merupakan kombinasi tepat guna yang meliputi teknologi pengomposan, teknologi penanganan plastik, teknologi pembuatan kertas daur ulang, Teknologi Pengolahan Sampah Terpadu menuju “Zero Waste” harus merupakan teknologi yang ramah lingkungan. Teknologi yang digunakan dalam proses lanjutan yang umum digunakan adalah:

1). Teknologi pembakaran (Incenerator)

Dengan cara ini dihasilkan produk samping berupa logam bekas (skrap) dan uap yang dapat dikonversikan menjadi energi listrik. Keuntungan lainnya dari penggunaan alat ini adalah:

a. dapat mengurangi volume sampah ± 75%-80% dari sumber sampah tanpa proses pemilahan.


(33)

b. abu atau terak dari sisa pembakaran cukup kering dan bebas dari pembusukan dan bisa langsung dapat dibawa ke tempat penimbunan pada lahan kosong, rawa ataupun daerah rendah sebagai bahan pengurung (timbunan).

2). Teknologi composting yang menghasilkan kompos untuk digunakan sebagai pupuk maupun penguat struktur tanah.

Teknologi daur ulang yang dapat menghasilkan sampah potensial, seperti: kertas, plastic logam dan kaca/gelas.

2. Peran serta masyarakat dalam pengelolaan persampahan

Partisipasi masyarakat dalam pengelolan sampah merupakan aspek yang terpenting untuk diperhatikan dalam sistem pengelolaan sampah secara terpadu. Keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan sampah merupakan salah satu faktor teknis untuk menanggulangi persoalan sampah perkotaan atau lingkungan pemukiman dari tahun ke tahun yang semakin kompleks. Masyarakat senantiasa ikut berpartisipasi terhadap proses-proses pembangunan bila terdapat faktor-faktor yang mendukung, antara lain: kebutuhan, harapan, motivasi, ganjaran, kebutuhan sarana dan prasana, dorongan moral, dan adanya kelembagaan baik informal maupun formal.

3. Mekanisme keuntungan dalam pengelolaan sampah

Solusi dalam mengatasi masalah sampah ini dapat dilakukan dengan meningkatkan efisiensi terhadap semua program pengelolaan sampah yang di mulai pada skala yang lebih luas lagi. Misalnya melalui kegiatan pemilahan


(34)

sampah mulai dari sumbernya yang dapat dilakukan oleh skala rumah tangga atau skala perumahan. Dari sistem ini akan diperoleh keuntungan berupa: biaya pengangkutan dapat ditekan karena dapat memotong mata rantai pengangkutan sampah, tidak memerlukan lahan besar untuk TPA, dapat menghasilkan nilai tambah hasil pemanfaatan sampah menjadi barang yang memiliki nilai ekonomis, dapat lebih mensejahterakan petugas pengelola kebersihan, bersifat lebih ekonomis dan ekologis, dapat lebih memberdayakan masyarakat dalam mengelola kebersihan kota.

4. Tempat Pembuangan Akhir sampah (TPA)

Pada dasarnya pola pembuangan sampah yang dilakukan dengan sistem Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sudah tidak relevan lagi dengan lahan kota yang semakin sempit dan pertambahan penduduk yang pesat, sebab bila hal ini terus dipertahankan akan membuat kota dikepung ”lautan sampah” sebagai akibat kerakusan pola ini terhadap lahan dan volume sampah yang terus bertambah. Pembuangan yang dilakukan dengan pembuangan sampah secara terbuka dan di tempat terbuka juga berakibat meningkatnya intensitas pencemaran.Penanganan model pengelolaan sampah perkotaan secara menyeluruh adalah meliputi penghapusan model TPA pada jangka panjang karena dalam banyak hal pengelolaan TPA masih sangat buruk mulai dari penanganan air sampah (leachet) sampai penanganan bau yang sangat buruk. Cara penyelesaian yang ideal dalam penanganan sampah di perkotaan adalah dengan cara membuang sampah sekaligus memanfaatkannya sehingga selain membersihkan lingkungan, juga


(35)

menghasilkan kegunaan baru. Hal ini secara ekonomi akan mengurangi biaya penanganannya (Murthado dan Said, 1987).

5. Kelembagaan dalam pengelolaan sampah yang ideal.

Dalam pengelolaan sampah perkotaan yang ideal, sistem manajemen persampahan yang dikembangkan harus merupakan sistem manajemen yang berbasis pada masyarakat yang di mulai dari pengelolaan sampah di tingkat rumah tangga. Dalam rencana pengelolaan sampah perlu adanya metode pengolahan sampah yang lebih baik, peningkatan peran serta dari lembaga-lembaga yang terkait dalam meningkatkan efisiensi dan efektivitas pengelolaan sampah, meningkatkan pemberdayaan masyarakat, peningkaan aspek ekonomi yang mencakup upaya meningkatkan retribusi sampah dan mengurangi beban pendanaan serta peningkatan aspek legal dalam pengelolaan sampah.

2.4. Aspek Manajemen dalam Pengelolaan Sampah

Menurut Terry (1991) manajemen adalah suatu proses atau kerangka kerja yang melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang ke arah tujuan-tujuan organisasional atau maksud-maksud yang nyata. Manajemen merupakan suatu bentuk kegiatan, atau disebut ”managing”, sedangkan pelaksananya disebut dengan ”manager” atau pengelola. Manajemen juga adalah suatu ilmu pengetahuan maupun seni. Seni adalah suatu pengetahuan bagaimana mencapai hasil yang diinginkan atau dalam kata lain seni adalah kecakapan yang diperoleh dari pengalaman, pengamatan, dan pelajaran serta kemampuan untuk menggunakan pengetahuan manajemen.


(36)

Menurut Terry (1991), dalam melakukan pekerjaannya, manajer harus melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu, yang dinamakan fungsi-fungsi manajemen. Fungsi manajemen adalah elemen-elemen dasar yang akan selalu ada dan melekat di dalam proses manajemen yang akan dijadikan acuan oleh manajer dalam melaksanakan kegiatan untuk mencapai tujuan. Fungsi-fungsi manajemen terdiri dari:

1. Planning

Planning merupakan proses untuk menentukan tujuan-tujuan yang hendak dicapai sselama suatu masa yang akan datang dan apa yang harus diperbuat agar dapaat mencapai tujuan-tujuan tersebut.

2. Organinzing

Organizing merupakan kegiatan mengelompokkan dan menentukan berbagai kegiatan penting dan memberikan kekuasaan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan tersebut.

3. Staffing

Staffing merupakan kegiatan untuk menentukan keperluan-keperluan sumberdaya manusia, pengerahan, penyaringan, latihan dan pengembangan tenaga kerja.

4. Motivating

Motivating merupakan kegiatan mengerahkan atau menyalurkan perilaku manusia kearah tujuan-tujuan yang telah ditetapkan.


(37)

5. Controlling

Controlling merupakan kegiatan mengukur pelaksanaan dengan tujuan-tujuan, menentukan sebab-sebab penyimpangan-penyimpangan dan mengambil tindakan-tindakan korektif apabila perlu.

