Pengukuran Kadar Debu Dan Perilaku Pekerja Serta Keluhan Kesehatan Di Tempat Pertukangan Kayu Desa Tembung Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2010

(1)

TAHUN 2010

SKRIPSI

OLEH :

KIKI MAYASARI NIM. 051000128

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2011


(2)

PENGUKURAN KADAR DEBU DAN PERILAKU PEKERJA SERTA KELUHAN KESEHATAN DI TEMPAT PERTUKANGAN KAYU

DESA TEMBUNG KECAMATAN PERCUT SEI TUAN TAHUN 2010

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH :

KIKI MAYASARI NIM. 051000128

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2011


(3)

HALAMAN PENGESAHAN Skripsi Dengan Judul :

PENGUKURAN KADAR DEBU DAN PERILAKU PEKERJA SERTA KELUHAN KESEHATAN DI TEMPAT PERTUKANGAN KAYU

DESA TEMBUNG KECAMATAN PERCUT SEI TUAN TAHUN 2010

Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh : KIKI MAYASARI

NIM. 051000128

Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 17 Maret 2011 dan

Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima Tim Penguji

Ketua penguji

Ir. Evi Naria, M.Kes

NIP. 19680320 199303 2 001

Penguji I

Dr. Irnawati Marsaulina, MS NIP. 19650109 199403 2 002 Penguji II

dr. Wirsal Hasan, MPH NIP. 19491119 198701 1 001

Penguji III

Ir. Indra Chahaya, M.Si NIP. 19681101 199303 2 005 Medan, Maret 2011

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Dekan,

Dr. Drs. Surya Utama, MS NIP. 19610831 198903 1 001


(4)

ABSTRAK

Paparan debu di ruangan kerja secara tidak langsung akan menimbulkan berbagai gangguan kesehatan seperti gangguan pada pernafasan dan iritasi kulit yang akan mempengaruhi produktivitas kerja. Gangguan kesehatan dapat dipengaruhi oleh tingkat kadar debu di ruangan dan perilaku pekerja dalam pengendalian paparan debu kayu seperti penggunaan alat pelindung diri (APD).

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar debu dan perilaku pekerja serta keluhan kesehatan di tempat pertukangan kayu Desa Tembung Kecamatan Percut Sei Tuan.

Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan rancangan cross sectional study. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 36 orang. Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner yang terdiri dari pengetahuan, sikap dan tindakan pekerja serta keluhan kesehatan pekerja. Alat pengukuran kadar debu kayu yang digunakan adalah HVAS (High Volume Air Sampler).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar tingkat pengetahuan (55,6%), sikap (66,7%) dan tindakan (55,6%) pekerja pada kategori baik. Sebanyak 26 orang (72,8%) bekerja di ruangan dengan kadar debu di atas baku mutu (≥ 0,15 mg/m³). Semua pekerja mengalami keluhan kesehatan, dimana jenis keluhan kesehatan yang dialami oleh pekerja adalah batuk /sesak dada (83,2%), gatal-gatal kulit (13,9%), dan iritasi mata/mata merah (2,8%).

Disarankan bagi pemilik usaha pertukangan kayu di Desa Tembung untuk menyediakan alat pelindung diri bagi setiap pekerja dan memberikan penyuluhan kepada para pekerja tentang bahaya debu kayu bagi kesehatan supaya perilaku pekerja lebih baik lagi terutama dalam kebiasaan merokok pada saat bekerja dan pentingnya penggunaan alat pelindung diri.


(5)

ABSTRACT

Expose to dust in working room will indirectly lead to various health disorders such as respiratory disorder and skin irritation that have impact on productivity. The health disorders can be influenced by dust content in the working room and the attitude of workers for controlling the expose to wood-dust as in use of self-protective device.

The objective of the study is to know the content of dust and attitudes of the workers and even their health complaints in the timber processing area of Tembung Village, Percut Sei Tuan Subregency.

The type of the study is a descriptive using a cross-sectional study. There are 36 samples of the study. The data were collected by using questionnaire comprising knowledge, attitude, and action of the workers and even their health complaints. The measuring instrument of wood-dust content used is HVAS (High Volume Air Sampler).

The result of the study showed that majority of knowledge (55,6%), attitude (66,7%) and practice (55,6%) of the workers were classified into good category. As much 26 samples (72.8%) worked in the room with the dust content over standard (≥ 0,15 mg/m3). All the workers have health complaints such as cough /stuffiness (83,2%), skin irritation (13,9%), and eyes irritation /bruised eyes (2,8%).

It is suggested that the owners of the timber processing business of Tembung village to provide the workers with guidelines of the danger of wood-dust for their health status that they are better especially to avoid smoking cigarette when working and the importance of self-protective device.


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Kiki Mayasari

Tempat / Tanggal Lahir : Medan, 16 Oktober 1987

Agama : Islam

Satus Perkawinan : Kawin

Jumlah Saudara : 6 (enam) orang

Alamat : Jln. Beringin Psr. VII No. 91 Tembung - Medan

Riwayat Pendidikan

1. SD Negeri No. 101768 Tembung : Tahun 1994 – 1999 2. SLTP Swasta Sabilina Tembung : Tahun 1999 – 2002 3. SMU UISU Medan : Tahun 2002 – 2005 4. Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) USU : Tahun 2005 – 2011


(7)

KATA PENGANTAR

Dengan selesainya skripsi ini, penulis mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena berkat Ridho dan KaruniaNya jua penulisan skripsi yang berjudul “Pengukuran Kadar Debu Dan Perilaku Pekerja Serta Keluhan Kesehatan Di Tempat Pertukangan Kayu Desa Tembung Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2010”, dapat terwujud.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terimakasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Ir. Evi Naria, M.Kes, selaku ketua Departemen Kesehatan Lingkungan FKM-USU, dan sekaligus sebagai dosen pembimbing skripsi I..

3. Ibu Dr. Dra. Irnawati M., M.S, selaku dosen pembimbing skripsi II. 4. Ibu dr. Linda Trimurni Maas, selaku dosen pembimbing akademik

5. Bapak Rohim, Lilik, Anton, Cunang, Slamet, selaku pengusaha pertukangan kayu di Desa Tembung beserta seluruh pekerja

6. Seluruh dosen dan staf Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, Khususnya Departemen Kesehatan Lingkungan.

7. Seluruh keluarga yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan studi di FKM USU

8. Buat Papa dan Ibu serta seluruh keluargaku tercinta, Abang dan Kakaku yang senantiasa mendukung dan mendoakan dalam penyelesaian skripsi ini.


(8)

9. Buat orang yang kusayangi ”Fauzi” yang telah banyak membantu dan senantiasa memberikan dukungan dalam penyelesaian skripsi ini.

10.Buat sahabat-sahabatku yang manis Tri, Ayu, Ratna, Ria, Gita, Wiwik, Nova, Geby, Asri, Yani, dan Efrata, yang senantiasa mendoakan dalam penyusunan skripsi ini.

Kiranya Allah SWT akan membalas semua kebaikan dan bantuan yang telah penulis terima selama ini. Semoga Allah SWT melimpahkan berkat dan rahmat-Nya bagi kita semua. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca khususnya keluarga besar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Medan, Maret 2011 Penulis

Kiki Mayasari Nim. 051000128


(9)

DAFTAR ISI

Abstrak ... i

Abstract ... ii

Daftra Riwayat Hidup ... iii

Kata Pengantar ... iv

Daftar isi... vi

Daftar Tabel ... viii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan Penelitian ... 5

1.3.1. Tujuan Umum ... 5

1.3.2. Tujuan khusus ... 6

1.4. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pencemaran Udara ... 7

2.2. Sifat dan Karakteristik Debu... 8

2.3. Jenis debu ... 10

2.4. Sumber-Sumber Debu... 11

2.5. Pengukuran Kadar Debu di Udara ... 12

2.6. Nilai Ambang Batas (NAB) Untuk Debu ... 13

2.7. Pengaruh Debu Terhadap Kesehatan Manusia ... 14

2.8. Pengendalian Paparan Debu di Ruangan Kerja ... 17

2.9. Alat Pelindung Diri (APD) ... 20

2.9.1 Pengertian APD... 20

2.9.2 Syarat-Syarat APD ... 20

2.9.3 Macam-Macam Alat pelindung Diri ... 21

2.9.4 Tujuan dan Manfaat Pemakaian APD... 23

2.10. Perilaku kerja ... 24

2.10.1. Pengetahuan (Knowledge) ... 24

2.10.2 Sikap (Attitude) ... 26

2.10.3 Tindakan (Practise)... 27

2.11. Kerangka Konsep ... 28

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 29

3.2 Lokasi Penelitian... 29

3.3. Populasi dan Sampel ... 29

3.3.1 Populasi ... 29

3.3.2 Sampel... 29


(10)

3.5 Metode Pengumpulan Data ... 30

3.5.1 Data Primer ... 30

3.5.2 Data Sekunder ... 30

3.6 Metode Pengukuran Kadar Debu Kayu ... 30

3.7 Defenisi Operasional... 31

3.8 Aspek pengukuran ... 32

3.9. Teknik Analisa Data... 34

BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Usaha Pertukangan Kayu di Desa Tembung ... 35

4.2. Gambaran Umum Responden ... 36

4.2.1.Distribusi Responden Menurut Umur ... 36

4.2.2. Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan ... 37

4.2.3. Distribusi Responden Menurut Lama Kerja ... 37

4.3. Hasil Pengukuran Kadar Debu... 38

4.4. Gambaran Perilaku Responden ... 40

4.4.1. Pengetahuan Responden ... 40

4.4.2.Sikap Responden... 43

4.4.3.Tindakan Responden... 45

4.5. Keluhan Kesehatan Responden... 47

4.5.1. Jenis Keluhan Kesehatan ... 47

4.5.2. Saat Merasakan Keluhan Kesehatan ... 48

4.5.3. Upaya Pengobatan ... 48

4.5.4.Tabulasi Silang Antara Kadar Debu Ruangan dengan Jenis Keluhan Kesehatan ... 49

4.5.5.Tabulasi Silang Antara Pengetahuan dengan Tindakan Responden ... 50

4.5.6.Tabulasi Silang Antara Sikap dengan Tindakan Responden .. 50

4.5.7.Tabulasi Silang Antara Tindakan dengan Jenis Keluhan Kesehatan ... 51

BAB V PEMBASAHAN 5.1. Konstruksi Tempat Pertukangan Kayu ... 52

5.2. Kadar Debu dan Keluhan Kesehatan Pekerja ... 55

5.3. Perilaku Pekerja ... 55

5.3.1. Pengetahuan dan Tindakan Pekerja ... 56

5.3.2. Sikap dan Tindakan Pekerja... 56

5.2.3. Tindakan dan Keluhan Kesehatan Pekerja... 58

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ... 60

6.2. Saran ... 60 DAFTAR PUSTAKA


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Jenis Debu Yang Dapat Menimbulkan Gangguan Kesehatan Pada Manusia ... 11 Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur di Usaha Pertukangan Kayu

Desa Tembung Tahun 2010 ... 36 Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Usaha

Pertukangan Kayu Desa Tembung Tahun 2010 ... 37 Tabel 4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Lama Kerja di Tempat

Pertukangan Kayu di Usaha Pertukangan Kayu Desa Tembung Tahun 2010 ... 37 Tabel 4.4. Hasil Pengukuran Kadar Debu kayu Untuk Setiap Ruangan di

Tempat Pertukangan Kayu di Usaha Pertukangan Kayu Desa Tembung Tahun 2010 ... 38 Tabel 4.5. Distribusi Responden yang Bekerja Di Ruangan dengan Kadar Debu

