Pengaruh waktu pemolesan bahan poles bubuk pumice terhadap kekasaran permukaan resin akrilik polimerisasi panas

(1)

PENGARUH WAKTU PEMOLESAN BAHAN POLES

BUBUK PUMICE TERHADAP KEKASARAN

PERMUKAAN RESIN AKRILIK

POLIMERISASI PANAS

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

NURAIN BINTI NOMAN NIM: 100600144

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2014


(2)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Ilmu Material dan Teknologi Kedokteran Gigi

Tahun 2014

Nurain binti Noman

Pengaruh waktu pemolesan bahan poles bubuk pumice terhadap kekasaran permukaan resin akrilik polimerisasi panas

x + 41 halaman

Suatu bahan restorasi dari resin akrilik harus mempunyai permukaan yang licin, halus dan kekasaran permukaan seminimal mungkin. Kekasaran permukaan yang tinggi menyebabkan tingginya penumpukan plak dan bakteri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kekasaran permukaan resin akrilik polimerisasi panas setelah pemolesan dengan bubuk pumice dalam waktu 30, 60, 90 dan 120 detik. Sampel resin akrilik polimerisasi panas ukuran 10 x 10 mm dengan ketebalan 2,5 mm sebanyak 10 buah untuk setiap kelompok. Tahap pembuatan sampel yaitu pembuatan mold, pengisian resin akrilik pada mold, proses curing dan penyelesaian sampel. Setiap 10 sampel dipoles dengan bubuk pumice yang dibasahi air, selama 30, 60, 90 dan 120 detik. Pengukuran kekasaran permukaan sampel dilakukan sebelum dan sesudah pemolesan menggunakan alat profilometer. Hasil analisis uji t-berpasangan diperoleh nilai kekasaran permukaan sebelum dan sesudah pemolesan terdapat perubahan kekasaran yang signifikan 0,000 (p<0,05). Hasil analisis uji one-way ANOVA diperoleh nilai selisih kekasaran permukaan pemolesan selama 30 detik 0,21 ± 0,05, 60 detik 0,35 ± 0,06, 90 detik 0,43 ± 0,06 dan 120 detik 0,67 ± 0,11 maka terdapat perubahan kekasaran yang signifikan 0,000 (p<0,05). Kesimpulan dari penelitian ini adalah adanya perbedaan kekasaran permukaan resin akrilik polimerisasi panas setelah dipoles dengan bubuk pumice selama 30, 60, 90 dan 120 detik.


(3)

(4)

PENGARUH WAKTU PEMOLESAN BAHAN POLES

BUBUK PUMICE TERHADAP KEKASARAN

PERMUKAAN RESIN AKRILIK

POLIMERISASI PANAS

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

NURAIN BINTI NOMAN NIM: 100600144

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(5)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi

Medan, 20 November 2014 Pembimbing: Tanda Tangan

1. Sumadhi S,drg.,Ph.D NIP : 19460310 197107 1 001 2. Astrid Yudhit, drg., M.Si NIP : 19781130 200501 2 001

………..


(6)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji pada tanggal 20 November 2014

TIM PENGUJI

KETUA : Lasminda Syafiar, drg., M.Kes ANGGOTA : 1. Sumadhi S, drg., Ph.D

2. Rusfian, drg., M.Kes 3. Astrid Yudhit, drg


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-Nya, sehingga proposal ini telah selesai disusun. Penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada kedua orang tua tercinta, Ayahanda dan Ibunda atas segala pengorbanan, doa, dukungan dan kasih sayangnya.

Dipenulisan proposal ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan, pengarahan dan saran dari berbagai pihak. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Nazruddin, drg., C.Ort., Ph.D, Sp.Ort selaku Dekan Fakultas Kedokteran gigi Universitas Sumatera Utara

2. Lasminda Syafiar, drg., M.Kes selaku Ketua Departemen Ilmu Material dan Teknologi

3. Sumadhi S, drg., Ph.D selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan pengarahan, bimbingan, penjelasan dan motivasi selama proses penyusunan proposal sampai dengan selesai.

4. Astrid Yudhit, drg., MSi selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan pengarahan, bimbingan, penjelasan dan motivasi selama proses penyusunan proposal sampai dengan selesai.

5. Seluruh staf pengajar dan karyawan di Departemen Ilmu Material dan Teknologi Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara atas masukan dan bantuan yang diberikan sehingga skripsi ini dapat berjalan dengan lancar.

6. Drs. Suparmin, MT selaku Kepala Bagian Laboratorium Mesin Politeknik Negeri Medan, dan Drs. Moch. Agus Zaenuri, MT selaku Kepala Bagian Laboratorium CNC Politeknik Negeri Medan atas bantuannya selama penulis melakukan penelitian.

7. Maya Fitria, SKM., M.Kes selaku dosen di Fakultas Kesehatan Masyarakat yang telah banyak mengarahkan dan memberikan masukan dalam mengolah data skripsi ini.


(8)

Rasa hormat dan terima kasih yang tiada terhingga penulis persembahkan kepada orangtua penulis, Ayah No’man bin Haji Harun dan Ibu Norjehan binti Rasip atas segala doa, kasih sayang, dukungan, dan semangat yang selalu diberikan kepada penulis.

Sahabat-sahabat tersayang penulis S.Jeevamalar, Khairunnisa, Tirumagal, Gowri, Loo Qai Jack dan teman-teman seangkatan lainnya yang tidak dapat disebutkan satu per satu atas bantuan, doa, dan dukungan selama penulis melakukan penelitian dan penulisan skripsi ini.

Akhir kata penulis mengharapkan semoga hasil karya atau proposal ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi fakultas, pengembangan ilmu dan masyarakat.

Medan, Nopember 2014 Penulis,

( Nurain Binti Noman) NIM : 100600144


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL... HALAMAN PERSETUJUAN……… HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI………...

KATA PENGANTAR………. iv

DAFTAR ISI... . vi

DAFTAR TABEL………... vii

DAFTAR GAMBAR………... viii

DAFTAR LAMPIRAN……….. x

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang………... 1.2 Rumusan Masalah………... 1.3 Tujuan Penelitian………... 1.4 Hipotesis Penelitian………... 1.5 Manfaat Penelitian...

1 3 3 3 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Resin Akrilik ………... 2.1.1 Resin Akrilik Swapolimerisasi………... 2.1.2 Resin Akrilik Aktivasi Sinar………... 2.1.3 Resin Akrilik Polimerisasi Panas………... 2.2 Pemanipulasian Resin Akrilik………... 2.2.1 Cara Mencampur Resin Akrilik……….. 2.2.2 Cara Memasukkan Resin Akrilik ke dalam Mold………….. 2.2.3 Cara Menggodok Resin Akrilik………. 2.2.4 Kesalahan Pemanipulasian………... 2.3 Sifat Resin Akrilik... 2.4 Kekasaran Permukaan Resin Akrilik ... 2.5 Pemolesan...………. 2.5.1 Bahan-bahan Pemolesan Resin Akrilik……….. 2.5.2 Alat-alat Pemolesan………

5 5 6 7 9 9 9 9 10 10 10 11 11 13


(10)

2.5.3 Cara Pemolesan………... 2.5.4 Manfaat Pemolesan... 2.6 Alat Profilometer... 2.7 Kerangka Teori... 2.8 Kerangka Konsep...

14 14 14 16 17

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian……….... 3.2 Desain Penelitian……….………... 3.3 Tempat dan Waktu……….... 3.3.1 Tempat Penelitian………... 3.3.2 Waktu Penelitian... 3.4 Sampel dan Besar Sampel...……….. 3.4.1 Sampel...……… 3.4.2 Besar Sampel... 3.5 Variabel Penelitian... 3.5.1 Variabel Bebas... 3.5.2 Variabel Terikat... 3.5.3 Variabel Terkendali... 3.5.4 Variabel Tidak Terkendali... 3.6 Definisi Operasional... 3.7 Alat dan Bahan Penelitian... 3.7.1 Alat Penelitian... 3.7.2 Bahan Penelitian... 3.8 Prosedur Penelitian... 3.8.1 Pembuatan Master Sampel... 3.8.2 Pembuatan Sampel... 3.8.3 Pengukuran Kekasaran Permukaan Sampel Sebelum Pemolesan... 3.8.4 Pemolesan... 3.8.5 Pengukuran Kekasaran Permukaan Sampel Sesudah

Pemolesan... 3.9 Analisis Data...

