xii
C. AktifitasManajemenDakwah
1. MenjadiKetua MUI KecamatanTempuran .................................... 57
BAB V PENUTUP A.
Kesimpulan ........................................................................................... 59 B.
Saran ..................................................................................................... 60
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 61
LAMPIRAN ......................................................................................................... 63
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam yang khas dalam sejarah pendidikan Islam di dunia.Pasalnya pondok pesantren
merupakan produk asli bangsa Indonesia dan hanya bisa ditemukan di Indonesia. Walaupun ada perbedaan pandangan mengenai asal-muasal proses
lahirnya pondok pesantren. Tetapi mayoritas para peneliti, seperti Karel Steenbrink, Cliffordrd Geerts, dan yang lainya sepakat dengan hal ini
1
.Senada dengan pandangan tersebut, Nurcholish Madjid menyatakan bahwa dari segi
historis pesantren tidak hanya identik dengan makna keislaman, tetapi juga mengandung makna keaslian Indonesia Indigenous.
2
Sebagai institusi pendidikan sekaligus institusi dakwah Islam paling tua di Indonesia, pesantren memiliki akar sejarah yang jelas.Perintis pertama
yang mengawali berdirinya pondok pesantren dapat ditelusuri dengan jelas, walaupun ada sedikit pandangan yang berbeda.Namun perbedaan itu tidak
mengurangi apalagi memutus tali sejarah berdirinya pondok pesantren.Dari beberapa pandangan, nampaknya analisis Lembaga Research Islam
Pesantren Luhur bisa dijadikan pedoman.Dikatakan bahwa Maulana Malik Ibrahim adalah sebagai peletak dasar pertama sendi-sendi berdirinya pondok
pesantren.Adapun Sunan Gunung Djati mendirikan pondok pesantren
1
Amin Haedari, dkk.,Masa Depan Pesantren Dalam Tantangan Modernitas dan Komplesitas Global Jakarta: IRD PRESS, 2005, h. 1.
2
Nurcholish Madjid, Bilik-Bilik Pesantren: Sebuah Potret Perjalanan Jakarta: Paramadina, 1997, h. 3.
1
setelahnya.Hal itu dlihat dari selisih masa hidup keduanya yang terpaut ±103 tahun.
3
Yang dianggap cukup untuk menetukan perbedaan generasi keduanya. Dari sejarahnya sebagaimana dijelaskan di atas, tentunya menambah
keyakinan kita bahwa pondok pesantren memang produk asli bangsa Indonesia.Sampai saat ini eksistensinya masih tetap terjaga.Bahkan
mengalami kemajuan yang sangat pesat, melebihi kemajuan sistem pendidikan modern di tanah air.
Sejalan dengan pesatnya kemajuan dunia dalam semua aspeknya, menghadirkan tantangan yang cukup berat bagi pondok pesantren.Sebagai
institusi dakwah yang sudah mapan dan sebagai benteng terakhir pertahanan moral bangsa, pondok pesantren harus mampu berinovasi dalam
pengembangan sistem pendidikan dan mampu beradaptasi dengan kondisi masyarakat yang ada. Secara otomatis para kyai pimpinan pesantren-lah yang
punya peran sentral dalam melakukan itu. Karena pesantren adalah wujud nyata dari semangat dakwah yang dibawa oleh mereka.Banyak pondok
pesantren yang gugur dalam menghadapi derasnya perkembangan zaman.Tetapi tidak sedikit pula pondok pesantren yang mampu bertahan
bahkan menjadi pusat peradaban di wilayahnya. Tujuan utama didirikannya pondok pesantren adalah Dakwah
Islamiyah.Sejalan dengan semangat kyai yang mendirikannya. Dengan cara inilah proses transformasi nilai-nilai keislaman selama ini berlangsung.