Di bawah dan Di atas Baku Mutu di Usaha Pertukangan Kayu Desa Tembung Tahun 2010 ... 39 Tabel 4.6. Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Pengetahuan Tentang

Paparan Debu Kayu di Usaha Pertukangan Kayu Desa Tembung Tahun 2010 ... 40 Tabel 4.7 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan di Usaha

Pertukangan Kayu Desa Tembung Tahun 2010 ... 43 Tabel 4.8. Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Sikap Tentang Paparan

Debu Kayu di Usaha Pertukangan Kayu Desa Tembung Tahun 2010 . 43 Tabel 4.9 Distribusi Responden Berdasarkan Sikap di Usaha Pertukangan Kayu

Desa Tembung Tahun 2010 ... 45 Tabel 4.10. Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Tindakan Dalam

Pengendalian Paparan Debu Kayu di Usaha Pertukangan Kayu Desa Tembung Tahun 2010 ... 45 Tabel 4.11 Distribusi Responden Berdasarkan Tindakan di Usaha Pertukangan


(12)

Tabel 4.12 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Keluhan Kesehatan di Usaha Pertukangan Kayu Desa Tembung Tahun 2010 ... 47 Tabel 4.13 Distribusi Responden Berdasarkan Saat Merasakan Keluhan

Kesehatan di Usaha Pertukangan Kayu Desa Tembung Tahun 2010... 48 Tabel 4.14 Distribusi Responden Berdasarkan Upaya Pengobatan di Usaha

Pertukangan Kayu Desa Tembung Tahun 2010 ... 49 Tabel 4.15. Tabulasi Silang Antara Jenis Keluhan Kesehatan Berdasarkan Kadar

Debu Ruangan... 49 Tabel 4.16. Tabulasi Silang Antara Pengetahuan dengan Tindakan Responden... 50 Tabel 4.17. Tabulasi Silang Antara Sikap Berdasarkan Tindakan Responden ... 51 Tabel 4.18. Tabulasi Silang Antara Jenis Keluhan Kesehatan Berdasarkan


(13)

ABSTRAK

Paparan debu di ruangan kerja secara tidak langsung akan menimbulkan berbagai gangguan kesehatan seperti gangguan pada pernafasan dan iritasi kulit yang akan mempengaruhi produktivitas kerja. Gangguan kesehatan dapat dipengaruhi oleh tingkat kadar debu di ruangan dan perilaku pekerja dalam pengendalian paparan debu kayu seperti penggunaan alat pelindung diri (APD).

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar debu dan perilaku pekerja serta keluhan kesehatan di tempat pertukangan kayu Desa Tembung Kecamatan Percut Sei Tuan.

Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan rancangan cross sectional study. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 36 orang. Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner yang terdiri dari pengetahuan, sikap dan tindakan pekerja serta keluhan kesehatan pekerja. Alat pengukuran kadar debu kayu yang digunakan adalah HVAS (High Volume Air Sampler).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar tingkat pengetahuan (55,6%), sikap (66,7%) dan tindakan (55,6%) pekerja pada kategori baik. Sebanyak 26 orang (72,8%) bekerja di ruangan dengan kadar debu di atas baku mutu (≥ 0,15 mg/m³). Semua pekerja mengalami keluhan kesehatan, dimana jenis keluhan kesehatan yang dialami oleh pekerja adalah batuk /sesak dada (83,2%), gatal-gatal kulit (13,9%), dan iritasi mata/mata merah (2,8%).

Disarankan bagi pemilik usaha pertukangan kayu di Desa Tembung untuk menyediakan alat pelindung diri bagi setiap pekerja dan memberikan penyuluhan kepada para pekerja tentang bahaya debu kayu bagi kesehatan supaya perilaku pekerja lebih baik lagi terutama dalam kebiasaan merokok pada saat bekerja dan pentingnya penggunaan alat pelindung diri.


(14)

ABSTRACT

Expose to dust in working room will indirectly lead to various health disorders such as respiratory disorder and skin irritation that have impact on productivity. The health disorders can be influenced by dust content in the working room and the attitude of workers for controlling the expose to wood-dust as in use of self-protective device.

The objective of the study is to know the content of dust and attitudes of the workers and even their health complaints in the timber processing area of Tembung Village, Percut Sei Tuan Subregency.

The type of the study is a descriptive using a cross-sectional study. There are 36 samples of the study. The data were collected by using questionnaire comprising knowledge, attitude, and action of the workers and even their health complaints. The measuring instrument of wood-dust content used is HVAS (High Volume Air Sampler).

The result of the study showed that majority of knowledge (55,6%), attitude (66,7%) and practice (55,6%) of the workers were classified into good category. As much 26 samples (72.8%) worked in the room with the dust content over standard (≥ 0,15 mg/m3). All the workers have health complaints such as cough /stuffiness (83,2%), skin irritation (13,9%), and eyes irritation /bruised eyes (2,8%).

It is suggested that the owners of the timber processing business of Tembung village to provide the workers with guidelines of the danger of wood-dust for their health status that they are better especially to avoid smoking cigarette when working and the importance of self-protective device.


(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.3. Latar Belakang

Udara merupakan komponen lingkungan yang sangat diperlukan bagi kelangsungan hidup manusia. Energi yang diperlukan manusia untuk melaksanakan semua aktifitas diperoleh dari pembakaran zat makanan dengan menggunakan oksigen. Oksigen tersebut diperoleh dari udara melalui pernapasan. Dengan demikian, pengambilan udara oleh tubuh dilakukan secara terus-menerus. Setiap hari, jumlah udara yang keluar masuk saluran pernapasan sekitar 10 m3 per orang. Hal ini berarti organ pernapasan terpapar secara terus-menerus oleh partikel-partikel yang terdapat dalam udara, termasuk partikel berbahaya yang dapat menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan. Kualitas udara sangat berpengaruh terhadap kesehatan seseorang, terutama terhadap alat pernapasan (Anderson, 1999).

Kemajuan dalam bidang industri di Indonesia memberikan berbagai dampak positif yaitu terbentuknya lapangan kerja, membaiknya sarana transportasi dan komunikasi serta meningkatnya taraf sosial ekonomi masyarakat. Suatu kenyataan yang perlu disadari bahwa perkembangan kegiatan industri secara umum juga merupakan sektor yang sangat potensial sebagai sumber pencemaran yang akan merugikan bagi kesehatan dan lingkungan (Alsagraff,1993).

Industri pengolahan kayu merupakan salah satu industri yang pertumbuhannya sangat pesat, hal ini berkaitan dengan konsumsi hasil hutan yang mencapai 33 juta m3 per tahun. Konsumsi hasil hutan yang sedemikian besar itu antara lain diserap oleh industri plywood, sawmill, furniture, partikel board dan pulp


(16)

kertas. Industri-industri tersebut berpotensi untuk menimbulkan kontaminasi di udara tempat kerja berupa debu kayu. Karena sekitar 10 sampai 13% dari kayu yang di gergaji akan berbentuk debu kayu (Alsagraff, 1993).

Industri pengolahan kayu membutuhkan penggunaan bahan baku alami yang besar seperti : kayu jati, meranti, mahoni, pinus dan lain-lain. Eksploitasi sumber daya alam ini berpotensi dalam terjadinya kerusakan lingkungan yang sangat besar, disamping itu melalui proses fisik dalam pengolahan bahan baku cenderung menghasilkan polusi seperti partikel debu kayu (Alsagraff, 1993).

Salah satu dampak negatif dari industri pengolahan kayu adalah timbulnya pencemaran udara oleh debu yang timbul pada proses pengolahan atau hasil industri tersebut. Debu kayu ini akan mencemari daerah industri dan lingkungannya sehingga pekerja maupun masyarakat di sekitar industri dapat terpapar oleh debu baik karena bahan baku, bahan antara ataupun produk akhir. Bahan pencemar tersebut dapat berpengaruh terhadap lingkungan dan manusia (Anderson, 1999).

Berbagai faktor berpengaruh dalam timbulnya penyakit atau gangguan pada saluran napas akibat debu. Faktor tersebut adalah faktor debu yang meliputi ukuran partikel, bentuk, konsentrasi, daya larut dan sifat kimiawi, serta lama paparan. Faktor individu meliputi mekanisme pertahanan paru, anatomi dan fisiologi saluran napas serta faktor imunologis. Penilaian paparan pada manusia perlu dipertimbangkan antara lain sumber paparan/jenis pabrik, lamanya paparan, paparan dari sumber lain, pola aktivitas sehari-hari, dan faktor penyerta yang potensial seperti umur, gender, etnis, kebiasaan merokok, faktor allergen (Yunus, 1997).


(17)

Debu sebagai komponen dari faktor kimia yang merupakan salah satu faktor lingkungan kerja yang dapat mempengaruhi produktivitas kerja. Berdasarkan penelitian Dewi (2009), 34,3% penyakit pekerja pertukangan kayu dipengaruhi oleh debu kayu, seperti sesak nafas dan batuk. Pengaruh debu terhadap produktivitas kerja dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung. Pengaruh secara langsung terhadap kenyamanan kerja tentunya akan mengganggu waktu penyelesaian kerja dan hasil pekerjaan (gangguan psikologis).

Astono dan Sudarja (2002), yang mengadakan penelitian terhadap 2000 sampel tenaga kerja industri polywood di Kalimantan Selatan tahun 1998-1999 menemukan bahwa 35% atau 969 orang tenaga kerja menderita penyakit kulit dan 21% adalah penyakit jenis dermatitis kontak.

Faktor resiko terjadinya gangguan obstruksi sama halnya dengan penyakit obstruksi saluran nafas lainnya yaitu polusi udara dan kebiasaan merokok sehingga dapat menurunkan sistem pertahanan tubuh, semakin banyak merokok maka semakin parahlah penyakit tersebut (Mawardi, 2010). Sedangkan secara tidak langsung kehadiran debu dapat menimbulkan berbagai gangguan kesehatan seperti gangguan pernafasan, iritasi mata dan kulit (gangguan fisiologis) yang akan mempengaruhi produktivitas pekerja karena pekerja menderita sakit.

Pada dasarnya debu kayu sama dengan karakteristik debu pada umumnya, hanya komponen dan ukurannya saja yang berbeda sehingga pengaruh yang ditimbulkan debu kayu terhadap kesehatan pekerja juga tidak jauh berbeda dengan pengaruh yang ditimbulkan oleh debu pada umumnya (Asiah, 2008).


(18)

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1405/Menkes/SK/XV/2002 tanggal 19 November 2002, pada lampiran I tentang Persyaratan dan tata cara penyelenggaraan kesehatan lingkungan kerja perkantoran. Adapun kandungan debu maksimal di dalam udara ruangan dalam pengukuran debu rata-rata 8 jam adalah 0,15mg/m³.

Debu kayu merupakan salah satu bahaya potensial terhadap kesehatan pekerja terutama bagian pengolahan kayu. Apabila terhirup dapat masuk ke saluran pernafasan akan terjadi penimbunan debu dalam paru-paru yang dapat menyebabkan kelainan fungsi paru-paru dan jika kontak langsung dengan kulit akan timbul gatal pada kulit seperti alergi atau penyakit kulit lainnya yang dikenal dengan dermatosis (Suma’mur 1996).

Pada jenis usaha pertukangan kayu, debu dapat berasal dari proses pemotongan kayu, pengetaman, dan penghalusan atau pengamplasan yang dapat menyebar keseluruh ruangan kerja khususnya tempat pengolahan kayu. Debu yang dihasilkan dari usaha perkayuan mempunyai potensi untuk menyebabkan pneumokoniosis yaitu terjadinya penimbunan debu di paru-paru dan jika tidak di antisipasi dengan segera akan menyebabkan penyumbatan dan kerusakan jaringan paru-paru (Asiah, 2008).

