Profil Pondok Pesantren Baitul Burhan

pimpinan KH. Saefudin Zuhri. Kehidupan pesantren sudah sangat familiar buat KH. Sofwan Abdul Ghoni, karena saat di rumahpun tinggal di lingkungan pesantren. Di pesantren ini kajian ilmu-ilmu alat secara khusus lebih diperdalam. Namun demikian bukan berarti cabang-cabang ilmu keagamaan lainnya tidak dipelajari. Seperti ilmu tauhid, fiqih, tasawuf, mantik, dan lain sebagainya. Beliau termasuk santri yang cerdas dan kuat hafalannya. Sehingga untuk menhafal kitab Jurumiyah, Yaqulu, Imriti, dan Alfiyah relatif lebih cepat dibandingkan dengan rekan-rekannya. Tidak hanya hafal matan-nya saja, beliau juga memahami makna dan penjelasan dari setiap kata dan kalimatnya. Hanya dalam kurun waktu empat tahun setengah, kemampuannya dalam ilmu-ilmu alat sudah mumpuni, begitupun cabang ilmu-ilmu yang lain. Hal itu mendapatkan pengakuan dari KH. Saefudin Zuhri sebagai pimpinan pondok pesantren. 2 Pondok Pesantren Cikalama Cicalengka 3 Pondok Pesantren Al Hidayah Warudoyong Sukabumi 5

B. Profil Pondok Pesantren Baitul Burhan

1. Sejarah Pondok Pesantren Baitul Burhan dibangun pada akhir tahun 1999. Bertempat di kp. Jarakah 02 RT. 0502 desa Lemahduhur kecamatan Tempuran kabupaten Karawang. 6 Nama Baitul Burhan diambil dari dua 5 Wawancara pribadi dengan KH. Sofwan Abdul Ghoni, Karawang, 06 Juni 2014 6 Dokumen ponpes Baitul Burhan, profil pondok pesantren Baitul Burhan. nama pesantren. Baitul diambil dari nama depan ponpes Baitul Hikmah Haur Kuning. Yaitu pesantren pertama beliau menimba ilmu. Kemudian Burhan diambil dari nama ponpes Miftahul Huda Al-Burhani, yaitu ponpes milik ayahnya. Maka jadilah nama Baitul Burhan. Pesantren ini pada awalnya berdiri di tanah seluas 1240 m 2 dan hanya memiliki lima asrama tiga diantaranya asrama putra dan dua asrama putri, satu majlis dan satu rumah kyai yang letaknya diantara asrama putra dan putri. Tipe bangunan yang juga ditemukan di pesantren lain pada umumnya. Namun jika kita biasa menemukan masjid sebagai pusat pendidikan di lingkungan pesantren, tetapi tidak dengan ponpes Baitul Burhan. Untuk sementara masjid yang jaraknya tidak terlalu jauh dari lingkungan pesantren dijadikan tempat untuk keperluan shalat berjamaah atau acara-acara keagamaan lainnya. Cikal bakal berdirinya ponpes Baitul Burhan diawali dari hijrahnya Ajengan Sofwan Abdul Ghoni dari Plered Purwakarta ke kampung halaman istrinya yaitu ustadzah Imas di kp. Jarakah desa Lemahduhur kecamatan Tempuran kabupaten Karawang. Saat tinggal di Plered beliau menjadi salah satu pengajar di ponpes Miftahul Jannah, yaitu ponpes milik ayahnya KH. Burhanudin. Ustadzah Imas adalah salah satu santri putri di pesantren itu, yang notabene adalah santri beliau juga. Namun karena ada konflik internal disebabkan adanya perbedaan pandangan mengenai konsep pedidikan pesantren, akhirnya Ajengan Sofwan Abdul Ghonimemutuskan untuk hijrah ke Karawang Jawa Barat. Ditempat yang baru untuk sementara beliau bersama anak dan istri tinggal di rumah mertuanya yaitu H. Dasman. Semangat dakwahnya semakin berkobar, apalagi melihat kondisi masyarakat