18 18 18 18 18 18 18 19 19 19 19 20 20 20 21 21 26 27 27 28 29 30 31 31

BAB 4 HASIL PENELITIAN

4.1 Hasil Penelitian...………...

4.2 Analisis Hasil Penelitian...……… 32 33

BAB 5 PEMBAHASAN………... 36


(11)

DAFTAR PUSTAKA………... 39 LAMPIRAN


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel Halama n

1

2

Hasil Pengukuran Kekasaran Permukaan Resin Akrilik Polimerisasi Panas Sebelum dan Sesudah Pemolesan dengan Bubuk Pumice Selama 30, 60, 90, 120 Detik...………. Rerata Perbedaan Selisih Kekasaran Permukaan Sebelum dan Sesudah Pemolesan Selama 30, 60, 90 dan 120 detik...

32


(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25

Resin akrilik swapolimerisasi………... Resin akrilik aktivasi sinar... Resin akrilik polimerisasi panas... Bubuk pumice... Tripoli... Tin oxide... Ragwheel... Profilometer... Sampel... Rubber bowl dan spatula... Gelas ukur... Kuvet... Master sampel... Penggaris... Timbangan digital... Water bath... Stopwatch... Micromotor... Straight handpiece... Stone bur... Profilometer... Disposable plastic syringe... Ragwheel... Gips putih... Resin akrilik polimerisasi panas...

6 7 8 11 12 13 13 15 18 21 21 21 22 22 22 23 23 23 24 24 24 25 25 26 26


(14)

26 27 28 29 30

Kertas pasir nomor 600... Bubuk pumice... Titik-titik pengukuran kekasaran permukaan... Cara pemolesan sampel... Grafik rata-rata selisih pengukuran kekasaran permukaan resin akrilik polimerisasi panas sebelum dan sesudah pemolesan dengan waktu 30, 60, 90 dan 120 detik...

27 27 29 30


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Alur penelitian.

2. Hasil pengukuran kekasaran permukaan resin akrilik polimerisasi panas sebelum dan sesudah pemolesan dengan bubuk pumice selama 30, 60, 90, 120 detik.

3. Hasil pengukuran selisih kekasaran permukaan resin akrilik polimerisasi panas sebelum dan sesudah pemolesan dengan bubuk pumice selama 30, 60, 90 dan 120 detik.

4. Analisis statistik


(16)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Ilmu Material dan Teknologi Kedokteran Gigi

Tahun 2014

Nurain binti Noman

Pengaruh waktu pemolesan bahan poles bubuk pumice terhadap kekasaran permukaan resin akrilik polimerisasi panas

x + 41 halaman

Suatu bahan restorasi dari resin akrilik harus mempunyai permukaan yang licin, halus dan kekasaran permukaan seminimal mungkin. Kekasaran permukaan yang tinggi menyebabkan tingginya penumpukan plak dan bakteri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kekasaran permukaan resin akrilik polimerisasi panas setelah pemolesan dengan bubuk pumice dalam waktu 30, 60, 90 dan 120 detik. Sampel resin akrilik polimerisasi panas ukuran 10 x 10 mm dengan ketebalan 2,5 mm sebanyak 10 buah untuk setiap kelompok. Tahap pembuatan sampel yaitu pembuatan mold, pengisian resin akrilik pada mold, proses curing dan penyelesaian sampel. Setiap 10 sampel dipoles dengan bubuk pumice yang dibasahi air, selama 30, 60, 90 dan 120 detik. Pengukuran kekasaran permukaan sampel dilakukan sebelum dan sesudah pemolesan menggunakan alat profilometer. Hasil analisis uji t-berpasangan diperoleh nilai kekasaran permukaan sebelum dan sesudah pemolesan terdapat perubahan kekasaran yang signifikan 0,000 (p<0,05). Hasil analisis uji one-way ANOVA diperoleh nilai selisih kekasaran permukaan pemolesan selama 30 detik 0,21 ± 0,05, 60 detik 0,35 ± 0,06, 90 detik 0,43 ± 0,06 dan 120 detik 0,67 ± 0,11 maka terdapat perubahan kekasaran yang signifikan 0,000 (p<0,05). Kesimpulan dari penelitian ini adalah adanya perbedaan kekasaran permukaan resin akrilik polimerisasi panas setelah dipoles dengan bubuk pumice selama 30, 60, 90 dan 120 detik.


(17)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Resin akrilik merupakan salah satu bahan kedokteran gigi yang telah banyak diaplikasikan dan digunakan secara meluas sebagai bahan restorasi, baik dalam hal pada pembuatan sendok cetak khusus, gigi geligi dan basis gigi tiruan, pelat ortodonsi serta restorasi mahkota sementara dan jembatan. 1-6

Resin akrilik terdapat dalam tiga jenis, yaitu resin akrilik polimerisasi panas

(Heat-Cured Polymerization), resin akrilik swapolimerisasi (Self-Cured

Autopolymerizing/ Resin Cold Curing) dan resin akrilik aktivasi sinar (Light Curing

Acrylic).1-3

Suatu resin akrilik untuk dijadikan bahan restorasi harus mempunyai permukaan yang licin, halus serta kekasaran permukaan yang seminimal mungkin. Hal ini karena permukaan yang mempunyai kekasaran permukaan yang tinggi akan menyebabkan tingginya jumlah penumpukan plak dan bakteri serta akan mengganggu fungsi estetis dari sesuatu restorasi tersebut. Jika penumpukan plak dan bakteri ini semakin bertambah, kondisi rongga mulut akan menjadi buruk dan seterusnya akan berdampak pada estetis pasien. Selain itu, oral hygiene juga akan sulit untuk dijaga disebabkan dari penumpukan plak dan bakteri secara terus-menerus.7-9

Beberapa peneliti telah melaporkan bahwa permukaan akrilik yang kasar akan menyebabkan akumulasi bakteri dan pembentukan plak. Bollen, dkk (1997) mengungkapkan bahwa kolonisasi bakteri yang signifikan akan terjadi jika kekasaran permukaan lebih dari 2 µ m.10

Untuk mendapatkan resin akrilik yang baik dari segi biologis dan estetis ini, sesuatu restorasi resin akrilik tersebut haruslah dipoles dengan alat, bahan, dan cara yang tepat.


(18)

Di antara alat yang digunakan untuk memoles resin akrilik adalah stone bur, kertas pasir dan ragwheel. Kesemua alat ini digunakan secara bertahap karena tanpa tahapan yang betul, resin akrilik tersebut tidak akan mendapat hasil pemolesan yang bagus. Pertama kali akrilik akan melalui proses grinding dengan menggunakan

micromotor, straight handpiece dan stone bur. Kemudian akan dipoles terlebih

dahulu menggunakan kertas pasir. Setelah itu barulah dipoles menggunakan

micromotor, ragwheel dan bahan bubuk pumice. 3 Bubuk pumice yang dicampur

dengan air adalah yang umum dipakai untuk pemolesan akhir.11

Selain itu, bahan-bahan poles yang digunakan untuk memoles resin akrilik adalah bubuk pumice, tin oxide dan tripoli. Ketiga-tiga bahan ini tersedia dalam bentuk bubuk. Bubuk pumice merupakan bahan kaca alami yang kaya silica dan merupakan derivat batu vulkanik yang sangat halus. Tin oxide adalah bahan abrasif yang sangat halus dan untuk mendapatkan pasta abrasif ringan dari bahan ini, ia dapat dicampur dengan air, alkohol atau gliserin. Tripoli merupakan bahan yang asalnya dari endapan batu silica yang ringan dan rapuh. Tripoli dijumpai dalam warna abu-abu, merah muda, merah atau kuning.3

Berdasarkan penelitian Ahmad (2011) tentang evaluasi dan perbandingan terhadap kekasaran permukaan resin akrilik yang dipoles menggunakan bubuk

pumice, white sand dan black sand, mengungkapkan bahwa bubuk pumice yang

digunakan bersama air untuk memoles permukaan resin akrilik memberikan permukaan yang paling licin.12

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Saeed, dkk (2013) tentang pengaruh waktu pemolesan dan penyelesaian terhadap dua jenis komposit mengungkapkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan tentang peningkatan waktu pemolesan dan penyelesaian terhadap kedua-dua jenis komposit.7

Berdasarkan penelitian Watanabe, dkk (2004) tentang pengaruh waktu pemolesan terhadap kekasaran permukaan resin komposit mengungkapkan bahwa kekasaran permukaan resin komposit berkurang dengan waktu pemolesan yang lebih lama.13


(19)

Salah satu cara memoles resin akrilik yang tepat adalah memoles resin akrilik dengan waktu yang sesuai. Waktu yang sesuai berperan dalam mengurangi kekasaran permukaan pada resin akrilik. Apabila resin akrilik dipoles dalam waktu yang singkat, kekasaran permukaan masih tinggi.

Namun, belum ada data-data mengenai waktu pemolesan resin akrilik polimerisasi panas yang tepat untuk mendapatkan kekasaran permukaan resin akrilik yang minimal.

