Pembelajaran EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING PADA MATERI REAKSI REDOKS DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGKOMUNIKASIKAN DAN MENYIMPULKAN
13 pemecahan masalah dilakukan dengan pendekatan berfikir secara ilmiah Sanjaya,
2010. Langkah-langkah pemecahan masalah problem solving dalam proses pembela-
jaran menurut Hamalik 2010 yaitu: 1.
Menyadari dan merumuskan masalah 2.
Mengajukan berbagai alternatif jawaban Hipotesis 3.
Mengumpulkan keterangan-keterangan dari berbagai sumber 4.
Mengetes kemungkinan-kemungkinan jawaban dengan keterangan- keterangan yang telah dikumpulkan.
5. Menarik suatu kesimpulan
Menurut John Dewey dalam Sanjaya 2010 seorang ahli pendidikan berkebang- saan Amerika menjelaskan langkah pembelajaran berbasis masalah yang kemu-
dian dia namakan metode pemecahan masalah problem solving , yaitu: 1.
Merumuskan masalah, yaitu langkah siswa menentukan masalah yang akan dipecahkan.
2. Menganalisis masalah, yaitu langkah siswa meninjau masalah secara kritis
dari berbagai sudut pandang. 3.
Merumuskan hipotesis, yaitu langkah siswa merumuskan berbagai kemungkinan pemecahan masalah sesuai dengan pengetahuan yang
dimilikinya. 4.
Mengumpulkan data, yaitu langkah siswa mencari dan menggambarkan informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah.
5. Pengujian hipotesis, yaitu langkah siswa mengambil atau merumuskan
kesimpulan sesuai dengan penerimaan dan penolakan hipotesis yang diajukan.
6. Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah, yaitu langkah siswa
menggambarkan rekomendasi yang dapat dilakukan sesuai rumusan hasil pengujian hipotesis dan rumusan kesimpulan.
14 Langkah-langkah model pembelajaran problem solving menurut Sanjaya 2010
yaitu meliputi : 1.
Menyadari masalah Pada tahap ini guru membimbing siswa pada kesadaran adanya kesenjangan
atau gap yang dirasakan oleh manusia atau lingkungan sosial. Kemampuan yang harus dicapai oleh siswa pada tahapan ini adalah siswa dapat menentu-
kan atau menangkap kesenjangan yang terjadi dari berbagai fenomena yang ada.
2.
Merumuskan Masalah Rumusan masalah sangat penting, sebab selanjutnya akan berhubungan de-
ngan kejelasan dan kesamaan persepsi tentang masalah dan berkaitan dengan data-data apa yang harus dikumpulkan untuk menyelesaikannya. Siswa dapat
memanfaatkan penegtahuannya untk mengkaji, memerinci, dan menganalisis masalah sehingga pada akhirnya muncul masalah yang jelas, spesifik, dan
dapat dipecahkan. 3.
Merumuskan Hipotesis Sebagai proses berpikir ilmiah yang merupakan perpaduan dari berpikir de-
duktif dan induktif, maka merumuskan hipotesis merupakan langkah penting yang tidak boleh ditinggalkan. Kemampuan yang diharapkan dari siswa dapat
menentukan sebab akibat dari massalah yang ingin diselesaikan. Melalui analisis sebab akibat inilah pada akhirnya siswa diharapkan dapat menentukan
berbagai kemungkinan penyelesaian masalah. 4.
Mengumpulkan Data Keberadaan data dalam proses berpikir ilmiah merupakan hal sangat penting.
Sebab, menentukan cara penyelesaian masalah sesuai dengan hipotesis yang diajukan harus sesuai dengan data yang ada. Dalam hal ini, siswa didorong
untuk mengumpulkan dan memilah data. 5.
Menguji Hipotesis Berdasarkan data atau informasi yang dikumpulkan, akhirnya siswa menentu-
kan hipotesis mana yang diterima dan mana yang ditolak. Kemampuan yang diharapkan dari siswa dalam tahapan ini adalah kecakapan menelaah data dan
sekaligus membahasnya untuk melihat hubungannya dengan masalah yang dikaji.
6.
Menentukan Pilihan Penyelesaian Menentukan pilihan penyelesaian merupakan akhir dari proses pembelajaran
strategi pembelajaran problem solving.