Pengamatan awal yang dilakukan terhadap 5 (lima) usaha pertukangan kayu serta wawancara singkat kepada beberapa pekerjanya, diketahui bahwa semua pekerja memiliki keluhan kesehatan akibat paparan debu kayu, dimana jenis keluhan kesehatan yang mereka alami berbeda-beda. Hal ini dapat dipengaruhi oleh tingkat


(19)

pengendalian paparan debu kayu seperti penggunaan alat pelindung diri (APD) dan merokok saat bekerja. Menurut Suma’mur (1996), paparan debu di ruangan kerja secara tidak langsung akan menimbulkan berbagai gangguan atau keluhan kesehatan seperti gangguan pada pernafasan dan iritasi kulit yang akan mempengaruhi produktivitas kerja

Berdasarkan latar belakang di atas, maka perlu dilakukan penelitian tentang kadar debu dan perilaku pekerja serta keluhan kesehatan di tempat pertukangan kayu Desa Tembung Kecamatan Percut Sei Tuan.

1.4. Perumusan Masalah

Dari uraian di atas diketahui bahwa usaha pertukangan kayu banyak menghasilkan debu kayu yang menyebar di ruangan kerja, sehingga bagi para pekerja yang tidak menggunakan alat pelindung diri yang memadai dikawatirkan dapat menimbulkan gangguan kesehatan. Untuk itu perlu diketahui kadar debu dan perilaku pekerja serta keluhan kesehatan di tempat pertukangan kayu Desa Tembung Kecamatan Percut Sei Tuan.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar debu dan perilaku pekerja serta keluhan kesehatan di tempat pertukangan kayu Desa Tembung Kecamatan Percut Sei Tuan.


(20)

1.3.2. Tujuan khusus

1. Untuk mengetahui kadar debu yang dihasilkan pada saat proses pemotongan, pengetaman dan pengamplasan kayu di 5 (lima) usaha pertukangan kayu.

2. Untuk mengetahui pengetahuan pekerja tentang paparan debu yang dihasilkan dari usaha pertukangan kayu.

3. Untuk mengetahui sikap pekerja tentang paparan debu yang dihasilkan dari usaha pertukangan kayu.

4. Untuk mengetahui tindakan pekerja tentang paparan debu yang dihasilkan dari usaha pertukangan kayu.

5. Untuk mengetahui keluhan kesehatan yang terjadi pada pekerja.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Sebagai informasi dan bahan masukan bagi pekerja dan pengusaha terhadap kadar debu yang dapat mempengaruhi kesehatan.

2. Sebagai bahan pertimbangan bagi instansi terkait dalam membuat kebijakan dan pengambilan keputusan untuk menciptakan lingkungan kerja yang aman, nyaman dan sehat.


(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pencemaran Udara

Udara merupakan campuran berbagai macam gas yang terdapat pada lapisan yang mengelilingi bumi. Komposisi campuran gas tersebut tidak selalu konstan, karena masih ada zat-zat atau bahan-bahan atau komponen lain yang masuk sehingga komposisi udara tersebut berubah. Penambahan benda–benda (partikel) atau gas – gas asing di luar ketentuan komposisi alamiah maupun penambahan komponen dalam jumlah yang berlebihan, sekalipun sama dengan komponen udara atmosfer dapat mengakibatkan suatu proses yang disebut polusi atau pencemaran udara (Ryadi, 1988).

Pencemaran udara dapat bersumber dari beberapa gas seperti sulfur dioksida, hydrogen sulfida dan karbon monoksida yang selalu bebas di udara sebagai produk sampingan dari proses – proses alami seperti aktivitas vulkanik, pembusukan sampah tanaman, kebakaran hutan dan sebagainya. Selain itu, partikel – partikel padatan atau cairan berukuran kecil dapat tersebar di udara oleh angina, letusan vulkanik atau gangguan alam lainnya. Pencemaran udara juga dapat disebabkan oleh aktivitas manusia (Fardiaz, 1992).

Polusi udara merupakan salah satu masalah kesehatan yang penting. Dampak buruk polusi udara pada kesehatan mulai banyak dibicarakan setelah timbulnya beberapa kejadian di Belgia tahun 1930, di Pennsylvania tahun 1948 dan di London pada tahun 1952. Pada kejadian–kejadian tersebut, timbul stagnansi udara yang mengakibatkan peningkatan jumlah bahan polutan di udara, khususnya sulfur


(22)

dioksida dan partikel lainnya dengan peningkatan angka kematian secara tajam (Aditama, 1992).

Fardiaz, (1992) membedakan jenis polutan udara primer atau polutan yang mencakup 90% dari jumlah polutan udara seluruhnya menjadi lima kelompok, yaitu Karbon monoksida, Nitrogen oksida, Hidrokarbon, Sulfur Dioksida,dan Partikel. Toksisitas kelima kelompok polutan tersebut berbeda-beda, polutan yang paling berbahaya bagi kesehatan adalah partikel-partikel.

Pencemaran udara pada prinsipnya dapat terjadi dimana saja termasuk areal pertukangan kayu. Pencemaran udara adalah adanya bahan-bahan asing di dalam udara yang menyebabkan perubahan susunan udara dari keadaan normal. Penyebab pencemaran udara beragam baik secara alamiah maupun pencemaran karena ulah manusia. Pencemaran udara pada areal pertukangan kayu dapat bersumber secara alamiah, seperti debu yang berterbangan akibat tiupan angin, dan dari aktivitas mesin-mesin yang mengeluarkan angin dan menyebabkan debu berterbangan, baik dalam maupun luar ruangan. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan di areal pertukangan kayu yang berpotensi terhadap pencemaran udara adalah melalui proses pemotongan, pengetaman dan penghalusan atau pengamplasan (Whardana, 2001).

2.2 Sifat dan Karakteristik Debu

Debu adalah partikel-partikel zat yang disebabkan oleh pengolahan, penghancuran, pelembutan, pengepakan dan lain-lain dari bahan-bahan organik maupun anorganik, misalnya batu, kayu, bijih logam,arang batu, butir-butir zat padat dan sebagainya (Suma’mur,1988). Debu umumnya berasal dari gabungan secara


(23)

mekanik dan meterial yang berukuran kasar yang melayang-layang di udara yang bersifat toksik bagi manusia.

Menurut Departemen Kesehatan RI yang dikutip oleh Sitepu (2002), partikel-partikel debu di udara mempunyai sifat:

1. Sifat Pengendapan

Adalah sifat debu yang cendrung selalu mengendap proporsi partikel yang lebih daripada yang ada di udara.

2. Sifat Permukaan Basah

Permukaan debu akan cendrung selalu basah, dilapisi oleh lapisan air yang sangat tipis. Sifat ini penting dalam pengendalian debu di dalam tempat kerja.

3. Sifat Penggumpalan

Oleh karena permukaan debu yang selalu basah maka dapat menempel antara debu satu dengan yang lainnya sehingga menjadi menggumpal Turbuelensi udara membantu meningkatkan pembentukkan gumpalan.

4. Sifat Listrik Statis

Sifat listrik statis yang dimiliki partikel debu dapat menarik partikel lain yang berlawanan sehingga mempercepat terjadinya proses penggumpalannya.

5. Sifat Optis

Partikel debu yang basah/lembab dapat memancarkan sinar sehingga dapat terlihat di dalam kamar yang gelap.

Partikel debu yang berdiameter lebih besar dari 10 mikron dihasilkan dari proses-proses mekanis seperti erosi angin, penghancuran dan penyemprotan , dan pelindasan benda-benda oleh kendaraan atau pejalan kaki. Partikel yang berdiameter


(24)

antara 1-10 mikron biasanya termasuk tanah dan produk-produk pembakaran dari industri lokal. Partikel yang mempunyai diameter 0,1-1 mikron terutama merupakan produk pembakaran dan aerosol fotokimia (Fardiaz,1992).

Polutan partikel masuk ke dalam tubuh manusia terutama melalui sistem pernafasan, oleh karena itu pengaruh yang merugikan terutama terjadi pada sistem pernafasan. Faktor lain yang paling berpengaruh terhadap sistem pernafasan terutama adalah ukuran partikel, karena ukuran partikel yang menentukan seberapa jauh penetrasi partikel ke dalam pernafasan. Debu-debu yang berukuran 5-10 mikron akan ditahan oleh jalan pernafasan bagian atas, sedangkan yang berukuran 3-5 mikron ditahan oleh bagian tengah jalan pernafasan (Yunus, 1997).

Penyakit paru kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh partikel, uap, gas atau kabut yang berbahaya yang menyebabkan kerusakan paru bila terinhalasi selama bekerja. Saluran nafas dari lubang hidung sampai alveoli menampung 14.000 liter udara di tempat kerja selama 40 jam keja satu minggu (Aditama, 2006).

American Lung Association membagi penyakit paru akibat kerja mejadi dua kelompok besar : Pneumoconiosis disebabkan karena debu yang masuk ke dalam paru serta penyakit hipersensitivitas seperti asma yang disebabkan karena reaksi yang berlebihan terhadap polutan di udara (Suma’mur, 1996).

2.3. Jenis debu

Jenis debu terkait dengan daya larut dan sifat kimianya. Adanya perbedaan daya larut dan sifat kimiawi ini, maka kemampuan mengendapnya di paru juga akan berbeda pula. Demikian juga tingkat kerusakan yang ditimbulkannya juga akan


(25)

berbeda pula. Faridawati (1995) mengelompokkan partikel debu menjadi dua yaitu debu organik dan anorganik, seperti yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 2.1. Jenis Debu Yang Dapat Menimbulkan Gangguan Kesehatan Pada Manusia

No. Jenis Debu Contoh (Jenis Debu)

I Organik a. Alamiah 1. Fosil 2. Bakteri 3. Jamur 4. Virus 5. Sayuran 6. Binatang b. Sintesis 1. Plastik 2. Reagen

Batu bara, karbon hitam, arang, granit TBC, antraks, enzim, bacillus

Histoplasmosis, kriptokokus, thermophilic Cacar air, Q fever, psikatosis

Padi, gabus, serat nanas, alang-alang Kotoran burung, ayam

Politetrafluoretilen, toluene diisosianat Minyak isopropyl, pelarut organic II Anorganik

a. Silika bebas 1. Crystaline 2. Amorphous b. Silika 1. Fibosis 2. Lain-lain c. Metal 1. Inert

2. Bersifat keganasan

Quarz, trymite cristobalite Diatomaceous earth, silica gel Asbestosis, sillinamite, talk Mika, kaolin, debu semen

Besi, barium, titanium, alumunium, seng Arsen, kobal, nikle, uranium, khrom

2.4. Sumber-Sumber Debu

Debu yang terdapat di dalam udara terbagi dua, yaitu deposite particulate matter adalah partikel debu yang hanya berada sementara di udara, partikel ini segera mengendap karena ada daya tarik bumi. Suspended particulate matter adalah debu yang tetap berada di udara dan tidak mudah mengendap (Yunus, 1997). Sumber-sumber debu dapat berasal dari udara, tanah, aktivitas mesin maupun akibat aktivitas manusia yang tertiup angin.


(26)

2.5. Pengukuran Kadar Debu di Udara

Pengukuran kadar debu di udara bertujuan untuk mengetahui apakah kadar debu pada suatu lingkungan kerja berada konsentrasinya sesuai dengan kondisi lingkungan kerja yang aman dan sehat bagi pekerja. Dengan kata lain, apakah kadar debu tersebut berada di bawah atau di atas nilai ambang batas (NAB) debu udara. Hal ini penting dilaksanakan mengingat bahwa hasil pengukuran ini dapat dijadikan pedoman pihak pengusaha maupun instansi terkait lainnya dalam membuat kebijakan yang tepat untuk menciptakan lingkungan kerja yang sehat bagi pekerja, sekaligus menekan angka prevalensi penyakit akibat kerja.