Dari uraian diatas, maka perlu dilakukan penelitian tentang pengaruh waktu pemolesan menggunakan bahan poles bubuk pumice terhadap kekasaran permukaan resin akrilik polimerisasi panas.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah ada perbedaan kekasaran permukaan resin akrilik polimerisasi panas setelah pemolesan dengan bubuk pumice dalam waktu 30, 60, 90 dan 120 detik.

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kekasaran permukaan resin akrilik polimerisasi panas setelah pemolesan dengan bubuk pumice dalam waktu 30, 60, 90 dan 120 detik

1.4 Hipotesis

Tidak ada perbedaan kekasaran permukaan resin akrilik polimerisasi panas setelah pemolesan dengan bubuk pumice selama 30, 60, 90 dan 120 detik.


(20)

1.5 Manfaat Penelitian

1. Menambah pengetahuan dokter gigi sebagai pertimbangan dalam pemolesan berbagai jenis protesa yang menggunakan bubuk pumice.


(21)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Resin Akrilik

Resin akrilik merupakan resin sintetis yang paling banyak digunakan di kedokteran gigi. Resin akrilik terdiri dari powder dan liquid yang dicampurkan.

Powder mengandung butir polimetakrilat, inisiator kimia (benzoil peroksida) dan

pigmen. Pigmen yang umum digunakan adalah putih. merah, kuning atau coklat dan warna merah muda untuk disesuaikan dengan warna rongga mulut. Liquid mengandung monomer metakrilat dan aktivator kimia (amintersier). 6,14

Resin akrilik terdapat dalam tiga jenis yaitu resin akrilik swapolimerisasi, resin akrilik aktivasi sinar dan resin akrilik polimerisasi panas. Resin akrilik swapolimerisasi menggunakan bahan kimia amintersier sebagai aktivator. Resin akrilik aktivasi sinar pula menggunakan sinar biru untuk diaktivasi. Resin akrilik polimerisasi panas menggunakan energi termal untuk mengaktivasinya.1-3,15

2.1.1 Resin Akrilik Swapolimerisasi

Resin akrilik swapolimerisasi merupakan resin akrilik yang aktivasinya terjadi secara kimia. Bahan kimia yang digunakan untuk resin akrilik swapolimerisasi dan resin akrilik polimerisasi panas adalah sama namun, resin akrilik yang teraktivasi secara kimia tidak memerlukan penggunaan energi termal dan dapat dilakukan pada suhu kamar. Penambahan amintersier (aktivator) terhadap monomer yaitu benzoil peroksida akan menyebabkan terjadinya aktivasi kimia. Pengadukan komponen

powder dan liquid, menyebabkan terpisahnya benzoil peroksida (inisiator) akibat dari

kerja amintersier sehingga radikal bebas terhasil dan proses polimerisasi dimulai.1-4,


(22)

Reaksi Polimerisasi

Polimer (powder) + Monomer (liquid) → Polimer + Panas (Inisiator peroksida) (Akselerator amin)

Gambar 1. Resin Akrilik Swapolimerisasi 17

2.1.2 Resin Akrilik Aktivasi Sinar

Resin akrilik aktivasi sinar mengandung urethane dimethacrylate dan sedikit

microfine silica. Akrilik ini tersedia dalam bentuk lembaran. Lembaran ini belum

dicampur dan dikemas dengan kertas tipis bertujuan untuk mencegah terjadinya polimerisasi awal. Bahan ini dipolimerisasi dalam suatu ruangan yang mengandung sinar. Ruangan tersebut dipanggil curing unit. Resin akrilik kemudiannya diaktivasi dengan sinar biru yang memiliki panjang gelombang 400-500 nm selama 10 menit dengan intensitas sinar yang tinggi yang keluar dari bola lampu quartz-halogen. Resin akrilik ini digunakan untuk perbaikan bila basis gigitiruan patah. 3,4,15


(23)

Gambar 2. Resin Akrilik Aktivasi Sinar 18

2.1.3 Resin Akrilik Polimerisasi Panas

Powder pada resin akrilik polimerisasi panas mengandung butir-butir

polimetil metakrilat pra-polimerisasi dan sedikit benzoil peroksida. Benzoil peroksida adalah zat kimia yang akan memulai proses polimerisasi dan disebut sebagai inisiator.

Liquid mengandung metil metakrilat yang tidak terpolimerisasi dengan sedikit

hidroquinon. Hidroquinon ditambahkan untuk bertindak sebagai penghambat yang mencegah terjadinya polimerisasi liquid selama waktu penyimpanan. 3,5,14

Resin akrilik polimerisasi panas adalah resin akrilik yang menggunakan bantuan pemanasan dan energi termal untuk menjalankan proses polimerisasinya. Penggunaan energi termal akan menyebabkan benzoil peroksida mengalami dekomposisi dan terbentuk radikal bebas. Radikal bebas yang terbentuk ini adalah tahap awal proses polimerisasi. Energi termal yang diperlukan untuk proses polimerisasi ini dapat diperoleh dengan menggunakan water bath, steam (uap), dry


(24)

Reaksi Monomer-Polimer

Tahap 1 : Terjadinya peresapan polimer ke dalam monomer dan seterusnya akan membentuk suatu cairan sandy atau granular (tidak bersatu).

Tahap 2 : Kemudian, penetrasi monomer terjadi sehingga pembungkus polimer pecah dan polimer seterusnya meresap masuk ke dalam monomer. Bahan akan terlihat agak lengket dan berserabut bila ditarik.

Tahap 3 : Merupakan tahap dough atau gel. Pada tahap ini, bahan menjadi lebih halus dan dough-like. Bahan mudah dibentuk, tidak lengket dan tidak berserabut. Pada tahap ini bahan sudah dapat dimasukkan ke dalam mold.

Tahap 4 : Pada tahap ini, tidak ada lagi penetrasi yang lebih lanjut dari polimer. Bahan menjadi lebih kohesif dan rubber-like. Bahan tidak lagi plastis dan pada tahap ini, bahan tidak lagi dapat dimasukkan ke dalam mold. 3-5


(25)

2.2 Pemanipulasian Resin Akrilik 2.2.1 Cara Mencampur Resin Akrilik

Bubuk akrilik dapat dicampur dengan dua cara yaitu : a. Cara Pasif

Liquid dimasukkan ke dalam pot akrilik. Powder dimasukkan sehingga semua

powder dibasahi dengan liquid. Kemudian, pot ditutup dengan rapat dan setelah

beberapa menit diperiksa campuran apakah cukup baik untuk dimasukkan ke dalam mold.

b. Cara Aktif

Setelah powder ditaburkan ke atas liquid di dalam pot, campuran tersebut diaduk dengan spatula. Kemudian pot digetar-getarkan untuk mengeluarkan gelembung udara. Pot ditutup dengan rapat dan ditunggu sehingga campuran menjadi

dough-like untuk dimasukkan ke dalam mold. 3

2.2.2 Cara Memasukkan Resin Akrilik ke dalam Mold

Terlebih dahulu, campuran akrilik haruslah telah cukup baik sebelum dimasukkan ke dalam mold. Setelah itu, campuran dimasukkan ke dalam mold sambil ditekan-tekan dengan ibu jari. Di atas campuran tersebut diberi cellophan sheet dan ditutup dengan kuvet antagonisnya. Setelah itu, campuran tersebut dipress (Proof

Press). Kuvet dibuka dan akrilik yang berlebihan dibuang dengan lecron mass.

Kemudian, cellophan sheet dibuang. Kuvet ditutup kembali dan dipress dengan kuat. Kuvet seterusnya dikunci. 3,4

2.2.3 Cara Menggodok Resin Akrilik

Kuvet dimasukkan ke dalam water-bath dan dipanaskan sampai 70OC dalam waktu 30 menit. Setelah itu, kuvet dibiarkan pada temperatur tersebut selama 70OC dalam waktu 30 menit. Lalu temperatur dinaikkan lagi hingga 100OC selama 15 menit dan kuvet dibiarkan pada temperatur tersebut selama 30 menit. Selesai proses pemanasan, kuvet dikeluarkan dari water-bath dan dibiarkan dingin sendiri dan bukannya didinginkan dibawah air kran. 3,4


(26)

2.2.4 Kesalahan Pemanipulasian

Pemanipulasian yang salah akan menyebabkan porositi. Porositi terdiri atas dua yaitu :

A. Internal Porosity

Internal porosity terjadi karena pemanasan yang tinggi dan cepat. Oleh karena

itu panas eksotermal menjadi tinggi. Terdapat sebagian monomer yang tidak sempat berpolimer langsung menguap membentuk bubbles. Bagian-bagian tebal pada resin akan menyebabkan bubbles tersebut terkurung dan menjadi poreus. 3