Di dalam pelaksanaannya, fungsi manajemen dibedakan menjadi:

a. Planning

Berbagai batasan tentang planning dari yang sangat sederhana sampai dengan yang sangat rumit. Contoh proses perencanaan yang sederhana adalah penentuan serangkaian tindakan untuk mencapai suatu hasil yang diinginkan. Menurut Stoner, Planning adalah proses menetapkan sasaran dan tindakan yang perlu untuk mencapai sasaran tadi.

b. Organizing

Organizing (organisasi) adalah dua orang atau lebih yang bekerja sama dalam

cara yang terstruktur untuk mencapai sasaran spesifik atau sejumlah sasaran.

c. Leading

Pekerjaan leading meliputi lima kegiatan yaitu: 1. Mengambil keputusan

2. Mengadakan komunikasi agar ada saling pengertian antara manajer dan bawahan

3. Memberi semangat, inspirasi, dan dorongan kepada bawahan supaya mereka bertindak


(38)

4. Memilih orang-orang yang menjadi anggota kelompoknya, serta memperbaiki pengetahuan dan sikap-sikap bawahan agar mereka terampil dalam usaha mencapai tujuan yang ditetapkan

d. Directing/Commanding

Directing atau commanding adalah fungsi manajemen yang berhubungan dengan

usaha memberi bimbingan, saran, perintah-perintah atau instruksi kepada bawahan dalam melaksanakan tugas masing-masing, agar tugas dapat dilaksanakan dengan baik dan benar-benar tertuju pada tujuan yang telah ditetapkan semula.

e. Motivating

Motivating atau pemotivasian kegiatan merupakan salah satu fungsi manajemen

berupa pemberian inspirasi, semangat dan dorongan kepada bawahan, agar bawahan melakukan kegiatan secara suka rela sesuai apa yang diinginkan oleh atasan.

f. Coordinating

Coordinating atau pengkoordinasian merupakan salah satu fungsi manajemen

untuk melakukan berbagai kegiatan agar tidak terjadi kekacauan, percekcokan, kekosongan kegiatan, dengan jalan menghubungkan, menyatukan dan menyelaraskan pekerjaan bawahan sehingga terdapat kerja sama yang terarahdalam upaya mencapai tujuan organisasi.


(39)

g. Controlling

Controlling atau pengawasan, sering juga disebut pengendalian adalah salah satu

fungsi manajemen berupa penilaian, bila perlu mengadakan koreksi sehingga apa yang dilakukan bawahan dapat diarahkan ke jalan yang benar dengan maksud dengan tujuan yang telah digariskan semula.

h. Reporting

Reporting adalah salah satu fungsi manajemen berupa penyampaian

perkembangan atau hasil kegiatan atau pemberian keterangan mengenai segala hal yang bertalian dengan tugas dan fungsi-fungsi kepada pejabat yang lebih tinggi.

i. Staffing

Staffing merupakan salah satu fungsi manajemen berupa penyusunan personalia

pada suatu organisasi sejak dari merekrut tenaga kerja, pengembangannya sampai dengan usaha agar setiap tenaga memberi daya guna maksimal kepada organisasi.

j. Forecasting

Forecasting adalah meramalkan, memproyeksikan, atau mengadakan taksiran

terhadap berbagai kemungkinan yang akan terjadi sebelum suatu rancana yang lebih pasti dapat dilakukan.

Dinas Kebersihan merupakan suatu unit organisasi yang berada di bawah pemerintah daerah/kota dalam hal ini walikota. dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi yang diembannya sudah barang tentu menggunakan fungsi-fungsi manajemen. Menurut Winardi dalam Baay (1992:10), manajemen diartikan sebagai upaya untuk mencapai tujuan dengan menggunakan berbagai sarana dan prasarana serta sumber


(40)

daya manusia. Manajemen dipraktekkan dalam bisnis, rumah sakit, universitas, badan pemerintah dan tipe aktivitas lain yang terorganisasi.

Menurut Tead dalam Sarwoto (1998:15), manajemen adalah proses dan perangkat yang mengarahkan serta membimbing kegiatan-kegiatan suatu organisai dalam mencapaitujuan yang telah ditetapkan. Dalam ungkapan ini terlihat, bahwa Tead menekankan kepada proses dan perangkat yang sifatnya umum dalam hal memberikan bimbingan. Namun Stoner dalam Handoko manajemen diungkapkan lebih kepada penekanan prosesnya manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.

Perencanaan yang berarti bahwa para manajer memikirkan kegiatan-kegiatan mereka sebelum dilaksanakan. Berbagai kegiatan ini biasanya didasarkan pada berbagai metode, rencana atau logika, bukan hanya atas dasar dugaan atau firasat. Pengorganisasian berarti bahwa para manajer mengkoordinasikan sumber-sumber daya manusia dan material organisasi. Kekuatan suatu organisasi terletak pada kemampuannya untuk menyusun berbagai sumberdayanya dalam mencapai tujuan. Semakin terkoordinasi dan semakin terintegrasi kerja organisasi, semakin efektif pencapaian tujuan-tujuan organisasi.

Pengkordinasian merupakan bagian vital pekerjaan manajer. Selanjutnya, pengarahan berarti bahwa para manajer mengarahkan,memimpin dan mempengaruhi para bawahan. Manajer tidak melakukan pekerjaan tersebut dengan sendiri tetapi


(41)

melakukan menyelesaikan pekerjaan dengan melalui orang lain. Mereka tidak hanya memberi perintah tetapi juga menciptakan iklim yang dapat membantu para bawahan melakukan pekerjaan dengan baik. Pengawasan berarti para manajer berupaya untuk menjamin bahwa organisasi bergerak ke arah tujuannya.

Bila ada beberapa bagian organisasi pada jalur yang salah, maka manajer harus membetulkannya. Menurut Handoko,sebagai pekerja pada orang-orang untuk menentukan, menginterprestasikan dan mencapai tujuan-tujuan organisasi dengan pelaksanaan fungsi-fungsi: perencanaan, keorganisasian, penyusunan personalia atau kepegawaian, pengarahan dan kepemimpinan dan pengawasan.

Hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan pengelolaan sampah selain pengumpulan, pengangkutan dan pembuangan, termasuk didalamnya adalah penyediaan peralatan yang digunakan, tehnik pelaksanaan pengelolaan dan administarasi. Hal ini bertujuan untuk keberhasilan pelaksanaan pengelolaan sampah (Raharja,1988).

Defenisi manajemen untuk pengelolaan sampah di negara-negara maju diungkapkan oleh Tchobanoglous dalam Ananta (1989:7), Merupakan gabungan dari kegiatan pengontrolan jumlah sampah yang dihasilkan, pengumpulan, pemindahan, pengangkutan, pengolahan dan penimbunan sampah di TPA yang memenuhi prinsip kesehatan, ekonomi, teknik, konservasi dan mempertimbangan lingkungan yang juga responsif terhadap kondisi masyarakat yang ada.