Pengambilan/pengukuran kadar debu di udara biasanya dilakukan dengan metode gravimetric, yaitu dengan cara menghisap dan melewatkan udara dalam volume tertentu melalui saringan serat gelas/kertas saring. Alat-alat yang biasa digunakan untuk pengambilan sampel debu total (TSP) di udara seperti:

1. High Volume Air Sampler

Alat ini menghisap udara ambien dengan pompa berkecepatan 1,1 - 1,7 m³/menit, partikel debu berdiameter 0,1-10 mikron akan masuk bersama aliran udara melewati saringan dan terkumpul pada permukaan serat gelas. Alat ini dapat digunakan untuk pengambilan contoh udara selama 24 jam, dan bila kandungan partikel debu sangat tinggi maka waktu pengukuran dapat dikurangi menjadi 6 - 8 jam.

2. Low Volume Air Sampler


(27)

mikron. Dengan mengetahui berat kertas saring sebelum dan sesudah pengukuran maka kadar debu dapat dihitung.

3. Low Volume Dust Sampler

Alat ini mempunyai prinsip kerja dan metode yang sama dengan alat low volume air sampler.

4. Personal Dust Sampler (LVDS)

Alat ini biasa digunakan untuk menentukan Respiral Dust (RD) di udara atau debu yang dapat lolos melalui filter bulu hidung manusia selama bernafas. Untuk flow rate 2 liter/menit dapat menangkap debu yang berukuran < 10 mikron. Alat ini biasanya dugunakan pada lingkungan kerja dan dipasang pada pinggang pekerja karena ukurannya yang sangat kecil.

2.6. Nilai Ambang Batas (NAB) Untuk Debu

Nilai ambang batas (NAB) adalah standar faktor-faktor lingkungan kerja yang dianjurkan di tempat kerja agar tenaga kerja masih dapat menerimanya tanpa mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan, dalam pekerjaan sehari-hari untuk waktu tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam seminggu. Kegunaan NAB ini sebagai rekomendasi pada praktek higiene perusahaan dalam melakukan penatalaksanaan lingkungan kerja sebagai upaya untuk mencegah dampaknya terhadap kesehatan.

Nilai ambang batas kadar debu yang ruangan didasarkan pada Peraturan Pemerintah Nomor : 41 Tahun 1999, dan disesuaikan dengan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1405/Menkes/SK/XV/2002 tanggal 19 November 2002, pada lampiran I tentang Persyaratan dan tata cara penyelenggaraan kesehatan lingkungan


(28)

kerja perkantoran. Adapun kandungan debu maksimal di dalam udara ruangan dalam pengukuran debu rata-rata 8 jam adalah 0,15mg/m³.

2.7. Pengaruh Debu Terhadap Kesehatan Manusia

Partikel debu akan berada di udara dalam kurun waktu yang relatif lama dalam keadaan melayang-layang di udara kemudian masuk ke dalam tubuh manusia melalui pernafasan. Selain dapat membahayakan terhadap kesehatan juga dapat mengganggu daya tembus pandang mata dan dapat mengadakan berbagai reaksi kimia sehingga komposisi debu di udara menjadi pertikel yang sangat rumit karena merupakan campuran dari berbagai bahan dengan ukuran dan bentuk yang relatif berbeda-beda (Pujiastuti, 2002).

Ada tiga cara masuknya bahan polutan seperti debu dari udara ke tubuh manusia, yaitu melalui inhalasi, ingesti, dan penetrasi kulit. Inhalasi bahan polutan dari udara dapat menyebabkan gangguan di paru dan saluran nafas. Bahan polutan yang cukup besar tidak jarang masuk ke saluran cerna. Selain itu juga batuk merupakan suatu mekanisme untuk mengeluarkan debu-debu tersebut. Bahan polutan dari udara juga dapat masuk ketika makan atau masuk ke saluran cerna. Bahan polutan dari udara juga dapat menjadi pintu masuk bahan polutan di udara, khusunya bahan organik dapat melakukan dan dapat menimbulkan efek sistemik (Aditama, 1992).

Paparan debu di udara selain mengganggu jalan pernafasan dapat pula memberikan dampak negatif lain apabila ditinjau dari aspek biologisnya. Menurut


(29)

Riyadina (1996), efek biologis paparan debu di udara terhadap kesehatan manusia atau pekerja terdiri dari:

1. Efek Fibrogenik

Debu fibrogenik sebagai debu respirabel dari kristal silika (asbestos), debu batubara, debu berrylium, debu talk, dan debu dari tumbuhan. Konsentrasi massa dari sisa debu yang respirabel sebagai faktor tunggal yang paling penting pada perkembangan/kemajuan keparahan pneumokoniosis pada pekerja.

2. Efek Iritan

Pengaruh iritan dari debu yang berbeda tidak spesifik, sehingga keadaan ini tidak dapat secara langsung dihubungkan dengan pengaruh dari debu. Tetapi secara klinis atau dengan tes fungsional ataupun pemeriksaan secara morfologi dapat diperlihatkan kasus dimana efek yang timbul berasal dari debu.

3. Efek Alergi

Debu dari tumbuhan hewan mempunyai sifat dapat meningkatkan reaksi alergi. Beberapa reaksi kekebalan biasanya membentuk respon secara psikologi berupa iritasi. Secara patologi dapat ditentukan melalui tes alergi sebagai penyakit akibat kerja pada saluran pernafasan yang umumnya berupa asma bronchial. Debu organik yang menyebabkan alergi meliputi tepung, pollen (serbuk sari), rambut hewan, bulu unggas, jamur, cendawan dan serangga.

4. Efek Karsinogenik

Penyebab yang berperan penting dalam pertumbuhan kanker pada manusia adalah debu asbestos, arsenik, chromium dan nikel. Akan tetapi, penyebab tersebut kurang lebih 2000 substansi kimia diketahui sebagai penyebab timbulnya kanker.


(30)

5. Efek Sistemik Toksik

Banyak substansi yang berbahaya menyebabkan efek sistemik toksik sebagai hasil dari debu yang masuk melalui sistem saluran pernafasan. Paparan debu untuk beberapa tahun pada kadar yang rendah tetapi di atas batas limit paparan, menunjukkan efek sistemik toksik yang jelas.

6. Efek pada Kulit

Partikel-partikel debu yang berasal dari material yang berbentuk pita dan tebal seperti fiberglass, dan material tahan api sering sebagai penyebab dermatitis.

Beberapa faktor berpengaruh dalam timbulnya penyakit atau gangguan akibat paparan debu bagi pekerja di ruang kerja. Menurut Yunus (1997) dan Suma’mur (1996), dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi timbulnya gangguan atau penyakit akibat pekerja yang bekerja di ruangan akibat paparan debu adalah : 1. Faktor Fisik, meliputi : Jenis bahan, Ukuran Partikel, Bentuk Partikel, Daya

penetrasi, Konsentrasi, Daya larut, Luas permukaan (Higroskopisitas), Lama waktu paparan dan Turbulensi udara.

2. Faktor Kimia, meliputi : Tingkat keasaman dan kebasahan (Alkalinitas), Kecendrungan untuk bereaksi dengan bahan dalam paru-paru, dan jenis persenyawaan.

3. Faktor Individual Pekerja, meliputi : Umur, Jenis Kelamin, Anatomi dan fisiologi, Daya tahan tubuh (Immunologis), Genetik, dan Emosi (Psikologis), Keadaan gizi, Kepekaan tubuh, Motivasi kerja dan pengaruh lingkungan (Habituasi).


(31)

Tergantung dari lamanya paparan dan kepekaan individual terhadap debu, berbagai gangguan atau penyakit dapat timbul pada pekerja. Debu yang masuk ke dalam saluran pernafasan menyebabkan timbulnya reaksi mekanisme pertahanan non spesifik berupa bersin dan batuk. Pneumokoniosis biasanya timbul setelah pekerja terpapar selama bertahun-tahun. Penyakit akibat paparan debu yang lain seperti asma kerja, bronchitis industri. Umumnya penyakit paru akibat debu mempunyai gejala dan tanda yang mirip dengan penyakit paru lainnya yang tidak disebabkan oleh debu di tempat kerja. Untuk menegakkan diagnosis perlu dilakukan anamnesis yang teliti meliputi riwayat pekerjaan dan hal-hal lain yang berhubungan dengan pekerjaan, karena penyakit biasanya baru timbul setelah paparan yang cukup lama. Pengetahuan yang cukup tentang dampak debu terhadap paru diperlukan untuk dapat mengenali kelainan yang terjadi serta cara melakukan pencegahan (Yunus, 1997).

2.8. Pengendalian Paparan Debu di Ruangan Kerja

Menurut Siswanto, sebagaimana yang dikutip oleh Simatupang (2005) bahwa pengendalian yang paling efektif adalah pengendalian secara tehnik dan merupakan alternatif pertama yang dianjurkan. Pengendalian secara tehnik ini dapat dilakukan dengan mendesain mesin-mesin pemotong kayu dengan alat penghisap debu. Kemudian alat penghisap debu tersebut dihubungkan pipa dan keseluruhan alat ini bekerja secara otomatis.

Riyadina (1996), membagi upaya pencegahan terhadap paparan debu dari lingkungan kerja menjadi 2 macam yaitu melalui pengukuran secara tehnis dan pemeriksaan secara medis.


(32)

1. Pengukuran secara Teknis

Kondisi lingkungan kerja perlu dikontrol dengan melakukan pengukuran kadar debu udara untuk jangka waktu tertentu dan dilakukan secara kontinu, khususnya di tempat yang potensial menghasilkan debu. Monitor terhadap konsentrasi debu udara sangat penting untuk mengetahui kadarnya apakah berada di bawah atau di atas nilai ambang batas debu udara. Selanjutnya usaha agar konsentrasi/kadar debu tidak melampaui batas, maka dengan pemasangan alat penyedot dan pengatur udara akan sangat membantu untuk kontrol debu udara pada suatu ruangan. Untuk proteksi bagi pekerja dengan kondisi lingkungan yang potensial menghasilkan debu yang banyak, diharuskan memakai alat pelindung diri terutama alat pelindung pernafasan berupa masker. Masker yang digunakan hendaknya disesuaikan dengan ukurannya sehingga pemakaian masker tidak mengganggu aktivitas dan kenyamanan pemakainya.

2. Pemeriksaan secara Medis

Pemeriksaan secara medis dilakukan dengan pemeriksaan status kesehatan pekerja yang terpapar secara teratur dan biasanya dilakukan oleh dokter perusahaan. Upaya ini merupakan suatu langkah untuk mengetahui dan memonitor kondisi kesehatan pekerja serta sebagai suatu deteksi awal terhadap masalah kesehatan yang mungkin ditemui. Pemeriksaan kesehatan yang lengkap akan memberikan bukti yang akurat dari pekerja yang terpapar sehingga dapat membantu dokter dalam menentukan diagnosa penyakit yang timbul akibat kerja.


(33)

kerja melalui jendela dan pintu, ventilasi lokal dengan cara menghisap debu dari tempat sumber debu yang dihasilkan dengan menggunakan pompa hisap. Selain itu, Pencegahan juga dapat dilakukan dengan menghindari masuknya debu organik yang ada di udara ke dalam paru pekerja dengan jalan penggunaan alat pelindung diri (masker) pada pekerja yang bekerja di tempat tersebut. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Sembiring (1999) dalam Khumidal, (2009) bahwa penggunaan masker dengan ukuran 3-5µ dapat menurunkan kadar debu yang masuk ke paru-paru pekerja hingga 87,6%. Alat pelindung pernafasan yang digunakan dapat dilihat pada gambar berikut.