B. External Porosity

External porosity dapat disebabkan oleh ketidakhomogenan bahan tersebut

selama proses polimerisasi. Ini mungkin disebabkan monomer di satu bagian lebih banyak daripada bagian yang lain, sehingga bagian ini akan menyusut lebih banyak selama proses polimerisasi. Penyusutan ini akan membentuk ruang-ruang berupa porositi. 3

Selain itu, dapat juga terjadi akibat teknik pengepresan yang kurang tepat. Penekanan yang kurang lama atau resin akrilik terlalu cepat digodok. Hal ini menyebabkan diffusi monomer menjadi kurang baik. 3

2.3 Sifat Resin Akrilik

Resin akrilik terdiri atas tiga sifat. Sifat mekanis, sifat kemis dan sifat fisik. Sifat mekanis resin akrilik adalah kekuatan dan kekerasan. Sifat kemis adalah penyerapan air dan shrinkage resin akrilik. Sifat fisik resin akrilik adalah crazing dan kekasaran. 3

2.4 Kekasaran Permukaan Resin Akrilik

Kekasaran permukaan sesuatu restorasi, misalnya restorasi dari resin akrilik dapat mempengaruhi retensi biofilm, sehingga menyebabkan staining, inflamasi gingiva sehingga dapat mempengaruhi kinerja kerja dari sesuatu restorasi.5

Menurut Bollen, dkk (1997) timbulnya konsentrasi yang tinggi dari kolonisasi bakteri jika kekasaran permukaan lebih dari 2,0 µm dan karakteristik suatu resin


(27)

akrilik yang licin itu mempunyai kekasaran permukaan yang berkisar antara 0,03µm dan 0,75 µ m. 5

2.5 Pemolesan

Prosedur pemolesan merupakan proses penyelesaian yang paling halus dan akan menghasilkan goresan yang sangat halus sehingga tidak terlihat kecuali dilihat dengan menggunakan mikroskop. 3,19

Restorasi yang telah dipoles dengan baik dan halus akan meningkatkan kesehatan mulut dengan cara mencegah sisa makanan dan bakteri patogen melekat pada restorasi. Keadaan ini dapat dicapai dengan mengurangi kekasaran permukaan

(surface roughness) restorasi. 3

2.5.1 Bahan-bahan Pemolesan Resin Akrilik

Pumice merupakan hasil dari aktivitas gunung berapi. Aktivitas gunung berapi

menghasilkan bahan silika yang berwarna abu-abu muda. Secara umum, pumice digunakan dalam bentuk bubuk tetapi juga dapat ditemukan pada abrasif karet. Bubuk

pumice berasal batu vulkanik yang sangat halus dari Italia dan digunakan untuk

memoles banyak restorasi misalnya, resin akrilik, email gigi, amalgam gigi dan lempeng emas. 3,4


(28)

Bahan poles tripoli berasal dari endapan batu silika yang ringan dan rapuh. Tripoli terdapat dalam warna putih, merah muda, abu-abu, merah, atau kuning. Tripoli yang paling sering digunakan dalam kedokteran gigi adalah tripoli yang berwarna merah dan abu-abu. Batu tripoli ini terlebih dahulu telah digiling menjadi partikel yang sangat halus dan kemudiannya dibentuk menjadi batang-batang senyawa pemoles. Tripoli banyak digunakan untuk memoles logam campur dan beberapa bahan plastik seperti akrilik. 3

Gambar 5. Tripoli 21

Tin oxide merupakan bahan poles yang sangat halus. Banyak digunakan dalam

kedokteran gigi sebagai bahan pemoles untuk gigi, akrilik dan restorasi logam di dalam mulut. Bahan perlu dicampur dengan air, gliserin atau alkohol bagi membentuk suatu pasta abrasif ringan. 3


(29)

Gambar 6. Tin Oxide 22

2.5.2 Alat-alat Pemolesan

a. Micromotor7

b. Straight handpiece 7

c. Stone bur

d. Kertas pasir

e. Ragwheel

Suatu ragwheel harus digunakan dengan salah satu bahan poles, tidak boleh digunakan secara bergantian dengan bahan abrasif yang berbeda. Ragwheel juga harus dibiarkan lembut dan basah untuk mencegah panas yang berlebihan. 4,12


(30)

2.5.3 Cara Pemolesan

Pemolesan dilakukan dengan mempergunakan alat poles dibubuhi bahan poles dalam keadaan basah. Pemolesan juga dilakukan dalam waktu yang tertentu dapat mengurangi kekasaran permukaan yang akan menggangu fungsi dari sesuatu restorasi. Permukaan resin akrilik yang halus dapat mengurangi retensi biofilm, iritasi pada gingiva dan staining.1-9,12-14,19

2.5.4 Manfaat Pemolesan

Restorasi yang telah melalui proses penyelesaian akhir dan pemolesan dengan sempurna akan memberikan tiga manfaat yaitu :

a. Untuk mengurangi perlekatan bakteri sehingga, memelihara kesehatan mulut. Dalam hal ini, pemolesan dapat mengurangi perlekatan stain, plak, kalkulus karena sukar untuk lengket pada permukaan yang halus.

b. Mencegah staining

c. Nilai estetika. Permukaan yang halus dan mengkilap akan lebih terlihat estetis.

Hal ini dapat dicapai dengan cara mengurangi kekasaran permukaan akrilik. Permukaan yang lebih halus memiliki area retensi yang kurang dan lebih mudah untuk mempertahankan kondisi higienis 3,4,7,8

2.6 Alat Profilometer

Kekasaran permukaan (surface roughness) dapat diukur dengan menggunakan profilometer. Profilometer terdiri dari tracer head dan amplifier. Tracer head terbuat dari stylus intan yang mempunyai radius 0,013 mm. Stylus merupakan peraba dari alat ukur kekasaran permukaan yang dapat digerakkan sepanjang permukaan benda kerja secara manual maupun menggunakan motor penggeraknya yaitu secara otomatis.

Stylus akan bergerak apabila bersentuhan dengan permukaan yang tidak rata. Pergerakan stylus ini akan digambarkan dalam bentuk gelombang elektronik oleh

treacer head yang kemudian akan diperbesar oleh amplifier sehingga bentuk


(31)

(32)

2.7 Kerangka Teori Resin akrilik Jenis Sifat Komposisi Swapolimerisasi Polimerisasi panas Aktivasi sinar Fisik Crazing Kekasaran Mekanis Kekuatan Kekerasan Kemis Penyerapan air Powder Polimer Inisiator Stabilisator

Resin akrilik polimerisasi panas

Zat warna Liquid Monomer Inhibitor Plasticizers Shrinkage Pemolesan

Alat Bahan Waktu

Micromotor Pumice Tripoli Tin oxide Straigth handpiece Ragwheel Stone bur Kertas pasir


(33)

2.8 Kerangka konsep

Resin akrilik polimerisasi panas

Pemolesan

Kekasaran permukaan resin akrilik polimerisasi panas

berkurang Waktu pemolesan

120 detik 90

detik 60

detik 30

detik


(34)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian eksperimental

3.2 Desain Penelitian

Pre-test and post test

3.3 Tempat dan Waktu Penelitian 3.3.1 Tempat Penelitian

1. Departemen Ilmu Material dan Teknologi Kedokteran Gigi (IMTKG) Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara Medan

2. Laboratorium Teknik Mesin Politeknik Negeri Medan

3.3.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei - Juni 2014

3.4 Sampel dan Besar Sampel 3.4.1 Sampel

Lempeng resin akrilik polimerisasi panas yang dibuat berbentuk balok 10 x 10 mm dengan ketebalan 2,5 mm 12

Gambar 9. Sampel 2,5 mm


(35)

Kriteria inklusi : 1. Tidak poreus

2. Bentuknya sempurna Kriteria ekslusi :

1. Bentuknya tidak sempurna 2. Terdapat poreus

3.4.2 Besar Sampel

Penelitian ini menggunakan 4 kelompok perlakuan yaitu pemolesan selama 30, 60, 90 dan 120 detik sehingga semua sampel dipoles dan menggunakan rumus Federer 23 untuk menghitung jumlah sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini.

Rumus Federer : (t-1) (r-1) ≥ 15 (4-1) (r-1) ≥ 15 3r – 3 ≥ 15 3r ≥ 18 r ≥ 6

Keterangan :

t = jumlah perlakuan r = besar sampel

Maka besar sampel tiap kelompok perlakuan adalah 10 buah. Jumlah sampel keseluruhan adalah 40 buah.

