Gambaran Perilaku Pemakaian Masker Dan Pengukuran Kadar Debu Pada Pekerja Bagian Bongkar Muat Karet Kering Instalasi Belawan PTPN III Tahun 2008

(1)

Ramaddan : Gambaran Perilaku Pemakaian Masker Dan Pengukuran Kadar Debu Pada Pekerja Bagian Bongkar Muat Karet Kering Instalasi Belawan PTPN III Tahun 2008, 2008.

USU Repository © 2009

SKRIPSI

GAMBARAN PERILAKU PEMAKAIAN MASKER DAN PENGUKURAN KADAR DEBU PADA PEKERJA BAGIAN BONGKAR MUAT KARET

KERING

INSTALASI BELAWAN PTPN III TAHUN 2008

Oleh : R A M A D D A N

NIM. 031000139

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2008


(2)

Ramaddan : Gambaran Perilaku Pemakaian Masker Dan Pengukuran Kadar Debu Pada Pekerja Bagian Bongkar Muat Karet Kering Instalasi Belawan PTPN III Tahun 2008, 2008.

USU Repository © 2009

ABSTRAK

Penelitian ini bersifat deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui gambaran perilaku pemakaian masker dan pengukuran kadar debu pada pekerja bagian bongkar muat karet kering Instalasi Belawan PTPN III tahun 2008. Populasi penelitian adalah seluruh tenaga kerja pada bagian gudang karet kering Instalasi Belawan PTPN III, dan yang menjadi sampel adalah total dari populasi yang berjumlah 13 orang.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengetahuan tenaga kerja terhadap pemakaian masker termasuk dalam kategori tahu, untuk sikap termasuk dalam kategori sedang, sedangkan untuk tindakan termasuk dalam kategori sedang. Hasil pengukuran kadar debu pada bagian gudang karet kering sebesar 3,3 mg/m³ dan melebihi Nilai Ambang Batas kadar debu sebesar 3,0 mg/m³.

Peneliti menyarankan kepada pihak manajemen harus lebih menegaskan kepada pekerja khususnya dibagian bongkar muat karet kering agar selalu menggunakan masker pada saat bekerja. Dan untuk mengurangi kadar debu didalam gudang tersebut agar diupayakan ventilasi udara.


(3)

Ramaddan : Gambaran Perilaku Pemakaian Masker Dan Pengukuran Kadar Debu Pada Pekerja Bagian Bongkar Muat Karet Kering Instalasi Belawan PTPN III Tahun 2008, 2008.

USU Repository © 2009

ABSTRACT

This research is descriptive that to know about the attitude using mask and to measure the dust on the warehouse dry rubber Instalasi Belawan PTPN III 2008. Population research is all employees in the warehouse dry rubber Instalasi Belawan PTPN III, and the samples are from the total population, amounting to 13 people.

Results of this research indicate that knowledge workers of the mask are included in the know category, including attitudes to both in the category, while for action are included to both in the category. Results of measurement of dust in the dry storage of dry rubber 3,3 mg / m³ and the value exceeds the Threshold Limit dust content of 3,0 mg / m³.

Researchers to suggest that the management should be more stressed, especially to workers in the warehouse dry rubber in order to use the mask at work. And to reduce the level of dust in the warehouse so that the attempted air ventilation. Keywords: Knowledge, Attitude, Practice, Dust


(4)

Ramaddan : Gambaran Perilaku Pemakaian Masker Dan Pengukuran Kadar Debu Pada Pekerja Bagian Bongkar Muat Karet Kering Instalasi Belawan PTPN III Tahun 2008, 2008.

USU Repository © 2009

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Ramaddan

Tempat/Tanggal Lahir : Tebing Tinggi/27 Mei 1984

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Status : Belum Menikah

Alamat : Jl. T.Imam Bonjol Gg. Madrasah No 60 Tebing Tinggi

Riwayat Pendidikan : 1. SD Negeri 163089 Tebing Tinggi : 1991-1997 2. SLTP Negeri 2 Tebing Tinggi : 1997-2000

3. SMU Negeri 2 Matauli Sibolga : 2000-2003

4. FKM USU Medan : 2003-2009

Riwayat Organisasi : 1. Kadis Humas PEMA FKM USU : 2007-2008

2. Sekjend PEMA FKM USU : 2008

3. Wakil Sekretaris Bakorda Fokusmaker


(5)

Ramaddan : Gambaran Perilaku Pemakaian Masker Dan Pengukuran Kadar Debu Pada Pekerja Bagian Bongkar Muat Karet Kering Instalasi Belawan PTPN III Tahun 2008, 2008.

USU Repository © 2009

DAFTAR ISI

Halaman Persetujuan ... ... ... i

Abstrak ... ... ... ... ii

Kata Pengantar ... ... ... iii

Daftar isi ... ... iv

BAB I PENDAHULUAN ... ... ... 1

1.1. 1.2. 1.3. 1.4. Latar Belakang ... ... ... 1

Perumusan Masala h ... ... ... 3

Tujuan Penelitian ... ... ... 3

Manfaat Penelitian ... ... ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... ... .... 5

2.1. 2.2. 2.3. 2.4. 2.5. 2.6. 2.7. Perilaku ... ... ... .... 5

Pengetahuan ... ... ... 6

Sikap ... ... ... 7

Tindakan ... ... ... 9

Tenaga Kerja Bongkar Muat... ... 11

Alat Pelindung Diri ... ... 12

Masker ... 14

Debu ... 16

2.8. 2.9. Nilai Ambang Batas (NAB) untuk Debu ... 20

Kerangka Konsep ... ... ... . 21

2.10. iv BAB III METODE PENELITIAN ... ... 22

3.1. 3.2. 3.3. 3.4. 3.5. Jenis Penelitian ... ... ... 22

Lokasi dan Waktu Penelitian ... ... 22

Populasi dan Sampel ... ... 22

Metode Pengumpulan Data ... ... 23

Definisi Operasional ... ... . 23

Aspek Pengukuran ... ... ... 24

Variabel Yang Diteliti ... 26

Teknik Analisa Data ... ... . 26 3.6.

3.7. 3.8.


(6)

Ramaddan : Gambaran Perilaku Pemakaian Masker Dan Pengukuran Kadar Debu Pada Pekerja Bagian Bongkar Muat Karet Kering Instalasi Belawan PTPN III Tahun 2008, 2008.

USU Repository © 2009

BAB IV HASIL PENEL ITIAN... ... ... 27

4.1. Gambaran Umum Perusahaan... ... .... 27

Letak dan Lokasi ... 28

Struktur Organisasi ... ... 28

4.2. 4.3. 4.4. Gambaran Umum Responden ... ... 39

BAB V PEMBAHASAN ... ... ... 44

Karakteristik Responden ... 44

Pengetahuan Responden ... 44

Sikap ... 46

Tindakan ... ... 47

Pengukuran Kadar Debu ……….. 48

v BAB VI KESIMPULAN DAN SARA N... ... 49

6.1. Kesimpulan ... ... ... 49

6.2. Saran ... ... ... 49

DAFTAR PUSTAKA

5.1. 5.2. 5.3. 5.4. 5.5.


(7)

Ramaddan : Gambaran Perilaku Pemakaian Masker Dan Pengukuran Kadar Debu Pada Pekerja Bagian Bongkar Muat Karet Kering Instalasi Belawan PTPN III Tahun 2008, 2008.

USU Repository © 2009

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Berdasarkan Pasal 23 Undang-Undang No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan, menyebutkan bahwa kesehatan kerja diselenggarakan untuk mewujudkan produktivitas kerja yang optimal. Kesehatan kerja meliputi pelayanan kesehatan, pencegahan penyakit akibat kerja, dan syarat kesehatan kerja. Disebutkan pula bahwa setiap tempat kerja wajib menyelenggarakan kesehatan kerja dan keselamatan kerja.

Keselamatan dan kesehatan kerja baik sekarang maupun masa yang akan datang merupakan sarana menciptakan situasi kerja yang aman, nyaman dan sehat, ramah lingkungan, sehingga dapat mendorong efisiensi dan produktifitas yang pada gilirannya dapat meningkatkan kesejahteraan semua pihak, baik bagi pengusaha maupun tenaga kerja. Dengan demikian pemantauan dan pelaksanaan norma-norma kesehatan dan keselamatan kerja di tempat kerja merupakan usaha meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja, keamanan aset produksi dan menjaga kelangsungan bekerja dan berusaha dalam kerangka pembangunan yang berkelanjutan (sustainable

development) (Tambusai, 2001).

Ratusan juta tenaga kerja di seluruh dunia saat ini bekerja pada kondisi yang tidak aman dan dapat menyebabkan gangguan kesehatan, menurut International


(8)

Ramaddan : Gambaran Perilaku Pemakaian Masker Dan Pengukuran Kadar Debu Pada Pekerja Bagian Bongkar Muat Karet Kering Instalasi Belawan PTPN III Tahun 2008, 2008.

USU Repository © 2009

Labor Organitation (ILO), setiap tahun terjadi 2,2 juta kematian yang disebabkan

oleh karena penyakit atau kecelakaan akibat hubungan tenaga kerjaan. Sekitar 270 juta kasus kecelakaan kerja dimana diperkirakan terjadi 160 juta penyakit akibat hubungan tenaga kerjaan baru setiap tahunnya. Berdasarkan data Jamsostek 2006 kasus kecelakaan yang mengakibatkan luka sebesar 95624 orang, cacat tubuh 122 orang, cacat sebagian 2.918 orang, meninggal 1784 orang (Haryono,2007).

Menurut H.W. Heinrich (1980) yang dikutip oleh Ikhwan (2004) mengungkapkan bahwa 80% kecelakaan kerja disebabkan oleh perbuatan yang tidak aman (unsafe action) dan hanya 20% disebabkan kondisi yang tidak aman (unsafe

condition), sehingga pengendaliannya harus bertitik tolak dari perbuatan yang tidak

aman yang dalam hal ini adalah perilaku tenaga kerja terhadap penggunaan APD (Alat Pelindung Diri).

Menurut Suma’mur P.K (1995) sampai saat ini masih ada tenaga kerja yang menganggap pemakaian APD mengganggu tenaga kerjaannya dan efek perlindungannya kurang. Tasbeh (1993) mengatakan bahwa hal ini dikarenakannya kurang training atau latihan kepada tenaga kerja tentang cara memakai APD yang tepat, sehingga mereka memakainya hanya sekedar untuk mematuhi peraturan tanpa mengetahui pemakaiannya tepat atau tidak. Dari hasil penelitian Seno (1991) dikemukakan bahwa perilaku tenaga kerja berhubungan dengan pemakaian APD sehingga diperlukan pembinaan, pengawasan, dan penerapan sanksi-sanksi bagi tenaga kerja.


(9)

Ramaddan : Gambaran Perilaku Pemakaian Masker Dan Pengukuran Kadar Debu Pada Pekerja Bagian Bongkar Muat Karet Kering Instalasi Belawan PTPN III Tahun 2008, 2008.

USU Repository © 2009

Menurut Mardi (2002) berdasarkan penelitian yang dilakukan di pelabuhan Lembar Nusa Tenggara Barat didapatkan hasil bahwa ada hubungan yang bermakna antara sikap tenaga kerja dengan kejadian kecelakaan akibat kerja pada tenaga bongkar muat di pelabuhan Lembar.

Selain kondisi diatas lingkungan juga mempengaruhi munculnya gangguan kesehatan dan keselamatan kerja. Dalam hal ini lingkungan kerja yang berdebu termasuk salah satu kondisi yang mempengaruhinya. Menurut Yunus (2007) debu yang ditimbulkan oleh industri berpengaruh terhadap gangguan pada saluran pernafasan. Salah satu pengendaliannya adalah dengan menggunakan masker sebagai alat perlindungan pernafasan.