Dan sistem manajemen pengolahan di negara maju inilah yang akan diterapan di Indonesia khususnya Kota Medan.


(42)

2.5. Kota Berwawasan Lingkungan

Kota berwawasan lingkungan adalah satu pendekatan pembangunan kota yang didasarkan atas prinsip-prinsip berwawasan lingkungan/ekologis yang akan menghasilkan satu kota yang mempunyai kualitas lingkungan dan kehidupan yang lebih baik dan berkelanjutan. Kota berwawasan lingkungan/ekologis berarti juga kota yang berkelanjutan, dalam pengertian bahwa masa depan kota diharapkan akan menjadi lebih baik dan lestari. Kota ekologis dengan sendirinya juga merupakan kota yang ramah lingkungan, karena prinsip-prinsip kota ekologis sejalan dengan prinsip konservasi lingkungan.

Kota Ekologis diperlukan untuk menjawab tantangan persoalan lingkungan kota yang semakin memburuk dan hal ini disebabkan karena pendekatan pembangunan kota yang berlaku berorientasi pada aspek ekonomi jangka pendek semata. Kota ekologis sangat krusial bagi Indonesia, karena tingkat urbanisasi dan perkembangan kota yang sangat pesat di Indonesia. Kota berwawasan lingkungan merupakan salah satu jawaban membangun kota yang lebih baik karena secara efisien menggunakan sumber daya kota.

Hal ini dapat dilakukan dengan menekan penggunaan sumberdaya, meminimalkan jumlah limbah, mengurangi panggunaan air, udara, tumbuhan, fauna, pantai ataupun danau dengan komponen buatan jalan, bangunan, jembatan, dan jaringan sarana prasarana kota.


(43)

2.6. Dampak Kota Berwawasan Lingkungan bagi Pengembangan Wilayah di Kota Medan

Kota-kota di Indonesia pada umumnya berkembang secara laissez-faire, tanpa dilandasi perencanaan kota yang menyeluruh dan terpadu. Kecuali pada kota-kota baru yang memang direncanakan sejak awal. Kota-kota kita tidak betul-betul dipersiapkan atau direncanakan untuk dapat menampung pertumbuhan penduduk yang besar dalam waktu yang relatif pendek.Oleh karena itu, bukanlah suatu pemandangan yang aneh bila kota-kota besar di Indonesia khususnya kota Medan menampilkan wajah ganda.

Di suatu sisi terlihat perkembangan pembangunan yang serba mengesankan dalam wujud arsitektur, modern dan pasca modern di sepanjang tepi sungai jalan utama kota, dengan pengembangan wilayah akibat dengan adanya pertambahan dan jumlah pembangunan di kota. Di balik semua keanggunan itu, nampak menjamurnya lingkungan kumuh dengan sarana dan prasarana yang sangat tidak memadai untuk mendukung keberlangsungan kehidupan manusia yang berbudaya.

Untuk meminimalisasi menjamurnya lingkungan kumuh tersebut perlu pendekatan pembangunan kota yang didasarkan atas prinsip-prinsip berwawasan lingkungan/ekologis yang akan menghasilkan satu kota yang mempunyai kualitas lingkungan dan kehidupan yang lebih baik dan berkelanjutan. Kota berwawasan lingkungan berarti juga kota yang berkelanjutan, dalam pengertian bahwa masa depan kota diharapkan akan menjadi lebih baik dan mengembalikan fungsi lahan sebagai mana mestinya.


(44)

2.7. Pengembangan Wilayah

Pengembangan wilayah merupakan suatu tindakan mengembangkan wilayah atau membangun daerah/kawasan dalam rangka usaha memperbaiki tingkat kesejahteraan hidup masyarakat. Dimana pengembangan wilayah adalah memajukan atau memperbaiki serta meningkatkan sesuatu yang sudah ada, selanjutnya ia menyatakan bahwa pengembangan merupakan suatu usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang terencana yang dilaksanakan secara sadar oleh suatu bangsa, negara, dan pemerintah menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa.

Dari pengertian pengembangan di atas terlihat beberapa ide pokok yang sangat penting, yaitu:

1. Bahwa pengembangana merupakan proses yang terus menerus dilaksanakan dalam rangka memperbaiki tingkat kesejahteraan hidup masyarakat

2. Bahwa pengembangan adalah merupakan suatu usaha yang penting dilaksanakan 3. Bahwa pengembangan dilaksanakan secara berencana kepada pertumbuhan dan

perubahan

4. Bahwa pengembangan mengarah kepada modernitas

5. Bahwa modernitas yang dicapai melalui pengembangan itu mencakup seluruh aspek kehidupan masyarakat, bangsa dan negara termasuk aspek politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan dan keamanan serta administrasi.

Pengembangan wilayah menurut Sandy (1982) pada hakekatnya adalah pelaksanaan pembangunan wilayah di suatau region yang disesuaikan dengan


(45)

kemampuan fisik dan sosial region tersebut, serta tetap menghormati peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Sukirno (1991) membedakan wilayah atas 3 bagian:

(a) Wilayah homogen merupakan suatu wilayah di mana kegiatan ekonomi berlaku di berbagai pelosok ruang mempunyai sifat yang sama anatara lain ditinjau dari segi pendapatan perkapita penduduk dan adri segi struktural ekonominya.

(b) Wilayah nodel merupakan suatu wilayah sebagai ruang ekonomi di kuasai oleh beberapa pusat kegiatan ekonomi

(c) Wilayah administrasi artinya suatu wilayah yang didasarkan atas pembagian administrasi pemerintah.

Untuk melihat keberhasilan pembagian ekonomi suatu negara didasarkan pada empat kriteria, yaitu:

1. Pendayagunaan tenaga kerja 2. Pengurangan tingkat kemiskinan

3. Kebijaksanaan untuk distribusi pendapatan 4. Peningkatan produktivitas tenga kerja

Keempat kriteria ini harus berjalan secara bersama sama sehingga di dalam proses pengembangan tersebut terlihat adanya perubahan struktural masyarakat, keuntungn untuk seluruh masyarakat dengan adanya distribusi pendapatan, pertumbuhan ekonomi yang cepat, efisiensi (Todaro, 1998).

Bila dilihat dari aspek ekonomi, pembangunan dapat diartikan sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan masyarakat meningkat dalam waktu panjang.


(46)

Dari pengertian tersebut terlihat pembangunan ekonomi mempunyai sifat, antara laian: sebagai proses yang berarti merupakan perubahan yang terjadi terus menerus, usha untuk menaikkan tingkat pendapatan masyarakat, kenaikan pendapatan tersebut terus berlangsung dalam jangka panjang. Dalam kaitannya dengan penenlitian ini, tersebut dibatasi oleh batas administratif wilayah/skop regional. (Sukirno, 1991).

2.8. Penelitian Sebelumnya

Studi tentang pengelolan sampah terpadu sebagai salah satu upaya mengatasi problem sampah di perkotaan oleh Towow, et.al (2003), menyimpulkan bahwa strategi pengelolaan sampah yang mengandalkan pada sistem pengangkutan, pembuangan dan pengolahan perlu diubah karena dirasakan sangat tidak ekonomis, disamping memerlukan biaya operasional, lahan bagi pembuangan akhir yang besar, juga menimbulkan dampak yang tidak menguntungkan bagi masyarakat kota dan kurangnya kepedulian terhadap lingkungannya.

