Sistematika Penelitian Metode Penelitian

14

BAB II TINJAUAN UMUM PEMBERIAN KUASA DAN PERJANJIAN

NOMINEE DI INDONESIA

A. Pemberian Kuasa Pada Umumnya

Secara umum, kuasa diatur dalam bab ke-16, Buku III KUHPerdata dan secara khusus diatur dalam hukum acara perdata. Pasal 1792 KUHPerdata menyatakan bahwa, “Pemberian kuasa adalah suatu perjanjian dengan mana seorang memberikan kekuasaan kepada seorang lain, yang menerimanya, untuk atas namanya menyelenggarakan suatu urusan. 13 Pemberian kuasa dapat dilakukan secara khusus, yaitu hanya mengenai satu kepentingan tertentu atau lebih, atau dapat dilakukan secara umum, yaitu meliputi segala kepentingan pemberi kuasa. Pemberian kuasa last giving yang terdapat dalam pasal 1792 KUHPerdata tersebut mengandung unsur: 1. Persetujuan 2. Memberikan kekuasaan untuk menyelenggarakan suatu urusan dan 3. Atas nama pemberi kuasa. Dalam hal ini, bentuk-bentuk kuasa dapat diberikan dan diterima dalam suatu akta umum, dalam suatu tulisan di bawah tangan, bahkan dalam sepucuk surat ataupun dengan lisan Pasal 1793 ayat 1 KUHPerdata, dan sejumlah ketentuan Undang-Undang mewajibkan surat kuasa terikat pada bentuk tertentu, antara lain pasal 1171 ayat 1 dan ayat 2 KUHPerdata yang 13 Subekti R. dan Tjitrosudibio R., Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Jakarta: PT Pradnya Paramita, 2004, cet. 34, h. 457. menyatakan kuasa untuk memberikan hipotik harus dibuat dengan suatu akta otentik, pasal 85 ayat 1 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas yang menyatakan bahwa kuasa yang mewakili pemegang saham ketika menghadiri Rapat Umum Pemegang Saham RUPS harus didasarkan pada surat, Pasal 1683 ayat 1 KUHPerdata yang menyatakan bahwa si penerima hibah dapat memberi kuasa pada seseorang lain dengan suatu akta otentik untuk menerima penghibahan. Sehingga pada dasarnya, memberikan kuasa dapat dilakukan baik secara tertulis maupun secara lisan. Dalam perkembangan hukum Belanda melalui Nieuw Burgerlijke Wetbook , sebuah kitab revisi Burgerlijke Wetbook BW, telah diatur pengertian tentang kuasa volmacht dan pemberian kuasa last giving. Pada prinsipnya, volmacht berbeda dengan last giving. Volmacht merupakan tindakan hukum sepihak yang memberi wewenang kepada penerima kuasa untuk mewakili pemberi kuasa dalam melakukan suatu tindakan hukum tertentu Hoge Raad 24 Juni 1938 NJ 19939, 337. Adapun last giving dan pada dasarnya pemberian kuasa ini bersifat cuma-Cuma, sebagaimana dimaksudkan dalam pasal 1794 KUHPerdata. Dengan demikian, last giving merupakan perjanjian pembebanan perintah yang menimbulkan kewajiban bagi si penerima kuasa untuk melaksanakan kuasa, sedangkan volmacht merupakan kewenangan mewakili. Suatu last giving tidak selalu memberikan wewenang untuk mewakili pemberi kuasa sebab dalam last giving dimungkinkan adanya wewenang mewakili volmacht, akan tetapi tidak selalu volmacht merupakan bagian dari last giving. Apabila wewenang