Instalasi Belawan adalah sub bagian pemasaran PTPN III yang terletak di Pelabuhan Belawan dimana terdapat dua jenis gudang yang digunakan sebagai tempat penyimpanan sebelum dipasarkan yaitu gudang karet kering dan lateks pekat. Berdasarkan hasil survey pendahuluan yang telah dilakukan oleh penulis, terlihat banyak debu yang beterbangan pada gudang penyimpanan karet kering. Di dalam gudang tersebut terdapat tumpukan karet kering yang mengandung debu berasal dari

talc yang digunakan untuk melindungi karet kering agar tidak rusak.

Tenaga kerja yang bekerja dibagian bongkar muat karet kering tidak menggunakan masker dengan alasan kebanyakan tidak nyaman menggunakannya. Dari uraian diatas penulis tertarik untuk membahas gambaran perilaku pemakaian masker dan pengukuran kadar debu pada tenaga kerja bagian bongkar muat karet kering Instalasi Belawan PTPN III tahun 2008.


(10)

Ramaddan : Gambaran Perilaku Pemakaian Masker Dan Pengukuran Kadar Debu Pada Pekerja Bagian Bongkar Muat Karet Kering Instalasi Belawan PTPN III Tahun 2008, 2008.

USU Repository © 2009 1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana gambaran perilaku pemakaian masker dan kadar debu pada tenaga kerja bagian bongkar muat karet kering Instalasi Belawan PTPN III tahun 2008.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran perilaku pemakaian masker dan kadar debu pada tenaga kerja bagian bongkar muat karet kering Instalasi Belawan PTPN III tahun 2008

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui bagaimana gambaran pengetahuan tenaga kerja bagian bongkar muat karet kering instalasi Belawan PTPN III tahun 2008 tentang masker.


(11)

Ramaddan : Gambaran Perilaku Pemakaian Masker Dan Pengukuran Kadar Debu Pada Pekerja Bagian Bongkar Muat Karet Kering Instalasi Belawan PTPN III Tahun 2008, 2008.

USU Repository © 2009

2. Untuk mengetahui bagaimana gambaran sikap tenaga kerja bagian bongkar muat karet kering instalasi Belawan PTPN III tahun 2008 tentang masker. 3. Untuk mengetahui bagaimana gambaran tindakan tenaga kerja bagian

bongkar muat karet kering instalasi Belawan PTPN III tahun 2008 tentang masker.

4. Untuk mengetahui kadar debu pada bagian bongkar muat karet kering Instalasi Belawan PTPN III tahun 2008.

1.4. Manfaat

Adapun manfaat penelitian ini adalah :

1.Sebagai masukan bagi tenaga kerja tentang bagaimana pentingnya pemakaian masker dan bahaya debu .

2.Sebagai bahan informasi atau referensi bagi penelitian sejenis serta diharapkan dapat bermanfaat dalam mengembangkan ilmu pengetahuan.


(12)

Ramaddan : Gambaran Perilaku Pemakaian Masker Dan Pengukuran Kadar Debu Pada Pekerja Bagian Bongkar Muat Karet Kering Instalasi Belawan PTPN III Tahun 2008, 2008.

USU Repository © 2009

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Perilaku

Menurut Soekidjo (2003) perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar. Menurut Robert Kwick (1974) perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati bahkan dapat dipelajari. Menurut Ensiklopedia Amerika perilaku diartikan sebagai suatu aksi dan reaksi organisme terhadap lingkungannya. Skiner (1938) seorang ahli psikologi merumuskan bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Namun dalam memberikan respons sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan. Faktor-faktor-faktor yang membedakan respons terhadap stimulus yang berbeda disebut determinan perilaku. Determinan perilaku dibedakan menjadi dua yaitu :


(13)

Ramaddan : Gambaran Perilaku Pemakaian Masker Dan Pengukuran Kadar Debu Pada Pekerja Bagian Bongkar Muat Karet Kering Instalasi Belawan PTPN III Tahun 2008, 2008.

USU Repository © 2009

1. Determinan atau faktor internal, yakni karakteristik orang yang bersangkutan yang bersifat given atau bawaan, misalnya tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin, dan sebagainya.

2. Determinan atau faktor eksternal, yakni lingkungan, baik lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya. Faktor lingkungan ini merupakan faktor dominan yang mewarnai perilaku seseorang.

Pada dasarnya bentuk perilaku dapat diamati melalui sikap dan tindakan. Namun perilaku juga dapat bersifat potensial yakni dalam bentuk pengetahuan, motivasi dan persepsi. Bloom membedakan menjadi tiga macam bentuk perilaku yang kognitif, afektif dan psikomotor. Pendapat lainnya menyebutkan bahwa perilaku terdiri dari unsur-unsur knowledge (pengetahuan), attitude (sikap), dan practise (tindakan). Ki Hajar Dewantara menyebutnya dengan cipta, rasa, dan karsa atau peri akal, dan peri tindakan (Notoadmojo, 1991).

2.2. Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (1993), perilaku yang didasari pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan, dan pengetahuan dibagi atas 6 tingkatan :

1. Tahu (Know)


(14)

Ramaddan : Gambaran Perilaku Pemakaian Masker Dan Pengukuran Kadar Debu Pada Pekerja Bagian Bongkar Muat Karet Kering Instalasi Belawan PTPN III Tahun 2008, 2008.

USU Repository © 2009

2. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

3. Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).

4. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5. Sintesis (Synthesis)

Sintensis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penelitian terhadap suatu materi atau objek.


(15)

Ramaddan : Gambaran Perilaku Pemakaian Masker Dan Pengukuran Kadar Debu Pada Pekerja Bagian Bongkar Muat Karet Kering Instalasi Belawan PTPN III Tahun 2008, 2008.

USU Repository © 2009

Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Allport (1954) menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3 komponen pokok :

1. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek 2. Kehidupan emosional atau evaluasi tehadap suatu objek

3. Kecendrungan untuk bertindak (tend to behave)

Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total atitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting.

Menurut Purwanto (1999) sikap adalah pandangan atau perasaan yang disertai kecenderungan untuk bertindak terhadap suatu obyek. Adapun ciri-ciri dari sikap adalah :

1. Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk atau dipelajari sepanjang perkembangan orang itu dalam hubungannya dengan obyeknya. Sifat ini membedakannya dengan sifat-sifat biogenetis seperti lapar, haus, kebutuhan akan istirahat.

2. Sikap dapat berubah-ubah karena itu sikap dapat dipelajari dan karena itu pula sikap dapat berubah pada orang-orang bila terdapat keadaan-keadaan dan syarat-syarat tertentu yang mempermudah sikap pada orang itu.

3. Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai hubungan tertentu terhadap suatu obyek. Dengan kata lain, sikap itu terbentuk, dipelajari, atau


(16)

Ramaddan : Gambaran Perilaku Pemakaian Masker Dan Pengukuran Kadar Debu Pada Pekerja Bagian Bongkar Muat Karet Kering Instalasi Belawan PTPN III Tahun 2008, 2008.

USU Repository © 2009

berubah senantiasa berkenaan dengan suatu obyek tertentu yang dirumuskan dengan jelas.

4. Obyek sikap itu dapat merupakan suatu hal tertentu, tetapi dapat juga merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut.

5. Sikap mempunyai segi motivasi dan segi-segi perasaan. Sikap inilah yang membedakan sikap dari kecakapan-kecakapan atau pengetahuan-pengetahuan yang dimiliki orang.

Sikap dapat bersifat positif dan dapat pula bersifat negatif. Dalam sikap positif, kecendrungan tindakan adalah mendekati, menyenangi, mengharapkan obyek tertentu. Sedangkan dalam sikap negatif terdapat kecendrungan untuk menjauhi, menghindari, membenci, tidak menyukai obyek tertentu (Purwanto, 1999).

Sikap dibedakan atas beberapa tingkatan : 1. Menerima (Receiving )

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulasi yang diberikan (objek).

2. Merespon (Responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.

3. Menghargai (Valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.


(17)

Ramaddan : Gambaran Perilaku Pemakaian Masker Dan Pengukuran Kadar Debu Pada Pekerja Bagian Bongkar Muat Karet Kering Instalasi Belawan PTPN III Tahun 2008, 2008.

USU Repository © 2009

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang tinggi.

2.4. Tindakan

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behaviour). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan.

Tindakan dibedakan atas beberapa tingkatan : 1. Persepsi (Perception)

Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama

2. Respon terpimpin (Guided Response)

Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktek tingkat dua.

3. Mekanisme (Mecanism)

Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktek tingkat tiga.

4. Adopsi (Adoption)


(18)

Ramaddan : Gambaran Perilaku Pemakaian Masker Dan Pengukuran Kadar Debu Pada Pekerja Bagian Bongkar Muat Karet Kering Instalasi Belawan PTPN III Tahun 2008, 2008.

USU Repository © 2009

Menurut Green (1980) yang dikutip oleh Hakim (2004) menganalisa perilaku dari tingkat kesehatan . Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yakni faktor perilaku dan diluar perilaku, selanjutnya perilaku itu sendiri terbentuk dari 3 faktor yaitu:

1. Faktor- faktor predisposisi, yang terwujud dalam pengetahuan sikap, kepercayaan , keyakinan, nilai-nilai, dan sebagainya

2. Faktor-faktor pemungkin yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidaknya fasilitas kesehatan atau sarana kesehatan.

3. Faktor-faktor pendorong, yang terwujud dalam peraturan-peraturan, kebijakan, sikap, dan perilaku petugas, yang merupakan kelompok referensi dan perilaku masyarakat.

2.5. Tenaga Kerja Bongkar Muat

Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM) adalah semua tenaga kerja yang terdaftar

pada pelabuhan setempat yang melakukan pekerjaan bongkar muat di pelabuhan ( Keputusan Menteri Perhubungan No : Km 14 Tahun 2002 )

TKBM yang menjadi karyawan PTPN III melakukan kegiatan bongkar muat pada pelabuhan Belawan. Dalam hal ini TKBM tersebut dibagi menjadi dua bagian yaitu bagian lateks pekat dan karet kering. Bagian karet kering adalah para


(19)

Ramaddan : Gambaran Perilaku Pemakaian Masker Dan Pengukuran Kadar Debu Pada Pekerja Bagian Bongkar Muat Karet Kering Instalasi Belawan PTPN III Tahun 2008, 2008.

USU Repository © 2009

karyawan yang mengerjakan proses penerimaan, penyimpanan dan penyerahan karet kering.

2.5.1 Prosedur Kerja Tenaga Kerja Bongkar Muat

Prosedur kerja tenaga kerja bongkar muat bagian lateks kering dibagi menjadi tiga tahap yaitu penerimaan, penyimpanan, dan penyerahan karet kering.

2.5.1.1. Penerimaan

Prosedur kerja yang pertama kali dilakukan adalah menggunakan APD seperti : masker, sepatu boot dan helm. Kemudian menerima dan memeriksa barang sesuai Surat Pengantar Barang. Setelah barang diperiksa kemudian diangkut menggunakan forklif. Khusus Sheet barang dibongkar dengan menggunakan gancu dan disusun diatas bak sheet baru diturunkan memakai forklif. Kemudian barang dimasukkan kedalam gudang dan disusun menurut jenisnya.Dalam proses penyusunan ini pekerja akan terpapar dengan debu di dalam gudang.

2.5.1.2. Penyimpanan

Setelah barang disusun kedalam gudang menurut golongan dan jenisnya gudang diperiksa dari kemungkinan kebocoran akibat hujan. Kemudian barang dibersihkan dari jamur atau debu yang menempel. Setiap hari dilakukan pemeriksaan stok barang dan hasilnya dilaporkan kebagian produksi. Bagian produksi membuat laporan posisi persediaan karet kering setiap hari.


(20)

Ramaddan : Gambaran Perilaku Pemakaian Masker Dan Pengukuran Kadar Debu Pada Pekerja Bagian Bongkar Muat Karet Kering Instalasi Belawan PTPN III Tahun 2008, 2008.

USU Repository © 2009 2.5.1.3. Pengeluaran

Adapun prosedur kerja bagian pengeluaran adalah barang dikeluarkan setelah ada instruksi pengapalan dari Bagian Penjualan. Kemudian pekerja pada bagian karet kering mempersiapkan merk dan nomor ekspor tujuan sesuai instruksi yang diminta. Setelah selesai diberikan merk barang dinaikkan dengan menggunakan forklif ke atas truk sesuai jumlah yang diminta. Kemudian membuat surat pengantar barang yang ditanda tangani oleh Asisten Tata Usaha dan Kepala Urusan.