Untuk itu pendekatan yang paling tepat adalah dengan mengedepankan proses penanganan sampah dengan pengurangan dan pemanfaatan sampah (minimalisasi sampah) yaitu dengan 3 usaha dasar (3R): reduse atau mengurangi (sebisa mungkin mengurangi barang yang digunakan sehari-hari), reuse atau memakai kembali (memperpanjang pemakaian waktu pemakaian barang sebelum menjadi sampah,

recyle atau mendaur ulang (mendaur ulang barang–barang yang sudah tidak terpakai


(47)

Hasil studi Moh. Rafii (2005), yang berjudul implikasi kemauan membayar tarif retribusi sampah terhadap pengembangan sistem pengelolaan sampah di kawasan pemukiman Kec. Medan Sunggal Kota Medan, menyimpulkan bahwa kesediaan membayar retribusi sampah belum dapat menutupi biaya pengelolan sampah. Demikian juga studi yang dilakukan Iwan Nirawan (2008), yang berjudul analisis kebijakan pengelolaan sampah kota Bogor), menyimpulkan bahwa pengelolaan sampah kota dapat memberikan manfaat terbesar untuk masyarakat atau publik jika dilakukan dengan manajemen pengelolaan sampah yang baik dan meningkatkan penerimaan retribusi sampah.

2.9. Kerangaka Pemikiran

Jika sampah di kelola dengan baik dengan 3 usaha dasar (3R) akan menghasilkan kota yang berwawasan lingkungan, meningkatkan tingkat pendapatan bagi masyarakat yang mengelola dan akan menimbulkan tingkat kesadaran dalam membayar retribusi sampah sehingga memberikan kontribusi terhadap pendapatan pemerintah dari retribusi sampah


(48)

Pertambahan Penduduk Migrasi dari desa

Sampah

PAD(Pendapatan Asli Daerah)

Retribusi sampah

Pelaksanaan pengelolaan sampah

- Anggaran pengelolaan - Jumlah tenaga

kebersihan - Jumlah RT

Pengembangan Wilayah Kota Medan yang berwawasan lingkungan

Gambar 2.2. Kerangka Berpikir

2.10. Hipotesis Penelitian

Anggaran pengelolaan sampah, tenaga kerja kebersihan dan jumlah penduduk yang terlayani berpengaruh terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari Retribusi Sampah di Kota Medan.


(49)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi Penelitian

Secara historis perkembangan Kota Medan, telah memposisikan menjadi pusat perdagangan sejak masa lalu, sedang dijadikannya Medan sebagai ibukota Deli juga telah menjadikannya Kota Medan berkembang menjadi pusat pemerintahan, sampai saat ini disamping merupakan salah satu daerah kota, juga sekaligus sebagai ibukota Provinsi Sumatera Utara.

Dimana sebagian besar wilayah Kota Medan merupakan daratan rendah yang merupakan tempat pertemuan sungai Babura dan sungai Deli Kota Medan terletak antara 2º.27´ - 2º.47´ Lintang Utara 98º.35´ - 98º.44´ Bujur Timur. Kota Medan 2,5-37,5 meter di atas permukaan laut merupakan salah satu dari 26 daerah kab/kota yang berada di Sumatera Utara yang berbatasan dengan Kab. Deli Serdang, di sebelah Utara, Selatan, Barat dan Timur ,dengan luas daerah lebih kurang 265,10 km². Luas Wilayah Kota Medan menurut kecamatan memiliki 21 kecamatan.

(Sumber: Kabag Tata Pemerintahan, Medan Dalam Angka 2008,BPS Kota Medan)

3.2. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data sekunder dan data primer. Data sekunder bersumber dari Dinas Kebersihan Kota Medan, Badan Pusat statistik, Badan Lingkungan Hidup, Dinas Pendapatan serta instansi terkait lainnya,


(50)

sedangkan data primer diperoleh dari wawancara dengan key responden (kepala bidang operasional, mandor, melati, dan bestari). Data penelitian yang digunakan merupakan data panel yaitu gabungan antara data time series dan data cross section. Data cross section merupakan data yang diperoleh dari ketiga wilayah operasional selama kurun waktu 5 tahun.

3.3. Teknik Pengumpulan Data

Data primer tentang manajemen pengelolaan sampah dihimpun dengan melakukan wawancara langsung kepada Kepala Bidang Operasional Kepala Bidang Retribusi, Dinas Kebersihan Kota Medan berpedoman pada pertanyaan yang telah dipersiapkan.

3.4. Metode Analisis Data

Untuk menjawab permasalahan pertama, yaitu untuk mengetahui aspek manajemen pengelolaan sampah dilakukan dengan menggunakan anakisa deskriptif dan untuk menjawab permasalahan kedua yaitu untuk mengetahui perkembangan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari retribusi persampahan di Kota Medan yang berwawasan lingkungan dilakukan analisa deskriptif.

Untuk menjawab permasalahan ke tiga yaitu untuk mengetahui pengaruh anggaran pengelolaan sampah, tenaga kebersihan, jumlah penduduk terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari retribusi sampah di Kota Medan, dilakukan uji regresi ganda, dengan persamaan:


(51)

Y = ßo + ß1x1 + ß2x2 + ß3x3 + µ dimana:

Y = PAD dari retribusi sampah di Kota Medan (Rp/thn)

ßo = intercept (konstanta)

x1 = Anggaran pengelolaan sampah di Kota Medan (Rp/thn) x2 = Jumlah tenaga kebersihan (orang/thn)

x3 = Jumlah penduduk yang terlayani (KK) ß1, ß2, ß3 = koefisien regresi

µ = error term

3.5. Definisi dan Batasan Variabel Operasional

Untuk memfokuskan variabel penelitian ini, disusun definisi dan batasan operasional sebagai berikut:

1. Manajemen pengelolaan sampah adah kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan yang di lakukan Dinas Kebersihan Kota Medan melalui tenaga kebersihan pengelola sampah di Kota Medan.

2. Anggaran pengelolaan sampah di Kota Medan biaya yang dikeluarkan pemerintah untuk pembiayaan pengelolaan sampah, dalam hal ini dibatasi hanya anggaran gaji atau honorarium tenaga kebersihan (Rp/thn).

3. Jumlah tenaga kebersihan adalah banyaknya orang yang bertugas melakukan pengelolaan sampah (pengumpulan, pengangkutan dan pembuangan) di Kota Medan (orang/thn).


(52)

4. PAD dari retribusi sampah adalah jumlah pendapatan asli daerah yang bersumber dari retribusi sampah di Kota Medan (Rp/thn).

5. Wawasan Lingkungan adalah kepedulian masyarakat terhadap kebersihan lingkungan yang diukur dengan jumlah retribusi sampah ( Rp/ thn).

