Implementasi Pelayanan Kesehatan Kepada Penerima Jaminan SosiaL Tenaga Kerja (JAMSOSTEK) Di Rumah Sakit Umum dr. G. L. Tobing PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa

(1)

IMPLEMENTASI PELAYANAN KESEHATAN KEPADA PENERIMA

JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA (JAMSOSTEK)

DI RUMAH SAKIT UMUM dr. G.L TOBING PT. PERKEBUNAN

NUSANTARA II TANJUNG MORAWA

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Disusun oleh :

EFFRY PRANATA SARAGIH

060903016

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Medan


(2)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas

berkat dan rahmatNya yang diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini

dengan judul “ Implementasi Pelayanan Kesehatan Kepada Penerima Jaminan Sosial Tenaga

Kerja (JAMSOSTEK) di Rumah Sakit G.L Tobing Tanjung Morawa.”

Hasil yang diperoleh dari penulisan skripsi ini bukan merupakan hal yang baru, namun

diharapkan dapat dijadikan sebagai suatu sumbangan pemikiran bagi Rumah Sakit G.L Tobing

dab dapat menjadi pedoman dalam melakukan penelitian di masa-masa yang akan dating.

Penulis menyadari bahwa banyak kekurangan yang perlu diperbaiki dalam skripsi ini,

untuk itu berbagai saran dan kritik sangat penulis harapkan untuk perbaikan skripsi ini.

Penulis juga menyadari bahwa banyak pihak yang berperan dan telah membantu penulis

dalam menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu, dengan segala hormat dan kerendahan hati penulis

mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis selama

proses penyelesaian skripsi ini, yaitu:

1.

Bapak Drs. M. Arif Nasution, M.A, selaku dekan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu

Politik Universitas Sumatera Utara.

2.

Bapak Prof. DR. Marlon Sihombing, MA selaku Ketua Departemen Ilmu

Administrasi Negara FISIP USU.


(3)

3.

Ibu Dra. Beti Nasution, M.Si selaku Sekretaris Departemen Ilmu Administrasi Negara

FISIP USU

4.

Ibu Dra. Nurlela Ketaren , M.SP selaku dosen pembimbing yang telah banyak

meluangkan waktu dan dengan sabar membimbing saya dalam menyelesaikan skripsi

ini.

5.

Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Kak Mega dan Kak Dian yang

membantu penulis dalam proses administrasi baik waktu seminar maupun sidang

skripsi.

6.

Kepada Bapak dr. Supiono selaku Pimpinan Rumah Sakit G.L Tobing Tanjung

Morawa yang telah meluangkan waktunya untuk membantu penulis dalam melakukan

penelitian.

7.

Bapak Sriyanto, SE selaku Wakil Ketua Tata Usaha yang sangat membantu penulis

dalam penelitian serta memudahkan penulis dalam memperoleh data yang diperlukan

dalam penyelesaian skripsi ini.

8.

Terima kasih kepada tenaga medis dan para dokter Rumah Sakit yang telah

meluangkan waktunya untuk membantu penulis dalam melakukan penelitian.

9.

Kepada kedua orang tua saya yang telah membesarkan dan mendidik saya serta

memberikan motivasi baik moril maupun materil yang tak ternilai harganya dengan

apapun, maafkan aku yang selama ini menyusahkan kalian, mudah-mudahan ini dapat

memberikan suatu kebanggaan dalam diri kedua orang tuaku, terimakasih juga telah

menyadarkan aku terhadap pentingnya keluarga, ternyata keluargalah yang nomor

satu dari apapun.


(4)

10.

Kepada Abangku (Vicky) dan Adek2ku ( Metha dan Yose) terimakasih atas

segalanya yang kalian berikan kepadaku selama ini.

11.

Kepada kawan-kawan seperjuanganku yang diberi julukan “Empor2 Club” yang kata

orang memiliki arti yang negatif tapi itu semua gak benar, terima kasih buat kenangan

yang diberikan selama dalam perkuliahan, kalianlah tempat keduaku yang bisa

berbagi suka maupun duka, jangan lupakan aku ya…”You are the best in my

life”,maaf atas perbuatanku yang membuat kalian kecewa, diantaranya:

12.