2.6. Alat Pelindung Diri (APD)

Tenaga kerja mempunyai hak dan kewajiban dalam pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja salah satunya adalah memakai alat perlindungan diri yang diwajibkan (Husni, 2006). Oleh karena itu, penggunaan alat pelindung diri merupakan salah satu faktor penting dalam melindungi tenaga kerja dari potensi-potensi bahaya selama bekerja.

2.6.1. Syarat-Syarat APD

Ada banyak hal yang dapat menyebabkan alat pelindung diri menjadi berdampak negatif seperti berkurangnya produktifitas kerja, oleh karena itu alat-alat pelindung diri harus memenuhi persyaratan (Suma’mur, 1996):


(21)

Ramaddan : Gambaran Perilaku Pemakaian Masker Dan Pengukuran Kadar Debu Pada Pekerja Bagian Bongkar Muat Karet Kering Instalasi Belawan PTPN III Tahun 2008, 2008.

USU Repository © 2009

2. Tidak menggangu kerja

3. Memberikan perlindungan efektif pada tenaga kerja.

2.6.2. Perundang-Undangan APD

Undang-undang nomor 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja mewajibkan pengurus untuk menyediakan secara cuma-cuma alat pelindung diri bagi tenaga kerja dan menjelaskan pada tiap tenaga kerja baru tentang semua pengamanan dan alat-alat perlindungan yang diharuskan dalam tempat kerjanya, sedangkan pekerja harus menggunakan alat pelindung diri yang diwajibkan serta berhak menyatakan keberatan kerja pada pekerjaan dimana syarat-syarat keselamatan dan kesehatan kerja serta alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan, diragukan olehnya kecuali dalam hal-hal khusus ditentukan lain oleh pegawai pengawas dalam batas-batas yang masih dapat dipertanggungjawabkan.

2.6.3. Jenis-Jenis APD

Organ tubuh yang dilindungi terdiri dari beberapa bagian serta sumber bahaya yang berbeda-beda menyebabkan alat pelindung diri terdiri dari beberapa jenis, antara lain (Harrington dan Gill, 2003) :


(22)

Ramaddan : Gambaran Perilaku Pemakaian Masker Dan Pengukuran Kadar Debu Pada Pekerja Bagian Bongkar Muat Karet Kering Instalasi Belawan PTPN III Tahun 2008, 2008.

USU Repository © 2009

1. Perlindungan mata dan muka 2. Pelindung kulit dan tubuh 3. Pelindung pendengaran 4. Pelindung pernapasan

2.7. Masker

Pilihan peralatan pelindung pernafasan amat luas, mulai dari masker debu sekali pakai biasa sampai ke alat untuk pernapasan isi sendiri dan banyak kebingungan kapan alat itu dipakai dan untuk bahaya apa. Jika pilihan keliru, dapat membahayakan pemakai dan dapat menyebaban aspiksia, diperlukan rekomendasi ahli. Pelatihan pemakai juga diperlukan, tak tergantung pada alat apa yang dipakai, demikian juga harus tersedia fasilitas pemeliharaan dan pembersihan (Harrington dan Gill, 2003).

Efisiensi pelindung pernapasan dinyatakan dalam npf (nominal protection

factor) yaitu jumlah kontaminan di udara dibanding jumlah kontaminan di muka.

Alat ini bekerja dengan menarik udara yang dihirup melalui suatu medium yang akan membuang sebagian besar kontaminan. Untuk debu dan serabut, mediumnya adalah filter yang harus diganti jika sudah kotor, tetapi untuk gas dan uap, mediumnya adalah penyerap kimia yang khusus dirancang untuk gas dan uap yang akan dibuang. Medium itu dipasang pada sebuah kanister atau cartridge agar mudah dipasang atau diganti. Perhatian khusus harus diberikan untuk memastikan bahwa medium yang dipakai adalah benar untuk polutan yang dikehendaki serta


(23)

Ramaddan : Gambaran Perilaku Pemakaian Masker Dan Pengukuran Kadar Debu Pada Pekerja Bagian Bongkar Muat Karet Kering Instalasi Belawan PTPN III Tahun 2008, 2008.

USU Repository © 2009

untuk debu dan serabut, perlu dipikirkan kisaran ukuran partikel yang akan ditangkap, agar dapat dipilih medium filter yang sesuai. Filter juga tersedia untuk kombinasi debu, gas, dan uap.

Jenis-jenis masker adalah sebagai berikut : 1. Masker sekali pakai

Dibuat dari bahan filter, beberapa cocok untuk debu berukuran pernafasan. Bagian muka alat bertekanan negatif karena paru menjadi daya penggeraknya. npf = 5.

2. Separuh masker

Terbuat dari karet atau plastik dan dirancang menutupi hidung dan mulut. Alat ini memiliki cartridge filter yang dapat diganti. Dengan cartridge yang sesuai alat ini cocok untuk debu, gas, serta uap. Bagian muka bertekanan negatif karena hisapan dari paru. npf = 10.

3. Masker seluruh muka

Terbuat dari karet atau plastik dan dirancang untuk menutupi mulut, hidung, dan mata. Medium filter dipasang di dalam kanister yang langsung disambung dengan sambungan lentur. Dengan kanister yang sesuai, alat ini cocok untuk debu, gas, serta uap. Bagian muka mempunyai tekanan negatif karena paru mengisap udara disana. npf = 50


(24)

Ramaddan : Gambaran Perilaku Pemakaian Masker Dan Pengukuran Kadar Debu Pada Pekerja Bagian Bongkar Muat Karet Kering Instalasi Belawan PTPN III Tahun 2008, 2008.

USU Repository © 2009

Dibuat dari karet atau plastik yang dipertahankan dalam tekanan positif dengan jalan mengalirkan udara melalui filter, dengan bantuan kipas baterai. Kipas itu, filter dan baterainya biasa dipasang di sabuk pinggang, dengan pipa lentur yang disambung untuk membersihkan udara sampai ke muka. npf = 500

5. Respirator topeng muka berdaya

Mempunyai kipas dan filter yang dipasang pada helm, dengan udara ditiupkan kebawah, diatas muka pekerja didalam topeng yang menggantung. Topeng dapat dipasang bersama tameng-tameng pinggir, yang dapat diukur mencocokkan dengan muka pekerja. Baterai biasanya dipasang pada sabuk. Serangkaian filter dan adsorbent tersedia dan untuk pengelas juga tersedia. npf = 1-20.

2.8. Debu

Debu yaitu partikel zat padat, yang disebabkan oleh kekuatan-kekuatan alamiah atau mekanis seperti pengolahan, penghancuran, pelembutan, pengepakan yang cepat, peledakan dan lain-lain dari bahan-bahan, baik organik maupun anorganik, misalnya batu, kayu, biji logam, arang batu, butir-butir zat dan sebagainya (Suma’mur, 1996).

Defenisi lain mengatakan debu adalah zat padat berukuran antara 0,1- 25 mikron. Jadi yang dimaksud dengan partikulat adalah zat padat/ cair yang halus, dan


(25)

Ramaddan : Gambaran Perilaku Pemakaian Masker Dan Pengukuran Kadar Debu Pada Pekerja Bagian Bongkar Muat Karet Kering Instalasi Belawan PTPN III Tahun 2008, 2008.

USU Repository © 2009

tersuspensi di udara, misalnya embun, debu, asap, fumes dan foq. Partikulat ini dapat terdiri atas zat organik dan anorganik. (Slamet, 2000)

Debu merupakan salah satu polutan yang dapat mengganggu kenikmatan kerja. Debu juga dapat mengakibatkan gangguan pernafasan bagi pekerja pada industri-industri yang berhubungan dengan debu pada proses produksinya.

Debu juga sering disebut sebagai partikel yang melayang di udara (Suspended

Particulate Metter /SPM) dengan ukuran 1 mikron sampai dengan 500 mikron.

Polutan merupakan bahan-bahan yang ada di udara yang dapat membahayakan kehidupan manusia. (Muhammad Amin, 1996).

Partikel debu akan berada di udara dalam waktu yang relatif lama dalam keadaan melayang-layang di udara kemudian masuk ke dalam tubuh manusia melalui pernafasan. Selain dapat membahayakan terhadap kesehatan juga dapat mengganggu daya tembus pandang mata dan dapat mengadakan berbagai reaksi kimia sehingga komposisi debu di udara menjadi partikel yang sangat rumit karena merupakan campuran dari berbagai bahan dengan ukuran dan bentuk yang relatif berbeda- beda (Pujiastuti, 2000).

Polutan dapat dibagi 3 kelompok, yaitu :

1. Sengaja di dalam udara murni (pure air) yang kadarnya di atas normal, misalnya O2, N2, CO2 dan lain-lain.

2. Molekul- molekul (gas-gas) selain yang terkandung di alam udara murni tanpa memperhitungkan kadarnya, misalnya ozone, HF, ikatan hidrokarbon dan lain-lain.


(26)

Ramaddan : Gambaran Perilaku Pemakaian Masker Dan Pengukuran Kadar Debu Pada Pekerja Bagian Bongkar Muat Karet Kering Instalasi Belawan PTPN III Tahun 2008, 2008.

USU Repository © 2009

3. Partikel.

Partikel yang respirabel adalah yang berdiameter kurang dari 10 µ m ( Depkes, 2000).

Secara fisik debu atau partikulat dikategorikan sebagai pencemar yaitu debu udara aerosol. Debu terdiri dari 2 golongan, yaitu padat (solid) dan cair (liquid).

Debu yang terdiri atas partikel-partikel dibedakan menjadi 3 macam :

1. Dust

Dust terdiri dari ber bagai ukuran mulai dari yang submikroskopik sampai yang besar. Debu yang berbahaya adalah ukuran yang bisa terhirup ke dalam sistem pernafasan, umumnya lebih kecil dari 100 mikron dan bersifat dapat dihirup ke dalam paru-paru.

2. Fumes

Fumes adalah partikel padat yang terbentuk dari proses eruporasi atau

kondensasi, pemanasan berbagai logam, misalnya menghisap uap logam yang kemudian berkondensasi menjadi partikel metal fumes misalnya logam (cadmium) dan timbal (plumbum).

3. Smoke

Smoke atau uap adalah produk dari pembakaran bahan organik yang tidak sempurna dan berukuran sekitar 0,5 mikron. Sedangkan partikel cair disebut dengan mist atau fog (awan) yang dihasilkan melalui


(27)

Ramaddan : Gambaran Perilaku Pemakaian Masker Dan Pengukuran Kadar Debu Pada Pekerja Bagian Bongkar Muat Karet Kering Instalasi Belawan PTPN III Tahun 2008, 2008.

USU Repository © 2009

proses kondensasi atau automizing. Contoh sederhana adalah spray atau obat nyamuk semprot.

Menurut WHO (1996) ukuran debu partikel yang membahayakan adalah ukuran 0,1-5 atau 10 mikron. Depkes mengisyaratkan bahwa ukuran debu yang membahayakan berkisar 0,1 sampai 10 mikron.

2.8.1. Sifat-sifat Debu

Sifat-sifat debu tidak berflokulasi, kecuali oleh gaya tarikan elektris, tidak berdifusi dan turun karena tarikan gaya tarik bumi. Debu di atmosfer lingkungan kerja biasanya berasal dari bahan baku atau hasil produksi (Depkes RI, 1994)

Sifat-sifat debu adalah sebagai berikut: 1. Mengendap

Debu cendrung mengendap karena gaya gravitasi bumi. Namun karena ukurannya yang relatif kecil berada di udara. Debu yang mengendap dapat mengandung proporsi partikel yang lebih besar dari debu yang terdapat di udara.

2. Permukaan cenderung selalu bersih .

Permukaan debu yang cenderung selalu bersih disebabkan karna permukaannya selalu dilapisi oleh lapisan air yang sangat tipis. Sifat ini menjadi penting sebagai upaya pengendalian debu di tempat kerja.