Sebelum maraknya kegiatan tabligh yang sering kita lihat di layar TV sekarang ini. Walaupun tidak bisa menyentuh
mad’u secara luas, tetapi
3
Mujamil Qomar, PESANTREN: Dari Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi Institusi Jakarta: Erlangga, h. 9.
kegiatan dakwah
bisa dilakukukan
secara komprehensif
di lingkungannya.Karena
terlibat langsung
dalam aktifitas
keseharian masyarakat sebagai
mad’u, bahkan menjadi bagian darinya. Problematika ummat adalah pertanyaan yang harus dijawab oleh
paraagen dakwah, tidak hanya sebatas teoritis tetapi juga dalam bentuk- bentuk lain yang mungkin lebih kompleks.Atas dasar itulah para agen dakwah
dituntut untuk mampu berinovasi dalam melakukan kegiatan dakwahnya. Jika itu tidak dilakukan, maka tujuan dakwah akan sulit tercapai.
Sebelah utara kota Karawang. Tepatnya di kampung Jarakah desa Lemahduhur kecamatan Tempuran kabupaten Karawang. Terdapat sebuah
pondok pesantren dengan nama Baitul Burhan yang cukup populer di wilayah Karawang. Kepopuleran itu tidak lepas dari keberhasilan dalammelakukan
kegiatan dakwahnya. Setidaknya ada beberapa indikasi sederhana yang menunjukan keberhasilan tersebut diataranya jumlah santri yang banyak dan
stabil, bangunan yang terus berkembang, respon positif masyarakat, dan dukungan dari para ulama setempat juga aparatur pemerintahan.
Sejauh pengetahuan penulis, ada banyak pondok pesantren di wilayah ini.Tetapi kebanyakan kondisinya antara hidup dan mati.Paling tidak
beberapa indikasi keberhasilan di atas tidak ditemukan di dalamnya. Hal ini tentunya menimbulkan pertanyaan besar, mengapa kondisi itu terjadi, apakah
dakwah yang dilakukan tidak sesuai dengan kondisi masyarakat, ataukah ada hal lain. tentunya hal ini perlu diteliti lebih jauh lagi.
Al- Qur’an memberikan beberapa gambaran mengenai bagaimana
seharusnya dakwah itu dilakukan. Sebagaimana tercantum dalam surat an- Nahl ayat 125.
“Serulah manusia kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya
Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat
petunjuk.” QS. An-Nahl: 125 Berdasarkan ayat di atas, ada tiga pendekatan dakwah dalam kontek
dakwah bil al lisan.Diantaranya, al- Hikmah, Mau’idzatul Hasanah, dan
Mujadalah Bi-Al-Lati Hiya Ahsan.Kata hikmah memiliki pengertian yang sangat luas.Menurut M. Abduh sebagaimana dikutip oleh M. Munir dalam
bukunya yang berjudul Metode Dakwah, kata al-Hikmah dalam ayat di atas didefinisikan sebagai ilmu yang sahih benar dan sehat yang menggerakan
kemauan untuk melakukan sesuatu perrbuatan yang bermanfaat berguna. Dalam sumber yang sama disimpulkan bahwa metode dakwah dapat
dikategorikan ke dalam metode dakwah Bil al-Hikmah.Dimana metode dakwah menggunakan pendekatan yang nyata dalam berdakwah, dengan
memperhatikan kondisi mad’u.
4
Ini tentu hanya pedoman umum saja. Untuk bisa mengekspresikannya menjadi kegiatan dakwah yang menarik dan bisa
diterima di masyarakat tentu memerlukan kreatifitas dari setiap agen dakwah.. Berkaitan dengan itu ada hal yang ingin penulis ketahui lebih jauh lagi
yaitu mengenai dakwah dan pendekatannya khusunya yang dipraktekan
4
M. Munir, Metode Dakwah Jakarta: Prenada Media Group, 2009, h. 214.
langsung oleh para da’i.Sebagai respon mereka terhadap kondisi masyarakat
sebagai objek dakwahnya Mad’u. Karenannya dalam penelitian ini penulis
mengangkat judul “DAKWAH AJENGAN SOFWAN ABDUL GHONI PADA PONDOK PESANTREN BAITUL BURHAN KARAWANG
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Untuk memperjelas ruang lingkup penelitian, sehingga menjadi lebih fokus dan terarah, maka penulis membatasi penelitian ini hanya
pada persoalan dakwahdan pendekatannya yang dilakukan Ajengan Sofwan Abdul Ghoni pada pondok pesantren Baitul Burhan.