(34)

2.9. Alat Pelindung Diri (APD) 2.9.1 Pengertian APD

Secara sederhana yang dimaksud dengan alat pelindung diri adalah adalah suatu alat yang dipakai untuk melindungi diri dari tubuh terhadap bahaya-bahaya kecelakaan kerja. Jadi alat pelindung diri adalah merupakan salah satu cara untuk mencegah kecelakaan, dan secara teknis APD tidaklah sempurna dapat melindungi tubuh akan tetapi dapat mengurangi tingkat keparahan dari kecelakaan yang terjadi. Peralatan pelindung tidak menghilangkan ataupun mengurangi bahaya yang ada. Peralatan ini hanya mengurangi jumlah kontak dengan bahaya dengan cara penempatan penghalang antara tenaga kerja dengan bahaya (Suma’mur1992).

2.9.2 Syarat-Syarat APD

Pemilihan APD yang handal secara cermat adalah merupakan persyaratan mutlak yang sangat mendasar. Pemakaian APD yang tidak tepat dapat mencelakakan tenaga kerja yang memakainya karena mereka tidak terlindung dari bahaya potensial yang ada di tempat mereka terpapar. Oleh karena itu agar dapat memilih yang tepat, maka perusahaan harus mampu mengidentifikasi bahaya potensi yang ada, khususnya yang tidak dapat dihilangkan ataupun dikendalikan, serta memahami dasar kerja setiap jenis APD yang akan digunakan di tempat kerja dimana bahaya potensial tersebut ada (Budiono, 2003), dengan ketentuan adalah :

1) Harus dapat memberikan perlindungan yang adekuat terhadap bahaya yang spesifik atau bahaya-bahaya yang dihadapi oleh tenaga kerja.


(35)

3) Harus dapat dipakai secara fleksibel, dan bentuknya harus cukup menarik.

4) Tidak menimbulkan bahaya-bahaya tambahan bagi pemakainya, yang dikarenakan bentuk dan bahayanya tidak tepat atau karena salah dalam penggunaannya.

5) Harus memenuhi standard yang telah ada, dan tahan lama. 6) Tidak membatasi gerakan dan persepsi sensoris pemakainya.

7) Suku cadangnya harus mudah di dapat guna mempermudah pemeliharaannya. 2.9.3 Macam-Macam Alat pelindung Diri

Menurut Siswanto seperti yang dikutip oleh Simatupang (2005), macam-macam alat pelindung diri yang digunakan pekerja terdiri dari:

1. Alat Pelindung Kepala

Tujuan dari alat pelindung kepala adalah untuk menghindari pekerja dari berbagai kejadian yang membahayakan seperti:

a. Bahaya terbentur oleh benda tajam atau keras yang dapat menyebabkan luka gores, luka potong atau luka tusuk.

b. Bahaya kejatuhan benda-benda atau terpukul oleh benda-benda yang melayang atau meluncur di udara.

c. Panas, radiasi, api, dan percikan bahan korosif 2. Alat Pelindung mata

Alat pelindung mata berfungsi untuk melindungi mata dari percikan bahan korosif, kemasukan debu atau partikel kecil yang melayang di udara, pemaparan gas atau uap yang dapat menyebabkan iritasi, radiasi gelombang elektromagnetik dan pukulan maupun benturan benda-benda keras atau tajam.


(36)

3. Alat Pelindung Telinga

Alat pelindung ini bekerja sebagai penghalang antara sumber bising dengan telingan dalam. Selain itu alat ini dapat juga berfungsi untuk melindungi telinga dari masuknya benda asing ke dalam telinga.

4. Alat Pelindung Pernafasan

Alat pelindung pernafasan menurut fungsinya dibedakan menjadi dua yaitu, Air Purfying Respirator dan Air Supplied Respirator. Air Purfying Respirator berfungsi untuk melindungi pemakaian dari pemaparan melalui inhalasi saluran pernafasan, dipakai terutama bila paparan kadar bahan di alam ruang kerja rendah. Air Supplied Respirator berfungsi untuk melindungi pemakainya dari pemaparan bahan-bahan yang sangat toksik atau dari bahaya kekurangan oksigen. 5. Alat Pelindung Tangan

Sarung tangan merupakan alat pelindung diri yang paling banyak digunakan karena kejadian kecelakaan pada tangan paling sering terjadi.

6. Alat Pelindung Kaki

Sepatu keselamatan kerja digunakan untuk melindungi kaki dari kejatuhan benda berat, percikan cairan atau larutan asam alkali yang korosif, tumpahan cairan panas atau tertusuk oleh benda tajam.

7. Pakaian Pelindung

Pakaian pelindung digunakan untuk melindungi pemakainya dari bahaya percikan bahan kimia dan pengaruh cuaca yang ekstrim. Pakaian pelindung ini juga dapat menutupi sebagian tubuh pemakainya mulai dari dada sampai ke lutut ataupun


(37)

2.9.4 Tujuan dan Manfaat Pemakaian APD

Pemakaian APD bertujuan melindungi tenaga kerja dan juga merupakan salah satu upaya mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja oleh bahaya potensial pada suatu perusahaan yang tidak dapat dihilangkan atau dikendalikan. Keuntungan pengguna APD dapat dirasakan oleh tiga pihak yaitu perusahaan, tenaga kerja, masyarakat dan pemerintah (Suma’mur,1992):

1. Perusahaan

a. Meningkatkan keuntungan karena hasil produksi dapat terjamin baik jumlah maupun mutunya.

b. Penghematan biaya pengobatan serta pemeliharaan kesehatan tenaga kerja . c. Menghindari terbuangnya jam kerja akibat absentisme tenaga kerja sehingga

dapat tercapai produktivitas yang tinggi denggan efisiensi yang optimal. 2. Tenaga kerja

a. Menghindari diri dari resiko pekerjaan seperti kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.

b. Memberikan perbaikan kesejahteraan pada tenaga kerja sebagai akibat adanya keuntungan perusahaan.

3. Masyarakat dan Pemerintah

a. Meningkatkan hasil produksi dan menguntungkan perekonomian negara dan menjamin yang memuaskan bagi masyarakat.

b. Menjamin kesejahteraan masyarakat tenaga kerja, berarti melindungi sebagian penduduk indonesia dan membantu usaha-usaha kesehatan pemerintah .


(38)

c. Kesejahteraan tenaga kerja, berarti dapat menjamin kesejahteraan keluarga secara langsung.

d. Merupakan suatu usaha kesehatan masyarakat yang akan membantu ke arah pembentukkan masyarakat sejahtera.

2.10. Perilaku kerja

Perilaku manusia itu sangat kompleks dan mempunyai ruang lingkup yang sangat luas. Bloom dalam Notoatmodjo (2007) seorang ahli psikologi pendidikan membagi perilaku itu ke dalam tiga domain (kawasan). Pembagian kawasan ini dilakukan untuk kepentingan tujuan pendidikan dalam perkembangan selanjutnya oleh para ahli pendidikan, dan untuk kepentingan pengukuran hasil pendidikan, dan untuk kepentingan pengukuran hasil pendidikan, ketiga domain ini diukur dari pengetahuan (knowledge), sikap (attitude) dan praktek atau tindakan (practice). 2.10.1. Pengetahuan (Knowledge)

Putusan orang yang tahu disebut mempunyai pengetahuan. Jadi pengetahuan tidak lain dari hasil tahu. Kalau orang misalnya tahu, bahwa pohon itu rendah, maka ia mengakui hal rendah itu terhadap pohon itu. Ia mengakui sesuatu terhadap sesuatu. Pengakuan sesuatu terhadap sesuatu itu disebut putusan, sehingga dalam dasarnya putusan dan pengetahuan itu sama (Poedjawijatna, 1998).

Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu, yakni dengan indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba sebagai besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003).


(39)

Ada enam tingkatan pengetahuan yaitu: 1. Tahu (Know)

Tahu adalah sebagai mengingat suatu materir yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari dengan menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, menyatakan dan lain sebagainya.

2. Memahami (Comprenhansion)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Orang telah paham harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan dan meramalkan terhadap objek yang dipelajari.

3. Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).

4. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat mengambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan data dan sebagaiya.


(40)

5. Sintesis (Synthesis)

Sintesis yaitu menunjukkan suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya, dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu materi atau rumusan-rumusan yang telah ada.

6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi yaitu berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu cerita yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. Misalnya, dapat menanggapi terjadinya diare di suatu tempat dan sebagainya (Notoadmdjo. 2003).

2.10.2 Sikap (Attitude)

Sikap adalah merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap ini tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup, sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu. Dalam kehidupan sehari-hari adalah merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial.

Allport (1954), menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3 komponen pokok yaitu:


(41)

1. Kepercayaaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek 2. Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek 3. Kecendrungan untuk bertindak (trend to behave)

Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk, sikap yang utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, berfikir, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting (Notoadmdjo, 2003).

2.10.3 Tindakan (Practise)

Notoadmodjo (2003), mengatakan bahwa sebelum sikap otomatis terwujud dalam suatu tindakan (over behavior). Untuk terwujudnya sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas. Di samping faktor fasilitas juga diperlukan faktor dukungan (support) dari pihak lain.

Tingkat-tingkat tindakan atau praktek adalah: 1. Pesepsi (Perception)

Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama.

2. Respon terpimpin (Guided respon)

Dapat dilakukan sesuatu sesuai urutan yang benar sesuai pula dengan contoh indikator praktek tingkat kedua.

3. Mekanisme (Mecanism)

Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar sesuai dengan contoh secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan maka ia sudah mencapai praktek tingkat tiga.


(42)

4. Adaptasi (Adaptation)

Adaptasi yaitu suatu praktek atau tindakan uang sudah berkembang dengan baik, artinya itu sudah di modifikasinya sendiri tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.

2.11. Kerangka Konsep Penelitian

Gambar 2.2. Kerangka Konsep Kadar debu kayu

Keluhan Kesehatan Perilaku

1. Pengetahuan 2. Sikap

3. Tindakan

Karakteristik Responden: 1. Umur

2. Pendidikan 2. Lama kerja


(43)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian adalah adalah deskriptif dengan rancangan cross sectional study, yaitu untuk mengetahui gambaran kadar debu kayu dan perilaku pekerja serta keluhan kesehatan di tempat pertukangan kayu Desa Tembung Kecamatan Percut Sei Tuan.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di tempat pertukangan kayu di Desa Tembung Kecamatan Percut Sei Tuan. Lokasi ini dipilih dengan alasan bahwa dari hasil wawancara dengan beberapa pekerja, diperoleh semua pekerja memiliki keluhan kesehatan akibat paparan debu kayu dan dari hasil observasi diketahui masih banyak pekerja yang tidak menggunakan alat pelindung diri ketika bekerja. Penelitian dilakukan pada bulan Desember tahun 2010.

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi dari penelitian ini adalah seluruh pekerja pada usaha pertukangan kayu di Desa Tembung Kecamatan Percut Sei Tuan yang bekerja pada bagian produksi yang berjumlah 36 orang.

3.3.2 Sampel

Besar sampel dalam penelitian ini adalah total populasi dari seluruh pekerja yaitu 36 orang. Hal ini dilakukan mengingat bahwa usaha pertukangan kayu merupakan usaha rumah tangga yang mempekerjakan beberapa orang pekerja saja.


(44)

3.4 Objek Penelitian

Sebagai objek dari penelitian ini adalah udara ambien di ruang pemotongan, pengetaman, dan penghalusan atau pengamplasan pada usaha pertukangan kayu yang berada di Desa Tembung Kecamatan Percut Sei Tuan.