(28)

Ramaddan : Gambaran Perilaku Pemakaian Masker Dan Pengukuran Kadar Debu Pada Pekerja Bagian Bongkar Muat Karet Kering Instalasi Belawan PTPN III Tahun 2008, 2008.

USU Repository © 2009

Debu bersifat menggumpal disebabkan per mukaan debu yang selalu basah, sehingga debu menempel satu sama lain dan membentuk gumpalan.

4. Listrik Statis (elektrostatis)

Sifat ini menyebabkan debu dapat menarik partikel lainyang berlawanan. Adanya partikel yang tertarik ke dalam debu akan mempercepat terjadinya proses penggumpalan.

5. Opsis

Opsis adalah debu atau partikel basah atau lembab lainnya dapat memancarkan sinar yang terlebih dapat terlihat pada kamar gelap.

2.8.2. Jenis Debu

Partikel yang berbahaya untuk paru-paru adalah debu organik dan anorganik : 1. Debu organik antara lain fosil, mikobakteri, binatang, sintetik

(toluendiisocynate), dan reagen.

2. Debu anorganik antara lain silika bebas, silika, metal, debu inert termasuk besi, boruin, titanum, dan lain-lain. (Faridawati, 1995).


(29)

Ramaddan : Gambaran Perilaku Pemakaian Masker Dan Pengukuran Kadar Debu Pada Pekerja Bagian Bongkar Muat Karet Kering Instalasi Belawan PTPN III Tahun 2008, 2008.

USU Repository © 2009

Berdasarkan Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja Nomor : SE-01/MEN/1997 Tentang Nilai Ambang Batas (NAB) Faktor Kimia di Udara Lingkungan Kerja, ditetapkan NAB debu adalah 3,00 mg/m³.

2.10. Kerangka Konsep

TENAGA KERJA BONGKAR MUAT

KADAR DEBU

PERILAKU PEMAKAIAN MASKER

Pengetahuan

Sikap

Tindakan


(30)

Ramaddan : Gambaran Perilaku Pemakaian Masker Dan Pengukuran Kadar Debu Pada Pekerja Bagian Bongkar Muat Karet Kering Instalasi Belawan PTPN III Tahun 2008, 2008.

USU Repository © 2009

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif yang menggambarkan perilaku pemakaian masker dan kadar debu pada pekerja bagian bongkar muat karet kering instalasi Belawan PTPN III tahun 2008.

3.2. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di bagian bongkar muat karet kering Instalasi Belawan PTPN III tahun 2008 . Adapun yang menjadi alasan pemilihan lokasi ini dengan pertimbangan bahwa belum pernah dilakukan penelitian yang sama dibagian gudang karet kering.


(31)

Ramaddan : Gambaran Perilaku Pemakaian Masker Dan Pengukuran Kadar Debu Pada Pekerja Bagian Bongkar Muat Karet Kering Instalasi Belawan PTPN III Tahun 2008, 2008.

USU Repository © 2009

3.2.2. Waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September sampai Desember tahun 2008.

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi dari penelitian ini adalah semua pekerja di bagian bongkar muat karet kering instalasi Belawan PTPN III tahun 2008 sebanyak 13 orang.

3.3.2. Sampel

Adapun sampel dari penelitian ini adalah seluruh pekerja yang berada dibagian bongkar muat karet kering (total sampling) sebanyak 13 orang.

3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Data Primer

1. Menggunakan kuesioner tentang perilaku penggunaan masker pada pekerja bongkar muat.

2. Pengukuran debu di bagian bongkar muat karet kering instalasi Belawan PTPN III tahun 2008

3.4.2 Data Sekunder

Diperoleh dari kantor Direksi PTPN III yaitu data tentang gambaran umum perusahaan.


(32)

Ramaddan : Gambaran Perilaku Pemakaian Masker Dan Pengukuran Kadar Debu Pada Pekerja Bagian Bongkar Muat Karet Kering Instalasi Belawan PTPN III Tahun 2008, 2008.

USU Repository © 2009

3.5. Defenisi Operasional

Defenisi operasional dari penelitian ini adalah:

1. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui tenaga kerja tentang masker.

2. Sikap adalah dasar anggapan atau persepsi tenaga kerja sehubungan dengan penggunaan masker.

3. Tindakan adalah segala praktek/perbuatan tenaga kerja untuk memakai masker pada saat bekerja sesuai peraturan yang ditetapkan.

4. Debu adalah partikel-partikel zat dari lateks kering yang berada di udara dan berada di dalam gudang bongkar muat karet kering instalasi Belawan, PTPN III.

5. Masker adalah alat pelindung diri yang digunakan untuk melindungi saluran pernafasan.

6. Tenaga Kerja Bongkar Muat adalah semua pekerja yang terdaftar sebagai karyawan PTPN III yang melakukan kegiatan bongkar muat pada bagian gudang karet kering.

3.7. Aspek Pengukuran


(33)

Ramaddan : Gambaran Perilaku Pemakaian Masker Dan Pengukuran Kadar Debu Pada Pekerja Bagian Bongkar Muat Karet Kering Instalasi Belawan PTPN III Tahun 2008, 2008.

USU Repository © 2009

Pengukuran aspek perilaku didasarkan pada jawaban responden dari seluruh pertanyaan yang diberikan, meliputi pertanyaan mengenai pengetahuan, sikap, dan tindakan.

1. Penilaian pengetahuan dilakukan terhadap 10 pertanyaan dimana jawaban yang tahu diberi nilai 1, dan jawaban yang tidak tahu diberi nilai 0.

Berdasarkan jumlah skor yang diperoleh maka diklasifikasikan dalam 2 kategori :

1. Tahu, apabila responden mendapat nilai ≥ 50 % dari nilai maksimum yaitu ≥ 5.

2. Tidak tahu, apabila responden mendapat nilai < 50 % dari nilai maksimum yaitu < 5.

2. Penilaian sikap dilakukan terhadap 10 pertanyaan dimana jawaban yang paling tepat diberi nilai 3, kurang tepat diberi nilai 2 dan tidak tepat diberi nilai 1.

Berdasarkan jumlah skor yang diperoleh maka diklasifikasikan dalam 3 kategori :

1. Nilai baik, apabila responden mendapat nilai > 75 % dari nilai maksimum (30).

2. Nilai Sedang, apabila responden mendapat nilai 40-75 % dari nilai maksimum (30).


(34)

Ramaddan : Gambaran Perilaku Pemakaian Masker Dan Pengukuran Kadar Debu Pada Pekerja Bagian Bongkar Muat Karet Kering Instalasi Belawan PTPN III Tahun 2008, 2008.

USU Repository © 2009

3. Nilai Buruk, apabila responden mendapat nilai < 40 % dari nilai maksimum (30).

3. Penilaian tindakan dilakukan terhadap 10 pertanyaan dimana jawaban yang paling tepat diberi nilai 3, kurang tepat diberi nilai 2 dan tidak tepat diberi nilai 1

Berdasarkan jumlah skor yang diperoleh maka diklasifikasikan dalam 3 kategori :

1. Nilai baik, apabila responden mendapat nilai > 75 % dari nilai maksimum (30).

2. Nilai Sedang, apabila responden mendapat nilai 40-75 % dari nilai maksimum (30).

3. Nilai Buruk, apabila responden mendapat nilai < 40 % dari nilai maksimum (30).

3.7.2. Aspek Pengukuran Debu

Untuk mengetahui paparan debu di udara pada gudang bongkar muat karet kering Instalasi Belawan, PTPN III dengan alat pengukur debu yaitu Personal Dust

Sampler model 0224-PCXR8.. Cara pengukuran debu melalui langkah-langkah

sebagai berikut :

1. Persiapkan alat yaitu berupa fiberglass (filter), pengontrolan udara, pengaturan waktu, dan timbangan analitik. Filter ditimbang sebelum pengukuran dan dicatat.


(35)

Ramaddan : Gambaran Perilaku Pemakaian Masker Dan Pengukuran Kadar Debu Pada Pekerja Bagian Bongkar Muat Karet Kering Instalasi Belawan PTPN III Tahun 2008, 2008.

USU Repository © 2009

2. Alat fiberglass dihubungkan dengan pompa penghisap udara kemudian dipakaikan kepada salah seorang tenaga kerja yang terpapar oleh debu.

3. Pompa penghisap udara dihidupkan selama ± 60 menit dan dijaga agar aliran udara tetap konstan dengan mengawasi pengontrolan aliran udara.

4. Pengukuran dilakukan minimal 3 kali untuk mendapatkan hasil yang pasti. 5. Filter ditimbang dengan menggunakan timbangan analitik. Kadar debu

dengan menggunakan rumus sebagai berikut: (W2 - W1)

C = --- (mg/l) V

dengan:

C adalah debu total (mg/l) atau (mg/m3);

W2 adalah berat filter setelah pengukuran debu (mg); W1 adalah berat filter sebelum pengukuran (mg); V adalah volume udara pada waktu pengukuran (l).

3.6. Variabel Yang Diteliti

1. Perilaku pemakaian masker meliputi pengetahuan, sikap, dan tindakan yang diukur dengan menggunakan kuesioner.

2. Kadar debu dibagian karet kering diukur dengan menggunakan alat pengukur kadar debu yaitu Personal Dust Sampler.


(36)

Ramaddan : Gambaran Perilaku Pemakaian Masker Dan Pengukuran Kadar Debu Pada Pekerja Bagian Bongkar Muat Karet Kering Instalasi Belawan PTPN III Tahun 2008, 2008.

USU Repository © 2009

Data yang berhasil dikumpulkan melalui wawancara kemudian dianalisis secara statistik deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Perusahaan

Perseroan Terbatas Perkebunan Nusantara (PTPN) III (Persero) Instalasi Belawan adalah merupakan urusan dari bagian penjualan di kantor Direksi yang menangani penyimpanan hasil produksi karet kering (crumb rubber sheet) dan lateks


(37)

Ramaddan : Gambaran Perilaku Pemakaian Masker Dan Pengukuran Kadar Debu Pada Pekerja Bagian Bongkar Muat Karet Kering Instalasi Belawan PTPN III Tahun 2008, 2008.

USU Repository © 2009

pekat yang dikirim oleh kebun-kebun PT. Perkebunan Nusantara III penghasil karet yang mempunyai mutu ekspor.

Sejarah Perseroan dimulai dengan proses pengambilalihan perusahaan-perusahaan perkebunan milik Belanda oleh Pemerintah Republik Indonesia pada tahun 1958 yang dikenal sebagai proses nasionalisai perusahaan perkebunan asing menjadi Perseroan Perkebunan Negara (PPN).

Tahun 1968, PPN direstrukturisasi menjadi beberapa kesatuan Perusahaan Negara Perkebunan (PNP) yang selanjutnya pada bentuk badan hukumnya diubah menjadi PT Perkebunan (Persero).

Guna meningkatkan efisiensi dan efektifitas kegiatan usaha perusahaan BUMN, Pemerintah merestrukturisasi subsektor perkebunan dengan melakukan penggabungan usaha berdasarkan wilayah eksploitasi dan perampingan organisasi . Diawali dengan langkah penggabungan manajemen pada tahun 1994 , 3 BUMN Perkebunan dari PTP III (Persero),PTP IV (Persero), PTP V (Persero) disatukan pengelolaan dalam manajemen PTPN III .(Profil Instalasi Belawan 2003)

4.2. Letak dan Lokasi

PT. Perkebunan Nusantara III Instalasi Belawan mempunyai luas areal sebesar 9.919 m² berlokasi didalam lingkungan Pelabuhan Belawan. Adapun batas wilayah PTPN III Instalasi Belawan adalah :

1. Sebelah Utara : PT. Bakrie Belawan 2. Sebelah Barat : PT Good Year Belawan


(38)

Ramaddan : Gambaran Perilaku Pemakaian Masker Dan Pengukuran Kadar Debu Pada Pekerja Bagian Bongkar Muat Karet Kering Instalasi Belawan PTPN III Tahun 2008, 2008.