6. Retribusi adalah pungutan resmi dari pemerintah kepada masyarakat dikarenakan adanya pelayanan yang diberian kepada masyarakat.

7. Jumlah penduduk adalah banyak penduduk dalam suatu daerah (dalam orang). 8. Pengembangan Wilayah adalah upaya pembangunan daerah/ kawasan di Kota

Medan melalui pengelolaan sampah yang baik sehingga menciptakan Kota Medan sebagai kota berwawasan lingkungan .


(53)

BAB IV

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN AHASAN

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Gambar 4.1 Peta Lokasi Penelitian Gambar 4.1 Peta Lokasi Penelitian


(54)

4.1.1. Gambaran Umum Kota Medan

Penelitian ini dilakukan di Wilayah Administratif Kota Medan. Kota Medan dijadikan kota praja pertama kalinya oleh pemerintah Belanda tahun 1928 dengan luas kira kira 1.300 ha dengan penduduk 43.829 jiwa. Pada tahun1951 berdasarkan surat keputusan Gubernur Sumatera Utara tanggal 21 September 1951, Kota Medan diperluas menjadi 5.130 ha dengan 4 kecamatan yaitu Medan, Medan Timur, Medan Barat, dan Medan Baru.

Berdasarkan PP 22 tahun 1973, Kota Medan kembali diperluas dengan memasukkan sebagian dari wilayah Deli Serdang menjadi 11 Kecamatan dan 116 kelurahan. Pada tahun 1986 kelurahan dimekarkan menjadi 144. Selanjutnya melalui PP 59 tahun 1991, 11 kecamatan dimekarkan jadi 21 kecamatan, 151 kelurahan yang terbagi dalam 2000 lingkungan.

Secara geografis, wilayah Kota Medan berada antara 3”30’ – 3”43’ LU dan 98”35’ – 98”44’ BT dengan luas wilayah 265,10 km2 dengan batas-batas sebagai berikut:

Batas Utara : Kabupaten Deli Serdang dan Selat Malaka Batas Selatan : Kabupaten Deli Serdang

Batas Timur : Kabupaten Deli Serdang Batas Barat : Kabupaten Deli Serdang

Topografi Kota Medan cenderung miring ke Utara dan berada pada ketinggian 2,5-37,5 meter diatas permukaan laut.


(55)

Secara geografis, Kota Medan didukung oleh daerah-daerah yang kaya sumber alam seperti Deli Serdang, Labuhan Batu, Simalungun, Tapanuli Utara, Tapanuli Selatan, Mandailing Natal, Karo, Binjai dan lain-lain. Kondisi ini menjadikan Kota Medan secara ekonomi mampu mengembangkan berbagai kerjasama dan kemitraan yang sejajar, saling menguntungkan dan saling memperkuat dengan daerah-daerah sekitarnya.

Kota Medan mempunyai iklim tropis dengan suhu minimum menurut Stasiun Polonia berkisar antara 23,2ºC - 24,3ºC dan suhu maksimum berkisar antara 30,8ºC - 33,2ºC serta menurut Stasiun Sampali suhu minimumnya berkisar antara 23,3ºC - 24,1ºC dan suhu maksimum berkisar antara 31,0ºC - 33,1ºC.

4.1.2. Jumlah Penduduk Kota Medan

Penduduk Kota Medan pada tahun 2008 berjumlah 2.090.305 orang. Perkembangan jumlah penduduk Kota Medan tahun 2004-2008 dapat dilihat pada Tabel 4.1. Dari Tabel 4.1. dapat dilihat bahwa penduduk Kota Medan dari tahun 2004-2008 terus mengalami peningkatan. Jika setiap penduduk dapat dilayani sehingga mereka membayar retribusi, maka penerimaan retribusi Dinas Kebersihan Kota Medan juga dapat meningkat.


(56)

Tabel 4.1. Perkembangan Jumlah Penduduk Kota Medan tahun 2004-2008

Wilayah Operasional 2004 2005 2006 2007 2008

Medan I 633.811 643.499 663.074 664.061 665.128

Medan II 578.571 586.913 610.468 589.692 591.020

Medan III 788.853 804.271 814.095 826.670 834.157

Total Kota Medan 2.001.235 2.034.683 2.087.637 2.080.423 2.090.305

Sumber: BPS Propinsi Sumatera Utara

4.2. Manajemen Persampahan Kota Medan

Sampah adalah limbah yang bersifat padat terdiri dari zat organik dan anorganik yang dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola agar tidak mencemari dan membahayakan lingkungan. Penanganan sampah telah dilakukan secara terus menerus untuk menjaga kesinambungan lingkungan dan kesehatan masyarakat. Rendahnya tingakat pelayanan kebersihan dapat mengakibatkan berbagai permasalahan yang akan menurunkan kualitas lingkungan, seperti terjadinya pencemaran air, tanah, dan udara.

Sejalan dengan perkembangan pembangunan kota, sampah yang dibuang ke lingkungan pada masa-masa mendatang akan terus meningkat terutama pada daerah perkotaan. Kondisi demikian menunjukkan bahwa masalah lingkungan akibat sampah pada masa-masa mendatang akan semakin besar apabila tidak diimbangi dengan upaya pengelolaan persampahan yang baik.

Sampai saat ini, instansi pengelola kebersihan Kota Medan sudah mengalami beberapa kali peningkatan organisasi. Pada awalnya, tanggung jawab kebersihan Kota


(57)

Medan berada di bawah Seksi Kebersihan pada Dinas Pekerjaan Umum. Hal ini berlangsung hingga tahun 1975. Pada tahun 1975 dibentuk Dinas Kebersihan, Keindahan, dan Pertamanan (DKKP). DKKP hanya berjalan selama 3 tahun hingga tahun 1978. Selanjutnya, berdasarkan Perda Kodati II Medan Nomor 11 Tahun 1978, DKKP dipecah menjadi 3 dinas yaitu Dinas Perbengkelan, Dinas Pertamanan, dan Dinas Kebersihan.

Dinas Kebersihan Kodati II Medan beroperasi sampai dengan tahun 1989 dan diganti dengan Perusahaan Daerah Kebersihan Kodati II Medan sesuai dengan terbitnya Perda Kodati II Medan Nomor 2 Tahun 1988. Namun setelah berjalan hingga tahun 2001, PD. Kebersihan Kodati II Medan tidak dapat mewujudkan tujuan yang ingin dicapai dan terus mengalami kerugian. Oleh sebab itu, berdasarkan Peraturan daerah Kota Medan Nomor 4 Tahun 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas-Dinas daerah di lingkungan Pemko Medan, maka PD. Kebersihan Kodati II Medan dihapuskan dan dibentuklah Dinas Kebersihan Kota Medan.

Dalam upaya penanggulangan sampah di Kota Medan, Dinas Kebersihan Kota Medan berusaha untuk melaksanakan manajemen persampahan dengan baik. Walaupun belum diaplikasikan dengan baik, tetapi Dinas Kebersihan Kota Medan sudah berusaha menerapkan setiap fungsi-fungsi manajemen dalam manajemen persampahan di Kota Medan.


