5. E
KLESIOLOGI
K
ONSILI
T
RENTE
: menanggapai teologi eklesiologi Martin Luther
a. Gereja Katolik Roma bereaksi keras lawan inovasi radikal bidang teologi
eklesiologi mereka melalui Konsili Trente 1544-1564. Hasil: Gereja mengobservasi semua point yang ditentang oleh “para reformator” pecahkan
segalanya dalam terang KS Tradisi. Konsili Trente meneguhkan kembali doktrin tradisional Gereja Katolik. Tanpa
meremehkan, Gereja memperlengkapi nilai-nilai dengan unsur-unsur yang disangkal Luther, yakni:
- selain iman “sola fides” ada atau perlu juga perbuatan-perbuatan
baik.
- selain Kitab Suci “sola scriptura” ada juga Tradisi dan sakramen-
sakramen; sakramen bukan hanya tanda keselamatan “sola signa”, tapi juga sarana yang memberikan rahmat “conferunt gratiam ex
opere operato” dan “causa efficax” atau “causa instrumentalis”.
- selain Sang Pengantara “solus mediator”, ada juga pengantara-
pengantara lain yang dipilih Allah untuk teruskan hadirkan keselamatan Yesus Kristus. Mereka: Perawan Maria, para Malaikat,
orang kudus Gereja.
b. Penting bagi eklesiologi. Konsili Trente sebenarnya tidak mau bahas
doktrin Gereja secara menyeluruh. Konsili Trente punya pandangan jelas tentang Gereja. Dalam dokumen Konsili ini [Catechismus Tridentinus,
secara konstan eklesiologi tetap hadir, kebanyakan hanya secara implisit, juga ada eksplisit, khususnya berhubungan dengan model-model Gereja]
c. Model kerygmatis Martin Luther dan Calvin, dijawab oleh Konsili
dengan dua model Gereja, aspek kelihatan dari Gereja lebih ditekankan, yaitu: model politis, artinya civitaspopulus perbedaan Gereja dengan
societas lain model somatis, tubuh Kristus
Kristus Kepala umat beriman anggota tubuh
primat Paus. d. Konsili Trente tidak hanya berusaha untuk memelihara harta kekayaan
Gereja dan eklesiologi Katolik, tapi menerima juga tuntutan biblis dan tuntutan kristosentris.
- eksklusivisme biblis “sola Scriptura” ditolak, tapi Konsili Trente
tempatkan KS =pusat ajaran Katolik. Tugas utama Uskup= mewartakan Injil Yesus Kristus.
- Eksklusivisme soteriologis “sola fides” dan “solus mediator”
ditolak, namun tegaskan bahwa peran semua pengantara disubordinasikan kepada Kristus.
6. Skema “De Ecclesia Christi” Konstitusi “Pastor Aeternus” Bagaimana Konstitusi ini menjelaskan definisi primat Paus
5
Skema tentang Gereja Kristus “De Ecclesia Christi”: aspek mistik sama pentingnya dengan aspek institusional
bukan doktrindokumen resmi. Ini sangat penting dari segi sejarah eklesiologi dan untuk memahami
perkembangannya. Pokok-pokok disebut di dalam bagian prolog: kodrat natura, ciri-ciri khusus qualitates particulares dan kekuasaan potestas
Gereja. -
Untuk menjelaskan kodrat natura Gereja, skema itu menggunakan
model somatis gagasan tubuh Kristus. -
skema tersebut menerangkan ciri-ciri utama “tubuh mistik”. Ciri pertama: “societas vera, perfecta, spiritualis et supernaturalis” masyarakat
sejati, sempurna spiritual dan adikodrati.
Ciri kedua: “societas
visibilis” masyarakat yang kelihatan dan ada tiga unsur strukturalnya: magisterium iman, ministerium sakramen-sakramen dan pemerintahan
terhadap orang beriman. Ciri-ciri lain yang juga kelihatan adalah “unitas” kesatuan, “indefectibilitas” kekudusan, “infallibilitas” tidak dapat sesat,
dan “potestas” kekuasaan.
“Pastor Aeternus”: konstitusi dogmatik yang terkenal karena definisikan primat dan infallibilitas Paus, pengganti Petrus di Takhta Roma.
- Definisi tentang primat mengandung tiga point:
1. tentang primat Petrus di atas “collegium apostolicum” dan Gereja universal.
2. mendefinisikan bahwa primat tersebut diteruskan kepada pengganti- pengganti Petrus di Takhta Roma.
3. menguraikan dengan istilah-istilah yang tepat kodrat dan luasnya “potestas” kekuasaan Petrus.
- Konstitusi “Pastor Aeternus” mendefinisikan infallibilitas Paus sbb:
selaku gembala dan guru semua orang Kristiani, dengan kekuasaan apostolik, mendefinisikan suatu ajaran yang menyangkut iman atau
kesusilaan yang harus ditaati oleh seluruh Gereja, berkat perlindungan ilahi yang telah dijanjikan kepadanya dalam pribadi Petrus, memiliki
infallibilitas ketidakdapatsesatan yang Penebus kehendaki ada pada GerejaNya, dan oleh karenanya definisi-definisi Uskup Roma itu
adalah tetap serta tidak berubah dengan sendirinya, bukan karena persetujuan.
Tidak ada infallibilitas Paus sebelum Gereja, di luar atau di atas Gereja; dan juga sebaliknya, tidak ada infallibilitas Gereja sebelum Paus.
Memang infallibilitas Paus adalah infallibilitas Gereja sendiri. Infallibilitas adalah karunia Roh Kudus kepada Gereja Kristus; dan
justru supaya karunia tersebut memperoleh suatu tanda yang kelihatan, Roh Kudus sendiri memberi suatu kharisma khusus – yaitu: suatu
pendampingan istimewa – agar Uskup Roma, apabila bicara “ex
6
cathedra” atas nama seluruh Gereja menyangkut hal iman dan kesusilaan tidak jatuh dalam kesesatan.
7. Bagaimana Gérard Philips merangkum ciri-ciri khas eklesiologi KV II?