3.5 Variabel Penelitian 3.5.1 Variabel Bebas

Waktu pemolesan resin akrilik polimerisasi panas 30, 60, 90 dan 120 detik

3.5.2 Variabel Terikat


(36)

3.5.3 Variabel Terkendali

a. Ukuran sampel resin akrilik polimerisasi panas 10 x 10 mm dengan ketebalan 2,5 mm

b. Bahan pemolesan bubuk pumice

c. Arah pergerakan ragwheel searah jarum jam

d. Volume air 2 ml dan bubuk pumice yang 200 mg

e. Tekanan pemolesan

f. Kelajuan micromotor 5,000 rpm

3.5.4 Variabel Tidak Terkendali

a. Kecepatan pengadukan resin akrilik polimerisasi panas

b. Tekanan waktu menghaluskan permukaan resin akrilik polimerisasi panas menggunakan kertas pasir

c. Tekanan pengepresan

3.6 Definisi Operasional

1. Waktu pemolesan adalah lama berlangsungnya proses melicinkan, menghaluskan atau mengkilapkan permukaan resin akrilik polimerisasi panas. Penelitian ini menggunakan empat kelompok waktu yaitu 30, 60, 90 dan 120 detik.

2. Kekasaran permukaan resin akrilik polimerisasi panas adalah ketidakteraturan dari bidang rata resin akrilik polimerisasi panas yang menggunakan satuan mikrometer (µ m).


(37)

3.7 Alat dan Bahan Penelitian 3.7.1 Alat Penelitian

1. Rubber bowl dan spatula

Gambar 10. Rubber bowl dan spatula

2. Gelas ukur

Gambar 11. Gelas ukur

3. Kuvet (Smic, China)


(38)

4. Master sampel dibuat dari metal ukuran 10 x 10 mm dengan ketebalan 2,5 mm

Gambar 13. Master sampel

5. Penggaris

Gambar 14. Penggaris

6. Timbangan digital ( Kris ChefEK3550-31P, China )

Gambar 15. Timbangan digital


(39)

8. Plastik selopan 9. Pres

10.Lecron mass (Smic, China)

11.Water bath (Memmert W 760, Schwabach Germany)

Gambar 16. Water bath

12.Stopwatch

Gambar 17. Stopwatch

13.Micromotor (Strong 207A+107, China)


(40)

14.Straight handpiece

Gambar 19. Straight handpiece

15.Stone bur

Gambar 20. Stone bur

16.Profilometer (Mitutoyo SJ-201, Japan®)


(41)

17.Disposable plastic syringe

Gambar 22. Disposable plastic syringe

18.Ragwheel


(42)

3.7.2 Bahan Penelitian

1. Gips putih (Bangkok Gips)

Gambar 24. Gips putih

2. Air 3. Vaseline

4. Cold mould seal (CMS, Denmark)

5. Resin akrilik polimerisasi panas (Denstply QC 20, China)

Gambar 25. Resin akrilik polimerisasi panas


(43)

6. Kertas pasir nomor 600

Gambar 26. Kertas pasir nomor 600

7. Mandril

8. Bubuk pumice (Lascod, Germany)

Gambar 27. Bubuk pumice

3.8 Prosedur Penelitian

3.8.1 Pembuatan Master Sampel

Master sampel dibuat darimetal dengan ukuran 10 x 10 mm dengan ketebalan


(44)

3.8.2 Pembuatan Sampel A. Pembuatan Mold

1. Gips putih diaduk dengan perbandingan 200 gr gips putih : 100 ml air 24 untuk pengisisan kuvet bawah.

2. Gips putih diaduk menggunakan spatula selama 30 detik.

3. Adonan gips putih yang telah siap diaduk dimasukkan ke dalam kuvet bawah dan diketuk-ketuk untuk mengeluarkan udara dalam gips putih.

4. Selanjutnya master sampel diolesi vaseline dan dibenamkan ke dalam gips putih pada kuvet bawah sampai setinggi permukaan adonan gips.

5. Adonan gips kuvet bawah didiamkan sampai mengeras.

6. Setelah gips mengeras, permukaan gips dan master sampel diolesi vaseline. 7. Kuvet bagian atas diisi adonan gips putih diatas sampai penuh.

8. Setelah gips mengeras, kuvet dibuka dan master sampel dikeluarkan dari gips.

9. Kemudian mold disiram dengan air panas untuk membersihkan mold dari Vaseline dan dibiarkan kering. Setelah itu mold diolesi dengan cold mould seal dan dibiarkan selama 20 menit.

B. Pengisian Resin Akrilik pada Mold

1. Powder dan liquid diaduk hingga homogen dengan perbandingan 12 gr : 4

ml.

2. Setelah adonan resin akrilik mencapai dough stage, dimasukkan ke dalam mold.

3. Kemudian ditutup dengan plastik selopan dan kuvet atas dipasangkan. Kuvet ditekan dengan perlahan-lahan menggunakan pres.

4. Kuvet dibuka dan kelebihan resin akrilik dipotong dengan lecron mass. Kuvet ditutup kembali dan dilakukan pengepresan sekali lagi.


(45)

C. Proses Curing

1. Kuvet mulai dari temperatur kamar dan dimasukkan ke dalam water-bath, dipanaskan sampai 70ºC dalam waktu 30 menit.

2. Kuvet dibiarkan pada temperatur 70ºC dalam waktu 30 menit.

3. Temperatur dinaikkan lagi hingga 100ºC dalam waktu 15 menit dan kuvet dibiarkan pada temperatur tersebut selama 30 menit.

4. Selesai proses pemanasan, water-bath dimatikan dan dibiarkan mendingin.

D. Penyelesaian Sampel

Sampel yang telah dingin dikeluarkan dari kuvet, kelebihan akrilik dibuang dan dirapikan menggunakan stone bur. Setelah itu, dihaluskan dengan kertas pasir nomor 600 menggunakan mandril selama 10 detik.

3.8.3 Pengukuran Kekasaran Permukaan Sampel sebelum Pemolesan

1. 40 buah sampel yang telah dibuat dibagikan menjadi 4 kelompok (30, 60, 90 dan 120 detik) sehingga diperoleh setiap kelompok 10 buah sampel.

2. Seluruh sampel diukur kekasaran permukaannya menggunakan alat profilometer. Pengukuran dilakukan dengan cara :

a. Pada permukaan sampel digambar 4 buah titik.

Gambar 28. Titik-titik pengukuran kekasaran permukaan

b. Pengukuran akan dilakukan mulai dari titik yang telah digambar menggunakan profilometer.

c. Stylus profilometer diletakkan diatas sampel dan profilometer dihidupkan.


(46)

e. Kemudian pengukuran akan diulangi pada semua kelompok sehingga kesemua kelompok selesai.

3.8.4 Pemolesan

Wool ragwheel ditekan sedalam 1 mm ke permukaan resin akrilik

polimerisasi panas. Volume air yang ditambahkan pada 200 mg bubuk pumice untuk setiap sampel adalah 2 ml yang diukur menggunakan disposable plastic syringe.

1. 10 sampel dipoles dengan 200 mg bubuk pumice yang ditambahkan dengan 2 ml air menggunakan micromotor dan ragwheel ketebalan 15 mm. Sampel-sampel ini dipoles selama 30 detik.

2. Setelah itu, 10 sampel dipoles dengan 200 mg bubuk pumice yang ditambahkan dengan 2 ml air menggunakan micromotor dan ragwheel ketebalan 15 mm. Sampel-sampel ini dipoles selama 60 detik.

3. 10 sampel dipoles dengan 200 mg bubuk pumice yang ditambahkan dengan 2 ml air menggunakan micromotor dan ragwheel ketebalan 15 mm. Semua sampel ini dipoles selama 90 detik.

4. Terakhir, 10 sampel dipoles dengan 200 mg bubuk pumice yang ditambahkan juga dengan 2 ml air menggunakan micromotor dan ragwheel ketebalan 15 mm. 10 sampel ini dipoles selama 120 detik


(47)

3.8.5 Pengukuran Kekasaran Permukaan Sampel setelah Pemolesan

40 buah sampel dari 4 kelompok waktu pemolesan 30, 60, 90 dan 120 detik yang telah dipoles dengan bubuk pumice diukur kembali kekasaran permukaannya menggunakan profilometer.

3.9 Analisa Data

Analisa data dilakukan dengan uji t-berpasangan untuk melihat perbedaan kekasaran permukaan sebelum dan sesudah pemolesan dengan signifikansi p<0,05. Serta digunakan uji one-way ANOVA untuk melihat perbedaan selisih kekasaran permukaan sampel resin akrilik yaitu kekasaran permukaan awal dikurangi kekasaran permukaan akhir dengan signifikansi p < 0,05.