15 Keunggulan dan kelemahan model pembelajaran problem solving adalah sebagai
berikut: 1.
Keunggulan pembelajaran problem solving menurut Dzamarah dan Zain 2010
a. Pembelajaran ini dapat membuat pendidikan di sekolah menjadi lebih
relevan dengan kehidupan. b.
Proses belajar mengajar melalui pemecahan masalah dapat membiasakan para siswa menghadapi dan memecahkan masalah secara terampil.
c. Pembelajaran ini merangsang pengembangan kemampuan berfikir siswa
secara kreatif dan menyeluruh, karena dalam proses belajarnya, siswa banyak melakukan mental dengan menyoroti permasalahan dari berbagai
segi dalam rangka mencari pemecahannya.
2. Kelemahan pembelajaran problem solving menurut Sanjaya 2010:
a. Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan
bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk mencoba.
b. Keberhasilan pembelajaran problem solving membutuhkan cukup waktu
untuk persiapan dan saat proses belajar mengajarnya. c.
Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka
ingin pelajari.
Pada saat proses belajar mengajar dengan menggunakan pembelajaran problem solving
untuk menanggulangi kelemahan tersebut maka proses belajar mengajar sebaiknya dipersiapkan dengan sebaik mungkin, dan masalah yang diberikan
dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari atau fakta-fakta, dan sebelum pembe- lajaran dimulai sampaikan kepada siswa indikator pembelajaran atau tujuan
pembelajaran yang akan dipelajari saat itu . D.
Keterampilan Proses Sains
Hakikat IPA secara utuh, yakni IPA sebagai proses dan produk. Dalam pembe-
lajaran IPA aspek proses perlu ditekankan bukan hanya pada hasil akhir dan hanya memperoleh jawaban yang benar. Dengan kata lain bila seseorang telah
16 memiliki Keterampilan Proses Sains KPS, IPA sebagai produk akan mudah
dipahami, bahkan mengaplikasikan dan mengembangkannya. KPS adalah semua
keterampilan yang terlibat pada saat proses berlangsungnya sains.
Menurut Semiawan 1992 KPS adalah keterampilan - keterampilan fisik dan mental untuk menemukan dan mengembangkan sendiri fakta dan konsep sains
serta menumbuhkan dan mengembangkan sikap dan nilai yang dituntut. KPS adalah kemampuan siswa untuk menerapkan metode ilmiah dalam memahami,
mengembangkan dan menemukan ilmu pengetahuan. KPS sangat penting bagi setiap siswa sebagai bekal untuk menggunakan metode ilmiah dalam mengem-
bangkan sains serta diharapkan memperoleh pengetahuan baru atau mengem- bangkan pengetahuan yang telah dimiliki. KPS bukan tindakan instruksional yang
berada diluar kemampuan siswa. tetapi dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa.
Menurut Funk Dimayati dan Mudjiono, 2002 ada berbagai keterampilan dalam keterampilan proses sains, keterampilan-keterampilan tersebut terdiri dari kete-
rampilan dasar basic skills dan keterampilan terintegrasi integrated skills. Keterampilan dasar terdiri dari enam keterampilan yaitu mengamati mengobser-
vasi, mengklasifikasimengelompokkan, mengukur, memprediksi, menyimpul- kan, dan mengkomunikasikan. Sedangkan yang termasuk dalam keterampilan ter-
integrasi yaitu mengidentifikasi variabel, membuat tabulasi data, menyajikan data dalam bentuk grafik, menggambarkan hubungan antar variabel, mengumpulkan
dan mengolah data, menganalisa penelitian, menyusun hipotesis, mendefinisikan variabel secara operasional, merancang penelitian, dan melaksanakan eksperimen.
17 Menurut pendapat Tim action Research Buletin Pelangi Pendidikan 1999 dalam
Efendi 2012 keterampilan proses dasar Basic Science Proses Skill meliputi observasi, mengelompokkan, pengukuran, bkomunikasi dan menarik kesimpulan.
Tabel 1. Indikator keterampilan proses sains dasar
Keterampilan dasar Indikator
Observasi Mampu menggunakan semua indera
penglihatan, pembau, pendengaran, pengecap, dan peraba untuk mengamati, mengidentifikasi,
dan menamai sifat benda dan kejadian secara teliti dari hasil pengamatan.
