Kasper, Bordoni dari pada bidang eklesiologi. Selain suatu misteri yang besar, Gereja itu adalah juga suatu realitas historis. Pada tingkat kodrati
maupun adikodrati, Gereja memperlihatkan diri apa adanya lewat kejadian-kejadian historis yang dialaminya. Tentang tokoh-tokoh atau
bangsa-bangsa tertentu, hanya biografi atau sejarah dapat mengatakan siapa mereka itu. Dari satu segi, dapat dikatakan bahwa sama halnya
dengan Gereja, umat Allah masih dalam perjalanan yang panjang. Karena itu, pembicaraan eklesiologis akan tetap berlangsung dan tidak pernah
selesai.
11. Charles Journet menguraikan Causa efficientes
Menurut Journet, guna mengerti Gereja secara mendalam, orang perlu mengenal sebab musabab causae yang telah mengadakannya.
a. Charles Journet memulai eklesiologinya dengan membahas causae
efficientes Gereja, dalam hubungan dengan causae increatae causae creatae. -
Berdasarkan causae increatae Yesus Kristus, Roh Kudus, Allah, Gereja itu dapat didefinisikan sebagai tubuh Kristus, mempelai Kristus,
kawanan Kristus, kenisah Roh Kudus dan kenisah Tritunggal yang Mahakudus.
- Berdasarkan causae creatae, Gereja itu dapat didefinisikan sebagai
komunitas yang dikumpulkan di dalam Allah oleh Kristus. Gereja itu adalah persekutuan para kudus.
b. causa efficiens tertinggi Gereja adalah Tritunggal yang Mahakudus: Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa Gereja itu berasal dari dua utusan:
o Utusan Putera yang lewat peristiwa inkarnasi membentuk kepala
dalam Kristus; o
Utusan Roh Kudus yang pada hari Pentekosta dan melalui misteri kesatuan rahmat dan kediaman membentuk tubuh, yaitu Gereja.
Karena itu tahap-tahap yang menentukan dalam pembentukan atau
pendirian Gereja adalah Inkarnasi dan Pentekosta, sedangkan pelaku-pelaku utama per appropriationem adalah
Sabda yang menjelma dan Roh Kudus. Menurut Journet, benih pertama Gereja ditaburkan dengan inkarnasi.
Langkah penting selanjutnya di mana denah atau design menjadi benar-benar bangunan, diambil Yesus apabila Dia mengadakan di antara kita hierarki yang
kelihatan. Pada hari Pentekosta, Roh Kudus menyempurnakan karya yang dimulai Kristus.
12. Karl Rahner menjelaskan masalah hubungan antara Gereja dengan Gereja Universal dan ungkapan “extra ecclesiam nulla salus”?
Berdasarkan model sakramental, Rahner menjelaskan juga dua masalah yang penting di dalam pembahasan teologi masa kini, yaitu: masalah
hubungan antara Gereja universal dan Gereja lokal dan masalah keselamatan di luar Gereja.
10
- Apabila Gereja dipandang sebagai sakramen, ada pengaruhnya
terhadap pengertian tentang Gereja lokal. Pada masa lampau Gereja lokal dilihat sebagai bagian atau cabang Gereja universal; seakan-akan hakekat
Gereja secara penuh hanya ada pada Gereja universal. jika Gereja didefinisikan sebagai “sakramen universal keselamatan”, maka
Gereja lokal juga adalah Gereja dalam arti penuh, yaitu “kekonkretan” Gereja, pelaksanaannya yang sempurna. Gereja lokal
adalah kehadiran Kristus baik dalam Sabda maupun dalam perjamuan serta dalam cinta kasih yang mempersatukan semua orang yang mendengarkan
Sabda dan merayakan “agape” perayaan cinta kasih. -
Masalah keselamatan di luar Gereja amat diperhatikan oleh Rahner, dan untuk memecahkannya dia mempergunakan teori
“orang Kristen anonim” anonymous christianity yang terkenal. Intinya: dengan kedatangan Kristus, sudah definitiflah kehendak Allah
untuk menyelamatkan semua orang. Kalau demikian, bagaimana tentang ungkapan “extra ecclesiam nulla salus”? Menurut Karl
Rahner, ungkapan ini tetap benar, tetapi berlaku hanya untuk Gereja yang tidak kelihatan, bukan untuk Gereja yang kelihatan.