sekitar yang jauh dari nilai-nilai keislaman. Banyaknya praktek-praktek kurafat, anak-anak muda jauh dari masjid, tidak pernah terdengar ada pengajian. Kurang lebih selama setahun sejak hijrah dari Tegal Jati Plered Purwakarta beliau beradaptasi dengan lingkungan dan bersosialisasi dengan masyarakat, melakukan pendekatan kepada tokoh agama dan tokoh masyarakat. Kemudian atas dukungan dari keluarga dan keinginan beliau untuk membuat lembaga pendidikan Islam sehingga kegiatan dakwah yang selama ini dilakukan ditempat-tempat terpisah bisa disatukan dalam satu tempat. Atas dasar itulah akhirnya beliau memutuskan untuk membangun pondok pesantren. Berawal dari sebidang tanah wakaf keluarga, beliau mulai merintis pembangunan pondok pesantren. Sejak saat itu beliau bekerja keras mencari dana dengan banyak menemui para donatur lewat jaringan keluarga, jamaah, sahabat-sahabatnya saat belajar di pesantren, dan cara-cara lainnya. Namun beliau cukup selektif dan teliti dalam menerima sumber pendanaan, hal itu dilakukan agar pondok pesantren yang beliau bangun bebas dari kepentingan apapun. Sehingga kegiatan dakwah bisa dilakukan dengan maksimal. Seiring berjalannya waktu, bangunan pesantren mulai berbentuk. Walaupun masih sangat sederhana. Namun demikian kegiatan-kegiatan pengajian sudah berjalan dan nuansa pesantren sudah mulai dirasakan oleh masyarakat sekitar. Sehingga banyak bapak-bapak dan ibu-ibu yang mengikuti pengajian di pesantren. Awalnya hanya masyarakat kp. Jarakah, tetapi lambat laun banyak jamaah yang datang dari luar desa, kecamatan bahkan luar kabupaten. Sungguh perkembangan dakwah yang sangat pesat. Jumlah santri mukimin santri yang tinggal dan menetap selalu stabil dan cendrung bertambah. Ditahun pertama ada sekitar 20 santri. Berikutnya dalam rentang waktu 1999-2003 M. Jumlah santri mukimin putra-putri mencapai 100 orang. Kebanyakan dari mereka berasal dari luar daerah. Adapun penduduk sekitar kebanyakan hanya mengikuti pengajian di sore hari saja, atau dalam istilah pesantren dikenal dengan sebutan santri kalong. Jumlahnya sekitar 90 orang, terdiri dari anak-anak usia SD, SMP, dan SMA. Untuk kegiatan-kegiatan internal pesantren Ajengan Sofwan Abdul Ghoni dibantu tiga orang muridnya, yaitu ust. Rahmat Hidayatussalam, ust. Ridwandul Hakim, dan ust. Andang Hidayat. Ketiganya adalah santri beliau saat di ponpes Miftahul Huda Al-Burhani Plered Purwakarta. Mereka bertiga adalah orang yang sangat berjasa dalam sejarah perjalanan ponpes Baitul-Burhan dimasa-masa awal. Ketiganya memegang peranan penting dalam proses perkembangan ponpes Baitul Burhan. Mereka diberi tanggungjawab sesuai dengan kemampuan yang mereka miliki. Ust. Rahmat Hidayatussalam dipercaya sebagai dewan pendidikan, karena kecerdasan dan kemampuannya dalam hal keilmuan khususnya ilmu nahwu dan sorof. Ust. Ridwanul Hakim dipercaya sebagai arsitek pesantren dan segala hal yang berkaitan dengan itu. Beliaulah yang menjadi creator bangunan pesantren Baitul Burhan dari awal hingga sekarang. Padahal tidak punya latar belakang pendidikan sebagai arsitek, bahkan beliau hanya