USU Repository © 2009

3. Sebelah Timur : Jalan Anggada –II 4. Sebelah Selatan : Jalan Dosomuko

Gudang karet kering adalah salah satu bangunan yang terdapat pada Instalasi Belawan PTPN III. Bangunan tersebut memiliki luas bangunan sebesar 430,2 m2. Gudang karet kering memiliki konstruksi yang permanen dan memiliki ruangan yang tertutup. Dinding bangunan sebahagian terbuat dari semen, dan sebahagian lagi terbuat dari seng.

Di dalam gudang karet kering banyak mengandung debu bersumber dari talc yang digunakan sebagai bahan untuk menjaga kualitas karet agar tidak cepat rusak.

Talc melapisi karet kering yang sudah dibungkus dan disusun rapi. Debu yang berasal

dari talc tersebut dapat mempengaruhi kesehatan pekerja yang melakukan bongkar muat didalam gudang karet kering.

4.3. Struktur Organisasi

Instalasi Belawan dipimpin oleh seorang Kepala Urusan yang membantu Kepala Bagian Penjualan untuk menangani penyimpanan hasil produksi dan pengiriman hasil produksi yang akan diserahkan kepada pembeli ekspor dan lokal.

Didalam pekerjaannya Kepala Urusan Instalasi Belawan dibantu oleh seorang asisten mandor yang menangani bidang produksi, teknik dan personalia..

Adapun tugas dan tanggung jawab masing-masing orang yang terlibat dalam struktur organisasi PTPN III Instalasi Belawan adalah sebagai berikut :


(39)

Ramaddan : Gambaran Perilaku Pemakaian Masker Dan Pengukuran Kadar Debu Pada Pekerja Bagian Bongkar Muat Karet Kering Instalasi Belawan PTPN III Tahun 2008, 2008.

USU Repository © 2009

a. Membantu Kepala Bagian Penjualan mengelola Instalasi Belawan secara keseluruhan baik fisik,, operasional, maupun administrasi/keuangan. b. Mewakili Kepala Bagian Penjualan untuk urusan kepada instansi yang

terkait di dalam lingkungan Pelabuhan Belawan.

c. Mengelola proses penerimaan, penyimpanan dan pengeluaran komoditi/ produk yang dihasilkan PTPN III.

d. Melaksanakan fungsi pergudangan

e. Melakukan koordinasi dengan urusan terkait di dalam bagian penjualan serta mengatur dan membina kegiatan karyawan Instalasi Belawan.

f. Menjaga mutu komoditi/ produk selama disimpan di Instalasi Belawan. g. Membuat laporan secara ketentuan dan peraturan yang diterapkan oleh

manajemen.

h. Mengatur peredaran gas amoniak ke kebun-kebun.

i. Melaksanakan tugas sebagaimana yang telah ditetapkan dan bertanggung jawab kepada Kepala Bagian.

2. Asisten Tata Usaha

a. Membantu Kepala Urusan di dalam mengelola Administrasi dan

Keuangan.


(40)

Ramaddan : Gambaran Perilaku Pemakaian Masker Dan Pengukuran Kadar Debu Pada Pekerja Bagian Bongkar Muat Karet Kering Instalasi Belawan PTPN III Tahun 2008, 2008.

USU Repository © 2009

c. Melaksanakan pembukuan dan pencatatan atas seluruh kegiatan dan biaya Instalasi Belawan.

d. Mengelola buku produksi dan menyusun laporan penerimaan, pengiriman, dan persediaan produksi setiap bulan.

e. Mengurus dan menyelesaikan proses pengadaan barang lokal dan pekerjaan pemborong.

f. Mengatur pengembalian tangki-tangki PT KAI ke kebun-kebun.

g. Melaksanakan tugas sebagaimana yang telah ditetapkan dan bertanggung jawab kepada Kepala Urusan Instalasi Belawan.

3. Krani Kepala (Krani-1)

a. Mengkoordinir Administrasi Tata Usaha b. Mengkoordinir Laporan Manajemen. c. Mengkoordinir Pembuatan RKAP d. Melayani permintaan Pihak III e. Mengkoordinir pekerjaan tender.

4. Krani Daftar Upah / Kas

a. Mengerjakan Administrasi Upah Karyawan

b. Mengerjakan Buku Mandor/ PB-10 dan buku Asisten Tata Usaha c. Mengerjakan perhitungan PPH Karyawan

d. Mengerjakan Adminidtrasi Kas/ Bank dan bertanggung jawab terhadap penggunaan Kas/ Bank.


(41)

Ramaddan : Gambaran Perilaku Pemakaian Masker Dan Pengukuran Kadar Debu Pada Pekerja Bagian Bongkar Muat Karet Kering Instalasi Belawan PTPN III Tahun 2008, 2008.

USU Repository © 2009

5. Krani Astek/ Asuransi

a. Melaksanakan Administrasi Asuransi Karyawan. b. Membuat laporan Jamsostek karyawan.

c. Membuat laporan program pensiun.

6. Krani Finansial

a. Membuat permintaan barang ke kantor direksi. b. Membuat order pembelian barang lokal.

c. Melaksanakan Administrasi Finansial barang dan gudang. d. Membuat laoran pembelian setempat.

e. Membuat laporan persediaan barang gudang.

7. Krani Gudang Material

a. Membuat dokumen penerimaan dan pengeluaran.

b. Mencatat dan membukukan keluar masuknya barang-barang gudang material.

c. Mengawasi pengiriman dan pendistribusian amoniak gas ke kebun-kebun. d. Mengelola penyimpanan barang dan kebersihan gudang material.

e. Melaksanakan dan penyimpanan barang-barang bekas.


(42)

Ramaddan : Gambaran Perilaku Pemakaian Masker Dan Pengukuran Kadar Debu Pada Pekerja Bagian Bongkar Muat Karet Kering Instalasi Belawan PTPN III Tahun 2008, 2008.

USU Repository © 2009

a. Memonitor dan membukukan stok penerimaan dan pengeluaran karet kering.

b. Menimbang/ mengikuti pengeluaran dan penerimaan produksi lateks (lokal).

c. Melaksanakan stock opname produksi lateks harian.

d. Membuat laporan penerimaan dan pengeluaran produksi lateks.

9. Krani Arsip/ Fos

a. Mengagendakan arsip/ dokumen.

b. Mengelola surat-surat dokumen yang akan ditandatangani Kepala Urusan Instalasi Belawan.

c. Mendistribusikan surat-surat dokumen ke kebun-kebun dan bagian-bagian di kantor direksi.

10. Krani Pembukuan

a. Mengadministrasikan pembukuan b. Membuat laporan manajemen c. Membantu penyususnan RKAP. d. Mengerjakan pembuatan nota-nota.

11. Operator Ratel/ Telepon

a. Melayani penerimaan dan pengiriman berita. b. Melaksanakan agenda/ arsip dokumen elepon.


(43)

Ramaddan : Gambaran Perilaku Pemakaian Masker Dan Pengukuran Kadar Debu Pada Pekerja Bagian Bongkar Muat Karet Kering Instalasi Belawan PTPN III Tahun 2008, 2008.

USU Repository © 2009

12. Operator Komputer

a. Operator program akuntansi. b. Melaksanakan Administrasi Aktiva c. Typist ( menginput data ).

13. Krani Produksi

a. Melakukan administrasi yang berhubungan dengan penerimaan, penimbunan, dan penyerahan produksi.

b. Membuat laporan harian penerimaan dan penyerahan produksi.

c. Membuat laporan bulanan penerimaan, penegeluaran, dan persediaan lateks dan karet kering.

d. Membantu dan melaksanakan administrasi karet kering.

e. Mengerjakan administrasi yang berhubungan dengan penerimaan penimbunan dan penyerahan karet kering di urusan produksi.

f. Mencatat keluar masuk produksi karet kering ke kartu persediaan. g. Mengikuti/mengawasi pengiriman dan penerimaan karet kering. h. Mengikuti/mengawasi pengiriman lateks ekspor.

i. Membuat laporan pengapalan.

14. Typist

a. Mengerjakan buku mandor / PB-10 dan Buku Asisten Urusan Produksi/ Tekhnik

b. Mengisi daftar lembur bagian produksi teknik.


(44)

Ramaddan : Gambaran Perilaku Pemakaian Masker Dan Pengukuran Kadar Debu Pada Pekerja Bagian Bongkar Muat Karet Kering Instalasi Belawan PTPN III Tahun 2008, 2008.

USU Repository © 2009

d. Typist.

15. Opas/ Pesuruh Kantor

a. Membuka dan membersihkan ruang kantor. b. Melayani minuman karyawan dan tamu.

c. Membersihkan dan menata dapur tempat masak air, kamar mandi dan mushola.

d. Urusan pos luar dan foto copy surat-surat.

16. Krani KPK/ Koperasi

a. Melaksanakan penataan personalia b. Membuat laporan kesehatan

c. Menyusun laporan peristiwa masalah umum.

d. Melaksanakan tugas-tugas yang berkaitan dengan kegiatan sosial karyawan.

e. Mengurus izin masuk Pelabuhan Belawan untuk karyawan dan kendaraan

17. Krani Personalia

a. Membantu kegiatan krani KPK / Bidang umum. b. Membuat permohonan cuti karyawan.

c. Mengerjakan buku mandor hansip.

d. Menginput laporan LPMU dan laporan kesehatan (LK).

18. Juru Kesehatan


(45)

Ramaddan : Gambaran Perilaku Pemakaian Masker Dan Pengukuran Kadar Debu Pada Pekerja Bagian Bongkar Muat Karet Kering Instalasi Belawan PTPN III Tahun 2008, 2008.

USU Repository © 2009

b. Membuat laporan bulanan pemakaian obat. c. Membuat laporan kegiatan poliklinik.

d. Membuat laporan pengiriman pasien ke rumah sakit rujuka n. e. Melayani kesehatan karyawan dan tanggungan.

f. Membantu mengelola administrasi klinik.

19. Komandan Hansip

a. Mengkoordinir pelaksanaan pengawasan keamanan Instalasi, Aset Perusahaan dan rumah dinas dan kepala urusan secara menyeluruh.

b. Menyusun pengaturan tugas jaga anggota hansip setiap minggu.

c. Membuat laporan harian kejadian yang dilaporkan kepada Pimpinan Instalasi Belawa dan Kepala Matrik Hansip Pelabuhan.

d. Mengawasi dan menyaksikan serta mencatat Pelaksanaan penerimaan dan penyerahan barang produksi (lokal/ekspor).

e. Membuat evaluasi keadaan keamanan instalasi setiap bulan.

f. Melaksanakan stock opname produksi harian, mingguan, dan bulanan bersama-sama ukuran produksi.

20. Anggota Hansip

a. Membantu kegiatan komandan hansip.

b. Mengikuti/ mengawasi penerimaan dan pengiriman karet kering. c. Mengikuti/mengawasi pengiriman lateks ekspor.


(46)

Ramaddan : Gambaran Perilaku Pemakaian Masker Dan Pengukuran Kadar Debu Pada Pekerja Bagian Bongkar Muat Karet Kering Instalasi Belawan PTPN III Tahun 2008, 2008.

USU Repository © 2009

e. Melaksanakan tugas keamanan instalasi, aset perusahaan, dan rumah dinas kepala urusan.

f. Mengawasi keluar/masuk barang dari instalasi.

21. Mandor Produksi

a. Mengkoordinir dan mengatur pelaksanaan pekerjaan di urusan produksi. b. Mengatur dan mengawasi seluruh penerimaan /penyimpanan dan

penyerahan produksi.

c. Mengawasi persediaan lateks dalam tangki timbun dan persediaan karet kering.

d. Membuat laporan pelaksanakan pemompaan lateks ekspor.

e. Membuat laporan bulanan penerimaan/ pengiriman dan persediaan lateks kering.

f. Melaporkan seluruh kegiatan urusan produksi kepada kepala urusan. g. Membuat laporan bulanan SJM dan LM Limbah.