Ajaran tradisi menyatakan cakrawala keselamatan tidak sama dengan perbatasan Gereja yang kelihatan, melainkan jauh lebih luas dan
mencakupi seluruh umat manusia. Guna menjelaskan hubungan antara Gereja dan keselamatan, Rahner menggunakan apa yang terjadi dalam
realitas sakramen. Kata-kata sakramen dan rahmat berkaitan erat tetapi tidak sama, yang satu bisa mendahului yang lain: rahmat
bisa mendahului sakramen dan sakramen dapat mendahului rahmat. Begitu juga dengan Gereja yang merupakan manifestasi
historis rahmat: rahmat bisa mendahului Gereja dan Gereja bisa mendahului rahmat. Dengan kata lain, Gereja sebagai “sakramen”
signum efficax, tanda yang berdayaguna melampaui batasnya yang kelihatan itu dan menghadirkan keselamatan di mana-
mana dan kepada siapa saja.
13. Yves Congar: ciri khas Gereja? Guna memperoleh suatu pengertian yang lebih mendalam tentang kodrat
Gereja, Congar berusaha menerangkan secara lebih jelas arti keempat cirinya yang khas, yaitu: kesatuan, kekudusan, kekatolikan dan
keapostolikan.
- Kesatuan juga berdasarkan Allah sendiri, seperti halnya dengan
kekudusan, karena kesatuan Gereja merupakan partisipasi yang dalam serta perluasan kesatuan Allah sendiri. Lewat rahmat, kita seperti
halnya dengan para malaikat berpartisipasi dalam hidup Tritunggal yang Mahakudus. Itulah Gereja: peluasan atau pembagian hidup ilahi
kepada banyak makhluk.
11
- Kekudusan adalah ciri Gereja yang paling khusus, karena Gereja
merupakan “tempat” kehadiran Allah di dunia ini, yaitu kenisahNya. Allah itu kudus dan sumber kekudusan.
- Kekatolikan oleh Congar diberi suatu arti yang lebih menekankan
aspek kualitatif dari pada kuantitatif; sedangkan menurut eklesiologi tradisional, kekatolikan terdiri atas penyebaran Gereja antara semua
orang pada segala tempat dan pada segala zaman. Tentu saja kekatolikan dalam arti tradisional ini tidak diragukan. Namun menurut
Congar yang paling penting adalah kualitas kekatolikan, artinya kemampuan Gereja untuk menjelma atau berintegrasi pada setiap
kultur dan pada setiap zaman.
- Keapostolikan dilukiskan dengan gambaran
reservoir penampung
air. Reservoir itu dapat diisi melalui suatu sumber dari dalam yang tidak kelihatan, dan hal ini terjadi di dalam Gereja surgawi. Tetapi di
dalam Gereja musafir Gereja yang berziarah, reservoir itu diisi dari luar. Pengisian itu dapat dilaksanakan dengan dua cara: pertama,
melalui hujan, yaitu langsung dari langit tanpa perantara apapun ini menurut kepercayaan Protestan; kedua, melalui sistem kanal yang
membawa air dari suatu sumber; dan sistem kanal ini terjamin oleh keapostolikan inilah kepercayaan Katolik.
14. Yves Congar: Siapa apa tugas kaum awam? “Pedoman untuk suatu teologi kaum awam”, yang menjadi karya
monumentalnya, Congar meletakkan dasar untuk suatu teologi tentang kaum awam, dengan menjelaskan tempat kaum awam dalam Gereja serta
menentukan tugasnya yang khusus.
- Congar tidak menjelaskan tempat kaum awam dalam Gereja secara
negatif, artinya dengan mempertentangkan tempat kaum awam dengan tempat para biarawan atau para imam klerus. Congar menjelaskan tempat
kaum awam secara positif, yaitu dengan menunjukkan tugas-tugas khusus kaum awam.
-
Menurut Congar, tugas kaum awam yang khusus tidak berkenaan langsung dengan anggota-anggota Gereja: ini adalah tugas para imam; dan
juga tidak berkenaan langsung dengan Allah: ini adalah tugas para biarawanbiarawati. Tugas kaum awam berkenaan langsung dengan
dunia: tugas khusus kaum awam adalah “consecratio mundi”
penyucian atau pengudusan dunia.
“Consecratio mundi” itu berarti memasukkan dunia dalam rencana keselamatan yang dikehendaki Allah bagi umat manusia dan bagi seluruh
dunia.
15. Hans Küng: persoalan imamat kaum beriman dan peranan Paus?