bulanan setiap bulan kepada Bank Indonesia mengenai penyediaan dana kepada peminjam dan sekelompok peminjam yang melampaui BMPK,
seluruh penyediaan dana kepada piihak-pihak yang terkait dengan bank.
24
Apabila kewajiban ini dilanggar oleh bank maka bank yang bersangkutan dapat dikenakan sanksi berupa kewajiban membayar denda, administratif
danatau sanksi pidana.
25
Selain pembatasan dalam pemberian kredit berupa BMPK, diatur pula pembatasan dalam pemberian kredit berupa larangan dalam pemberian
kredit. Dalam Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 2370KEPDIR dan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 233UKU
masing-masing tanggal 28 Februari 1991 telah mengatur pembatasan pemberian kredit untuk pembelian dan pemilikan saham oleh bank.
Disebutkan, bahwa bank tidak diperkenankan atau dilarang: a.
Memberikan kredit untuk membiayai pembelian saham atau modal kerja dalam rangka kegiatan jual beli saham, kecuali untuk pemberian
kredit investasi
untuk pembiayaan
barang modal
aktiva tetapbergerak yang diperlukan oleh perusahaan yang melakukan
kegiatan jual beli saham atau pembelian obligasi yang diperdagangkan di pasar modal;
b. Memiliki saham yang tidak dimaksudkan sebagai penyertaan.
24
Djoni S. Gozali dan Rachmadi Usman, Hukum Perbankan, Jakarta: Sinar Grafika, 2010 h. 295
25
Widjanarto, Hukum dan Ketentuan Perbankan di Indonesia, Jakarta: PT. Pustaka Utama Grafiti, 2003, h. 88.
Pelanggaran akan ketentuan ini akan dikenakan sanksi dalam rangka pengawasan dan pembinaan oleh Bank Indonesia. Ketentuan tersebut
disempurnakan lagi dengan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 2432KEPDIR dan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 241UKU
masing-masing tanggal 12 Agustus 1991 tentang Kredit pada Perusahaan Sekuritas dan Kredit Dengan Agunan Saham. Disebutkan beberapa hal yang
berkaitan dengan pembatasan dalam pemberian kredit bank untuk jual beli saham, yaitu:
a. Bank dilarang memberikan kredit dengan agunan pokok dan agunan
tambahan berupa saham perusahaan lain; b.
Bank dilarang memberikan kredit kepada perorangan atau perusahaan yang bukan perusahaam sekuritas untuk jual beli saham kecuali
pemberian kredit kepada koperasi dalam rangka pembelian saham bank yang bersangkutan.
26
C. Kegunaan dan Fungsi Jaminan Kredit dalam Pemberian Kredit
Fungsi jaminan kredit dalam dunia perbankan sangat besar. Kewajiban untuk menyerahkan jaminan hutang oleh pihak peminjam dalam
rangka pinjaman uang sangat terkait dengan kesepakatan di antara pihak- pihak yang melakukan pinjam-meminjam uang. Pada umumnya pihak
pemberi pinjaman mensyaratkan adanya jaminan hutang sebelum
26
Djoni S. Gozali dan Rachmadi Usman, Hukum Perbankan, Jakarta: Sinar Grafika, 2010 h.298.
memberikan pinjaman uang kepada pihak peminjam. Sementara itu, keharusan penyerahan jaminan hutang tersebut sering pula diatur dan
disyaratkan oleh peraturan intern pihak pemberi pinjaman dan atau oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku. Fungsi Jaminan secara yuridis
adalah kepastian hukum pelunasan hutang di dalam perjanjian hutang- piutang atau kepastian realisasi suatu prestasi dalam suatu perjanjian,
dengan mengadakan perjanjian penjaminan melalui lembaga-lembaga jaminan yang dikenal dalam hukum Indonesia.
Menurut Subekti adanya jaminan ini sangat penting kedudukannya dalam mengurangi resiko kerugian bagi pihak bank kreditor. Adapun
jaminan yang ideal dapat dilihat dari : 1.
Dapat membantu memperoleh kredit bagi pihak yang memerlukan; 2.
Tidak melemahkan potensi kekuatan si penerima kredit untuk meneruskan usahanya;
3. Memberikan kepastian kepada kreditor dalam arti bahwa apabila perlu
maka diuangkan untuk melunasi utang si debitur
27
Thomas Suyatno mengemukakan bahwa, ”Jaminan secara umum dapat diartikan sebagai penyerahan kekayaan atau
pernyataan kesanggupan seseorang untuk menanggung pembayaran kembali suatu hutang. Penyerahan kekayaan debitur merupakan bukti
kesungguhan debitur untuk mengembalikan dana yang dipinjamkan oleh kreditur
”. Thomas Suyatno berpendapat bahwa kegunaan jaminan adalah untuk:
27
Usman,Rachmadi. Aspek-Aspek Hukum Perbankan Di Indonesia, Jakarta: PT. Gramedia Putaka Utama, 2004. h. 286.
1. Memberikan hak dan kekuasaan kepada bank untuk mendapatkan
pelunasan dari hasil penjualan barang-barang jaminan tersebut apabila nasabah melakukan cidera janji, yaitu tidak membayar
kembali utangnya pada waktu yang telah ditetapkan dalam perjanjian.
2. Menjamin agar nasabah berperan serta dalam transaksi untuk
membiayai usahanya, sehingga kemungkinan unutk meninggalkan usaha atau proyeknya dengan merugikan diri sendiri atau
perusahaannya, dapat
dicegah atau
sekurang-kurangnya kemungkinan untuk dapat berbuat demikian diperkecil terjadinya.
3. Memberi dorongan kepada debitur tertagih untuk memenuhi
perjanjian kredit. Khususnya mengenai pembayaran kembali sesuai dengan syarat
–syarat yang telah di setujui agar ia tidak kehilang an kekayaan yang telah dijaminkan kepada bank.
28
Dalam pelaksanaan perjanjian kredit, jaminan kredit juga sebagai motivator kepada debitur supaya menjalankan usahanya secara baik, dan
menggunakan dana kredit sesuai dengan tujuan pengajuan dan pemberian kredit, memanajemen keuangannya secara hati-hati sehingga mampu untuk
memenuhi prestasinya sampai berakhirnya perjanjian kredit dengan pelunasan sampai pada akhirnya kembalinya hak menguasai terhadap benda
yang dijaminkan kepada kreditur dalam hal ini lembaga pembiayaan. Dari definisi jaminan dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa fungsi utama dari
28
Thomas Suyatno, dkk, Dasar-dasar Perkreditan, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta 2007. hal. 81
jaminan adalah untuk mendapatkan kepercayaan dari kreditur. Dalam hal ini bahwa seorang calon debitur mempunyai kemampuan untuk memenuhi
clausul yang telah disepakati dalam perjanjian kredit yang telah disepakati bersama oleh para pihak.