(48)

BAB 4

HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN

4.1 Hasil Penelitian

Besar sampel pada penelitian ini 10 buah untuk setiap perlakuan. Hasil pengukuran kekasaran permukaan sebelum dan sesudah pemolesan dengan menggunakan bubuk pumice selama 30, 60, 90 dan 120 detik dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Hasil pengukuran kekasaran permukaan resin akrilik polimerisasi panas sebelum dan sesudah pemolesan dengan bubuk pumice selama 30, 60, 90 dan 120 detik

No. Kekasaran Permukaan

30 detik 60 detik 90 detik 120 detik Sebelum (µm) Sesudah (µm) Selisih (µm) Sebelum (µm) Sesudah (µm) Selisih (µm) Sebelum (µm) Sesudah (µm) Selisih (µm) Sebelum (µm) Sesudah (µm) Selisih (µm) 1 1,37 1,16 0,21 2,33 1,87 0,46 1,96 1,47 0,49 3,44 2,78 0,66 2 2,14 1,97 0,17 2,94 2,59 0,35 1,88 1,51 0,37 1,96 1,45 0,51 3 1,49 1,24 0,25 1,55 1,18 0,37 2,76 2,37 0,39 1,71 0,93 0,78 4 1,13 0,95 0,18 1,54 1,23 0,31 3,15 2,60 0,55 2,15 1,68 0,47 5 2,88 2,57 0,31 2,31 2,03 0,28 1,90 1,49 0,41 3,38 2,62 0,76 6 2,07 1,94 0,13 2,43 2,09 0,34 1,68 1,23 0,45 1,53 0,76 0,77 7 2,02 1,79 0,23 1,88 1,59 0,32 2,34 1,97 0,37 1,79 1,20 0,59 8 1,80 1,61 0,19 2,11 1,70 0,41 1,68 1,26 0,42 1,54 0,86 0,68 9 1,44 1,22 0,22 2,50 2,14 0,36 2,34 1,88 0,46 2,28 1,50 0,78 10 1,50 1,30 0,20 1,84 1,56 0,28 1,78 1,34 0,44 1,82 1,10 0,71 Rerata 1,78 1,58 0,21 2,14 1,80 0,35 2,15 1,71 0,43 2,16 1,49 0,67 SD 0,51 0,49 0,05 0,45 0,43 0,06 0,49 0,48 0,06 0,70 0,70 0,11 Nilai p 0,000 0,000 0,000 0,000


(49)

Gambar 30. Grafik rata-rata selisih pengukuran kekasaran permukaan resin akrilik polimerisasi panas sebelum dan sesudah pemolesan dengan waktu 30, 60, 90

dan 120 detik.

Pada grafik (gambar 30) menunjukkan selisih kekasaran permukaan resin akrilik polimerisasi panas meningkat dengan waktu pemolesan yang lebih lama. Dari hasil ini menunjukkan bahwa kekasaran permukaan resin akrilik polimerisasi panas berkurang dengan bertambahnya waktu pemolesan.

4.2 Analisis Hasil Penelitian

Data yang diperoleh sebelum dan sesudah pemolesan dilakukan uji normalitas dengan menggunakan tes Shapiro-Wilk. Dari hasil tersebut didapatkan bahwa semua data sebelum dan sesudah pemolesan adalah normal yaitu p=0,000 (p > 0,05) dan dari sini dapat diketahui kesemua data akan di uji dengan menggunakan uji t-berpasangan untuk melihat ada atau tidaknya perbedaan hasil yang signifikan (tabel 1)

Dari hasil perhitungan uji t-berpasangan didapatkan nilai rerata dan standar deviasi sebelum dan sesudah pemolesan bagi selama 30 detik. Nilai rerata sebelum

0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8

30 60 90 120

S el isi h ke ka sa ra n pe rm uka an (µ m ) waktu (detik)


(50)

pemolesan 30 detik 1,78 ± 0,51. Nilai rerata sesudah pemolesan 30 detik 1,58 ± 0,49. Nilai rerata sebelum pemolesan 60 detik 2,14 ± 0,45. Nilai rerata sesudah pemolesan 60 detik 1,80 ± 0,43. Nilai rerata sebelum pemolesan 90 detik 2,15 ± 0,49. Nilai rerata sesudah pemolesan 90 detik 1,71 ± 0,47. Nilai rerata sebelum pemolesan 120 detik 2,16 ± 0,70. Nilai rerata sesudah pemolesan 120 detik 1,49 ± 0,70. Besar nilai signifikansi p=0,000 (p<0,05), maka diperoleh bahwa H0 (hipotesa) ditolak. Sehingga

kesimpulan yang diperoleh sampel adalah terdapat perbedaan kekasaran permukaan sebelum dan sesudah pemolesan selama 30, 60, 90 dan 120 detik.

Data yang diperoleh selisih sebelum dan sesudah pemolesan dilakukan uji normalitas dengan menggunakan tes Shapiro-Wilk. Dari hasil tersebut didapatkan bahwa semua data selisih sebelum dan sesudah pemolesan adalah normal yaitu p=0,000 (p>0,05) dan dari sini dapat diketahui kesemua data akan di uji dengan menggunakan uji one-way ANOVA. Nilai rerata hasil uji statistik selisih sebelum dan sesudah pemolesan dengan bubuk pumice selama 30, 60, 90 dan 120 detik dapat dilihat pada tabel 1. Nilai rerata selisih sebelum dan sesudah pemolesan selama 30 detik adalah 0,21 ± 0,05. Nilai rerata selisih sebelum dan sesudah pemolesan selama 60 detik adalah 0,35 ± 0,06. Nilai rerata selisih sebelum dan sesudah pemolesan selama 90 detik adalah 0,43 ± 0,06. Nilai rerata selisih sebelum dan sesudah pemolesan selama 120 detik adalah 0,67 ± 0,11. Dari hasil perhitungan uji one-way ANOVA didapatkan bahwa terdapat hasil adalah signifikan (p<0,05).

Dari hasil rata-rata perbedaan selisih kekasaran permukaan sebelum dan sesudah pemolesan 30, 60, 90 dan 120 detik, dapat diperoleh perbedaan selisih kekasaran permukaan sebelum dan sesudah pemolesan antara 30 detik dengan 60 detik adalah 0,1390 µm, perbedaan selisih kekasaran permukaan sebelum dan sesudah pemolesan antara 30 detik dengan 90 detik adalah 0,2260 µm, perbedaan selisih kekasaran permukaan sebelum dan sesudah pemolesan antara 30 detik dengan 120 detik adalah 0,4620 µm, perbedaan selisih kekasaran permukaan sebelum dan sesudah pemolesan antara 60 detik dengan 90 detik adalah 0,8700 µm, perbedaan selisih kekasaran permukaan sebelum dan sesudah pemolesan antara 60 detik dengan 120 detik adalah 0,3230 µm, dan perbedaan selisih kekasaran permukaan sebelum


(51)

dan sesudah pemolesan antara 90 detik dengan 120 detik adalah 0,2360 µm. Hasil analisis statistik menunjukkan ada perbedaan yang signifikan antara kekasaran permukaan resin akrilik polimerisasi panas dengan pemolesan selama 30, 60, 90 dan 120 detik (p<0,05) seperti yang ditunjukkan oleh tabel 2.

Tabel 2. Rerata perbedaan selisih kekasaran permukaan sebelum dan sesudah pemolesan selama 30, 60, 90 dan 120 detik

Kelompok Mean difference Sig.

30-60 detik 0,14 0,000

30-90 detik 0,23 0,000

30-120 detik 0,46 0,000

60-90 detik 0,87 0,012

60-120 detik 0,32 0,000


(52)

BAB 5 PEMBAHASAN

Hasil uji t-berpasangan sebelum dan sesudah pemolesan selama 30, 60, 90 dan 120 detik menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan dimana, kekasaran permukaan resin akrilik polimerisasi panas menjadi berkurang sesudah pemolesan. Hasil uji one-way ANOVA selisih sebelum dan sesudah pemolesan selama 30, 60, 90 dan 120 detik menunjukkan bahwa waktu pemolesan mempengaruhi kekasaran permukaan dimana, semakin lama waktu pemolesan semakin berkurang kekasaran permukaan resin akrilik polimerisasi panas.