3.5 Metode Pengumpulan Data 3.5.1 Data Primer

Data primer yang diperoleh dari hasil pengukuran kadar debu kayu pada ruang pemotongan, pengetaman, dan penghalusan atau pengamplasan.

3.5.2 Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari literatur maupun instansi terkait lain yang ada hubungannya dengan objek penelitian.

3.6 Metode Pengukuran Kadar Debu Kayu

Pengukuran kadar debu kayu di ruang pemotongan dilakukan pada pukul 10.00 – 11.00 wib, di ruang pengetaman pada pukul 13.00 – 14.00 wib dan di ruang penghalusan atau pengamplasan pada pukul 15.00 – 16.00 wib. Alat yang digunakan untuk pengukuran debu adalah HVAS (High Volume Air Sampler) dengan langkah kerja sebagai berikut:

1. Siapkan alat dan bahan

2. Timbang filter / kertas saring (yang sudah bebas dari uap air) dengan neraca analitik (sebagai berat mula-mula = Bo)


(45)

4. Hidupkan alat HVAS dengan menggeser tombol ON (setelah sebelumnya dihubungkan dengan sumber arus listrik)

5. Alur kecepatan aliran udara sesuai dengan yang dikehendaki 6. Pengukuran dilakukan selama 1 jam (60 menit)

7. Setelah itu matikan alat HVAS dengan menggeser ke tombol OFF (jangan lupa sambungkan kabel ke arus listrik dicabut)

8. Kemudian keluarkan filter dari alat HVAS

9. Timbang berat filter kembali (sebagai berat akhir = Bt)

10.Lakukan perhitungan kadar debu (C = partikel) dengan formula: C = Bt - Bo

Q . t

Keterangan :

C = Konsentrasi partikel (gr/m³) Bt = Berat filter/kertas saring akhir (gr) Bo = Berat filter/kertas saring awal (gr) Q = Kecepatan aliran udara (m³/ menit) 2 t = Waktu / menit

3.7 Defenisi Operasional

1. Pengukuran kadar debu kayu adalah pengukuran yang dilakukan untuk mengetahui kadar debu udara ambien di lingkungan kerja pada usaha pertukangan kayu dengan menggunakan alat High Volume Air Sampler (HVAS).


(46)

2. Kadar debu kayu adalah kandungan debu kayu di udara ruang kerja yang dihasilkan sebagai produk sampingan dari proses pengolahan kayu yang di dapat dari hasil pengukuran, dengan konsentrasi yang diperkenankan adalah ≤ 0,15 mg/m³.

3. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui oleh responden yang berhubungan dengan Pengukuran debu.

4. Sikap adalah pendapat atau pandangan responden terhadap pengukuran debu. 5. Tindakan adalah bentuk nyata responden untuk melakukan pengendalian di

lingkungan kerja terhadap pengukuran debu yang dilakukan.

6. Keluhan kesehatan pekerja adalah gangguan yang timbul atau pernah dirasakan pekerja oleh karena paparan debu kayu berupa batuk, sesak dada, gatal – gatal kulit, Iritasi mata / mata merah, Stress / mudah marah.

7. Umur adalah usia pekerja pada saat penelitiaan ini dilakukan karena dapat mempengaruhi kualitas kesehatan dan ketahanan fisik seseorang.

8. Pendidikan adalah pendidikan formal tertinggi yang pernah ditempuh dan ditamatkan oleh responden.

9. Lama kerja adalah lamanya responden bekerja pada saat penelitian dilakukan.

3.8 Aspek pengukuran 1. Kadar Debu

Aspek pengukuran kadar debu dalam penelitian ini didasarkan pada Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1405/Menkes/SK/XV/2002 tanggal 19 November 2002, pada lampiran I tentang Persyaratan dan tata cara penyelenggaraan


(47)

kesehatan lingkungan kerja perkantoran. Adapun kadar debu maksimal di dalam ruangan adalah 0,15 mg/m3.

Pengukuran kadar debu dilakukan selama 1 jam. Hasil pengukuran kadar debu dikategorikan menjadi 2 kategori yaitu:

a) Melebihi ambang batas, jika hasil pengukuran kadar debu ≥ 0,15 mg/m³ b) Di bawah ambang batas, jika hasil pengukuran kadar debu < 0,15 mg/m³ 2. Pengetahuan

Pengetahuan diukur melalui kuesioner dengan 14 pernyataan. Bila responden menjawab dengan benar diberi nilai 3, mendekati benar nilai 2, salah diberi nilai 1. Hasil ukur dikategorikan menjadi :

a) Baik : Jika nilai rata-rata (mean) ≥ b) Kurang baik : Jika nilai < rata-rata (mean) 3. Sikap

Sikap diukur melalui kuesioner dengan 14 pernyataan. Bila responden menjawab “setuju” diberi nilai 3, menjawab “kurang setuju” nilai 2, dan menjawab “tidak setuju” diberi nilai 1. Hasil ukur dikategorikan menjadi :

a) Baik : Jika nilai rata-rata (mean) ≥ b) Kurang baik : Jika nilai < rata-rata (mean) 4. Tindakan

Tindakan diukur melalui kuesioner dan observasi dengan 10 pertanyaan. Pada pertayaan nomor 1, 3, 4, 5, 6, 7, 9, dan 10 responden menjawab ”ya” diberi nilai 2, dan menjawab ”tidak” diberi nilai 1. Pada pertanyaan nomor 2 responden menjawab ”< 8 jam” diberi nilai 2, menjawab ”≥ 8 jam” diberi nilai 1. Sementara pertanyaan


(48)

nomor 8 responden menjawab ”tidak” diberi nilai 2, menjawab ”ya” diberi nilai 1. Hasil ukur dikategorikan menjadi :

a) Baik : Jika nilai rata-rata (mean) ≥ b) Kurang baik : Jika nilai < rata-rata (mean) 5. Keluhan Kesehatan

Keluhan kesehatan dilihat berdasarkan jenis keluhan kesehatan yang responden rasakan, yaitu :

a. Batuk dan sesak dada b. Gatal-gatal kulit

c. Iritasi mata /mata merah

3.9. Teknik Analisa Data

Semua data yang terkumpul, baik pengukuran debu kayu dari hasil wawancara dengan pekerja/responden diolah dan dianalisa secara manual. Selanjutnya data yang telah diolah dan dianalisis dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan tabulasi silang.


(49)

4.1. Gambaran Usaha Pertukangan Kayu di Desa Tembung

Usaha Pertukangan kayu yang ada di Desa Tembung merupakan usaha industri rumah tangga dengan jumlah modal dan tenaga kerja yang relatif kecil dan tenaga kerjanya masih mempunyai hubungan kekerabatan ataupun para tetangga yang berdekatan dengan lokasi tersebut. Di samping itu, kegiatan produksinya tergantung jumlah pesanan yang diterima atau bahkan sifatnya musiman.

Produk olahannya untuk bahan bangunan seperti kusen, jendela, dan pintu atau bahkan kepala kusen. Bahan baku yang digunakan adalah kayu meranti, kayu jati, kayu damar, kayu rambutan, kayu sembarang dan triplek. Dalam kegiatan produksinya, semua bahan baku tersebut dibentuk dan diolah melalui proses pemotongan, pengetaman, perakitan/pembentukkan, pengamplasan dan pengecatan dengan menggunakan alat-alat yang tradisional meupun mesin-mesin semi modren.

Ruangan untuk tempat proses pengolahan kayu seperti proses pemotongan, pengetaman dan pengamplasan, umumnya berada dalam satu ruangan terbuka dan jaraknya terbuka tanpa pemisahan/penyekatan ruangan secara khusus. Tata letak mesin tidak di desain secara teratur sehingga menyebabkan debu kayu yang dihasilkan menyebar secara tidak teratur di setiap ruangan.

Secara garis besar, kadar debu kayu yang terlihat paling banyak terdapat pada proses pemotongan, pengetaman dan pengamplasan. Pada proses pemotongan, debu dapat berupa serpihan potongan kayu yang agak besar yang dihasilkan dari pemotongan atau pembelahan kayu dengan mesin pemotong duduk portabel dan


(50)

mesin pemotong tangan. Pada proses pengetaman, debu dapat berupa serat-serat kayu yang agak kasar dan halus yang dihasilkan oleh mesin pengetam tangan, sedangkan pada proses pengamplasan, dapat berupa serbuk kayu yang lebih halus dan serbuk dari tepung pendempul yang dihasilkan oleh penghalus dengan kertas pasir. Debu-debu ini berterbangan memenuhi seluruh ruangan karena ruangan tidak dilengkapi alat penghisap debu ataupun karena ventilasi ruangan kerja yang tidak mencukupi.

Untuk menghindari pekerja dari paparan debu kayu, tidak semua pengelola menyediakan alat pelindung diri. Kalaupun ada, alat pelindung yang tersedia hanyalah masker yang terbuat dari kain katun yang sangat tipis dan jarang tenunannya dan dipakai berulang-ulang.

4.3. Gambaran Umum Responden

4.3.1. Distribusi Responden Menurut Umur

Distribusi responden menurut umur yang ada di usaha pertukangan kayu Desa Tembung dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut ini :

Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur di Usaha Pertukangan Kayu Desa Tembung Tahun 2010

No. Umur Jumlah Persentase

1. ≤ 20 tahun 3 8,3

2. 21 – 30 tahun 11 30,6

3. 31 – 40 tahun 13 36,1

4. > 40 tahun 9 25,0

Total 36 100,0

Berdasarkan tabel 4.1. di atas dapat dilihat bahwa umur responden mayoritas umur 31-40 tahun yaitu sebanyak 13 orang (36,1%), sedangkan umur yang paling sedikit adalah umur ≤20 tahun yaitu sebanyak 3 orang (8,3%).


(51)

4.2.2. Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan

Distribusi responden menurut tingkat pendidikan yang ada di tempat pertukangan kayu Desa Tembung dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut ini :

Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Usaha Pertukangan Kayu Desa Tembung Tahun 2010

No. Pendidikan Jumlah Persentase

1. SD 3 8,3

2. SMP 12 33,3

3. SMA 19 52,8

4. Akademi/Perguruan Tinggi 2 5,6

Total 36 100,0

Berdasarkan tabel 4.2. di atas, dapat dilihat bahwa pada umumnya tingkat pendidikan responden adalah SMA (52,8%), sedangkan yang terendah adalah Akademi/PT (5,6%).

4.2.3. Distribusi Responden Menurut Lama Kerja

Distribusi responden menurut lama kerja pada tempat pertukangan kayu di Desa Tembung, dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut ini :

Tabel 4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Lama Kerja di Tempat Pertukangan Kayu di Usaha Pertukangan Kayu Desa Tembung Tahun 2010

No. Masa Kerja Jumlah Persentase

1. < 5 tahun 21 58,3

2. ≥ 5 tahun 15 41,7

Total 36 100,0

Tabel 4.3 tersebut memberikan gambaran tentang masa kerja responden, yaitu 21 (58,3%) responden mempunyai masa kerja < 5 tahun dan 15 (41,7%) responden mempunyai masa kerja 5 tahun. ≥


(52)

4.3. Hasil Pengukuran Kadar Debu

Untuk mengetahui kadar debu di ruang pemotongan, pengetaman dan pengamplasan pada 5 (lima) usaha pertukangan kayu dilakukan pengukuran dengan menggunakan High Volume Air Sampler (HVAS). Setelah dilakukan pengukuran dengan kecepatan udara 20 liter/menit dan waktu pengambilan sampel selama 60 menit serta dilanjutkan dengan perhitungan, didapat hasil sebagaimana yang tertera pada tabel berikut ini.