Klasifikasi Mampu menentukan perbedaan, mengkontraskan
ciri-ciri, mencari kesamaan, membandingkan dan menentukan dasar penggolongan terhadap suatu
obyek. Pengukuran
Mampu memilih dan menggunakan peralatan untuk menentukan secara kuantitatif dan kuali-
tatif ukuran suatu benda secara benar yang sesuai untuk panjang, luas, volume, waktu, berat dan
lain-lain. Dan mampu mendemontrasikan peruba- han suatu satuan pengukuran ke satuan pengu-
kurang lain. Berkomunikasi
Memberikanmenggambarkan data empiris hasil percobaan atau pengamatan dengan tabel, me-
nyusun dan menyampaikan laporan secara siste- matis, menjelaskan hasil percobaan, membaca
tabel, mendiskusikan hasil kegiatan suatu masa- lah atau suatu peristiwa.
Inferensi Mampu membuat suatu kesimpulan tentang suatu
benda atau fenomena setelah mengumpulkan, menginterpretasi data dan informasi.
18 Menurut Mahmuddin 2010 dalam Efendi 2012 keterampilan proses dasar
diuraikan oleh sebagai berikut 1.
Observasi atau mengamati, menggunakan lima indera untuk mencari tahu informasi tentang obyek seperti karakteristik obyek, sifat, persamaan, dan
fitur identifikasi lain. 2.
Klasifikasi, proses pengelompokan dan penataan objek 3.
Mengukur, membandingkan kuantitas yang tidak diketahui dengan jumlah yang diketahui, seperti: standar dan non-standar satuan pengukuran.
4. Komunikasi, menggunakan multimedia, tulisan, grafik, gambar, atau cara
lain untuk berbagi temuan. 5.
Menyimpulkan, membentuk ide-ide untuk menjelaskan pengamatan. 6.
Prediksi, mengembangkan sebuah asumsi tentang hasil yang diharapkan. Keenam keterampilan proses dasar di atas terintegrasi secara bersama-sama ketika
ilmuan merancang dan melakukan penelitian, maupun dalam kehidupan sehari- hari. Semua komponen keterampilan proses dasar penting baik secara parsial
maupun ketika terintegrasi secara bersama-sama. Oleh karena itu, sangat penting dimiliki dan dilatihkan bagi siswa..
Menurut Dimyati dan Mudjiono 2002, tiap-tiap keterampilan proses dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Mengamati
Melalui kegiatan mengamati, kita belajar tentang dunia sekitar kita yang fan- tastis. Manusia mengamati objek-objek dan fenomena alam dengan panca-
indra: penglihatan, pendengaran, perabaan, penciuman, dan perasapence- cap. Informasi yang kita peroleh, dapat menuntut keingintahuan, memperta-
nyakan, memikirkan, melakukan interpretasi tentang lingkungan kita, dan meneliti lebih lanjut. Selain itu, kemampuan mengamati merupakan kete-
rampilan paling dasar dalam proses dan memperoleh ilmu pengetahuan serta merupakan hal ter-penting untuk mengembangkan keterampilan-keterampil-
an proses yang lain. Mengamati memiliki dua sifat yang utama, yakni sifat kualitatif dan sifat kuantitatif. Mengamati bersifat kualitatif apabila dalam
pelaksanaannya hanya menggunakan pancaindra untuk memperoleh infor- masi. Mengamati bersifat kuantitatif apabila dalam pelaksanaannya selain
menggunakan pancaindra, juga menggunakan peralatan lain yang membe- rikan informasi khusus dan tepat.
19 2.
Mengklasifikasikan Mengklasifikasikan merupakan keterampilan proses untuk memilah berbagai
objek peristiwa berdasarkan sifat-sifat khususnya, sehingga di dapatkan golongan kelompok sejenis dari objek peristiwa yang dimaksud. Contoh
kegiatan yang menampakkan keterampilan mengklasifikasikan adalah meng- klasifikasikan makhluk hidup selain manusia menjadi dua kelompok:
binatang dan tumbuhan , mengklasifikasikan cat berdasarkan warna dan kegiatan lain yang sejenis.