Martalena Sibarani (Nantulangku…hehehe), kaulah mungkin jodohku dikampus ini

tapi dalam pertemanan, mulai dari doping, penguji, hari seminar semuanya sama,

makasih buat segalanya yg telah kw berikan(termasuk dalam perutangan waktu bulan

tua) dan saran2mu ternyata benar keluargalah yang nomor satu di dunia ini.

13.

Dwi Isabela Meliala (si bungsu katanya…), terima kasih buat segalanya yang telah

kw berikan selama kita berteman dan ide2mu dalam membuat indikatorku sehingga

bisa di acc dopingku, mungkin kalo gak da kw dan sona gak siap skripsiku (maafkan

atas segalanya yang pernah aku buat samamu).

14.

Sonasa Gulo (ono niha), teman yang selalu memberikan masukan dan

mengingatkanku dalam menyelesaikan skripsi ini, kalo gak da kw gak wisuda2 aku

genk….(Jgn lupa undang kami kalo nikah kw biar keNias kita)

15.

Dedi Limbong (si abang..) yang selalu siap duluan dari kami, dan yg slalu fokus

dalam kuliah terimakasih buat semuanya genk….

16.

Yovita Munthe (mami Yo..), kalo gak da dia pasti semua bertanya2 keadaannya, krn

gak da dia pasti gak seru…hehehehe. (makasi ya yo udah mau mengerti kondisi aku,

dan buat segalanya lah pokoknya..)


(5)

17.

Noach Ginting (Seninaku..) kawan pertama dikampus tercinta ini, yg selalu aneh dan

susah diajak untuk ngempor…sama2 waktu hancur2nya tp dia duluan yg tobat baru

aku (tetap semangat senina biar nyusul kw sina…perlu bantuan hubungi

saya..hehehe) makasi buat segalanya….

18.

Tomi Tambunan (tulangku…) makasi tulang atas waktunya selama ini, dalam

memberikan tempat untuk ngerjain skripsiku dan pikiranmu waktu kuajak

diskusi…(maaf atas segala kesalahanku selama ini samamu tulang…)

19.

Nartho Sitinjak (pak tua..), teman yang selalu memberikan solusi dlm nyelesaikan

masalah apapun padahal umur masih muda tapi dewasa kali…hehehe (makasi telah

memberikan arti kehidupan ini pak ua..)

20.

Apeles Mendrofa (ono niha satu lagi) yang selalu nanya keberadaanku dimana, kawan

yang bisa diajak diskusi dlam tugas kuliah…makasi wak genk atas segalanya dalam

pertemanan kita…ternyata makna pertemanan kita selalu ada, terimakasih spritnya.

21.

Suji Novanda Sari (mbok kami..) teman yg lucu yang selalu ngajak halal bihalal

waktu lebaran jadi bisa makan sepuasnya…cepat nyusul ya..(hubungi jika perlu dlm

skripsimu nanti..)

22.

Buat Pdt. Rosa Sinulingga, Kak Oya n Kak Prina (kakak2ku), Sabrina,n Septin di

dalam keterpurukan n didlam keputusasaanku dlm menghadapi masalahku ini, kalian

selalu ada buatku untuk tetap memberikan spirit dlm menyelesaikan masalahku n

memberi motivasi utk skripsi ini dan mengingatkan aku sama Tuhan Yesus untuk

selalu berserah kepadaNya..

23.

Buat Laeku Jacob Tambunan yang setiap hari menanyakan status skripsiku udah

sampai mana, makasi laeku…(cepat2 kuliah kw ya laeku..)


(6)

24.

Buat Dina n Ony terimakasih atas bantuan kalian dalam memberikan masukan dalam

menyelesaikan skripsiku…

25.

Buat Pepi Azlina, Citra, Vanny, Trisna, Andre wak Leng..,Tantri (aparaku),

Butet..dan anak2 06 yg tak tersebuti namanya satu per satu, makasi buat pertemanan

selama ini yg saling memberikan motivasi sesama satu stambuk (mudah2an kita nanti

bisa buat reunian nanti), keep spirit all…n adek2 aku Tika, Meri, Cindy, Nia n

Marino.. tetap semangat yah…

26.

Buat seseorang yang disana, “

Ratu Gembel

” ku makasi buat segalanya, yang

membuatku termotivasi n semangat ketika dirimu hadir pada saat yang tepat

dihadapanku..hehehe…

Terima kasih untuk semuanya.