Watanabe, dkk (2004) menyatakan bahwa kekasaran permukaan resin komposit berkurang dengan waktu pemolesan yang lebih lama dimana, sesudah pemolesan selama 30 detik rerata kekasaran permukaan resin komposit (Clearfil AP-X dan Lite-Fil II A) berkurang. 13

Namun, berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Saeed, dkk (2013) mendapatkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara kekasaran permukaan komposit (nano dan hybrid) yang dipoles selama 15 dengan yang dipoles 30 detik walaupun terdapat penurunan kekasaran permukaan. Nano composite menunjukkan kekasaran permukaan yang lebih halus sesudah pemolesan selama 15 dan 30 detik jika dibandingkan dengan hybrid composite, namun tidak terdapat perbedaan kekasaran permukaan yang signifikan. Pada penelitian ini memperlihatkan hal yang sama yaitu penurunan kekasaran permukaan sesudah pemolesan.7

Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Ahmad (2011) tentang evaluasi dan perbandingan terhadap kekasaran permukaan resin akrilik yang dipoles menggunakan bubuk pumice, white sand dan black sand menyatakan bahwa bubuk

pumice yang digunakan bersama air untuk memoles permukaan resin akrilik

memberikan permukaan yang paling licin. Resin akrilik yang dipoles dengan black sand pula memberikan nilai kekasaran permukaan yang paling tinggi berbanding


(53)

dengan bubuk pumice dan white sand. Ini mungkin disebabkan berbagai sifat mekanis dan fisik dari material yang digunakan sebagai bahan poles, partikel bahan poles yang moderat dan cepat rusak serta persentase tinggi partikel abrasif dalam bahan poles tersebut. 12

Beberapa peneliti telah melaporkan bahwa permukaan akrilik yang kasar akan menyebabkan akumulasi bakteri dan pembentukan plak. Bollen, dkk (1997) mengungkapkan bahwa kolonisasi bakteri yang signifikan akan terjadi jika kekasaran permukaan lebih dari 2 µ m.10 Penelitian ini menunjukkan kekasaran permukaan sebesar 1,58 µ m sesudah pemolesan 30 detik, 1,80 µm sesudah pemolesan 60 detik, 1,71 µm sesudah pemolesan 90 detik dan 1,49 µ m sesudah pemolesan 120 detik. Dengan demikian penelitian ini selama 30 detik sudah cukup untuk mendapat kekasaran permukaan yang memenuhi persyaratan agar bakteri tidak terakumulasi pada permukaan resin akrilik.


(54)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Terdapat perbedaan dan pengurangan kekasaran permukaan resin akrilik polimerisasi panas yang signifikan sesudah dipoles dengan bubuk pumice dalam waktu pemolesan 30, 60, 90 dan 120 detik.

6.2 Saran

Penelitian selanjutnya perlu diusahakan agar data awal kekasaran permukaan sampel dalam suatu kelompok perlakuan tidak terlalu jauh berbeda.


(55)

DAFTAR PUSTAKA

1. Noort RV. Introduction to dental materials. 2 nd ed., Edinburgh: Mosby., 2002: 212

2. Sakaguchi RL, Powers JM. Craig’s restorative dental materials. 13 th ed., Philadelphia: Mosby., 2012: 43-192

3. Anusavice KJ. Phillips’ science of dental materials. 11 th ed., Philadelphia: Saunders., 2003: 8-737

4. Zarb, Bolender. Prosthodontic treatment for edentulous patients. 12 th ed., USA: Mosby., 2004: 134-402

5. Al-Rifaiy MQ. The effect of mechanical and chemical polishing techniques on the surface roughness of denture base acrylic resins. The Saudi Dent J 2010; 22: 14

6. McCabe JF, Walls AWG. Applied dental materials. 9 th ed., London: Blackwell., 2008: 119

7. Saeed RK, Saeed MA, Toma IS. The effect of duration of finishing and polishing on the surface roughness of two composite resins. Zanco J.Med Sci 2013; 17(2): 405-9

8. Schmitt VL, Puppin-Rontani RM, Naufel FS, Ludwig D, Ueda JK, Sobrinho LC. Effect of finishing and polishing techniques on the surface roughness of a nanoparticle composite resin. Braz J Oral Sci 2011; 2: 106-8

9. Pereira-Cenci T, Del Belcury AA, Crielaard W, Ten Cate JM. Development of candida-associated denture stomatitis: new insight. J Appl Oral Sci 2008; 16(2): 87

10. Bollen CM, Lambretchts P, Quirynen M.Comparison of surface roughness of oral hard material to the threshold surface roughness for bacterial plaque retention. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/11696906 (4 Juli 2013) 11. Manappallil, JJ. Basic dental materials: 1 st ed. New Delhi : Jaypee Brothers


(56)

12. Ahmad AS. Evaluation and compare between the surface roughness of acrylic resine polished by pumice, white sand and black sand. J of Kerbala University 2011; 9: 51

13. Watanabe T, Miyazaki M, Takamizawa T, Kurokawa H, Rikuta A, Ando S. Influence of polishing duration on surface roughness of resin composites. J of Oral Science 2005; 47: 21-2

14. Ferrancane JL. Materials in dentistry principles and applications. 2 nd ed., USA: Lippincott Williams and Wilkins., 2001: 301-2

15. Enoch NG. Dental Biomaterials Summary Notes. http://www.ualberta.ca/~enoch/Resources/BioMat_1&2.pdf (2 Maret 2014) 16. Ilmucuptpz. Resin akrilik. ilmucuptz.blogspot.com/2012/06/resin-akrilik.html

(2 Maret 2014)

17. Gupta A. Laboratory Materials.

http://www.indiamart.com/pyrexexports/laboratory-materials.html (18 Agustus 2013).

18. Harris. Light curing materials.

http://www.harrisdiscount.com/products/materials/light-cure-material/m.products/304/view/898 (18 Agustus 2013).

19. Itjingningsih WH. Geligi tiruan lengkap lepas. Jakarta: ECG., 2012: 187 20. Ristanto B. Pengaruh Feeding Terhadap Tingkat Kekasaran Permukaan pada

proses Penyekrapan Rata dengan Spesimen Baja Karbon <http://www.scribd.com/doc/34208909/Doc#archive> (15 Agustus 2013).

21. Lonnie. Tripoli powder.

http://www.lonniesinc.com/Products/Tools/Buffs&Polishing/tripoli_powder.h tm (21 Agustus 2013).

22. Gemcraft. Tin oxide polish.

http://www.manchesterminerals.co.uk/acatalog/TIN-OXIDE-POLISH--100gms--17_072.html (21 Agustus 2013).

23. Murni Ukhuah Islami. Jumlah sampel.


(57)

24. Azmi S. Kekuatan transversal resin akrilik self cure yang direndam didalam

air selama proses polimerisasi.

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23569/4/Chapter%20II.pdf (3 Maret 2014).


(58)

Lampiran 1. Alur Penelitian

Master sampel dibuat dari metal dengan ukuran 10 x 10 mm dengan

ketebalan 2,5 mm

Pembuatan mold menggunakan gips putih

Cold mould seal dioles pada mold

Mold diisi dengan resin akrilik polimerisasi panas

Kuvet di pres dengan pres proof

Proses curing

Penyelesaian seluruh sampel menggunakan stone bur dan kertas pasir nomor 600 selama 10 detik

Pembagian sampel menjadi 4 kelompok perlakuan 30, 60, 90 dan 120 detik

Pengukuran kekasaran permukaan seluruh sampel sebelum pemolesan

Pemolesan dengan 200 mg bubuk pumice yang dibasahi dengan 2 ml air menggunakan micromotor dan ragwheel

30 detik 60 detik 90 detik 120 detik


(59)

Lampiran 2.

Hasil pengukuran kekasaran permukaan resin akrilik polimerisasi panas

sebelum dan sesudah pemolesan dengan bubuk pumice selam 30, 60, 90 dan 120 detik

No. Kekasaran Permukaan (µm)

30 detik 60 detik 90 detik 120 detik

Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah

1 1,37 1,16 2,33 1,87 1,96 1,47 3,44 2,78

2 2,14 1,97 2,94 2,59 1,88 1,51 1,96 1,45

3 1,49 1,24 1,55 1,18 2,76 2,37 1,71 0,93

4 1,13 0,95 1,54 1,23 3,15 2,60 2,15 1,68

5 2,88 2,57 2,31 2,03 1,90 1,49 3,38 2,62

6 2,07 1,94 2,43 2,09 1,68 1,23 1,53 0,76

7 2,02 1,79 1,88 1,59 2,34 1,97 1,79 1,20

8 1,80 1,61 2,11 1,70 1,68 1,26 1,54 0,86

9 1,44 1,22 2,50 2,14 2,34 1,88 2,28 1,50

10 1,50 1,30 1,84 1,56 1,78 1,34 1,82 1,10

Rerata 1,78 1,58 2,14 1,80 2,15 1,71 2,16 1,49


(60)

Lampiran 3.

Hasil pengukuran selisih kekasaran permukaan resin akrilik polimerisasi panas sebelum dan sesudah pemolesan dengan bubuk pumice selam 30, 60, 90 dan 120 detik

No. Selisih Kekasaran Permukaan (µm)

30 detik 60 detik 90 detik 120 detik

1 0,21 0,46 0,49 0,66

2 0,17 0,35 0,37 0,51

3 0,25 0,37 0,39 0,78

4 0,18 0,31 0,55 0,47

5 0,31 0,28 0,41 0,76

6 0,13 0,34 0,45 0,77

7 0,23 0,32 0,37 0,59

8 0,19 0,41 0,42 0,68

9 0,22 0,36 0,46 0,78

10 0,20 0,28 0,44 0,71

Rerata 0,21 0,35 0,43 0,67


(61)

Lampiran 4.

