Sistematika Penulisan Peran Serta Bank Pembiayaan Rakyat Syariah BPRS Terhadap UMKM

9 jangka waktu tertentu dengan imbalan ujrah, tanpa imbalan, atau bagi hasil. 7 3. Analisis Pembiayaan Sebelum penyaluran pembiayaan dilakukan maka harus diadakan analisis untuk menentukan layak tidaknya suatu pembiayaan direalisasikan. Ada beberapa prinsip-prinsip penilaian pembiayaan yang sering dilakukan yaitu dengan analisis 5C character, capacity, capital, collateral, condition, analisis 7P personality, party, purpose, prospect, payment, profitability, protection dan studi kelayakan. Kedua prinsip ini 5C dan 7P memiliki persamaan yaitu apa-apa yang terkandung dalam 5C dirinci lebih lanjut dalam prinsip 7P dan di dalam prinip 7P di samping

E. Sistematika Penulisan

BAB I : PENDAHULUAN Menguraikan dan menjelaskan tentang : latar belakang permasalahan, perumusan masalah, pembatasan masalah, tujuan dan manfaat, metodologi penelitian serta sistematika penulisan. BAB II : LANDASAN TEORI Pada bab ini akan diuraikan mengenai dasar –dasar teori yang melandasi pembuatan skripsi ini. 7 UU No.21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah 10 BAB III : METODE PENELITIAN Bab ini menerangkan mengenai metode penelitian yang di gunakan penulis. BAB IV : ANALISIS PEMBAHASAN Bab ini diuraikan mengenai proses penganalisisan data dan hasil penelitian. BAB V : PENUTUP Pada Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran yang berhubungan dengan penulisan skripsi yang dibuat. 11 BAB II LANDASAN TEORI