3. Mengkomunikasikan
Mengkomunikasikan dapat diartikan sebagai menyampaikan dan mempero- leh fakta, konsep, dan prinsip ilmu pengetahuan dalam bentuk suara, visual,
atau suara visual. Contoh-contoh kegiatan dari keterampilan mengkomuni- kasikan adalah mendiskusikan suatu masalah, membuat laporan, membaca
peta dan kegiatan lain yang sejenis.
4. Mengukur
Mengukur dapat diartikan sebagai membandingkan yang diukur dengan satuan ukuran tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya. Contoh-contoh
kegiatan yang menampakkan ketermpilan mengukur antara lain: mengukur panjang garis, mengukur berat badan, mengukur temperature kamar, dan
kegiatan sejenis yang lain.
5. Memprediksi
Memprediksi dapat diartikan sebagai mengantisipasi atau membuat ramalan tentang segala hal yang akan terjadi pada waktu mendatang, berdasarkan
perkiraan pada pola atau kecenderungan tertentu, atau hubungan antara fak- ta, konsep, dan prinsip dalam ilmu pengetahuan.
6. Menyimpulkan
Menyimpulkan dapat diartikan sebagai suatu keterampilan untuk memutus- kan keadaan suatu objek atau peristiwa berdasarkan fakta, konsep dan prin-
sip yang diketahui.
Keterampilan proses bertujuan untuk meningkatkan kemampuan anak didik me- nyadari, memahami, dan menguasai rangkaian bentuk kegiatan yang berhubungan
dengan hasil belajar yang telah dicapai anak didik. Keterampilan proses sebagai- mana disebutkan di atas merupakan KPS yang diaplikasikan pada proses pembe-
lajaran. Pembentukan keterampilan dalam memperoleh pengetahuan merupakan salah satu penekanan dalam pembelajaran sains. Oleh karena itu, penilaian ter-
20 hadap keterampilan proses siswa harus dilakukan terhadap semua keterampilan
proses sains baik secara parsial maupun secara utuh. Salah satu KPS adalah keterampilan mengkomunikasikan. Komunikasi adalah
suatu proses penyampaian pesan ide, gagasan dari satu pihak kepada pihak lain agar terjadi saling mempengaruhi diantara keduanya. Adapun keterampilan
komunikasi menurut Dimyati dan Mudjiono 2002 adalah sebagai berikut: Kemampuan berkomunikasi dengan orang lain merupakan dasar untuk segala
yang kita kerjakan. Grafik, bagan, peta, lambang-lambang, diagram, persa- maan matematik, dan demonstrasi visual, sama baiknya dengan kata-kata
yang ditulis atau dibicarakan, semuanya adalah cara-cara komunikasi yang seringkali digunakan dalam ilmu pengetahuan. Komunikasi efektif yang
jelas, tepat, dan tidak samar-samar menggunakan keterampilan-keterampilan ya-ng perlu dalam komunikasi, hendaknya dilatih dan di-kembangkan pada
diri siswa. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa semua orang mempunyai kebutuhan untuk mengemukakan ide, pearasaan, dan kebutuhan
lain pada diri kita. Manusia mulai belajar pada awal-awal kehidupan bahwa komunikasi merupakan dasar untuk memecahkan masalah.
Mengkomunikasikan dapat diartikan sebagai pengetahuan dalam bentuk suara, visual, atau suara visual. Contoh-contoh kegiatan dari keterampilan
mengkomunikasikan adalah mendiskusikan suatu masalah, membuat laporan, membaca peta, dan kegiatan lain yang sejenis.
Sedangkan menurut Semiawan 1992 keterampilan berkomunikasi merupakan
ketrampilan untuk menyampaikan hasil penemuannya kepada orang lain baik secara lisan maupun tulisan dapat berupa penyusunan laporan, pembuatan paper,
penyusunan karangan, pembuatan gambar, tabel, diagram, dan grafik. Kemampuan berkomunikasi ilmiah, terutama dalam mengkomunikasikan hasil
penelitian ilmiah sangat penting dalam suatu kerja ilmiah. Setiap ahli dituntut agar mampu menyampaikan hasil penemuannya kepada orang lain.
21