22. Mandor Lateks

a. Mengatur kerja produksi lateks kering dan mengerjakan buku mandor. b. Mengawasi pekerjaan penerimaan dan pengiriman lateks.

c. Melaksanakan pengawasan persediaan lateks dalam tangki timbun dan mengadakan stock opname harian, minggua n, dan bulanan.

d. Melaksanakan pengawasan kebersihan gudang, kamar mandi karyawan, alat-alat ukur tangki dan peralatan kerja.


(47)

Ramaddan : Gambaran Perilaku Pemakaian Masker Dan Pengukuran Kadar Debu Pada Pekerja Bagian Bongkar Muat Karet Kering Instalasi Belawan PTPN III Tahun 2008, 2008.

USU Repository © 2009

e. Membuat/mencatat buku bongkaran dalam penerimaan lateks.

23. Regu Lateks

a. Melaksanaan pekerjaan pemompaan untuk penerimaan/ pengiriman lateks. b. Membersihkan alat-alat dan perlengkapan kerja.

c. Membersihkan instalasi pipa, alat ukur tangki dan gudang.

d. Melaksanakan pengambilan contoh lateks dari truk, tangki PT KAI, tangki timbun dan tangki kapal.

e. Melaksanakan penambahan bahan kimia pada lateks bila diperlukan.

24. Mandor Karet Kering

a. Mengatur kerja karyawan produksi karet kering.

b. Melaksanakan pengawasan kebersihan gudang karet kering, halaman kantor, kamar mandi karyawan, halaman instalasi dan halaman rumah dinas kepala urusan.

c. Mengawasi pekerjaan penerimaan dan pengiriman karet kering. d. Melaksanakan pengawasan persediaan karet kering dalam gudang.

e. Melaksanakan pengawasan pembuatan merk karet kering sesuai instruksi.

25. Regu Karet Kering

a. Melaksanakan pembersihan gudang dan kantor.

b. Melaksanakan pembersihan halaman dan lingkungan rumah dinas. c. Melaksanakan pekerjaan bongkar muat produksi karet kering. d. Melaksanakan pembuatan merk karet kering sesuai instruksi.


(48)

Ramaddan : Gambaran Perilaku Pemakaian Masker Dan Pengukuran Kadar Debu Pada Pekerja Bagian Bongkar Muat Karet Kering Instalasi Belawan PTPN III Tahun 2008, 2008.

USU Repository © 2009

a. Melaksanakan pemeliharaan alat pengangkutan, mesin pembangkit listrik dan alat-alat yang ada di Instalasi Belawan.

b. Melaksanakan pemeliharaan preventif bangunan dan instalasi. c. Melaksanakan pemeliharaan perlengkapan bengkel.

d. Melaksanakan administrasi bengkel/traksi.

e. Membuat konsep RKAP produksi/teknik dan bengkel.

27. Karyawan Teknik/Pemeliharaan

a. Membantu mandor teknik/traksi.

b. Membantu membuat memo permintaan barang. c. Membuat laporan bengkel.

d. Typist

28. Masinis Mesin

a. Mengoperasikan mesin pembangkit listrik, compressor dan electromotor. b. Melaksanakan pemeliharaan harian mesin dan perlengkapannya.

c. Melaksanakan pengawasan mesin.

d. Membersihkan ruangan kamr mandi dan alat-alat perlengkapannya.

e. Melaksanakan pencatatan jam-jam operasi mesin pembangkit dan

compressor. 29. Supir Forklift.

a. Melaksanakan bongkar muat karet kering. b. Melaksanakan pemeliharaan harian forklift.


(49)

Ramaddan : Gambaran Perilaku Pemakaian Masker Dan Pengukuran Kadar Debu Pada Pekerja Bagian Bongkar Muat Karet Kering Instalasi Belawan PTPN III Tahun 2008, 2008.

USU Repository © 2009

c. Melaksanakan pemuatan gas amoniak ke truk untuk didistribusikan ke kebun-kebun dan kebutuhan instalasi belawan di PT GCS Belawan.

d. Mengangkut pipa-pipa untuk pengapalan lateks. e. Melaksanakan pencatatan jam kerja forklift.

30. Supir Pool

a. Supir mobil untuk urusan dinas dan sosial b. Melaksanakan pemeliharaan harian mobil. c. Antar jemput pos dari kantor Direksi Medan. d. Melaksanakan pencatatan KM jalan mobil.

31. Kepala Laboratorium

a. Melaksanakan administrasi laboratorium.

b. Mengawasi pelaksanaan pemeriksaan mutu lateks pekat sebelum penerimaan, selama penimbunan dan sebelum penyerahan.

c. Mengkoordinir pengiriman contoh lateks.

d. Melaksanakan penimbangan penjualan lateks lokal.

e. Melaporkan hasil analisa kepada Kepala Urusan dan Asisten Tata Usaha.


(50)

Ramaddan : Gambaran Perilaku Pemakaian Masker Dan Pengukuran Kadar Debu Pada Pekerja Bagian Bongkar Muat Karet Kering Instalasi Belawan PTPN III Tahun 2008, 2008.

USU Repository © 2009

a. Mengawasi pengambilan contoh lateks dari tangki truk, tangki PT KAI, tangki timbun dan tangki kapal.

b. Melaksanakan pengiriman contoh lateks.

c. Melaksanakan analisa NH3, MST, TSC, DRC, VFA, PH dan KOH.

d. Melaksanakan penyesuain mutu lateks dalam tangki timbun sesuai instruksi (perubahan bahan kimia jika dibutuhkan).

e. Oplosing bahan kimia dan memutar stirrer

4.4 Gambaran Umum Responden 4.4.1. Karakteristik Responden

Tabel 4.1. Distribusi Karakteristik Responden

No Karakteristik Petugas Jumlah (n) Persentase (%)

1 Umur

a 22-27 Tahun 5 38,5

b 28-33 Tahun 3 23,1

c 34-39 Tahun 2 15,4

d 40-45 Tahun 2 15,4

e 46-50 Tahun 1 7,6

Total 13 100,0

2 Pendidikan

a SD 2 15.4

b SLTP 3 23.1

c SLTA 8 61.5

Total 13 100,0

3 Lama Kerja

a 2 - 5 4 30,8

b 6 - 9 4 30,8


(51)

Ramaddan : Gambaran Perilaku Pemakaian Masker Dan Pengukuran Kadar Debu Pada Pekerja Bagian Bongkar Muat Karet Kering Instalasi Belawan PTPN III Tahun 2008, 2008.

USU Repository © 2009

d 14 – 17 2 15,4

e 18 – 22 1 7,6

Total 13 100,0

Berdasarkan Tabel 4.1. di atas, diketahui bahwa kelompok umur yang paling besar pada tenaga kerja bongkar muat Instalasi Belawan adalah berusia 22-27 tahun yaitu sebanyak 5 orang (38,5%), dan kelompok umur paling kecil adalah berusia 46-50 tahun yaitu sebanyak 1 orang (7,6 %).

Berdasarkan pendidikan diketahui mayoritas tenaga kerja bongkar muat karet kering Instalasi Belawan mempunyai latar belakang pendidikan setingkat SLTA yaitu sebanyak 8 orang (61,54%), dibandingkan berpendidikan SLTP dan SD masing-masing sebanyak 3 orang (23,08%), dan sebanyak 2 orang(15,38%).

Berdasarkan tabel diketahui kelompok tenaga kerja bongkar muat karet kering Instalasi Belawan yang paling besar berdasarkan lama kerja adalah 2-5 tahun dan 6-9 tahun yaitu sebanyak 4 orang (30,8 %), dan yang paling kecil adalah berada pada 18-22 tahun yaitu sebanyak 1 orang (7,6%).

4.4.2. Pengetahuan

Berdasarkan hasil penelitian diketahui distribusi frekuensi responden menurut pengetahuan pemakaian masker pada tenaga kerja bongkar muat karet kering Instalasi Belawan Tahun 2008.

4.4.2.1. Kategori Pengetahuan Responden Dalam Pemakaian Masker Pada Tenaga Kerja Bongkar Muat Karet Kering Instalasi Belawan Tahun 2008.


(52)

Ramaddan : Gambaran Perilaku Pemakaian Masker Dan Pengukuran Kadar Debu Pada Pekerja Bagian Bongkar Muat Karet Kering Instalasi Belawan PTPN III Tahun 2008, 2008.

USU Repository © 2009

Tabel 4.2 Distribusi Kategori Pengetahuan Responden Dalam Pemakaian Masker Pada Tenaga Kerja Bongkar Muat Karet Kering Instalasi Belawan Tahun 2008

No Pengetahuan Frekuensi Persentase(%)

1 Tahu 10 76,9

2 Tidak Tahu 3 23,1

Total 13 100

Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa tingkat pengetahuan tenaga kerja bongkar muat karet kering Instalasi Belawan berada pada kategori tahu sebanyak 10 orang (76,9 %) dan kategori tidak tahu sebanyak 3 orang (23,1%).

4.4.3. Sikap

Berdasarkan hasil penelitian diketahui distribusi frekuensi responden menurut Sikap pemakaian masker pada tenaga kerja bongkar muat karet kering Instalasi Belawan Tahun 2008.

4.4.3.1 Kategori Sikap Responden Dalam Pemakaian Masker Pada Tenaga Kerja Bongkar Muat Karet Kering Instalasi Belawan Tahun 2008

Tabel 4.3 Distribusi Kategori Sikap Responden Dalam Pemakaian Masker Pada Tenaga Kerja Bongkar Muat Karet Kering Instalasi Belawan Tahun 2008

No Sikap Frekuensi Persentase(%)

1 Baik 4 30,8

2 Sedang 9 69,2


(53)

Ramaddan : Gambaran Perilaku Pemakaian Masker Dan Pengukuran Kadar Debu Pada Pekerja Bagian Bongkar Muat Karet Kering Instalasi Belawan PTPN III Tahun 2008, 2008.

USU Repository © 2009

Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa tingkat sikap terhadap pemakaian masker pada tenaga kerja bongkar muat karet kering Instalasi Belawan berada pada kategori sedang sebanyak 9 orang (69,2 %) dan kategori baik sebanyak 4 orang (30,8 %).

4.4.4. Tindakan

Berdasarkan hasil penelitian diketahui distribusi frekuensi responden menurut Tindakan pemakaian masker pada tenaga kerja bongkar muat karet kering Instalasi Belawan Tahun 2008

4.4.4.1 Kategori Tindakan Responden Dalam Pemakaian Masker Pada Tenaga Kerja Bongkar Muat Karet Kering Instalasi Belawan Tahun 2008

Tabel 4.4 Distribusi Kategori Tindakan Responden Dalam Pemakaian Masker Pada Tenaga Kerja Bongkar Muat Karet Kering Instalasi Belawan Tahun 2008

No Tindakan Frekuensi Persentase(%)

1 Baik 2 15,4

2 Sedang 11 84,6

Total 13 100

Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa tingkat tindakan pemakaian masker pada tenaga kerja bongkar muat karet kering Instalasi Belawan berada pada kategori sedang sebanyak 11 orang (84,6 %) dan kategori baik yaitu sebanyak 2 orang (15,4%).


(54)

Ramaddan : Gambaran Perilaku Pemakaian Masker Dan Pengukuran Kadar Debu Pada Pekerja Bagian Bongkar Muat Karet Kering Instalasi Belawan PTPN III Tahun 2008, 2008.

USU Repository © 2009

Tabel 4.5 Hasil Pengukuran Kadar Debu No Lokasi/Bagian Nomor

Filter

Lama Pengujian

(menit)

Flowrate (l/menit)

Hasil (mg/m³)

NAB (mg/m³)

1 Gudang Karet Kering 01 60 2 3,30 3,00

2 Gudang Karet Kering 02 60 2 3,25 3,00

3 Gudang Karet Kering 03 60 2 3,35 3,00

Berdasarkan tabel 4.5 diketahui hasil pengukuran kadar debu yang

dilakukan sebanyak tiga kali pengukuran pada bagian gudang karet kering menunjukkan bahwa kadar debu pada bagian karet kering pada filter I sebesar 3,30 mg/m³, filter II sebesar 3,25 mg/m³, dan filter III sebesar 3,35 mg/m³. Kemudian didapat hasil rata-rata kadar debu pada bagian karet kering Instalasi Belawan melewati Nilai Ambang Batas yaitu 3,3 mg/m³.

