Resin Akrilik Swapolimerisasi Resin Akrilik Aktivasi Sinar Resin Akrilik Polimerisasi Panas

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Resin Akrilik

Resin akrilik merupakan resin sintetis yang paling banyak digunakan di kedokteran gigi. Resin akrilik terdiri dari powder dan liquid yang dicampurkan. Powder mengandung butir polimetakrilat, inisiator kimia benzoil peroksida dan pigmen. Pigmen yang umum digunakan adalah putih. merah, kuning atau coklat dan warna merah muda untuk disesuaikan dengan warna rongga mulut. Liquid mengandung monomer metakrilat dan aktivator kimia amintersier. 6,14 Resin akrilik terdapat dalam tiga jenis yaitu resin akrilik swapolimerisasi, resin akrilik aktivasi sinar dan resin akrilik polimerisasi panas. Resin akrilik swapolimerisasi menggunakan bahan kimia amintersier sebagai aktivator. Resin akrilik aktivasi sinar pula menggunakan sinar biru untuk diaktivasi. Resin akrilik polimerisasi panas menggunakan energi termal untuk mengaktivasinya. 1-3,15

2.1.1 Resin Akrilik Swapolimerisasi

Resin akrilik swapolimerisasi merupakan resin akrilik yang aktivasinya terjadi secara kimia. Bahan kimia yang digunakan untuk resin akrilik swapolimerisasi dan resin akrilik polimerisasi panas adalah sama namun, resin akrilik yang teraktivasi secara kimia tidak memerlukan penggunaan energi termal dan dapat dilakukan pada suhu kamar. Penambahan amintersier aktivator terhadap monomer yaitu benzoil peroksida akan menyebabkan terjadinya aktivasi kimia. Pengadukan komponen powder dan liquid, menyebabkan terpisahnya benzoil peroksida inisiator akibat dari kerja amintersier sehingga radikal bebas terhasil dan proses polimerisasi dimulai. 1-4, 15,16 Universitas Sumatera Utara Reaksi Polimerisasi Polimer powder + Monomer liquid → Polimer + Panas Inisiator peroksida Akselerator amin Gambar 1. Resin Akrilik Swapolimerisasi 17

2.1.2 Resin Akrilik Aktivasi Sinar

Resin akrilik aktivasi sinar mengandung urethane dimethacrylate dan sedikit microfine silica. Akrilik ini tersedia dalam bentuk lembaran. Lembaran ini belum dicampur dan dikemas dengan kertas tipis bertujuan untuk mencegah terjadinya polimerisasi awal. Bahan ini dipolimerisasi dalam suatu ruangan yang mengandung sinar. Ruangan tersebut dipanggil curing unit. Resin akrilik kemudiannya diaktivasi dengan sinar biru yang memiliki panjang gelombang 400-500 nm selama 10 menit dengan intensitas sinar yang tinggi yang keluar dari bola lampu quartz-halogen. Resin akrilik ini digunakan untuk perbaikan bila basis gigitiruan patah. 3,4,15 Universitas Sumatera Utara Gambar 2. Resin Akrilik Aktivasi Sinar 18

2.1.3 Resin Akrilik Polimerisasi Panas

Powder pada resin akrilik polimerisasi panas mengandung butir-butir polimetil metakrilat pra-polimerisasi dan sedikit benzoil peroksida. Benzoil peroksida adalah zat kimia yang akan memulai proses polimerisasi dan disebut sebagai inisiator. Liquid mengandung metil metakrilat yang tidak terpolimerisasi dengan sedikit hidroquinon. Hidroquinon ditambahkan untuk bertindak sebagai penghambat yang mencegah terjadinya polimerisasi liquid selama waktu penyimpanan. 3,5,14 Resin akrilik polimerisasi panas adalah resin akrilik yang menggunakan bantuan pemanasan dan energi termal untuk menjalankan proses polimerisasinya. Penggunaan energi termal akan menyebabkan benzoil peroksida mengalami dekomposisi dan terbentuk radikal bebas. Radikal bebas yang terbentuk ini adalah tahap awal proses polimerisasi. Energi termal yang diperlukan untuk proses polimerisasi ini dapat diperoleh dengan menggunakan water bath, steam uap, dry air oven, dry heat, pemanasan infrared, dan microwave. 1-4,16 Universitas Sumatera Utara Reaksi Monomer-Polimer Tahap 1 : Terjadinya peresapan polimer ke dalam monomer dan seterusnya akan membentuk suatu cairan sandy atau granular tidak bersatu. Tahap 2 : Kemudian, penetrasi monomer terjadi sehingga pembungkus polimer pecah dan polimer seterusnya meresap masuk ke dalam monomer. Bahan akan terlihat agak lengket dan berserabut bila ditarik. Tahap 3 : Merupakan tahap dough atau gel. Pada tahap ini, bahan menjadi lebih halus dan dough-like. Bahan mudah dibentuk, tidak lengket dan tidak berserabut. Pada tahap ini bahan sudah dapat dimasukkan ke dalam mold. Tahap 4 : Pada tahap ini, tidak ada lagi penetrasi yang lebih lanjut dari polimer. Bahan menjadi lebih kohesif dan rubber-like. Bahan tidak lagi plastis dan pada tahap ini, bahan tidak lagi dapat dimasukkan ke dalam mold. 3-5 Gambar 3. Resin Akrilik Polimerisasi Panas 16 Universitas Sumatera Utara 2.2 Pemanipulasian Resin Akrilik 2.2.1 Cara Mencampur Resin Akrilik