Medan, Juni 2010


(7)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR... i

DAFTAR ISI...vi

DAFTAR TABEL ...ix

DAFTAR LAMPIRAN ...x

ABSTRAKSI ...xii

BAB I PENDAHULUAN...1

I.1. Latar Belakang...1

I.2. Perumusan Masalah ...5

I.3. Tujuan Penelitian ...6

I.4. Manfaat Penelitian ...6

I.5. Kerangka Teori ...7

I.5.1.

Implementasi...7

I.5.1.1. Pengertiaan Implementasi...7

I.5.1.2. Model-Model Implementasi ...9

I.5.2. Pelayanan Kesehatan ...16

I.5.2.1. Pengertian Pelayanan Kesehatan ... 16

I.5.2.2. Standar Pelayanan Kesehatan ... 18

I.5.3. Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK)... 20

I.5.3.1. Pengertian JAMSOSTEK ... 20

I.5.3.2. Hakikat Jaminan Sosial Tenaga Kerja ... 20

I.5.3.3. Landasan Hukum Jaminan Sosial Tenaga kerja ... 21

I.5.3.4. Ruang Lingkup Jaminan Sosial Tenaga Kerja... 23

I.5.4. Implementasi Pelayanan Kesehatan Kepada Penerima Jaminan Sosial Tenaga


(8)

I.6 Defenisi Konsep ...33

I.7 Konsep Berpikir...34

1.8 Defenisi Operasional...35

BAB II METODOLOGI PENELITIAN...37

II.1. Bentuk Penelitian ………..37

II.2. Lokasi Penelitian ...37

II.3. Informan Penelitian ...37

II.4. Teknik Pengumpulan Data ...40

II.5. Teknik Analisa Data...41

BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN...42

III.1 Sejarah Rumah Sakit ...42

III.2 Struktur Organisasi Rumah Sakit...45

III.3 Visi dan Misi Rumah Sakit ...53

BAB IV PENYAJIAN DATA ...61

A. Hasil Kuesioner...61

a. Deskripsi Data Karyawan dan Tenaga Medis Rumah Sakit G.L Tobing ...61

b. Deskripsi Responden Data Identitas Responden...63

B. Hasil Wawancara...74

1...Ukura n dan Tujuan Kebijakan ...76

2...Sumb er Daya ...79

3...Komu nikasi...82

4...Lingk ungan Eksternal...84

5...Pemel iharaan dan Peningkatan Kesehatan...85


(9)

6...Pence

gahan dan Penyembuhan Penyakit...87

7...Pemul ihan Penyakit...90

BAB V ANALISI DATA ...93

A. Implementasi Pelayanan Kesehatan kepada Penerima Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK) di Rumah Sakit G.L Tobing ...93

1...Ukura n dan Tujuan Kebijakan ...94

2...Sumb er Daya ...96

3...Komu nikasi...98

4...Lingk ungan Eksternal...99

B...Pelay anan Kesehatan yang Diberikan Rumah Sakit G.L Tobing Kepada Penerima Jaminan Sosial Tenaga Kerja...100

1...Pemel iharaan dan Peningkatan Kesehatan...100

2...Pence gahan dan Penyembuhan Penyakit...101

3...Pemul ihan Penyakit...102

BAB VI PENUTUP ...104

VI.1. Kesimpulan ...104

VI.2. Saran ...105


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

III. 1. Tenaga Dokter Rumah Sakit G.L Tobing Tanjung

Morawa... 55

III. 2. Data Karyawan dan Tenaga Medis Rumah Sakit

G.L Tobing Tanjyng Morawa... 57

IV. 1. Distribusi Karyawan dan Tenaga Medis Berdasarkan

Jenis Kelamin... 62

IV. 2. Distribusi Karyawan dan Tenaga Medis Berdasarkan

Tingkat Pendidikan... 62

IV. 3. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin... 63

IV. 4. Distribusi Responden Berdasarkan Usia... 64

IV. 5. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkatan Pendidikan... 65

IV. 6. Distribusi Responden Berdasarkan Lamanya Bekerja... 65

IV. 7. Tanggapan Responden Terhadap Pengetahuan Mereka


(11)