(58)

4.2.1 Perencanaan Kebersihan Kota Medan

Perencanaan adalah proses mendefinisikan tujuan organisasi, membuat strategi untuk mencapai tujuan itu, dan mengembangkan rencana aktivitas kerja organisasi. Rencana dapat berupa rencana informal atau rencana formal. Rencana informal adalah rencana yang tidak tertulis dan bukan merupakan tujuan bersama anggota suatu organisasi. Perencanaan terdiri dari dua elemen penting, yaitu sasaran (goals) dan rencana itu sendiri (plan).

Dalam pelaksanaan untuk menjaga kebersihan Kota Medan, Dinas Kebersihan Kota Medan juga sudah melakukan kegiatan perencanaan. Kegiatan perencanaan Dinas Kebersihan Kota Medan dilakukan dengan menyusun tujuan dan sasaran yang akan dicapai pada masa yang akan datang.

Tujuan Dinas Kebersihan Kota Medan yaitu:

1. Meningkatkan manajemen pengelolaan Dinas Keebersihan Kota Medan dalam pelayanan kebersihan Kota Medan dengan mengutamakan pertanggungjawaban publik dan partisipasi aktif masyarakat.

2. Meningkatkan kualitas dan kuantitas pemerataan pelayanan kebersihan kepada masyarakat.

3. Meningkatkan sarana dan prasarana kebersihan yang berteknologi, berdaya guna, dan berhasil guna yaang berawawasan lingkungan.

4. Meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) dari penerimaan retribusi pelayanan kebersihan.


(59)

Sasaran Dinas Kebersihan Kota Medan yaitu:

1. Meningkatnya mutu sumberdaya manusia aparatur Dinas Kebersihan kota Medan 2. Terwujudnya sistem pelaporan akuntabilitas Dinas Kebersihan Kota Medan

3. Meningkatnya partisipasi dan peran serta masyarakat dalam menciptakan kebersihan lingkungan kota

4. Terwujudnya rotasi pengangkutan sampah tepat waktu dan termaksimalisasinya cakupan wilayah pelayanan kebersihan

5. Meningkatkan teknologi berdaya guna, berhasil guna, dan berwawasan lingkungan dalam pengelolaan sampah padat (solid waste) dan limbah tinja (human waste)

6. Meningkatkan sarana dan prasarana kebersihan

7. Meningkatkan penerimaan retribusi pelayanan kebersihan

8. Meningkatkan SDM pengelolaan penerimaan retribusi pelayanan kebersihan Kegiatan perencanaan di Dinas Kebersihan Kota Medan sudah dilakukan tetapi pelaksanaanya belum optimal. Kegiatan perencanaan yang dilakukan di Dinas Kebersihan Kota Medan masih bersifat top-down. Perencanaan hanya disusun oleh Kepala Dinas beserta staf-stafnya dan belum mempertimbangkan saran dari bawah, terutama orang-orang yang bekerja di lapangan. Hal ini menyebabkan perencanaan yang dilakukan belum sesuai dengan keadaan di lapangan.


(60)

4.2.2 Pengorganisasian Kebersihan Kota Medan

Sesuai dengan struktur organisasi dalam Perda Kota Medan No. 3 Tahun 2009, Dinas Kebersihan Kota Medan bertanggung jawab langsung kepada Walikota Medan. Dinas Kebersihan Kota Medan terdiri atas 4 bidang yaitu Bidang Pengembangan dan Pengawasan, Bidang Operasional, Bidang Retribusi, dan Bidang Perawatan.

Bidang Pengembangan dan Pengawasan bertanggung jawab dalam pengembangan-pengembagan teknologi yang mungkin untuk dilaksanakan dalam pengelolaan sampah Kota Medan dan bertanggung jawab dalam pengawasan kebersihan Kota Medan. Bidang Operasional bertanggung jawab dalam pelaksanaan kegiatan kebersihan di lapangan. Bidang retribusi bertanggung jawab dalam pengutipan retribusi dari masyarakat. Bidang perawatan bertanggung jawab dalam peawatan sarana dan prasarana yang dimiliki Dinas Kebersihan Kota Medan. Secara struktur, tugas dan tanggung jawab masing-masing bagian sudah jelas. Setiap bagian sudah berusaha untuk melaksanakan pekerjaan masing-masing dengan baik.

Selain aparat Dinas Kebersihan Kota Medan, Dinas Kebersihan Kota Medan juga melibatkan aparat-aparat pemerintah mulai dari tingkat kecamatan hingga tingkatt lingkungan. Masing-masing unsur saling terkait dengan tanggung jawab: a. Dinas Kebersihan bertanggung jawab menyusun program kebersihan kota,

melakukan pengawasan, pelayanan kebersihan, dan pengelolaan Tempat Pembuangan Akhir (TPA).


(61)

59

b. Kecamatan bertangggung jawab memotivasi dan menggerakkan masyarakat kecamatan dalam melakukan kegiatan pengomposan dan menginformasikan sampah yang belum diangkat ke TPA kemudian secara teratur melakukan gotong royong kebersihan di wilayah kecamatan.

c. Kelurahan bertanggung jawab dalam memotivasi masyarakat kelurahan untuk melakukan pemilahan sampah bekerja sama dengan pihak swasta dan menginformasikan sampah yang belum dikumpul dari masyarakat kemudian aktif melakukan kegiatan gotong royong kebersihan di kelurahan.

d. Kepala lingkungan bertanggung jawab dalam melakukan sosialisasi pewadahan sampah dan membuang sampah pada tempatnya.

Pengorganisasan yang dilakukan oleh Dinas Kebersihan Kota Medan sudah cukup baik dengan melibatkan setiap unsur pemerintahan dan masyarakat. Namun pembagian tugas belum begitu jelas dan dapat menimbulkan tumpang tindih. Hal ini terjadi terutama pada Kecamatan dan Kelurahan. Kecamatan merupakan kumpulan dari kelurahan-kelurahan, sehingga terjadi tumpang tindih antara tanggung jawab di kecamatan dan kelurahan. Oleh karena itu, untuk menangani hal ini, diperlukan koordinasi yang baik anatar masing-masing unsur.