2. Rumusan Masalah
a. Bagaimana dakwah Ajengan Sofwan Abdul Ghani di pondok
pesantren Baitul Burhan? b.
Pendekatan apa yang digunakan Ajengan Sofwan Abdul Ghani dalam melakukan dakwahnya?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan bagaimana dakwah yang dilakukan Ajengan Sofwan Abdul Ghani di pondok
pesantren Baitul Burhan. Selain itu juga untuk mengetahui pendekatan apa yang digunakannya.
2. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian dapat dilihat dari dua aspek.Yaitu aspek akademis dan aspek praktis. Adapun isi dari keduanya sebagai berikut:
a. Aspek Akademis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan pengetahuan dalam kajian Ilmu Dakwah.Juga sebagai tambahan
referensi bagi peneliti selanjutnya yang memiliki minat dalam bidang ini.
b. Aspek Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi, pengetahuan, masukan, juga pedoman bagi para pimpinan pondok
pesantren khusunya yang ada di wilayah tempat penelitian berlangsung, Sehingga mampu mengembangkan kegiatan-kegiatan
dakwah yang sudah ada menjadi bentuk-bentuk lain yang lebih menarik dan relevan dengan kondisi masyarakat sekitar. Bagi
pondok pesantren Baitul Burhan semoga bisa menjadi masukan dalam upaya meningkatkan kualitas pesantren.
D. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian ini, peneliti menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Jenis penelitian
deskriptif bertujuan menggambarkan secara cermat karakteristik suatu gejala atau masalah yang diteliti dan berusaha mendapatkan dan
menyampaikan fakta-fakta dengan jelas, teliti dan lengkap tanpa banyak detail yang tidak penting.
5
5
Ulber Silalahi, Metode Penelitian Sosial Bandung: PT. Refika Aditama, 2009, h.28.
Penelitian kualitatif adalah untuk memberikan gambaraan tentang suatu gejala atau hubungan antara dua gejala atau lebih.
6
Dalam sumber lain dikatakan bahwa penelitian kualitatif digunakan untuk meneliti pada
kondisi obyek yang alamiah, dimana peneliti sebagai instrument kunci dan
hasil penelitian
lebih menekankan
makana daripada
generalisasi.
7
Karena itulah, peneliti menganggap penggunaan pendekatan kualitatif dalam penelitian ini cukup sesuai.
2. Subjek dan Objek Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah pimpinan dan pengurus pondok pesantren Baitul Burhan.Sedangkan yang
menjadi objek penelitian adalah dakwah Ajengan Sofwan Abdul Ghani pada Pondok Pesantren Baitul Burhan.
3. Teknik Pengumpulan Data
a. Observasi
Observasi adalah suatu cara penelitian untuk memperoleh data dalam bentuk pengamatan dan pencatatan dengan sistematis tentang
fenomena yang diselidiki.
8
Adapun jenis observasi apa yang akan digunakan akan disesuaikan dengan kondisi di lapangan. Jika
diperlukan, mungkin ketiga jenis observasi akan peneliti gunakan. Tetapi tetap melalui prosedur tahapan observasi yang sudah
disepakati.Diantaranya observasi deskripsi, reduksi, dan seleksi.
9
b. Wawancara
6
Irwan Soehartono, Metode Penelitian Sosial Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004, h. 35.
7
Sugiyono, Memahami penelitian kualitatif Bandung: ALFABETA, 2010, h. 1.
8
Muhammad Natsir, Metode Penelitian Jakarta: Ghalia Indonesia, 1998, h. 234.
9
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, h. 70.