IV. 8. Distribusi Jawaban Responden Terhadap Ketepatan

Sasaran Pelayanan Kesehatan... 67

IV. 9. Distribusi Jawaban Responden Terhadap Terbantunya

Pasien Penerima JAMSOSTEK... 67

IV. 10. Distribusi Jawaban Responden Terhadap Kualitas

Tenaga Medis... 68

IV. 11. Distribusi Jawaban Responden Terhadap Kinerja Dan

Tanggung Jawab Tenaga Medis... 68

IV. 12. Distribusi Jawaban Responden Terhadap Sikap Tenaga

Medis... 69

IV. 13. Distribusi Jawaban Responden Pengetahuan Tentang

Adanya Koordinasi... 69

IV. 14. Distribusi Jawaban Responden Tentang Adanya

Dukungan Pemerintah... 69

IV. 15. Distribusi Jawaban Responden Terhadap Pelayanan Dokter

Umum, Gigi, Maupun Spesialis... 70

IV. 16. Distribusi Jawaban Responden Terhadap Pelayanan


(12)

IV. 17. Distribusi Jawaban Responden Terhadap Penyediaan

Ruangan Khusus ... 71

IV. 18. Distribusi Jawaban Responden Terhadap Kelayakan

Ruangan Rawat Inap... 71

IV. 19. Distribusi Jawaban Responden Terhadap Pelayanan

Gawat Darurat... 71

IV. 20. Distribusi Jawaban Responden Terhadap Peralatan Medis

Yang Dibutuhkan... 72

IV. 21. Distribusi Jawaban Responden Terhadap Pelayanan

Obat-Obatan... 72

IV. 22. Distribusi Jawaban Responden Terhadap Pelayanan

Rawat Jalan... 73

IV. 23. Distribusi Jawaban Responden Terhadap Prosedur Dalam

Mendapatkan Pelayanan Kesehatan... 73


(13)

ABSTRAKSI

Implementasi Pelayanan Kesehatan Kepada Penerima Jaminan Sosial Tenaga Kerja

(JAMSOSTEK) di Rumah Sakit Umum dr. G.L Tobing PT.Perkebunan Nusantara II

Tanjung Morawa

Nama : Effry Pranata Saragih Departemen : Ilmu Administrasi Negara Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Dosen Pembimbing : Dra. Nurlela Ketaren, M.Sp

Melalui pembangunan ketenagakerjaan di Indonesia diharapkan dapat meningkatkan produktivitas kerja para tenaga kerja dimana telah diatur hak-hak dan perlindungan mendasar

bagi tenaga kerja dan pekerja/ buruh, dan upaya pemerintah juga mengeluarkan

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Dalam perundang-undangan

tersebut telah diatur bahwa setiap tenaga kerja dan keluarga berhak memperoleh jaminan

sosial tenaga kerja atau yang disebut dengan JAMSOSTEK, dimana JAMSOSTEK ini

merupakan asurasi kesehatan/jiwa bagi tenaga kerja dan pekerja/ buruh dan juga telah

dikeluarkan pemerintah Undang-Undang No 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga

Kerja, dimana terdapat program JAMSOSTEK tentang pemeliharaan kesehatan. Dan dalam

penelitian ini akan dikaji lebih dalam mengenai implementasi pelayanan kesehatan kepada

penerima JAMSOSTEK di Rumah Sakit Umum dr. G. L Tobing PT. Perkebunan Nusantara

II Tanjung Morawa ,karena dapat diketahui bahwa kesehatan merupakan hal yang sangat

penting bagi tenaga kerja dalam melaksanakan kegiatannya.

Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat dan menggambarkan pelaksanaan

pelayanan kesehatan yang diberikan Rumah Sakit dr. G.L Tobing PT. Perkebunan Nusantara

II Tanjung Morawa kepada penerima JAMSOSTEK. Dalam penelitian ini juga akan dilihat

realisasi pelayanan yang diberikan untuk tercapainya tujuan yang telah ditetapkan antara

pihak rumah sakit dengan PT. JAMSOSTEK. Metodologi penelitian yang digunakan dalam

penelitian ini adalah metode bentuk deskriptif dengan analisa data kualitatif, unit analisis

yang terdiri dari informan kunci yaitu Kepala Rumah Sakit dr. G.L Tobing , Kepala Tata

Usaha Rumah Sakit Umum dr. G. L Tobing, informan utama yaitu Dokter Umum dan Dokter

Spesialis, Kepala Ruangan, Koordinator Unit Gawat Darurat (UGD), Bagian Radiologi dan

Laboratorium dan pasien penerima JAMSOSTEK.

Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah pelaksanaan pelayanan

kesehatan kepada pasien penerima JAMSOSTEK terlaksana secara maksimal yang sesuai

dengan kesepakatan dalam perjanjian pihak rumah sakit dengan PT. JAMSOSTEK, dimana

dapat dilihat bahwa fasilitas dan pelayanan yang diberikan Rumah Sakit Umum dr. G.L

Tobing PT. Perkebunan Nusantara II tidak ada perbedaaan dengan pasien-pasien yang lain,

dan dengan mudah juga pasien JAMSOSTEK memperoleh pelayanan kesehatan di rumah

sakit tersebut.


(14)

ABSTRAKSI

Implementasi Pelayanan Kesehatan Kepada Penerima Jaminan Sosial Tenaga Kerja

(JAMSOSTEK) di Rumah Sakit Umum dr. G.L Tobing PT.Perkebunan Nusantara II

Tanjung Morawa

Nama : Effry Pranata Saragih Departemen : Ilmu Administrasi Negara Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Dosen Pembimbing : Dra. Nurlela Ketaren, M.Sp

Melalui pembangunan ketenagakerjaan di Indonesia diharapkan dapat meningkatkan produktivitas kerja para tenaga kerja dimana telah diatur hak-hak dan perlindungan mendasar

bagi tenaga kerja dan pekerja/ buruh, dan upaya pemerintah juga mengeluarkan

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Dalam perundang-undangan

tersebut telah diatur bahwa setiap tenaga kerja dan keluarga berhak memperoleh jaminan

sosial tenaga kerja atau yang disebut dengan JAMSOSTEK, dimana JAMSOSTEK ini

merupakan asurasi kesehatan/jiwa bagi tenaga kerja dan pekerja/ buruh dan juga telah

dikeluarkan pemerintah Undang-Undang No 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga

Kerja, dimana terdapat program JAMSOSTEK tentang pemeliharaan kesehatan. Dan dalam

penelitian ini akan dikaji lebih dalam mengenai implementasi pelayanan kesehatan kepada

penerima JAMSOSTEK di Rumah Sakit Umum dr. G. L Tobing PT. Perkebunan Nusantara

II Tanjung Morawa ,karena dapat diketahui bahwa kesehatan merupakan hal yang sangat

penting bagi tenaga kerja dalam melaksanakan kegiatannya.

Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat dan menggambarkan pelaksanaan

pelayanan kesehatan yang diberikan Rumah Sakit dr. G.L Tobing PT. Perkebunan Nusantara

II Tanjung Morawa kepada penerima JAMSOSTEK. Dalam penelitian ini juga akan dilihat

realisasi pelayanan yang diberikan untuk tercapainya tujuan yang telah ditetapkan antara

pihak rumah sakit dengan PT. JAMSOSTEK. Metodologi penelitian yang digunakan dalam

penelitian ini adalah metode bentuk deskriptif dengan analisa data kualitatif, unit analisis

yang terdiri dari informan kunci yaitu Kepala Rumah Sakit dr. G.L Tobing , Kepala Tata

Usaha Rumah Sakit Umum dr. G. L Tobing, informan utama yaitu Dokter Umum dan Dokter

Spesialis, Kepala Ruangan, Koordinator Unit Gawat Darurat (UGD), Bagian Radiologi dan

Laboratorium dan pasien penerima JAMSOSTEK.

Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah pelaksanaan pelayanan

kesehatan kepada pasien penerima JAMSOSTEK terlaksana secara maksimal yang sesuai

dengan kesepakatan dalam perjanjian pihak rumah sakit dengan PT. JAMSOSTEK, dimana

dapat dilihat bahwa fasilitas dan pelayanan yang diberikan Rumah Sakit Umum dr. G.L

Tobing PT. Perkebunan Nusantara II tidak ada perbedaaan dengan pasien-pasien yang lain,

dan dengan mudah juga pasien JAMSOSTEK memperoleh pelayanan kesehatan di rumah

sakit tersebut.