(62)

KEPALA DINAS

SEKRETARIAT

KASUBBAG PENYUSUNAN KASUBBAG

KEUANGAN KASUBBAG

UMUM

KABID PENGEMBANGAN DAN PENGAWASAN

KASI PENGAWASAN

KABID OPERASIONAL

KASI OPS MEDAN I

KASI OPS MEDAN II

KASI OPS MEDAN III

KABID RETRIBUSI

KASI PENAGIHAN MEDAN I

KASI PENAGIHAN MEDAN II

KASI PENAGIHAN MEDAN III

KABID PERAWATAN

KASI PERBENGKELAN

KASI PERTUKANGAN

Gambar 4.2. Struktur Organisasi Dinas Kebersihan Kota Medan


(63)

47

4.2.3 Pelaksanaan Kebersihan Kota Medan

Instansi yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan pengelolaan sampah di Kota Medan adalah Dinas kebersihan Kota Medan. Dalam melaksanakan tanggung jawabnya dalam pengelolaan kebersihan kota secara profesional, Dinas Kebersihan Kota Medan berperan dalam melaksanakan kegiatan sebagai berikut:

1. Melakukan penyapuan jalan-jalan protokol,

2. Pengumpulan sampah dari sumbernya ke Tempat Penampungan Sementara (TPS),

3. Pengangkutan sampah dari TPS ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA), 4. Pemusnahan sampah dan pengelolaan TPA,

5. Melakukan penyedotan septic tank (human waste).

Untuk menciptakan kebersihan kota, masing-masing unsur terkait bersinergi dan bertanggung jawab sebagai berikut:

1. Dinas Kebersihan bertanggung jawab menyusun program kebersihan kota, melakukan pengawasan pelayanan kebersihan dan pengelolaan Tempat Pembuangan Akhir (TPA).

2. Kecamatan bertanggung jawab memotivasi dan mengerakkan masyarakat kecamatan dalam melakukan kegiatan pengomposan dan mengiinformasikan sampah yang belum diangkut ke TPA kemudian secara teratur melakukan gotong royong kebersihan di wilayah kecamatan.

3. Kelurahan bertanggung jawab dalam memotivasi dan menggerakkan masyarakat kelurahan untuk melakukan pemilahan sampah. Pemilahan


(64)

sampah dilakukan bekerja sama dengan pihak swasta. Kelurahan juga bertanggung jawab menginformasikan sampah yang belum dikumpul dari masyarakat kemudian aktif melakukan kegiatan gotong royong kebersihan di kelurahan.

4. Kepala Lingkungan bertanggung jawab dalam melakukan sosialisasi pewadahan sampah dan membuang sampah pada tempatnya.

Dalam kegiatan operasionalisasinya, maka manajemen persampahan (solid

waste management) dilakukan meliputi tahapan berikut:

1. Pewadahan

Pada tahap pewadahan, setiap rumah/bangunan harus memiliki pewadahan sampahnya masing-masing. Pada tahap ini, Kepala Lingkungan bertanggung jawab membantu menghimbau dan mensosialisasikan penggunaan pewadahan sampah dan membuang sampah pada tempatnya.

2. Pemilahan

Pada tahap pemilahan, kepada setiap warga masyarakat diwajibkan agar melakukan pemilahan sampahnya masing-masing. Dalam tahap ini Lurah bertanggung jawab memotivasi masyarakat untuk melakukan pemilihan sampahnya masing-masing untuk mengurangi volume sampah yang dibuang ke TPA karena sebahagian besar sampah masih bisa dimanfaatkan secara ekonomis dengan melibatkan unsur-unsur yang ada di kelurahan.


(65)

3. Pengumpulan

a. Pola langsung : proses pengumpulan sampah secara langsung (house to

house collection) dengan truck sampah dan kemudian

dibuang ke TPA.

b. Pola tidak langung : proses pengumpulan sampah dengan menggunakan beca/gerobak sampah dan kemudian dipindahkan/ditempatkan ke Tempat Penampungan Sementara (TPS).

Pada tahap ini Lurah bertanggung jawab membantu melakukan sosialisasi jadwal waktu pembuangan/pengumpulan sampah dari sumbernya dan memelihara kebersihan lingkungan TPS.

4. Pengangkutan

a. Pola langsung : proses pengangkutan sampah dengan mempergunakan

truck sampah secara langsung dari sumber sampah dan

kemudian diangkut langsung ke TPA.

b. Pola tidak langung : proses pengangkutan sampah dengan cara mengangkut sampah yaang telah terkumpul/bertumpuk di TPS dan kemudian diangkut ke TPA.

Pada tahap ini Camat aktif melakukan koordinasi dengan Dinas Kebersihan tentang jadwal waktu pengangkutan sampah ke TPA.


(66)

5. Pembuangan Akhir

Pembuangan akhir merupakan kegiatan operasionalisasi sampah tahap akhir, dimana sampah diamankan di suatu tempat agar tidak menimbulkan gangguan terhadap kualitas lingkungan di sekitarnya.

Metode pengelolaan sampah yang diterapkan oleh Dinas Kebersihan di lokasi TPA adalah metode open dumping yaitu sampah yang masuk ke TPA tanpa melalui proses tertentu langsung diserakkan/dipaparkan di lokasi TPA.

Sebelum dilakukan pembuangan dan pemaparan sampah, terlebih dahulu lokasi TPA yang ada dibagi dalam beberapa zona agar pembuangan dan pemaparan sampah menjadi teratur. Misalnya sampah yang masuk ke TPA dipaparkan/ditimbun di satu zona tertentu, apabila zona tersebut telah penuh dengan timbunan sampah, maka pemaparan dialihkan kepada zona yang baru, demikian seterusnya.

Khusus untuk sampah medis (medical waste) dikelola sendiri oleh masing-masing rumah sakit dan klinik. Masing-masing rumah sakit harus cermat dalam memilah sampah domestik dan sampah medis. Sampah domestik akan diangkut oleh Dinas Kebersihan sedangkan sampah medis akan dimusnahkan dengan menggunakan

incenerator.

6. Pengelolaan Sampah

Sampah yang telah tertumpuk lama dan dan telah mencapai ketinggian 5 m di TPA Namo Bintang dan Terjun selanjutnya dibuat menjadi kompos.


(67)

Untuk memudahkan dalam pelaksanaannya, maka Dinas Kebersihan Kota Medan membagi wilayah operasional pelayanan menjadi 3 wilayah, yaitu:

Tabel 4.2. Wilayah Operasional Pelayanan Dinas Kebersihan Kota Medan

Medan I Medan II Medan III

No. Kecamatan No. Kecamatan No. Kecamatan

1. Medan Kota 1. Medan Barat 1. Medan Belawan

2. Medan Area 2. Medan Petisah 2. Medan Labuhan

3. Medan Johor 3. Medan Sunggal 3. Medan Marelan

4. Medan Amplas 4. Medan Helvetia 4. Medan Deli

5. Medan Denai 5. Medan Tuntungan 5. Medan Timur

6. Medan Polonia 6. Medan Selayang 6. Medan Perjuangan

7. Medan Maimun 7. Medan Baru 7. Medan Tembung

Sumber: Dinas Kebersihan Kota Medan

Dari Tabel 4.2. dapat dilihat bahwa masing-masing wilayah pelayanan terdiri dari 7 kecamatan. Pembagian kecamatan menjadi 3 wilayah opersional adalah didasarkan atas kedekatan antara masing-masing daerah. Daerah dengan jarak yan berdekatan akan dikategorikan menjadi satu wilayah operasional.

Dalam pelaksanaan kegiatan kebersihan di Kota Medan, Dinas Kebersihan Kota Medan didukung oleh sumberdaya baik sumberdaya manusia maupun sarana dan prasarana. Sumberdaya manusia Dinas Kebersihan Kota Medan terdiri dari Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan Pegawai Harian Lepas (PHL) dengan rincian seperti pada Tabel 4.3.