Tabel 4.4. Hasil Pengukuran Kadar Debu kayu Untuk Setiap Ruangan di Tempat Pertukangan Kayu di Usaha Pertukangan Kayu Desa Tembung Tahun 2010

Berat Kertas Saring No. Nama Usaha / Jumlah pekerja Lokasi Ruangan Bt Bo Hasil Baku Mutu Debu (mg/m³) Keterangan

Pemotongan 1,058 0,775 0,235 Di atas Baku Mutu

Pengetaman 1,067 0,712 0,295 Di atas Baku Mutu

Pengamplasan 1,034 0,670 0,303 Di atas Baku Mutu

1. 12 orang R /

Rata-Rata 0,278

0,15

Pemotongan 1,017 0,713 0,253 Di atas Baku Mutu

Pengetaman 0,904 0.732 0,143 Di bawah Baku Mutu

Pengamplasan 1,022 0,738 0,236

0,15

Di atas Baku Mutu

2. 7 orang L /

Rata-Rata 0,211

Pemotongan 0,924 0,626 0,248 Di atas Baku Mutu

Pengetaman 1,001 0,825 0,146 Di bawah Baku Mutu

Pengamplasan 0,871 0,706 0,137

0,15

Di bawah Baku Mutu

3. C /

7 orang

Rata-Rata 0,177

Pemotongan 1,073 0,729 0,286 Di atas Baku Mutu

Pengetaman 1,082 0,836 0,205 Di atas Baku Mutu

Pengamplasan 1,054 0,732 0,268

0,15

Di atas Baku Mutu

4. A /

6 orang

Rata-Rata 0,253

Pemotongan 0,957 0,783 0,145 Di bawah Baku Mutu

Pengetaman 0,891 0,714 0,147 Di bawah Baku Mutu

Pengamplasan 0,916 0,764 0,126

0,15

Di bawah Baku Mutu

5. S /

4 orang

Rata-Rata 0,139

Tabel 4.4 terlihat bahwa kadar debu kayu pada usaha R untuk ruangan pemotongan sebesar 0,235 mg/m³, untuk ruangan pengetaman sebesar 0,295 mg/m³, dan untuk ruang pengamplasan 0,303 mg/m³. Selanjutnya kadar debu kayu pada


(53)

usaha L untuk ruangan pemotongan sebesar 0,253 mg/m³, untuk ruangan pengetaman sebesar 0,143 mg/m³, dan untuk ruang pengamplasan 0,236 mg/m³. Dan untuk kadar debu kayu pada usaha C untuk ruangan pemotongan sebesar 0,248 mg/m³, untuk ruangan pengetaman sebesar 0,146 mg/m³, dan untuk ruang pengamplasan 0,137 mg/m³. Dari hasil juga diketahui kadar debu kayu pada usaha A untuk ruangan pemotongan sebesar 0,286 mg/m³, untuk ruangan pengetaman sebesar 0,205 mg/m³, dan untuk ruang pengamplasan 0,268 mg/m³. Pada usaha S, kadar debu kayu untuk ruangan pemotongan sebesar 0,145 mg/m³, untuk ruangan pengetaman sebesar 0,147 mg/m³, dan untuk ruang pengamplasan 0,126 mg/m³.

Dari hasil pengukuran diperoleh kadar debu yang masih di bawah baku mutu (< 0,15 mg/m³) yaitu pada usaha L di ruangan pengetaman (0,143 mg/m³), pada usaha C di ruangan pengetaman (0,146 mg/m³) dan pengamplasan (0,137% mg/m³), dan pada usaha S di ruangan pemotongan (0,145 mg/m³), pengetaman (0,147 mg/m³) dan pengamplasan (0,126 mg/m³). Sehingga dari pengukuran tersebut di atas dapat diketahui jumlah pekerja yang bekerja di ruangan dengan kadar debu di bawah baku mutu dan di atas baku mutu yang dapat dilihat pada tabel 4.5. di bawah ini.

Tabel 4.5. Distribusi Responden yang Bekerja Di Ruangan dengan Kadar Debu Di bawah dan Di atas Baku Mutu di Usaha Pertukangan Kayu Desa Tembung Tahun 2010

No. Kadar Debu Ruangan Jumlah Persentase

1. Di bawah baku mutu (< 0,15 mg/m³) 10 27,8 2. Di atas baku mutu (≥ 0,15 mg/m³) 26 72,2

Total 36 100,0

Berdasarkan tabel 4.5. di atas dapat dilihat bahwa sebanyak 26 orang (72,8%) bekerja di ruangan dengan kadar debu di atas baku mutu (≥ 0,15 mg/m³).


(54)

4.4. Gambaran Perilaku Responden 4.4.1. Pengetahuan Responden

Distribusi jawaban responden berdasarkan pengetahuan tentang paparan debu kayu secara rinci dapat dilihat pada tabel 4.6. di bawah ini :

Tabel 4.6. Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Pengetahuan Tentang Paparan Debu Kayu di Usaha Pertukangan Kayu Desa Tembung Tahun 2010

No. Pertanyaan Jawaban Jumlah Persentase

a. Partikel yang melayang di

udara dgn ukuran 1-500 mikron

b. Serbuk pemotongan kayu

c. Partikel yang terbang

bersama udara 7 16 13 19,4 44,4 36,1

1. Pengertian Debu

Total 36 100,0

a. Dari tanah yang beterbangan

b. Dari asap kendaraan bermotor

c. Dari tempat pengolahan kayu

8 4 24 22,2 11,1 66,7

2. Sumber Debu

Total 36 100,0

a. 10 jam kerja

b. 8 jam kerja

c. 12 jam kerja

5 28 3 13,9 77,8 8,3

3. Lama waktu kerja

Total 36 100,0

a. Mengganti baju setiap hari

b. Memakai alat pelindung diri

berupa masker dan sarung tangan

c. Memakai masker

16 8 12 44,4 22,2 33,3 4. Pengendalian paparan debu

Total 36 100,0

a. Alat yang digunakan

seseorang dalam bekerja

b. Untuk melindungi diri

c. Suatu alat yang digunakan

untuk melindungi diri dari tubuh 11 16 9 30,6 44,4 25,0

5. Pengertian APD

Total 36 100,0

a. Masker

b. Helm

c. Sarung tangan

28 1 7 77,8 2,8 19,4

6. Pelindung diri yang

dipakai pada saat bekerja


(55)

No. Pertanyaan Jawaban Jumlah Persentase

a. Suku cadangnya mudah di

dapat

b. Harus memenuhi standar dan

tahan lama

c. Dapat memberikan

perlindungan yang adekuat, beratnya ringan, 18 12 6 50,0 33,3 16,7 7. Syarat-syarat alat

pelindung diri

Total 36 100,0

a. Menghindari resiko dari

pekerjaan

b. Melindungi diri dari paparan

debu kayu

c. Mencegah bahaya dari pekerja

1 16 19 2,8 44,4 52,8

8. Tujuan dan manfaat

APD

Total 36 100,0

a. Batuk dan sesak dada

b. Kanker

c. Batuk, iritasi kulit, sesak dada,

infeksi saluran pernafasan

27 4 5 75,0 11,1 13,9 9. Dampak paparan

debu kayu

Total 36 100,0

a. b

Pemakaian APD

. Menyediakan ventilasi umum

yang dapat mengalirkan udara ke ruangan kerja

c. Tidak merokok

16 7 13 44,4 19,4 36,2 10. Cara pencegahan

debu kayu harus dilakukan di ruang kerja

Total 36 100,0

a. 1 bulan sekali

b. 3 bulan sekali

c. 6 bulan sekali

17 14 5 47,2 38,9 13,9

11. Lama pemeriksaan

kesehatan

Total 36 100,0

a. Dapat merusak paru-paru,

hipertensi, jantung, dan kanker

b. Dapat mengganggu pekerjaan

c. Dapat menyebabkan kanker

20 11 5 55,6 30,6 13,9

12. Bahaya merokok

Total 36 100,0

a. Ya

b. Tidak

c. Tidak tahu

28 1 7 77,8 2,8 19,4

13. Selesai bekerja harus

membersihkan diri

Total 36 100,0

a. Ya

b. Tidak

c. Tidak tahu

10 14 12 27,8 38,9 33,3

14. Pakaian kerja harus

diganti tiap hari


(56)

Tingkat pengetahuan responden tentang paparan debu kayu mayoritas dalam kategori baik, karena berdasarkan pemberian jawaban responden pada setiap item pertanyaan sebagian besar responden dapat menjawab dengan benar/hampir benar, seperti pengertian debu, sebanyak 36,1% responden mengatakan bahwa debu adalah partikel yang terbang bersama udara. Sumber debu, sebanyak 66,7% responden mengatakan bahwa debu dapat berasal dari tempat pengolahan kayu. Lama waktu kerja dalam sehari, sebanyak 77,8% responden mengatakan 8 jam. Demikian juga dengan pernyataan tentang pengendalian paparan debu, sebanyak 33,3% responden mengatakan dengan cara menggunakan masker.

Pengertian alat pelindung diri, sebanyak 44,4% responden mengatakan APD adalah alat untuk melindungi diri. APD yang seharusnya dipakai pada saat bekerja, sebanyak 77,8% responden mengatakan masker dan sebanyak 19,4% mengatakan sarung tangan. Syarat-syarat alat pelindung diri, sebanyak 33,3% responden mengatakan APD harus memenuhi standar dan tahan lama. Tujuan dan manfaat APD, sebanyak 52,8% responden mengatakan bahwa menggunakan APD dapat mencegah bahaya dari pekerja. Dampak paparan debu kayu, sebanyak 75,0% responden mengatakan batuk dan sesak dada. Cara pencegahan debu kayu, sebanyak 44,4% responden dengan menggunakan APD.

Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan responden dibedakan menjadi dua kategori yaitu baik dan kurang baik seperti yang tersaji pada tabel 4.7 di bawah ini.


(57)

Tabel 4.7 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan di Usaha Pertukangan Kayu Desa Tembung Tahun 2010

No. Pengetahuan Jumlah Persentase

1. Baik 20 55,6

2. Kurang baik 16 44,4

Total 36 100,0

Berdasarkan tabel 4.7. di atas dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan kategori baik sebanyak 20 orang (55,6%), sementara kategori kurang baik sebanyak 16 orang (44,4%).

4.5.8. Sikap Responden

Sikap yang diukur dalam penelitian ini menyangkut perasaan setuju, kurang setuju, dan tidak setuju terhadap item-item pernyataan yang diberikan tentang paparan debu kayu. Hasil jawaban responden berdasarkan sikap dapat dilihat pada tabel 4.8.