(15)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG

Pembangunan ketenagakerjaan di Indonesia dilakukan dalam rangka pembangunan

manusia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya untuk mewujudkan

masyarakat sejahtera, adil, makmur, dan merata baik materiil maupu spiritual. Dimana upaya

pembangunan ketenagakerjaan ini merupakan sebagian dari integral dari Pancasila dan UUD

1945.

Pembangunan ketenagakerjaan ini perlu diatur sedemikian rupa sehingga

terpenuhinya hak-hak dan perlindungan yang mendasar bagi tenaga kerja/ buruh termasuk

dalam hal kesehatan kerja dari tenaga kerja/ buruh. Dengan demikian, untuk mengatur

hak-hak dan perlindungan mendasar bagi tenaga kerja dan pekerja/ buruh, pemerintah pun

mengeluarkan Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

Menurut UU No 13 Tahun 2003 tersebut, pada pasal 99 ayat 1 dikatakan bahwa

setiap tenaga kerja/ buruh dan keluarganya berhak untuk memperoleh jaminan sosial tenaga

kerja atau sering disebut dengan JAMSOSTEK (Jaminan Sosial Tenaga Kerja). Dimana

JAMSOSTEK tersebut dilaksanakan berdasarkan atas peraturan perundang-undangan yang

berlaku. Program JAMSOSTEK ini merupakan program perlindungan dasar bagi tenaga

kerja dan keluarganya. Oleh sebab itu besarnya jaminan yang diberikan harus selalu

diupayakan peningkatannya.


(16)

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa JAMSOSTEK ini merupakan asurasi

kesehatan/jiwa bagi tenaga kerja dan pekerja/ buruh. JAMSOSTEK ini diberikan oleh pihak

perusahaan dengan jumlah yang berbeda kepada tiap tenaga kerja sesuai dengan kedudukan/

jabatan tenaga kerja di perusahaan.

Untuk menyelenggarakan program JAMSOSTEK seperti tertera dalam UU tersebut

maka dikeluarkanlah PP No 28 Tahun 2002 jo PP No. 14 Tahun 1993 tentang

Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja. Dalam peraturan pemerintah ini

diatur tentang adanya jaminan pemeliharaan kesehatan bagi tenaga kerja dan juga jaminan

kematian kepada keluarga sebagai upaya meringankan beban keluarga.

Komitmen dari pemerintah untuk menjamin hak-hak dasar tenaga kerja/ buruh yang

bekerja bukan pada instansi pemerintah saja, menandakan bahwa kesehatan dan keselamatan

jiwa tenaga kerja yang bekerja pada instansi swasta dan keluarganya dapat dilihat dari

penyerahan JAMSOSTEK tersebut. JAMSOSTEK menjamin pemeliharaan kesehatan jiwa

tenaga kerja dan juga keluarga melalui penyisihan gaji/ upah tenaga kerja/ buruh tiap

bulannya.

Jika tenaga kerja/ buruh tersebut adalah tenaga kerja/ buruh kontrak maka sesudah

masa kontrak kerja habis, tenaga kerja/ buruh diberi kebebasan untuk mengambil

JAMSOSTEK dalam bentuk dana. Dengan demikian JAMSOSTEK ini benar-benar

disediakan oleh instansi tempat tenaga kerja/ buruh bekerja sebagai salah satu bentuk

pemenuhan kebutuhan kesejahteraan kesehatan bagi tenaga kerja/ buruh dan keluarganya.

Sedangkan penyelenggaran pelayanan kesehatan menurut Soekidjo Notoatmodjojo,

dilakukan oleh pihak pemerintah dan swasta yang merupakan pihak yang sekaligus


(17)

menyediakan fasilitas kesehatan mencakup Rumah Sakit, puskesmas, poliklinik, rumah

bersalin dan lain sebagainya. (Notoatmodjojo.2003:25).

Penyelenggaraan pelayanan kesehatan oleh pihak pemerintah maupun swasta

ditentukan berdasarkan penunjukan pihak PT. JAMSOSTEK (Persero) kepada pihak

penyedia fasilitas kesehatan. Segala bentuk pelayanan kesehatan yang akan diberikan oleh

pihak penyelenggara pelayanan kesehatan kepada tenaga kerja/ buruh penerima

JAMSOSTEK telah ditentukan terlebih dahulu oleh kedua belah pihak diawal penunjukan

penyelenggaraan pelayanan kesehatan oleh pihak PT JAMSOSTEK.