BAB V PEMBAHASAN

5.1 Karakteristik Responden

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa karakteristik responden bervariasi mulai dari umur, tingkat pendidikan, dan lama kerja. Dari tabel 4.1 dapat diketahui bahwa kelompok umur yang tertinggi adalah berusia 22-27 tahun yaitu berjumlah 5 orang (38,5 %). Tingkat pendidikan responden yang paling tinggi adalah SLTA yaitu sebanyak 8 orang (61,54%). Kemudian berdasarkan lama kerja yang paling tinggi adalah 2-5 tahun dan 6-9 tahun yaitu masing-masing berjumlah 4 orang (30,8%).


(55)

Ramaddan : Gambaran Perilaku Pemakaian Masker Dan Pengukuran Kadar Debu Pada Pekerja Bagian Bongkar Muat Karet Kering Instalasi Belawan PTPN III Tahun 2008, 2008.

USU Repository © 2009

Berdasarkan kelompok umur bahwa kebanyakan pekerja berusia muda, berdasarkan lama kerja masih tergolong baru dan memiliki tingkat pendidikan yang paling tinggi setingkat SMA, hal ini disebabkan karena pekerjaan bongkar muat karet kering adalah pekerjaan yang membutuhkan tenaga yang besar, dan tidak memerlukan tingkat pendidikan yang tinggi.

5.2. Pengetahuan Responden

Pengetahuan responden adalah segala sesuatu yang diketahui pekerja mengenai masker baik manfaat, akibat tidak menggunakannya, dan cara penggunaannya. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa tingkat pengetahuan paling banyak berada pada kategori tahu yaitu 10 orang (76,9 %) dan paling sedikit berada pada kategori tidak tahu sebanyak 3 orang (23,1 %).

Pada umumnya responden sudah tahu pengertian tentang masker (46,2%), bahwa masker adalah alat yang digunakan untuk melindungi dari pernafasan, akibat tidak menggunakan masker dapat menimbulkan gangguan saluran pernafasan (69,2%) dan juga responden sudah mengetahui bahwa pemakaian masker harus dengan kesadaran sendiri tanpa harus diawasi oleh pihak perusahaan (84,6%). Pada dasarnya informasi ini sudah diberikan oleh pihak perusahaan, namun pekerja kurang memahami karena tidak semua pekerja mempunyai pengetahuan yang benar tentang masker itu sendiri.

Responden juga sudah tahu bahwa pemeliharaan masker adalah tanggung jawab pekerja dan seluruh karyawan (61,5%). Namun seluruh responden tidak


(56)

Ramaddan : Gambaran Perilaku Pemakaian Masker Dan Pengukuran Kadar Debu Pada Pekerja Bagian Bongkar Muat Karet Kering Instalasi Belawan PTPN III Tahun 2008, 2008.

USU Repository © 2009

mengetahui nilai ambang batas kadar debu di tempat kerja mereka. Hal ini disebabkan karena karyawan belum pernah mendapatkan informasi tentang Nilai Ambang Batas debu, baik dari luar maupun dari pihak perusahaan. Kebanyakan responden mengetahui bahwa tidak ada sanksi apapun yang akan diberikan perusahaan apabila tidak menggunakan masker (61,5%). Hal ini disebabkan pihak perusahaan tidak pernah memberikan sanksi kepada tenaga kerja apabila tidak menggunakan masker.

Dengan demikian dapat diasumsikan bahwa tingkat pengetahuan responden mengenai masker adalah pada tingkat tahu (know). Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari keseluruhan bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Dalam hal ini responden sudah mengetahui yang disebut dengan masker. Kata kerja untuk mengukur orang tahu tentang sesuatu adalah dapat menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, dan menyatakan (Notoatmodjo, 2003).

Menurut Notoatmodjo (1993) menyatakan bahwa peningkatan pengetahuan tidak selalu menyebabkan perubahan perilaku. Pengetahuan memang merupakan faktor yang penting namun tidak mendasari pada perubahan perilaku kesehatan. Walaupun pekerja mengetahui dampak akibat tidak menggunakan masker, belum tentu mereka mau menggunakannya pada saat bekerja.


(57)

Ramaddan : Gambaran Perilaku Pemakaian Masker Dan Pengukuran Kadar Debu Pada Pekerja Bagian Bongkar Muat Karet Kering Instalasi Belawan PTPN III Tahun 2008, 2008.

USU Repository © 2009

Sikap responden pada penelitian ini adalah sikap yang meliputi persepsi tenaga kerja sehubungan dengan penggunaan masker. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa secara umum responden memiliki tingkat sikap yang sedang yang berjumlah 9 orang (69,2 %) dan terdapat 4 orang (30,8 %) yang mempunyai sikap yang baik.

Pada umumnya responden setuju bahwa masker digunakan untuk menghindari paparan debu (84,6%), dan penggunaan masker yang baik dan benar dapat terhindar dari gangguan pernafasan (76,9%). Responden setuju bahwa kondisi lingkungan kerja yang berdebu dapat mempengaruhi gangguan saluran pernafasan (69,2%). Hal tersebut dipengaruhi oleh pengetahuan responden yang mengerti tentang masker.

Namun terdapat sebagian kecil responden yang setuju dengan adanya pengawasan agar karyawan disiplin menggunakan masker (15,4%), disebabkan karena responden menganggap pengawasan pada waktu bekerja akan lebih diperketat kembali, sehingga dalam bekerja akan merasa terganggu kebebasannya. Responden setuju apabila karyawan tidak menggunakan masker pada saat bekerja akan diberi sanksi (23,1%). Sikap tersebut disebabkan karena kebanyakan karyawan tidak menginginkan sanksi diberikan kepada mereka karena dapat mempengaruhi keberadaan mereka di perusahaan tersebut.

Dengan sikap yang baik ini diharapkan tindakan pemakaian masker akan baik nantinya. Akan tetapi sikap yang baik belum tentu diiringi hasil yang baik pula, seperti menurut (Notoatmodjo,2003) yang menyatakan bahwa sikap belum


(58)

Ramaddan : Gambaran Perilaku Pemakaian Masker Dan Pengukuran Kadar Debu Pada Pekerja Bagian Bongkar Muat Karet Kering Instalasi Belawan PTPN III Tahun 2008, 2008.

USU Repository © 2009

merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku.

5.4. Tindakan Responden

Tindakan responden adalah segala praktek/ perbuatan yang dilakukan responden dalam mencegah terjadinya gangguan kesehatan akibat tingginya kadar debu di lingkungan kerja.

Dari hasil penelitian diperoleh hasil bahwa responden dengan tingkat tindakan yang paling tinggi adalah termasuk dalam kategori sedang yaitu sebanyak 11 orang (84,6 %) dan kategori baik sebanyak 2 orang (15,4%). Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pekerja yang selalu menggunakan masker sebanyak 2 orang (15,4%). Hal ini dipengaruhi oleh tidak tegasnya pihak perusahaan dalam melaksanakan aturan yang telah ditetapkan. Keadaan tersebut cenderung membuat pekerja mengabaikan kewajiban menggunakan masker pada saat bekerja. Sebagian besar tindakan responden menyimpan dan memelihara masker pada tempat yang telah disediakan (69,2%). Perusahaan telah menyediakan tempat untuk menyimpan masker, sehingga karyawan dapat menyimpan masker setelah selesai digunakan. Hanya sebagian kecil responden yang melihat petunjuk penggunaan masker dan mengingatkan teman untuk menggunakan masker pada saaat bekerja (15,4%). Pekerja merasa kondisi tersebut tidaklah begitu penting sehingga cenderung mengabaikannya. Kebanyakan responden merasa tidak nyaman menggunakan masker pada saat bekerja


(59)

Ramaddan : Gambaran Perilaku Pemakaian Masker Dan Pengukuran Kadar Debu Pada Pekerja Bagian Bongkar Muat Karet Kering Instalasi Belawan PTPN III Tahun 2008, 2008.

USU Repository © 2009

(61,5%). Sehingga sangat sedikit sekali karyawan yang selalu menggunakan masker pada saat bekerja.

Setiap tindakan dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan, karena disini responden sadar bahwa kemungkinan hal-hal tersebut ada dan bisa terjadi pada mereka (gangguan kesehatan). Hal ini sesuai dengan teori Health Believe Model oleh Rosenstock, bahwa individu mau melakukan tindakan apabila mereka merasa dirinya rentan terhadap penyakit dan penyakit tersebut adalah masalah yang serius.

5.5. Perilaku Responden

Perilaku responden adalah semua kegiatan atau aktivitas pekerja baik yang diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar. Pada dasarnya bentuk perilaku dapat diamati melalui sikap dan tindakan. Namun perilaku juga dapat bersifat potensial yakni dalam bentuk pengetahuan.

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan terhadap responden dapat diketahui bahwa pengetahuan responden tentang masker sudah cukup baik hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian responden dengan kategori tahu sebanyak 10 orang (76,9%), untuk sikap berada pada kategori sedang yang berjumlah 9 orang (69,2 %) dan untuk tindakan berada pada kategori sedang sebanyak 11 orang (84,6%).

Responden sudah tahu tentang masker, manfaat, serta dampak akibat tidak menggunakannya. Responden juga setuju dengan kondisi lingkungan kerja yang berdebu dapat dihindari dengan menggunakan masker. Namun berdasarkan observasi


(60)

Ramaddan : Gambaran Perilaku Pemakaian Masker Dan Pengukuran Kadar Debu Pada Pekerja Bagian Bongkar Muat Karet Kering Instalasi Belawan PTPN III Tahun 2008, 2008.

USU Repository © 2009

dan wawancara yang dilakukan terhadap responden, hanya 2 (dua) orang yang menggunakan masker pada saat bekerja. Hal ini sesuai dengan teori overt behavior menyebutkan bahwa suatu sikap belum tentu terwujud dalam suatu tindakan.

5.6. Kadar Debu di Bagian Karet Kering

Berdasarkan pengukuran yang telah dilakukan sebanyak tiga kali diketahui bahwa kadar debu pada filter I sebesar 3,3 mg/m³, filter II sebesar 3,25 mg/m³, dan pada filter III sebesar 3,35 mg/m³. Hasil dari ketiga pengukuran kemudian diambil rata-ratanya yaitu sebesar 3,3 mg/m³. Hal ini menunjukkan kadar debu pada bagian tersebut telah melebihi Nilai Ambang Batas yang telah ditetapkan yaitu 3,00 gr/m³. Tingginya kadar debu pada bagian tersebut berasal dari debu talk yang digunakan untuk menjaga kualitas karet kering agar tidak cepat rusak.

Alsegaff, M (1992) menyatakan bahwa debu yang terhirup dalam jumlah yang berlebihan oleh saluran pernafasan dan dalam kurun waktu yang cukup lama, dapat menyebabkan gangguan pada sistem pernafasan dan rasa tidak nyaman pada saat bekerja.

Paparan yang tinggi melalui inhalasi dapat mengakibatkan gangguan pada paru yang bersifat temporer disertai dengan batuk, perasaan yang tidak nyaman, susah bernafas, nafas pendek dan lama-kelamaan dapat berakibat fatal.


(61)

Ramaddan : Gambaran Perilaku Pemakaian Masker Dan Pengukuran Kadar Debu Pada Pekerja Bagian Bongkar Muat Karet Kering Instalasi Belawan PTPN III Tahun 2008, 2008.

USU Repository © 2009

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap tenaga kerja bongkar muat karet kering Instalasi Belawan dapat disimpulkan sebagai berikut :


(62)

Ramaddan : Gambaran Perilaku Pemakaian Masker Dan Pengukuran Kadar Debu Pada Pekerja Bagian Bongkar Muat Karet Kering Instalasi Belawan PTPN III Tahun 2008, 2008.