A. Peran Serta Bank Pembiayaan Rakyat Syariah BPRS Terhadap UMKM

1. Konsep Bank Pembiayaan Rakyat Syariah BPRS

Bank Perkreditan Rakyat BPR menurut Undang-Undang UU Perbankan No.7 tahun 1992, adalah lembaga keuangan bank yang menerima simpanan hanya dalam bentuk deposito berjangaka tabungan dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu dan menyalurkan dana sebagai usaha BPR. Sedangkan Dalam Undang-undang Perbankan No.10 Tahun 1998 disebutkan bahwa Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang melaksanakan usaha secara konvensional atau berdasarkran prinsip syariah. 8 Status hukum BPR diakui pertama kali dalam pakto tanggal 27 oktober 1998, sebagai bagian dari paket kebijakan keuangan, moneter, dan perbankan. Secara historis BPR adalah penjelmaan dari banyak lembaga keuangan seperti Bank Desa, Lumbung Desa, Bank Pasar, Bank Pegawai Lumbung Pilih Nagari LPN , Lembaga Perkreditan Desa LPD, Badan Kredit DesaBKD, Badan Kredit Kecamatan KURK, Lembaga Perkreditan Kecamatan LPK, Bank Karya Produksi Desa BKPD dan atau 8 Lihat Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia tentang Bank Umum berdasarkanPrinsip Syariah dalam UU RI No. 10 taun 1998 Tentang Perubahan atas UU No. 7 tahun 1992 tentang perbankan. 13 12 lembaga lainnya yang dapat dipersamakan dengan itu. 9 Sejak dikeluarkannya UU No.7 Tahun 1992 tentang pokok perbankan, keberadaan lembaga- lembaga keuangan tersebut diperjelas melalui izin dari menteri keuangan. Sebagai langkah awal, ditetapkan tiga lokasi berdirinya BPR syariah tersebut adalah: a. PT. BPR Dana mardhatillah, Kec. Margahayu, Bandung b. PT. BPR Berkah Amal Sejahtera, Kec. Pandalarang, Bandung c. PT. BPR Amanah Rabbaniyah, Kec. Banjaran, Bandung Tanggal 8 Oktober 1990, Ketiga BPR syariah tersebut telah mendapatkan ijin prinsip dari Mentri Keuangan RI. Selanjutnya, dengan technical assistance dari bank bukopin cabang bandung yang memperlancar penyelanggaran pelatihan dan pertemuan para pakar perbankan, pada tanggal 5 juli 1991, BPR Dana Mardhatillah BPR berkah amal Sejahtera dan BPR Amanah Rabbaniyah tersebut masing-masing mendapatkan ijin usaha dari Mentri Keuangan RI. Adapun tujuan yang dikehendaki dengan berdirinya BPR syariah adalah: 10 a. Meningkatkan kesejahteraan ekonomi umat islam, terutama masyarakat golongan ekonomi lemah yang pada umumnya berada di pedesaan. 9 Subagyo, dll, 2002, Bank dan Lembaga KeuanganLainnya, STIE YKPN, Yogyakarta, h, 117. 10 Warkum Sumitro, 2002, Asas-Asas Perbankan Islam dan Lembaga Lembaga Terkait, Raja Grafindo Persada, Jakarta, h.117 13 b. Menambah lapangan kerja terutama di tingkat kecamatan, sehingga dapat mengurangi arus urbanisasi. c. Membina semangant Ukhuwah Islamiyah melalui kegiatan ekonomi dalam rangka meningkatkan pendapatan per kapita menuju kualitas hidup yang memadai. Untuk mencapai tujuan operasionalisasi BPR syariah tersebut di perlukan strategi operasional sebagai berikut. 11 a. BPR syariah tidak bersifat menunggu terhadap datangnya permintaan fasilitas, melainkan bersifat aktif dengan melakukan sosialisasipenelitian kepada usaha-usaha yang berskala kecil dan perlu dibantu tambahan mdal, sehingga memiliki prospek bisnis yang baik. b. BPR syariah memiliki jenis usaha yang waktu perputaran uangnya jangka pendek mengutamakan usaha skala menengah dan kecil. c. BPR syariah mengkaji pangsa pasar, tingkat kejenuhan serta tingkat kompetitifnya produk yang akan diberi pembiayaan. Kegiatan usaha yang diperbolehkan oleh BPRS sangat terbatas, yaitu meliputi perhimpunan dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa deposito berjangka, tabungan dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu, memberikan pembiayaan serta menempatkan dana dalam bentuk Sertifikat Wadiah Bank Indonesia SWBI, deposito berjangka, sertifikat deposito, dan atau tabungan pada bank lain. BPR tidak diperkenankan untuk 11 Warkum Sumitro, 2002, Ibid, h.120 14 menerima simpanan yang berupa giro dan ikut serta dalam lalu lintas pembayaran serta melakukan kegiatan usaha selain yang diperkenankan. Selain itu BPRS tidak diperkenankan untuk melakukan kegiatan usaha yang berbentuk valuta asing kecuali untuk digunakan sebagai pedagang valuta asing dengan izin Bank Indonesia, melakukan berbagai penyertaan modal, dan melakukan usaha pengasuransian. BPR Syariah tidak diijinkan pula untuk menerima dana simpanan dalam bentuk giro sekalipun hal itu dilakukan dalam bentuk wadiah. 12 Kantor operasional BPRS dibatasi dalam satu wilayah provinsi, sedangkan Bank Umum Syariah wilayah kantor operasionalnya dapat dilakukan di seluruh dunia. BPRS berlokasi di tempat sekitar UKM dan masyarakat pedesaan, serta mengfokuskan pada pelayanannya yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan dan kebutuhan masyarakat tersebut. BPRS memiliki karakteristik operasional yang spesifik yang memungkinkan BPRS dapat menjangkau dan melayani UKM dan masyarakat pedesaan. Pembatasan usaha BPRS secara lebih tegas dijelaskan dalam pasal 27 SK Direktur BI No. 32KEPDIR1999. Menurut SK ini, kegiatan BPR Syariah adalah : a. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan yang meliputi: 12 Sutan Remy Sjahdeini, 1999, Op Cit, h. 168. 15 1 Tabungan 2 Deposito berjangka 3 Bentuk lain yang menggunakan prinsip wadhiah atau mudharabah. b. Menyalurkan dana kepada masyarakat dalam bentuk pembiayaan: 1 Pembiayaan Jual Beli Ba’i a Pembiayaan Murabahah b Pembiayaan Salam c Pembiayaan Istishna 2 Pembiayaan Bagi Hasil Syirkah a Pembiayaan musyarakah b Pembiayaan mudharabah 3 Pembiayaan lain. a Gadairahn b Al-qard

2. Usaha Mikro, Kecil , Menengah UMKM

Berdasarkan undang-undang UU nomor 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil , Menengah UMKM. 13 a. Usaha mikro adalah usah produktif milik perorangan dan atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro sebagaimana di atur dalam undang-undang ini. 13 Ke e te ia Kope asi da Usaha Ke il da Me e gah Repu lik I do esia, K ite ia Usaha mikro, Kecil dan Menengah Tahun 2 te ta g UMKM , a tikel diakses pada Fe ua i 5 http:www.depkop.go.idindex.php?option=com_contentview=articleid=129. 16 b. Usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang peruahaan yang dimiliki,dikuasai atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil sebagaimana dimaksud dalam undang-undang ini. c. Usaha menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang peruahaan yang dimiliki,dikuasai atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha keci atau usaha besar dengan jumlah kekayaan besih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam undang- undang ini. Kriteria UMKM Uraian Kriteria Asset Omset Usaha Mikro Maks. 50 juta Maks. 300 juta Usaha Kecil 50 jt-500 jt 300 jt-2,5 Miliar Usaha Menengah 500 jt-10 Miliar 2,5 Miliar-50 Miliar Sumber: www.depkop.go.id 17

B. Model Pembiayaan Bank Syariah