(68)

Dari Tabel 4.3. dapat dilihat bahwa 82,66% tenaga operasional Dinas Kebersihan Kota Medan merupakan pegawai harian lepas. Pegawai harian lepas ini adalah tenaga yang langsung terjun ke lapangan untuk melakukan kegiatan pembersihan di seluruh Kota Medan.

Tabel 4.3. Petugas Operasional Kebersihan Kota Medan tahun 2009

No Uraian Jumlah (orang) Persentase (%)

1. PNS 311 17,34

2. PHL

Melati 395 22,02

Bestari 664 37,01

Supir/kenek, mekanik, petugas TPA, hansip, mandor angkut/retribusi, koordinator PHTM dan administrasi

424 23,63

Total 1.794 100,00

Sumber: Dinas Kebersihan Kota Medan

Sarana dan prasarana pendukung yang digunakan dalam kegiatan kebersihan di Kota Medan dapat dilihat pada Tabel 4.4.


(69)

Tabel 4.4. Sarana dan Prasarana Operasional Kebersihan Kota Medan

No Uraian Satuan (unit)

I Kendaraan Dinas

Kendaraan roda empat (mini bus) 5

Kendaraan roda dua 49

II Kendaraan Operasional

Arm roll truk 20

Typer truk 154

Truk tinja 7

Buldozer 5

Whell loader 3

Excavator 2

Mini backhoe loader 1

Pick up 15

III Tempat Pembuangan Akhir (TPA) (m2)

Namo Bintang 176.392

Terjun 137.563

IV Alat Komunikasi

Handy talky 50

Rig 5

V Perlengkapan Operasional

Container Sampah 90

Becak sampah 350

Gerobak sampah 185

Sumber: Dinas Kebersihan Kota Medan

4.2.4 Pengawasan & Pelaporan Kebersihan Kota Medan

Pengawasan dan pelaporan dilakukan untuk melihat apakah kegiatan di lapangan sudah dilaksanakan sesuai dengan yang direncanakan. Pengawasan dan


(1)

Model Unstandardized Coefficients Standar dized Coeffici

ents t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta

Toleranc

e VIF B

Std. Error

1 (Constant)

-27569496 4.211

94259573.

475 -2,925 ,014

Jumlah Penduduk 170,417 66,708 ,101 2,555 ,027 ,337 2,969 Jumlah Tenaga

Kebersihan 428218.615 135909.035 ,202 3,151 ,009 ,128 7,787

APBD ,011 ,001 ,859 17,475 ,000 ,217 4,598

a Dependent Variable: Retribusi

Collinearity Diagnostics(a)

Model Dimension Eigenvalue

Condition

Index Variance Proportions

(Constant)

Jumlah Penduduk

Jumlah Tenaga

Kebersihan APBD (Constant)

Jumlah Penduduk

1 1 3,753 1,000 ,00 ,00 ,00 ,00

2 ,225 4,085 ,00 ,01 ,00 ,20

3 ,021 13,332 ,00 ,13 ,07 ,17

4 ,001 64,135 1,00 ,86 ,93 ,63

a Dependent Variable: Retribusi


(2)

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N Predicted Value 11564076

0.0000 60389286 4.0000 25576155 2.5333 164725095.18

558 15

Std. Predicted Value -,851 2,113 ,000 1,000 15

Standard Error of

Predicted Value 5962902.000 10998176.000 7218506.252 1253787,067 15 Adjusted Predicted Value 11692322

4.0000 61996256 0.0000 25713071 1.6216 166920478.56

802 15

Residual

-15666194. 00000

35362660.

00000 ,00000

12563917.009

34 15

Std. Residual -1,105 2,495 ,000 ,886 15

Stud. Residual -1,431 2,857 -,037 1,052 15

Deleted Residual

-26690236. 00000 46363436. 00000 -1369159.0 8831 18008888.824

88 15

Stud. Deleted Residual -1,512 5,361 ,122 1,606 15

Mahal. Distance 1,544 7,496 2,800 1,487 15

Cook's Distance ,000 ,635 ,121 ,209 15

Centered Leverage Value ,110 ,535 ,200 ,106 15


(3)

Regression Studentized Residual

3 2

1 0

-1 -2

Regres

si

on Sta

nda

rdi

z

e

d

Pred

ic

ted

Value

3

2

1

0

-1

Scatterplot


(4)

Lampiran 4. Dokumentasi (Foto)

Truck Sampah Sebelum Masuk ke Lokasi TPA Terjun Terlebih Dahulu Melewati

Timbangan untuk Mengetahui Besarnya Volume Sampah yang Akan di Buang ke

TPA

Pemilahan sampah yang dilakukan oleh para pemulung di lokasi TPA Terjun.


(5)

Suasana di Lokasi TPA Terjun


(6)

76


Dokumen yang terkait

Model Lingkungan Pengelolaan Sampah Perkotaan (Studi Kasus Kota Medan)

10 140 350

Efektifitas Pengelolaan Sampah dalam Menciptakan Kebersihan Lingkungan Di Kota Medan

2 48 129

PENGEMBANGAN PELABUHAN BERWAWASAN LINGKUNGAN (ECOPORT) DALAM RANGKA PENGELOLAAN PESISIR TERPADU (Studi Kasus Pelabuhan Tanjung Priok)

11 53 274

Pengembangan pelabuhan tanjung priok berwawasan lingkungan (Ecoport) dalam rangka pengelolaan pesisir terpadu (studi kasus Pelabuhan Tanjung Priok)

2 34 518

TECHNORATION, APLIKASI ROBAS (ROBOT BARANG BEKAS) DENGAN MEMANFAATKAN SAMPAH LINGKUNGAN SEKOLAH DALAM RANGKA PENGEMBANGAN KARAKTER SISWA BERWAWASAN LINGKUNGAN DI SMU 5 SEMARANG.

1 7 26

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH - SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN DALAM UPAYA MENCIPTAKAN KOTA YANG BERKELANJUTAN (Studi tentang Sistem Pengelolaan Sampah di Kota Semarang) - Unissula Repository

0 1 61

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. LINGKUNGAN HIDUP DAN PERMASALAHANNYA - SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN DALAM UPAYA MENCIPTAKAN KOTA YANG BERKELANJUTAN (Studi tentang Sistem Pengelolaan Sampah di Kota Semarang) - Unissula Repository

1 0 20

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 3.1. SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH DAN PERWUJUDAN KOTA BERKELANJUTAN - SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN DALAM UPAYA MENCIPTAKAN KOTA YANG BERKELANJUTAN (Studi tentang Sistem Pengelolaan Sampah di Kot

0 0 35

SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN DALAM UPAYA MENCIPTAKAN KOTA YANG BERKELANJUTAN (Studi tentang Sistem Pengelolaan Sampah di Kota Semarang) - Unissula Repository

1 1 141

SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN DALAM UPAYA MENCIPTAKAN KOTA YANG BERKELANJUTAN (Studi tentang Sistem Pengelolaan Sampah di Kota Semarang) - Unissula Repository

1 2 139