USU Repository © 2009

1. Perilaku pekerja bongkar muat karet kering dalam hal penggunaan masker masih sangat kurang karena masih banyaknya pekerja yang tidak menggunakan masker pada saat bekerja.

2. Pengetahuan pekerja tentang masker sebagian besar berada pada kategori sedang sebanyak 8 orang (61,5%).

3. Sikap pekerja tentang masker sebagian besar berada pada kategori sedang sebanyak 9 orang (69,2%).

4. Tindakan pekerja tentang masker sebagian besar pada kategori sedang sebanyak 11 orang (84,6%).

5. Kadar debu pada bagian karet kering melebihi NAB yaitu 3,3 gr/m³. Kondisi ini apabila berlangsung dalam waktu yang lama dan perilaku yang buruk dalam hal penggunaan masker akan dapat mempengaruhi saluran pernafasan pada pekerja.

6.2. Saran

Untuk menghindarkan tenaga kerja dari bahaya penyakit yang mungkin dapat timbul, maka disarankan beberapa hal sebagai berikut :


(63)

Ramaddan : Gambaran Perilaku Pemakaian Masker Dan Pengukuran Kadar Debu Pada Pekerja Bagian Bongkar Muat Karet Kering Instalasi Belawan PTPN III Tahun 2008, 2008.

USU Repository © 2009

1. Pihak manajemen harus lebih menegaskan kepada tenaga kerja khususnya dibagian bongkar muat karet kering agar selalu menggunakan alat pelindung diri berupa masker pada saat bekerja.

2. Diupayakan pembuatan ventilasi udara pada gudang karet kering untuk melancarkan aliran udara sehingga dapat mengurangi kadar debu di dalam gudang.

3. Dilakukan pemeriksaan paru kepada tenaga kerja.

4. Memberikan pelatihan kepada tenaga kerja tentang masker agar pengetahuan pekerja dapat lebih baik lagi.


(64)

Ramaddan : Gambaran Perilaku Pemakaian Masker Dan Pengukuran Kadar Debu Pada Pekerja Bagian Bongkar Muat Karet Kering Instalasi Belawan PTPN III Tahun 2008, 2008.

USU Repository © 2009

Alsagaff Hood., Mukty Abdul H.2005, Ilmu Penyakit Paru, Airlangga University Press, Surabaya.

Depkes RI,1994. Pedoman Pengendalian Pencemaran Udara Ambien yang

berhubungan Dengan Kesehatan Masyarakat, Jakarta.

Harrington, J.M., dan Gill, F.S., 2003. Buku Saku Kesehatan Kerja. EGC, Jakarta.

Haryono,2007. Materi Semilokakarya Pengembangan Profesi K-3. Direktorat Bina Kesehatan Kerja, Jakarta

Husni, L.,2006. Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia. PT. Rajagrafindo Persada, Jakarta.

Ikhwan, Z., 2004. Pengaruh Faktor Predisposising, Enabling, Reinforcing,

Terhadap Perilaku Pengurus Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) di PT Semen Andalas Indonesia Belawan.

Skripsi, FKM-USU, Medan.

Hakim, L., 2004. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan Alat

Pelindung Diri (APD) Oleh Pekerja Radiasi Pada Instalasi Radiologi Rumah Sakit Di Wilayah Kota Palembang Tahun 2004. Thesis, Program

Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Jakarta.

Mardi, Moch, 2004. Hubungan Perilaku Dan Lingkungan Kerja Dengan

Timbulnya Kecelakaan Akibat Kerja Pada Tenaga Kerja Bongkar Muat : Studi Observasional Di Pelabuhan Lembar NTB, Thesis, Program Studi

Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga, Surabaya.

Muhammad Amin, 1996. PPOM : Polusi Udara, Rokok Alfa-1 Antiripsin, Penerbit Airlangga.

Notoatmodjo, S.,1993. Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku


(65)

Ramaddan : Gambaran Perilaku Pemakaian Masker Dan Pengukuran Kadar Debu Pada Pekerja Bagian Bongkar Muat Karet Kering Instalasi Belawan PTPN III Tahun 2008, 2008.

USU Repository © 2009

Notoatmodjo, S.,2003. Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku

Kesehatan. Andi Offset, Jakarta.

Nurianti, I., 2006. Gambaran Kadar Debu dan Gejala Gangguan Sistem

Pernafasan Pada Pekerja di Stasiun Boiler dan Kernel Pabrik Kelapa Sawit Rambutan PT. Perkebunan Nusantara III Tebing Tinggi Tahun 2006. Skripsi, FKM-USU, Medan.

Sulistomo, A., 2001. Penyakit Akibat Kerja dan Penyakit yang Berhubungan

Dengan Pekerjaan. Makalah Seminar K3 RS. Persahabatan Jakarta, Penerbit

Universitas Indonesia (UI-Press), Jakarta.

Suma’mur P.K.,1996, Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. PT. Toko Gunung Mas, Jakarta.

Tambusai, M., 2001. Pengawasan Kesehatan dan Keselamatan Kerja Untuk

meningkatkan Produktivitas kerja. Makalah Seminar K3 RS. Persahabatan

Jakarta, Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press), Jakarta.

__________, 1970, Undang Undang Nomor 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja.

, 1992, Undang- Undang Nomor 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan.

, 1997, Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja Nomor: SE-01/MEN/1997 tentang Nilai Ambang Batas faktor kimia di udara lingkungan kerja.

__________, 2002, Keputusan Menteri Perhubungan No : Km 14 Tahun 2002 Tentang Penyelenggaraan dan Pengusahaan Bongkar Muat Barang Dari Dan Ke Kapal.

__________, 2003, Profil Instalasi Belawan PTPN III


(66)

Ramaddan : Gambaran Perilaku Pemakaian Masker Dan Pengukuran Kadar Debu Pada Pekerja Bagian Bongkar Muat Karet Kering Instalasi Belawan PTPN III Tahun 2008, 2008.


(1)

Ramaddan : Gambaran Perilaku Pemakaian Masker Dan Pengukuran Kadar Debu Pada Pekerja Bagian Bongkar Muat Karet Kering Instalasi Belawan PTPN III Tahun 2008, 2008.

USU Repository © 2009

1. Perilaku pekerja bongkar muat karet kering dalam hal penggunaan masker masih sangat kurang karena masih banyaknya pekerja yang tidak menggunakan masker pada saat bekerja.

2. Pengetahuan pekerja tentang masker sebagian besar berada pada kategori sedang sebanyak 8 orang (61,5%).

3. Sikap pekerja tentang masker sebagian besar berada pada kategori sedang sebanyak 9 orang (69,2%).

4. Tindakan pekerja tentang masker sebagian besar pada kategori sedang sebanyak 11 orang (84,6%).

5. Kadar debu pada bagian karet kering melebihi NAB yaitu 3,3 gr/m³. Kondisi ini apabila berlangsung dalam waktu yang lama dan perilaku yang buruk dalam hal penggunaan masker akan dapat mempengaruhi saluran pernafasan pada pekerja.

6.2. Saran

Untuk menghindarkan tenaga kerja dari bahaya penyakit yang mungkin dapat timbul, maka disarankan beberapa hal sebagai berikut :


(2)

Ramaddan : Gambaran Perilaku Pemakaian Masker Dan Pengukuran Kadar Debu Pada Pekerja Bagian Bongkar Muat Karet Kering Instalasi Belawan PTPN III Tahun 2008, 2008.

USU Repository © 2009

1. Pihak manajemen harus lebih menegaskan kepada tenaga kerja khususnya dibagian bongkar muat karet kering agar selalu menggunakan alat pelindung diri berupa masker pada saat bekerja.

2. Diupayakan pembuatan ventilasi udara pada gudang karet kering untuk melancarkan aliran udara sehingga dapat mengurangi kadar debu di dalam gudang.

3. Dilakukan pemeriksaan paru kepada tenaga kerja.

4. Memberikan pelatihan kepada tenaga kerja tentang masker agar pengetahuan pekerja dapat lebih baik lagi.


(3)

Ramaddan : Gambaran Perilaku Pemakaian Masker Dan Pengukuran Kadar Debu Pada Pekerja Bagian Bongkar Muat Karet Kering Instalasi Belawan PTPN III Tahun 2008, 2008.

USU Repository © 2009

Alsagaff Hood., Mukty Abdul H.2005, Ilmu Penyakit Paru, Airlangga University Press, Surabaya.

Depkes RI,1994. Pedoman Pengendalian Pencemaran Udara Ambien yang

berhubungan Dengan Kesehatan Masyarakat, Jakarta.

Harrington, J.M., dan Gill, F.S., 2003. Buku Saku Kesehatan Kerja. EGC, Jakarta.

Haryono,2007. Materi Semilokakarya Pengembangan Profesi K-3. Direktorat Bina Kesehatan Kerja, Jakarta

Husni, L.,2006. Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia. PT. Rajagrafindo Persada, Jakarta.

Ikhwan, Z., 2004. Pengaruh Faktor Predisposising, Enabling, Reinforcing,

Terhadap Perilaku Pengurus Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) di PT Semen Andalas Indonesia Belawan.

Skripsi, FKM-USU, Medan.

Hakim, L., 2004. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan Alat

Pelindung Diri (APD) Oleh Pekerja Radiasi Pada Instalasi Radiologi Rumah Sakit Di Wilayah Kota Palembang Tahun 2004. Thesis, Program

Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Jakarta.

Mardi, Moch, 2004. Hubungan Perilaku Dan Lingkungan Kerja Dengan Timbulnya Kecelakaan Akibat Kerja Pada Tenaga Kerja Bongkar Muat : Studi Observasional Di Pelabuhan Lembar NTB, Thesis, Program Studi

Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga, Surabaya.

Muhammad Amin, 1996. PPOM : Polusi Udara, Rokok Alfa-1 Antiripsin, Penerbit Airlangga.

Notoatmodjo, S.,1993. Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku


(4)

Ramaddan : Gambaran Perilaku Pemakaian Masker Dan Pengukuran Kadar Debu Pada Pekerja Bagian Bongkar Muat Karet Kering Instalasi Belawan PTPN III Tahun 2008, 2008.

USU Repository © 2009

Notoatmodjo, S.,2003. Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku

Kesehatan. Andi Offset, Jakarta.

Nurianti, I., 2006. Gambaran Kadar Debu dan Gejala Gangguan Sistem

Pernafasan Pada Pekerja di Stasiun Boiler dan Kernel Pabrik Kelapa Sawit Rambutan PT. Perkebunan Nusantara III Tebing Tinggi Tahun 2006. Skripsi, FKM-USU, Medan.

Sulistomo, A., 2001. Penyakit Akibat Kerja dan Penyakit yang Berhubungan

Dengan Pekerjaan. Makalah Seminar K3 RS. Persahabatan Jakarta, Penerbit

Universitas Indonesia (UI-Press), Jakarta.

Suma’mur P.K.,1996, Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. PT. Toko Gunung Mas, Jakarta.

Tambusai, M., 2001. Pengawasan Kesehatan dan Keselamatan Kerja Untuk

meningkatkan Produktivitas kerja. Makalah Seminar K3 RS. Persahabatan

Jakarta, Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press), Jakarta.

__________, 1970, Undang Undang Nomor 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja.

, 1992, Undang- Undang Nomor 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan.

, 1997, Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja Nomor: SE-01/MEN/1997 tentang Nilai Ambang Batas faktor kimia di udara lingkungan kerja.

__________, 2002, Keputusan Menteri Perhubungan No : Km 14 Tahun 2002 Tentang Penyelenggaraan dan Pengusahaan Bongkar Muat Barang Dari Dan Ke Kapal.

__________, 2003, Profil Instalasi Belawan PTPN III


(5)

Ramaddan : Gambaran Perilaku Pemakaian Masker Dan Pengukuran Kadar Debu Pada Pekerja Bagian Bongkar Muat Karet Kering Instalasi Belawan PTPN III Tahun 2008, 2008.


(6)

Ramaddan : Gambaran Perilaku Pemakaian Masker Dan Pengukuran Kadar Debu Pada Pekerja Bagian Bongkar Muat Karet Kering Instalasi Belawan PTPN III Tahun 2008, 2008.