mengenyam pendidikan formal di tingkat dasar saja. Tetapi kemampuanya dalam dbidang konstruksi patut diacungi jempol.. Kemudian ust. Andang Hidayat dipercaya sebagai keamanan sekaligus humas pesantren. Beliaulah yang menjaga stabilitas di internal pesantren dan menjaga keharmonisan pesantren dengan masyarakat sekitar. Sebagai bentuk penghargaan pesantren terhadap jasa- jasanya, nama mereka kemudian diabadikan menjadi salah satu nama gedung di ponpes Baitul Burhan. Yaitu gedung Assalam, al-Hidayah, dan al-Hakim. Tahun 2014 ponpes Baitul Burhan menginjak usia 15 tahun. Usia yang relatif muda untuk ukuran pondok pesantren. Tetapi perkembangannya begitu pesat. Apalagi bila dibandingkan dengan pondok-pondok pesantren di sekitar yang jumlahnya mencapai puluhan. Karena itu ponpes Baitul Burhan masuk 4 besar dalam kategori pesantren dengan tingkat perkembangan tercepat di Jawa Barat. Ponpes Baitul Burhan merupakan jenis pesantren salafi yang fokus keilmuannya lebih pada ilmu-ilmu alat. Pola belajarnya pun masih menggunakan pola tradisional khas pesantren salafi seperti bandungan dan sorogan. Kitab-kitab islam klasik kitab kuning dijadikan sebagai sumber utamanya. Secara umum semua jenis keilmuan islam seperti fiqih, ushul fiqih, tauhid, tasawuf, tajwid, dan hadits itu dipelajari. Tetapi ilmu-ilmu yang berkaitan dengan gramatika bahasa Arab seperti nahwu dan sorof itu mendapatkan porsi yang lebih dibandingkan dengan yang lain. Kedepan ponpes Baitul Burhan akan menyelengarakan pendidikan formal tingkat SLTP dan SLTA. Ini dilakukan sebagai upaya pesantren menjawab tantangan zaman. Selain itu banyak permintaan dari masyarakat, wali-wali santri, dan tokoh masyarakat tentang hal itu. Untuk tetap menjaga konsep pesantren salafi, pesantren dan sekolah dipisahkan secara kelembagaan. Jadi kegiatan pesantren tetap berjalan dan dilakukan seperti biasa. 7 Saat ini ponpes Baitul Burhan memiliki dua lokasi yang jaraknya berdekatan masing-masing 1240 M 2 lokasi awal pesantren dan 6800 M 2 lokasi yang baru. Rencananya lokasi pertama untuk pesantren putri, poskestren, dan sekretariat pesantren. Lokasi kedua untuk pesantren putra, masjid, gedung sekolah MTs dan Aliyah, ruang pertemuan, area kegiatan usaha pesantren, dan perumahan dewan pengajar. Lokasi yang kedua ini masih dalam proses pembangunan, namun demikian ada beberapa bangunan yang sudah rampung diantaranya perumahan dewan guru, asrama untuk santri putra, dan bangunan sekolah. Secara keseluruhan kira- kira baru sekitar 75 proses pembangunan itu berjalan. Seiring dengan itu, jumlah santri mukimin santri yang tinggal dan menetap terus meningkat dari tahun ketahun. Ditahun 2014 terhitung jumlah santri ponpes Baitul-Burhan mencapai 320 orang. Adapun jumlah jamaah pengajian bapak-bapak dan ibu-ibu mencapai 350 orang. 8 7 Wawancara pribadi dengan KH. Sofwan Abdul Ghoni, Karawang. 06 Juni 2014. 8 Dokumen ponpes Baitul Burhann, profil pondok pesantren Baitul Burhan. 