Uji normalitas sebelum dan sesudah pemolesan

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Sebelum 30 detik .211 10 .200* .919 10 .347

Sesudah 30 detik .211 10 .200* .928 10 .431

Sebelum 60 detik .146 10 .200* .955 10 .723

Sesudah 60 detik .116 10 .200* .966 10 .856

Sebelum 90 detik .248 10 .083 .865 10 .087

Sesudah 90 detik .264 10 .046 .877 10 .120

Sebelum 120 detik .232 10 .136 .794 10 .051

Sesudah 120 detik .193 10 .200* .860 10 .076

a. Lilliefors Significance Correction


(62)

Lampiran 4.

Uji normalitas selisih kekasaran permukaan sebelum dan sesudah pemolesan

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

30 detik .134 10 .200* .970 10 .892

60 detik .148 10 .200* .944 10 .600

90 detik .128 10 .200* .939 10 .544

120 detik .183 10 .200* .875 10 .115

a. Lilliefors Significance Correction


(63)

Lampiran 4. Uji t-berpasangan

T-Test

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 SEBELUM 30 DTK 1.7840 10 .51102 .16160

SESUDAH 30 DTK 1.5750 10 .49480 .15647

Pair 2 SEBELUM 60 DTK 2.1430 10 .44537 .14084

SESUDAH 60 DTK 1.7980 10 .43494 .13754

Pair 3 SEBELUM 90 DTK 2.1470 10 .49378 .15615

SESUDAH 90 DTK 1.7120 10 .47609 .15055

Pair 4 SEBELUM 120 DTK 2.1600 10 .70060 .22155

SESUDAH 120 DTK 1.4880 10 .70383 .22257

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 SEBELUM 30 DTK & SESUDAH 30 DTK

10 .996 .000

Pair 2 SEBELUM 60 DTK & SESUDAH 60 DTK

10 .991 .000

Pair 3 SEBELUM 90 DTK & SESUDAH 90 DTK

10 .994 .000

Pair 4 SEBELUM 120 DTK & SESUDAH 120 DTK


(64)

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig. (2-tailed) Mean Std. Deviation Std. Error Mean 95% Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair 1

SEBELUM 30 DTK - SESUDAH 30 DTK

.20900 .04886 .01545 .17404 .24396 13.525 9 .000

Pair 2

SEBELUM 60 DTK - SESUDAH 60 DTK

.34500 .05874 .01857 .30298 .38702 18.574 9 .000

Pair 3

SEBELUM 90 DTK - SESUDAH 90 DTK

.43500 .05622 .01778 .39478 .47522 24.466 9 .000

Pair 4

SEBELUM 120 DTK - SESUDAH 120 DTK


(65)

Lampiran 4. Oneway

Descriptives

Selisih

N Mean

Std.

Deviation Std. Error

95% Confidence Interval for Mean

Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound

30 dtk 10 .2090 .04886 .01545 .1740 .2440 .13 .31

60 dtk 10 .3480 .05633 .01781 .3077 .3883 .28 .46

90 dtk 10 .4350 .05622 .01778 .3948 .4752 .37 .55

120 dtk 10 .6710 .11357 .03592 .5898 .7522 .47 .78

Total 40 .4158 .18419 .02912 .3568 .4747 .13 .78

Test of Homogeneity of Variances

Selisih

Levene Statistic df1 df2 Sig.

3.714 3 36 .056

ANOVA

Selisih

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 1.129 3 .376 69.598 .000

Within Groups .195 36 .005


(66)

Multiple Comparisons

selisih LSD

(I) kel (J) kel

Mean Difference

(I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound

30 dtk 60 dtk -.13900* .03288 .000 -.2057 -.0723

90 dtk -.22600* .03288 .000 -.2927 -.1593

120 dtk -.46200* .03288 .000 -.5287 -.3953

60 dtk 30 dtk .13900* .03288 .000 .0723 .2057

90 dtk -.08700* .03288 .012 -.1537 -.0203

120 dtk -.32300* .03288 .000 -.3897 -.2563

90 dtk 30 dtk .22600* .03288 .000 .1593 .2927

60 dtk .08700* .03288 .012 .0203 .1537

120 dtk -.23600* .03288 .000 -.3027 -.1693

120 dtk 30 dtk .46200* .03288 .000 .3953 .5287

60 dtk .32300* .03288 .000 .2563 .3897

90 dtk .23600* .03288 .000 .1693 .3027


(1)

Lampiran 4.

Uji normalitas sebelum dan sesudah pemolesan

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig. Sebelum 30 detik .211 10 .200* .919 10 .347 Sesudah 30 detik .211 10 .200* .928 10 .431 Sebelum 60 detik .146 10 .200* .955 10 .723 Sesudah 60 detik .116 10 .200* .966 10 .856 Sebelum 90 detik .248 10 .083 .865 10 .087 Sesudah 90 detik .264 10 .046 .877 10 .120 Sebelum 120 detik .232 10 .136 .794 10 .051 Sesudah 120 detik .193 10 .200* .860 10 .076 a. Lilliefors Significance Correction


(2)

Lampiran 4.

Uji normalitas selisih kekasaran permukaan sebelum dan sesudah pemolesan

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

30 detik .134 10 .200* .970 10 .892

60 detik .148 10 .200* .944 10 .600

90 detik .128 10 .200* .939 10 .544

120 detik .183 10 .200* .875 10 .115

a. Lilliefors Significance Correction


(3)

Lampiran 4.

Uji t-berpasangan

T-Test

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 SEBELUM 30 DTK 1.7840 10 .51102 .16160

SESUDAH 30 DTK 1.5750 10 .49480 .15647

Pair 2 SEBELUM 60 DTK 2.1430 10 .44537 .14084

SESUDAH 60 DTK 1.7980 10 .43494 .13754

Pair 3 SEBELUM 90 DTK 2.1470 10 .49378 .15615

SESUDAH 90 DTK 1.7120 10 .47609 .15055

Pair 4 SEBELUM 120 DTK 2.1600 10 .70060 .22155

SESUDAH 120 DTK 1.4880 10 .70383 .22257

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig. Pair 1 SEBELUM 30 DTK &

SESUDAH 30 DTK

10 .996 .000

Pair 2 SEBELUM 60 DTK & SESUDAH 60 DTK

10 .991 .000

Pair 3 SEBELUM 90 DTK & SESUDAH 90 DTK

10 .994 .000

Pair 4 SEBELUM 120 DTK & SESUDAH 120 DTK


(4)

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig. (2-tailed) Mean Std. Deviation Std. Error Mean 95% Confidence Interval of the

Difference Lower Upper Pair

1

SEBELUM 30 DTK - SESUDAH 30 DTK

.20900 .04886 .01545 .17404 .24396 13.525 9 .000

Pair 2

SEBELUM 60 DTK - SESUDAH 60 DTK

.34500 .05874 .01857 .30298 .38702 18.574 9 .000

Pair 3

SEBELUM 90 DTK - SESUDAH 90 DTK

.43500 .05622 .01778 .39478 .47522 24.466 9 .000

Pair 4

SEBELUM 120 DTK - SESUDAH 120 DTK


(5)

Lampiran 4.

Oneway

Descriptives Selisih

N Mean

Std.

Deviation Std. Error

95% Confidence Interval for Mean

Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound

30 dtk 10 .2090 .04886 .01545 .1740 .2440 .13 .31 60 dtk 10 .3480 .05633 .01781 .3077 .3883 .28 .46 90 dtk 10 .4350 .05622 .01778 .3948 .4752 .37 .55 120 dtk 10 .6710 .11357 .03592 .5898 .7522 .47 .78 Total 40 .4158 .18419 .02912 .3568 .4747 .13 .78

Test of Homogeneity of Variances Selisih

Levene Statistic df1 df2 Sig.

3.714 3 36 .056

ANOVA Selisih

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 1.129 3 .376 69.598 .000

Within Groups .195 36 .005


(6)

Multiple Comparisons selisih

LSD

(I) kel (J) kel

Mean Difference

(I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound 30 dtk 60 dtk -.13900* .03288 .000 -.2057 -.0723

90 dtk -.22600* .03288 .000 -.2927 -.1593

120 dtk -.46200* .03288 .000 -.5287 -.3953

60 dtk 30 dtk .13900* .03288 .000 .0723 .2057

90 dtk -.08700* .03288 .012 -.1537 -.0203

120 dtk -.32300* .03288 .000 -.3897 -.2563

90 dtk 30 dtk .22600* .03288 .000 .1593 .2927

60 dtk .08700* .03288 .012 .0203 .1537

120 dtk -.23600* .03288 .000 -.3027 -.1693

120 dtk 30 dtk .46200* .03288 .000 .3953 .5287

60 dtk .32300* .03288 .000 .2563 .3897

90 dtk .23600* .03288 .000 .1693 .3027