Kerangka Konseptual Kontrak Franchise sebagai agunan kredit dalam hukum jaminan di Indonesia
dengan objek penelitian. Pendekatan konsep conceptual approach digunakan untuk memahami konsep-konsep pernyataan penjaminan
surat perjanjian kontrak franchise. Dengan didapatkan konsep yang jelas maka diharapkan penormaan dalam aturan hukum kedepan tidak
lagi menjadi pemahaman yang kabur dan ambigu. 3.
Bahan Hukum Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang bersifat
autoritatif artinya mempunyai otoritas. Dalam penelitian ini yang termasuk dalam bahan hukum primer adalah Undang-undang : Kitab
Undang-undang Hukum Perdata dan Undang-undang nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan, Kitab Undang-undang Hukum Perdata dan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2007 Tentang Waralaba.
Bahan Hukum Sekunder berupa semua publikasi tentang hukum yang bukan merupakan dokumen-dokumen resmi. Publikasi tentang
hukum meliputi buku-buku teks, kamus hukum, jurnal hukum, dan komentar-komentar atas putusan pengadilan. Bahan-bahan non-hukum
tersebut dimaksudkan untuk memperkaya dan memperluas wawasan peneliti.
4. Prosedur Pengumpulan Bahan Hukum
Bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, maupun sumber non-hukum yang telah didapatkan itu kemudian dikumpulkan
berdasarkan rumusan masalah dan diklasifikasikan menurut sumber dan hierarkinya.
5. Pengolahan dan Analisis Bahan Hukum
Adapun bahan hukum, baik bahan hukum primer, bahan hukum sekunder maupun bahan non-hukum diuraikan dan dihubungkan
sedemikian rupa, sehingga ditampilkan dalam penulisan yang lebih sistematis untuk menjawab permasalah yang telah dirumuskan. Cara
pengolahan bahan hukum dilakukan secara deduktif yakni menarik kesimpulan dari suatu permasalahan yang bersifat umum terhadap
permasalahan konkret yang dihadapi. Selanjutnya setelah bahan hukum diolah, dilakukan analisis terhadap bahan hukum tersebut yang
akhirnya akan diketahui tinjauan hukum jaminan di Indonesia tentang kontrak franchise sebagai jaminan kredit perbankan.