3 Visi dan Misi Berilmu Amaliyah Beramal Ilmiyah 9 4 Struktur Kepengurusan  Pimpinan Pengasuh : KH. Sofwan Abdul Goni  Sekretaris : Ust. Ridwannul Hakim  WakilSekretaris : Ust. Asep Mulyana  Bendahara I : Ust. Muhamad Zakaria  Bendahara II : H. Muntasib Staf Pengajar Badal Kyai : 1. Ust. Asep Hasan Muttaqin 2. Ust. Asep Umar Faruq 3. Ust. Ajang 4. Ust. M. Adi Masruhudin 5. Ust. Hafiduddin 6. Ust. Muhamad Husen Suyuti 7. Ustadzah Imas Maesaroh 8. Ustadzah Siti Nurlaelawati Seksi-seksi A. Rois : Ust. M. Adi Masruhudin Pendidikan : Ust. Asep H.Muttaqin Keamanan : Ust. Amir Kesehatan : Ust. Yamin Sekretaris : Ust. Saepul Hidayat 9 Wawancara pribadi dengan KH. Sofwan Abdul Ghoni, Karawang. 06 Juni 2014 Bendahara : Ust. Hafiduddin Kebersihan : Ust. Imat Rohimat Logistik : Ust. Khoirul Rizal Keterampilan : Ust. Syarif Humas : Ust. Ujang Asmadi B. Roisah : Ustadzah Siti Nurlaelawati Pendidikan : Ustadzah Sodiah Keamanan : Ustadzah Lilis Sofiyatunnisa Kesehatan : Ustadzah Nadlirotussa’diyah Sekretaris : Ustadzah Aliyah Bendahara : Ustadzah Nunung Nurhasanah Kebersihan : Ustadzah Imas Siti Masitoh Keterampilan : Ustadzah Siti Nurohmah 10 10 Dokumen ponpes Baitul Burhann, profil pondok pesantren Baitul Burhan. 5 Sistem Pembagian Kelas a. Kelas Ibdtida دتبإا Adalah kelas bagi santri yang baru masuk. Materi yang dipelajarinya adalah membaca al- Qur’an, hafalan do’a sehari-hari, surat-surat pendek, dan bacaan shalat. Cara belajarnya lebih banyak menggunakan sistem sorogan. Mereka dibagi menjadi beberapa kelompok, kemudian santri-santri senior yang sudah mendapat kepercayaan menjadi pembimbingnya. b. Kelas Jurumiyah ةيمورج Ini adalah tingkatan kedua bagi para santri yang lulus dari kelas ibtida. Di kelas ini mereka mulai dikenalkan dengan kitab-kitab kuning dasar dari semua cabang ilmu. misalnya kitab Sulamunajat, Safinatunnaja, Fathul Qorib, Tijan Daruri, Ta’limal Muta’alim, dan yang lainnya. Tetapi ada kitab wajib yang harus mereka hafal, yaitu kitab Jurumiyah ةيمورج, Nadhom Maqshud Yaqulu دوصقملا مظن نتم, dan Nadhom Imriti ىطيرمعلا مظن . Ketiga kitab ini menjadi syarat bagi mereka untuk bisa naik ke kelas Alfiyah ة يفلا. Proses belajarnya lebih banyak menggunakan sistem sorogan. Terutama saat mempelajari ilmu Nahwu dan Sorof, baik hafalannya maupun pembahasan sarh-nya. Dalam proses sorogan santri dibagi menjadi beberapa kelompok kecil halaqah dengan seorang guru sebagai pembimbing. Namun dalam kesempatan lain mereka disatukan dalam satu majlis. Misalnya saat pengajian umum yang dipimpin oleh KH. Sofwan Abdul Ghoni. c. Kelas Alfiyah ه يفلا Kelas Alfiyah adalah tingkatan tertinggi di ponpes Baitul Burhan. Sebagaimana namanya, santri-santri yang masuk kelas ini minimal sudah menghafal 400 baris matan Alfiyah Ibnu Malik dan sudah menghafal tiga kitab wajib yang lainnya berikut menguasai pembahasannya. Untuk mencapai kelas ini rata-rata membutuhkan waktu tiga sampai empat tahun. Tetapi bagi mereka yang cerdas, dalam waktu dua tahunpun bisa. Karena pembagian kelas ini bukan berdasarkan usia atau lamanya tinggal di pesantren tatapi berdasarkan kemampuan menguasai materi. 11 11 Wawancara pribadi dengan KH. Sofwan Abdul Ghoni, Karawang. 04 Juli 2014.

BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS