5 Nilai-nilai Pendidikan Karaker dalam Pembelajaran
3. Toleransi
Sikap dan perilaku yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain.
4. Disiplin
Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.
5. Kerja Keras
Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas,
serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya. 6.
Kreatif Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan
cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki. 7.
Mandiri Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada
orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas. 8.
Demokratis Cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang menilai
sama hak dan kewajiban diri dengan orang lain. 9.
Rasa Ingin Tahu Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk
mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajari, dilihat, dan didengar.
10. Semangat
Kebangsaan Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang
menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompok.
11. Cinta Tanah Air
Cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan
yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa.
12. Menghargai
Prestasi Sikap dan tindakan yang mendorong diri untuk
menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang
lain. 13.
Bersahabat Komunikatif
Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain.
14. Cinta Damai
Sikap, perkataan, tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.
15. Gemar Membaca
Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi diri.
16. Peduli Lingkungan Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah
kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki
kerusakan alam yang sudah terjadi. 17.
Peduli Sosial Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan
pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan. 18.
Tanggung Jawab Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan
tugas dan kewajiban, yang seharusnya dilakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan, negara
dan Tuhan Yang Maha Esa.
Berdasarkan beberapa uraian di atas, nilai-nilai pendidikan karakter yang dipilih penulis untuk dikaji dalam skripsi ini adalah delapan belas nilai sesuai rumusan
Kemendiknas. Penulis memilih kedelapan belas nilai pendidikan karakter itu sebagai kajian dalam penelitian ini karena nilai-nilai tersebut cukup lengkap dan
sesuai dengan kebutuhan pelajar di Indonesia. Selain itu, berdasarkan hasil survei penulis ke beberapa sekolah di Bandarlampung, para guru menggunakan delapan
belas pendidikan karakter tersebut sebagai acuan dalam kegiatan pembelajaran di kelas.
2.6 Pembelajaran Cerpen Berdasarkan Kurikulum 2013 di SMA
Menurut pendapat Amri dan Ahmadi 2010: 159, bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guruinstruktur dalam melaksanakan
kegiatan belajar mengajar di kelas. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis. Guru harus memiliki atau menggunakan
bahan ajar yang sesuai dengan kurikulum, karakteristik sasaran, dan tuntutan pemecahan masalah belajar.
Teknik penyusunan bahan ajar menurut Amri dan Iif 2010: 161, yaitu 1
analisis KD Kurikulum Dasar, 2 analisis sumber belajar, 3 pemilihan dan penentuan bahan ajar. Selain teknik, diperlukan langkah-langkah tepat dalam
menyusun bahan ajar. Menurut Prastowo 2012: 49, langkah-langkah utama terdiri atas tiga tahap penting yang meliputi analisis kebutuhan bahan ajar,
menyusun peta bahan ajar, dan membuat bahan ajar berdasarkan struktur masing- masing bentuk bahan ajar.
Dalam pembelajaran sastra, cerpen merupakan salah satu sumber belajar yang
dapat digunakan untuk menyusun bahan ajar. Hal tersebut terjadi karena banyaknya cerpen yang berkembang pesat di masyarakat. Salah satu bentuk
perkembangan cerpen-cerpen tersebut adalah melalui media cetak. Namun demikian, tidak semua cerpen dapat dijadikan bahan ajar dalam pembelajaran
sastra di SMA. Dikatakan layak atau tidaknya sebuah bahan ajar yang digunakan dalam pembelajaran sastra haruslah berdasarkan kriteria tertentu. Dalam
menentukan kelayakan bahan ajar terdapat beberapa kriteria yang harus diperhatikan. Dalam penelitian ini kriteria utama adalah kesusuaian bahan ajar
dengan kurikulum yang digunakan, yaitu kurikulum 2013. Selanjutnya adalah kriteria yang berkaitan dengan fokus penelitian penulis, bahwa
bahan ajar sastra haruslah memiliki nilai pendidikan karakter di dalamnya. Pendidikan karakter tidak hanya mengarah pada kurikulum, bahan ajar yang
digunakan juga harus bertujuan untuk mencapai pendidikan karakter. Pendidikan
tidak hanya berguna untuk menambah pengetahuan siswa, namun berguna juga untuk membentuk karakter bangsa. Pembahasan mengenai teori pendidikan
karakter secara mendalam telah dipaparkan pada bagian sebelumnya. Pembatasan nilai-nilai pendidikan karakter yang menjadi acuan penulis juga sudah dibahas
terlebih dahulu. Nilai-nilai pendidikan karakter yang penulis maksud adalah nilai religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa
ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung
jawab. Kurikulum 2013 merupakan sebuah pembelajaran dengan pendekatan saintifik.
Pendekatan saintifik menekankan pada keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran secarta lebih intens, kreatif, dan mandiri. Peserta didik dilibatkan
langsung di dalam proses pembelajaran. Dalam pendekatan ini, keberhasilan akan tampak jika peserta didik mampu melakukan langkah-langkah saintifik mulai dari
mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan mengomunikasikan. Langkah- langkah tersebut merupakan satu kesatuan yang saling berkaitan. Tentu saja
Kurikulum 2013 tidak melunturkan nilai-nilai pendidikan karakter di dalamnya. Kurikulum 2013 tidak secara eksplisit mencantumkan kompetensi dasar yang
berkaitan dengan karya sastra. Guru harus cermat agar pembelajaran sastra mendapatkan porsi yang maksimal dalam pembelajaran. Hal itu berguna karena
pembelajaran sastra sangat penting terutama dalam penggalian nilai-nilai yang terkandung dalam karya sastra.
Bahan pengajaran sastra yang akan diberikan kepada siswa haruslah mengandung nilai-nilai dan sesuai dengan kemampuan siswa sehingga siswa dapat
mengapresiasi karya sastra dengan baik. Mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia berorientasi pada hakikat pembelajaran bahasa bahwa belajar bahasa
adalah belajar berkomunikasi dan belajar sastra adalah belajar menghargai manusia dan nilai-nilai.
Kompetensi inti mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMA, berdasarkan
Kurikulum 2013 terdiri atas empat kompetensi inti. Kompetensi inti tersebut, sebagai berikut: menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya;
menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli gotong royong, kerjasama, toleran, damai, santun, responsif dan pro-aktif dan
menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam
menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia; memahami, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang
spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah; Mengolah, menalar, menyaji, dan mencipta dalam ranah konkret dan ranah
abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri serta bertindak secara efektif dan kreatif, dan mampu menggunakan
metoda sesuai kaidah keilmuan.
Dari keempat kompetensi itu diturunkan menjadi berbagai macam kompetensi dasar yang menunjang pembelajaran pada mata pelajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia di SMA. Dalam penelitian ini, penulis menentukan kelayakan berdasarkan kompetensi dasar yang menyinggung pembelajaran cerpen di
dalamnya. Karena nilai pendidikan karakter dalam cerpen merupakan fokus dalam penelitian ini.
Di sekolah pembelajaran nilai-nilai pendidikan karakter tidak diberikan secara
khusus, tetapi pembelajaran nilai-nilai pendidikan karakter merupakan kesatuan dari pembelajaran interpretasi isi cerpen. Tidak terdapat materi nilai-nilai
pendidikan karakter yang disinggung langsung dalam silabus. Materi mengenai nilai-nilai dalam cerpen terdapat pada kompetensi dasar yang berkaitan dengan
menginterpretasi makna teks cerpen. Melalui bahan ajar yang digunakan, nilai- nilai pendidikan karakter akan dipahami oleh siswa dan harapannya nilai-nilai
tersebut akan diimplementasikan dalam kehidupan siswa sehari-hari. Silabus dalam Kurikulum 2013 pun terbagi menjadi bagian wajib dan peminatan. Dalam
bagian ini penulis hanya menggunakan silabus wajib sebagai patokan terhadap kelayakan nilai-nilai pendidikan karakter pada cerpen-cerpen Lampung Post edisi
semester pertama 2013. Mengetahui isi kurikulum merupakan hal penting dalam penyusunan bahan ajar. Hal tersebut berkaitan dengan teknik serta langkah-
langkah dalam penyusunan bahan ajar, yaitu berkaitan dengan analisis kurikulum. Analisis kurikulum ditujukan untuk menentukan kompetensi-kompetensi yang
membutuhkan bahan ajar. Berikut ini Kompetensi Dasar pembelajaran cerpen pada Kurikulum 2013.
Nama Sekolah : SMAMA
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas : XI
Semester : Ganjil
Kompetensi Dasar : 4.1 Menginterpretasi makna teks cerita pendek,
baik secara lisan maupun tulisan.
Materi Pokok : - Pemahaman isi teks cerpen
- Interpretasi isi unsur instrinsik dan ekstrinsik Nama Sekolah
: SMAMA Mata Pelajaran
: Bahasa Indonesia Kelas
: XI Semester
: Ganjil Kompetensi Dasar
: 3.3 Menganalisis teks cerita pendek, baik melalui lisan maupun tulisan
Materi Pokok : - Analisis isi teks cerita pendek
- Analisis bahasa teks cerita pendek Materi pembelajaran yang dipaparkan pada kompetensi dasar tersebut erat
kaitannya dengan pembelajaran nilai-nilai dalam cerita pendek walaupun tidak secara eksplisit tertuang ke dalam kompetensi dasar. Pembelajaran mengenai
nilai-nilai dalam cerita pendek pada Kurikulum 2013 ini termasuk ke dalam pelajaran mengenai interpretasi isi pada cerpen. Alokasi waktu yang diperlukan
dalam pembelajaran ini menyesuaikan dengan isi materi yang pada umumnya disediakan waktu sekitar empat jam pelajaran. Alokasi waktu tersebut digunakan
untuk menyampaikan materi pembelajaran serta pemberian tugas kepada peserta didik.