Wawancara adalah salah satu tehnik pengumpulan data dengan cara bertanya langsung kepada narasumber. Sehingga dengan
wawancara peneliti akan memperoleh data-data yang lebih mendalam tentang persoalan yang sedang diteliti. Menurut Estemberg 2002
sebagaimana dikutip oleh prof. Dr. Sugiono dalam “memahami penelitian kualitatif”, mengemukakan beberapa jenis wawancara,
yaitu wawancara terstruktur, semiterstruktur, dan tidak terstruktur. Berkaitan dengan itu, dalam penelitian ini wawancara semi
terstruktur mungkin akan lebih banyak digunakan. Wawancara semi terstruktur dalam pelaksanaannya lebih bebas dibandingkan dengan
wawancara terstruktur.Tujuannya untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, dimana pihak yang diajak wawancara diminta
pendapat dan ide-idenya.
10
Narasumber utama wawancara dalam penelitian ini adalah ajengan Sofwan Abdul Ghoni sebagai pimpinan pondok pesantren
Baitul Burhan.Adapun narasumber lain akan disesuaikan dengan perkembangan hasil temuan di lapangan dan kebutuhan data dalam
penelitian. c.
Dokumentasi Dokumen merupakan catatan yang telah berlalu.Bisa
berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.
11
Cara ini perlu peneliti gunakan, mengingat penelitian ini berkaitan dengan sebuah institusi dakwah yang sudah cukup lama
10
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, h. 73.
11
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, h. 82.
keberadaannya.Tentunya memiliki catatan-catatan sejarah atau dokumen-dokumen yang mengiringi perjalanannya. Peneliti berharap,
dengan menggunakan tehnik ini akan memperoleh data-data yang lebih koprehensif.
E. Tinjauan Pustaka
Sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan kajian pustaka terlebih dahulu. Dalam kegiatan tersebut ditemukan beberapa karya ilmiah
yang membahas tema yang hampir sama. Peneliti menjadikan karya ilmiah tersebut sebagai panduan sekaligus pembanding dalam penelitian ini.
Diantara karya ilmiah tersebut adalah:
- Skripsi dengan judul “Aktifitas Dakwah K.H. Ahmad Syahid” oleh Nurul
Fachri tahun 2012. Karya ilmiah di atas memiliki kesamaan dalam hal objek penelitian yaitu
“Dakwah” namun subjek penelitiannya berbeda. Selain itu, fokus pembahasan atau penekanannya pun tidak sama.
F. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah penulisan, maka perlu dibuat sistematika penulisan. Dalam kesempatan ini peneliti membuat sistematika penulisan
yang terdiri dari lima bab dan masing-masing bab terdiri dari sub bab dengan penyusunan sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini penulis akan membahas mengenai latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan
manfaat penelitian, tinjauan Pustaka, metodologi Penelitian, dan sistematika Penulisan.
BAB II TINJAUAN TEORITIS
Bab iiakanmembahas mengenai penjelasan secara teoritis dari konsep-konsep yang digunakan dalam penelitian ini misalnya
mengenai pengertian dakwah, ruang lingkupdakwah, pendekatan dakwah, pengertian pondok pesantren, sejarah pondok pesantren,
Jenis-Jenis Pondok Pesantren, unsur-unsur pondok pesantren dan model pengajaran di pesaantren.
BAB III PROFIL AJENGAN SOFWAN ABDUL GHANI DAN PONDOK PESANTREN BAITUL BURHAN
Pada bab iii penulis akan membahas mengenai profil ajengan Sofwan Abdul Ghoni yang di dalamnya mencakup riwayat
hidup, riwayat keluarga, dan riwayat pendidikan. Selain itu juga akan dibahas mengenai profil pondok pesantren Baitul
Burhankhususnya mengenai sejarah berdirinya, visi dan misi, struktur kepengurusan, dan system pengajaran.
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DAKWAH AJENGAN SOFWAN ABDUL GHANI PADA PONDOK PESANTREN BAITUL
BURHAN KARAWANG
Dalam bab ini akan dibahas mengenai temuan-temuan dan analisis mengenai dakwah yyang dilakukan oleh ajengan Sofwan
Abdul Ghoni pada pondok pesantren Baitul Burhan meliputi kegiatan tabligh, pengembangan masyarakat, dan manajemen
dakwah. selain itu akan dibahas juga mengenai pendekatan yang digunakan Ajengan Sofwan Abdul Ghani dalam melakukan
dakwahnya
BAB V PENUTUP