Tabel 4.8. Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Sikap Tentang Paparan Debu Kayu di Usaha Pertukangan Kayu Desa Tembung Tahun 2010

Tidak Setuju

Kurang

Setuju Setuju

No Pertanyaan

n % n % n %

n %

1. Debu bersumber dari industri

atau tempat pertukangan kayu 2 5,6 8 22,2 26 72,2 36 100,0

2. Debu bersumber dari

pencemaran udara 6 16,7 2 5,6 28 77,8 36 100,0

3. Dampak debu yang nenggangu

kesehatan adalah batuk, sesak dada, gatal-gatal kulit, iritasi mata, dan setres

6 16,7 7 19,4 23 63,9 36 100,0

4. Waktu jam kerja 8 jam 6 16,7 7 19,4 23 63,9 36 100,0

5. Pengendalian untuk

menghindari kadar debu adalah pemakain APD

6 16,7 7 19,4 23 63,9 36 100,0 6. Ketika bekerja harus memakai

masker, dan sarung tangan sebagai APD

7 19,4 9 25,0 20 55,6 36 100,0 7. APD dapat memberikan


(58)

Tidak Setuju

Kurang

Setuju Setuju

No Pertanyaan

n % n % n %

n %

8. Tujuan dan manfaat APD adalah untuk menghindari resiko dari pekerjaan

9 25,0 8 22,2 19 52,8 36 100,0

9. Pencegahan debu kayu dapat

dilakukan di ruangan kerja 10 27,8 13 36,1 13 36,1 36 100,0

10. Pengukuran debu dilakukan untuk melihat tingkat bahaya dari debu

12 33,3 8 22,2 16 44,4 36 100,0 11. Saat bekerja tidak boleh

merokok 26 72,2 5 13,9 5 13,9 36 100,0

12. Pemeriksaan kesehatan

dilakukan minimal 6 bulan sekali

24 66,7 5 13,9 7 19,4 36 100,0 13. Pakaian kerja harus diganti

setiap hari 18 50,0 11 30,6 7 19,4 36 100,0

14. Setelah bekerja harus

membersihkan diri 5 13,9 5 13,9 26 72,2 36 100,0

Hasil wawancara diperoleh sebagian besar responden memiliki sikap baik tentang paparan debu kayu. Hal ini dikarenakan mayoritas responden menyatakan setuju pada sebagian besar item pernyataan yaitu 72,2% responden setuju bahwa debu bersumber dari industri atau tempat pertukangan kayu, 77,8% responden setuju bahwa debu bersumber dari pencemaran udara, 63,9% responden setuju bahwa debu dapat menggangu kesehatan seperti batuk, sesak dada, gatal-gatal kulit, iritasi mata, dan setres. Sebanyak 63,9% responden setuju jika waktu jam kerja selama 8 jam, 63,9% responden setuju bahwa pengendalian debu dapat dilakukan dengan memakai APD, 55,6% responden setuju bahwa ketika bekerja harus memakai masker, dan sarung tangan sebagai APD. Sebanyak 41,7% responden setuju bahwa APD dapat memberikan perlindungan yang adekuat, 52,8% responden setuju bahwa tujuan APD adalah untuk menghindari resiko dari pekerjaan, 36,1% responden setuju bahwa pencegahan debu kayu dapat dilakukan di ruangan kerja. Sebanyak 44,4% responden setuju jika pengukuran debu dilakukan untuk melihat tingkat bahaya dari


(59)

Distribusi frekuensi sikap responden dibedakan menjadi dua kategori yaitu baik dan kurang baik seperti yang tersaji pada tabel 4.9 di bawah ini.

Tabel 4.9 Distribusi Responden Berdasarkan Sikap di Usaha Pertukangan Kayu Desa Tembung Tahun 2010

No. Sikap Jumlah Persentase

1. Baik 24 66,7

2. Kurang baik 12 33,3

Total 36 100,0

Berdasarkan tabel 4.9. di atas dapat dilihat bahwa sikap responden kategori baik sebanyak 24 orang (66,7%), sementara kategori kurang baik sebanyak 12 orang (33,3%).

4.5.9. Tindakan Responden

Tindakan responden dalam penelitian ini berkenaan dengan tindakan didalam pengendalian paparan debu kayu . Hasil jawaban resonden dalam hal tindakan dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.10. Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Tindakan Dalam Pengendalian Paparan Debu Kayu di Usaha Pertukangan Kayu Desa Tembung Tahun 2010

No. Pertanyaan Jawaban Jumlah Persentase

a. Ya b. Tidak 4 32 11,1 88,9 1. Perusahaan selalu melakukan

pengukuran kadar debu

Total 36 100,0

a. < 8 jam

b. ≥8 jam

5 31

13,9 86,1

2. Lama waktu bekerja dalam sehari

Total 36 100,0

a. Ada

b. Tidak ada

14 22

38,9 61,1

3. Pengendalian untuk menghindari

paparan debu.

Total 36 100,0

a. Ada

b. Tidak ada

19 17

52,8 47,2

4. Ada pelindung diri yang dipakai

dalam bekerja

Total 36 100,0

a. Ya b. Tidak 16 20 44,4 55,6 5. Alat Pelindung diri dipakai setiap

hari


(1)

KUESIONER PENELITIAN

PENGUKURAN DEBU DAN PERILAKU PEKERJA SERTA KELUHAN KESEHATAN DI TEMPAT PERTUKANGAN KAYU DESA TEMBUNG

KECAMATAN PERCUT SEI TUAN TAHUN 2010

I. DATA UMUM

Nama Responden : Umur / Tanggal lahir :

Alamat :

Nama Perusahan :

Lama Kerja :

Jumlah jam kerja/ hari : Bekerja di bagian :

II. DATA KHUSUS A. PENGETAHUAN

1. Menurut anda apa yang dimaksud dengan debu ?

a. Debu adalah partikel yang melayang di udara dengan ukuran 1 mikron – 500 mikron yang jika terhirup mengendap di paru – paru dan dapat

mengganggu kesehatan

b. Debu adalah serbuk dari pemotongan kayu

c. Debu adalah partikel yang terbang bersama udara 2. Menurut anda bersumber dari mana debu?

a. Dari tanah yang berterbangan b. Dari asap kendaraan bemotor c. Dari tempat pengolahan kayu

3. Menurut anda berapa lama waktu kerja dalam sehari yang disesuaikan dengan peraturan Dinas Kesehatan ?


(2)

a. 10 Jam kerja b. 8 jam kerja c. 12 jam kerja

4. Menurut anda pengendalian apa yang harus dilakukan untuk menghindari paparan debu kayu?

a. Mengganti baju setiap hari b. Memakai alat pelindung diri berupa masker dan sarung tangan

c. Memakai Masker

5. Menurut anda apa yang dimaksud dengan Alat pelindung diri?

a. Suatu alat yang dipakai untuk melindungi diri dari tubuh terhadap bahaya

kecelakaan kerja

b. Untuk melindungi diri

c. Alat yang digunakan seseorang dalam bekerja

6. Menurut anda alat pelindung diri apa yang harus dipakai ketika bekerja? a. Masker

b. Helm

c. Sarung tangan

7. Menurut anda apa syarat-syarat alat pelindung diri? a. Suku cadangnya mudah di dapat

b. Harus memenuhi standard dan tahan lama

c. Dapat memberikan perlindungan yang adekuat, beratnya ringan , Fleksibel, tidak menimbulkan bahaya bagi pemakainya, suku cadangnya mudah di dapat serta sesuai standard dan tahan lama

8. Menurut anda apa tujuan dan manfaat dari Alat pelindung diri?

a. Menghindari resiko dari pekerjaan seperti kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja

b. Melindungi diri dari paparan debu kayu c. Mencegah terjadinya bahaya dari pekerjaan 9. Menurut anda apa dampak dari paparan debu?


(3)

b. Kanker

c. Batuk, iritasi kulit, Sesak dada, Infeksi saluran pernafasan akut 10. Menurut anda apakah cara pencegahan dari debu yang harus dilakukan di

ruangan kerja?

a. Pemakaian alat pelindung diri

b. Adanya ventilasi umum yang dapat mengalirkan udara ke ruangan kerja melalui pintu dan jendela serta pemakaian alat pelindung diri

c. Tidak merokok

11. Menurut anda berapa lama waktu pemeriksaan kesehatan dilakukan?

a. 1 bulan sekali

b. 3 bulan sekali

c. 6 bulan sekali

12. Menurut anda apakah bahaya dari merokok?

a. Dapat merusak paru – paru, hipertensi, jantung, dan kanker b. Dapat mengganggu pekerjaan (jadi lambat bekerja)

c. Dapat menyebabkan kanker 13. Menurut anda apakah selesai bekerja kita harus membersihkan diri / mandi?

a. Supaya bersih

b. Supaya bersih, segar dan tidak bau

c. Supaya segar

14. Menurut anda apakah pakaian kerja harus diganti setiap hari? a. Supaya bersih dan tidak mengganggu kesehatan

b. Supaya nyaman dipakai


(4)

B. SIKAP

No. Sikap Responden Setuju Kurang

Setuju

Tidak Setuju 1. Debu itu bersumber dari industri atau tempat

pertukangan kayu

2. Debu merupakan sumber dari pencemaran udara 3. Waktu jam kerja yang sebaiknya sesuai dengan

peraturan Dinas Kesehatan adalah 8 jam kerja 4. Dampak debu yang dapat mengganggu

kesehatan itu adalah batuk, sesak dada, gatal – gatal kulit, iritasi mata dan stress

5. Pengendalian untuk menghindari kadar debu adalah pemakaian alat pelindung diri

6. Ketika kita bekerja harus memakai masker, dan sarung tangan sebagai alat pelindung diri

7. Syarat dari APD dapat memberikan perlindungan yang adekuat, beratnya ringan, Fleksibel, tidak menimbulkan bahaya bagi pemakainya, suku cadangnya mudah di dapat serta sesuai standard dan tahan lama

8. Tujuan dan manfaat dari Alat pelindung diri untuk menghindari resiko dari pekerjaan seperti kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja

9. Cara pencegegahan dari debu yang harus dilakukan di ruangan kerja adanya ventilasi umum yang dapat mengalirkan udara ke ruangan kerja melalui pintu dan jendela serta pemakaian APD

10. Pengukuran debu dilakukan untuk melihat tingkat bahaya dari debu

11. Saat bekerja tidak boleh merokok

12. Pemeriksaan kesehatan dilakukan minimal 6 bulan sekali

13. Pakaian kerja harus diganti setiap hari

14. Setelah bekerja kita harus membersihkan diri / mandi


(5)

C. TINDAKAN

1. Apakah perusahaan ini melakukan pengukuran debu terhadap debu kayu di tempat pertukangan kayu ini?

a. Ya

b. Tidak

jika tidak, alasannya ...?

3. Apakah ada alat pelindung diri yang anda pakai dalam bekerja? a. Ada,

jika ada, apa ...? b. Tidak ada

jika tidak ada, alasannya ...?

4. Apakah alat pelindung diri yang anda gunakan dipakai setiap hari? a. Ya

b. Tidak

5. Apakah alat pelindung diri yang anda gunakan bersih dan aman? (observasi) a. Ya

b. Tidak

7. Apakah pemeriksaan kesehatan rutin anda lakukan minimal 6 bulan sekali?

a. Ya

b. Tidak

jika tidak, alasannya ...?

8. Apakah anda bekerja sambil merokok? (observasi) a. Ya

b. Tidak

9. Apakah selesai bekerja anda membersihkan diri / mandi? a. Ya

b. Tidak

jika tidak, alasannya ...?

10. Apakah anda mengganti pakaian dalam bekerja setiap hari? a. Ya

b. Tidak


(6)

D. KELUHAN KESEHATAN PEKERJA 1. Jenis keluhan kesehatan

No. Jenis Keluhan Ya Tidak

1. Batuk dan sesak dada 2. Gatal – gatal kulit 3. Iritasi mata / mata merah

2. Sudah berapa lama anda merasakan keluhan atau gangguan kesehatan tersebut ?

a. ≥1 tahun

b. ≤1 tahun

3. Kapan anda merasakan keluhan / gangguan kesehatan tersebut ?

a. Saat bekerja

b. Sesudah pulang kerumah

4. Apakah anda pernah memeriksakan diri anda ke dokter ?

a. Ya, pernah

b. Tidak pernah

5. Jika pernah, kapan anda memeriksakan diri ke dokter ? a. 6 bulan sekali

b. Bila sakit saja

6. Pernah di op name karena adanya gangguan kesehatan akibat paparan debu kayu:

a. Tidak pernah b. Pernah