PT JAMSOSTEK (Persero) sebagai penyedia jaminan pemeliharaan kesehatan di

Kantor Direksi PTPN II Tanjung Morawa, menunjuk Rumah Sakit Umum dr. G.L. Tobing

PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa sebagai salah satu penyelenggara pelayanan

kesehatan bagi penerima JAMSOSTEK. Segala pelayanan kesehatan bagi penerima

JAMSOSTEK diatur dalam perjanjian kerjasama yang biasanya ditentukan batas waktunya.

Dalam perjanjian kerjasama tersebut diatur tentang pembiayaan dan juga bentuk

pelayanan kesehatan yang ditanggung oleh PT JAMSOSTEK Adapun bentuk pelayanan

kesehatan yang diberikan oleh pihak Rumah Sakit Umum dr. G.L Tobing PT. Perkebunan

Nusantara II bagi penerima JAMSOSTEK yaitu; pemeriksaan rawat jalan spesialis, rawat

inap, tindakan medis, dokter spesialis, pemeriksaan penunjang diagnostik lanjutan sesuai

dengan kemampuan Rumah Sakit bersangkutan dengan berpedoman pada jenis pemeriksaan

dan tindakan medis yang telah disetujui, operasi sesuai dengan indikasi medis, perawatan

ruang ICU/ ICCU/ PICU, persalinan dengan resiko tinggi, pelayanan emergensi rawat jalan/

rawat inap, pemberian obat-obatan sesuai dengan Daftar Standar Obat Jaminan Pemeliharaan

Kesehatan (JPK).


(18)

Penyelenggaraan pelayanan kesehatan bagi tenaga kerja/ buruh penerima

JAMSOSTEK oleh penyelenggara pelayanan kesehatan, merupakan salah satu bentuk

pelayanan publik dasar. Hal ini menjadikan penilaian terhadap kinerja layanan sepenuhnya

diserahkan kepada masyarakat/ penerima JAMSOSTEK sebagai pengguna jasa. Dalam

memperoleh pelayanan kesehatan bagi pemegang kartu JAMSOSTEK, kedua belah pihak

telah menentukan prosedur yang harus dilalui sebagai salah satu persyaratan administratif.

Namun yang sering terjadi dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan bagi

penerima JAMSOSTEK, pihak penyelenggara kesehatan sering sekali membatasi jumlah

pasien dari layanan kesehatan mupun kartu kesehatan, selain itu mereka juga cenderung

membuat pelayanan tersebut menjadi tidak ramah dalam memberikan pelayanan. Pihak

penyelenggara menimbang bahwa akan terasa sangat sulit bagi instansi mereka untuk

memberi pelayanan kepada para pasien karena tarif pembayaran dengan jasa yang diberikan

oleh tenaga medis rumah sakit tidak sesuai mengingat kesehatan adalah merupakan hal yang

bersifat urgen. Namun yang menjadi alasan bagi pihak penyelenggara pelayanan kesehatan

yaitu bahwa penyelenggara (PT JAMSOSTEK) tidak menyediakan dana yang cukup dalam

membayar biaya perawatan pasien dengan kartu jaminan kesehatan tersebut.

Rumah Sakit Umum dr. G.L Tobing PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa

sebagai salah satu penyedia pelayanan kesehatan telah dihunjuk oleh PT JAMSOSTEK untuk

menyediakan pelayanan kesehatan bagi penerima JAMSOSTEK. Dan dalam perjanjian di

awal penghunjukan telah disebutkan secara jelas jenis dan bentuk pelayanan kesehatan yang

ditanggung oleh PT JAMSOSTEK. Dengan demikian sangat perlu bagi penulis untuk melihat

bagaimana implementasi pelayanan kesehatan Rumah Sakit Umum dr. G.L Tobing PT.

Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa tersebut terhadap penerima JAMSOSTEK.


(19)

Tertarik dengan fenomena tersebut maka penulis pun mengangkat judul penelitian

“Implementasi Pelayanan Kesehatan kepada Penerima Jaminan Sosial Tenaga Kerja

(JAMSOSTEK).”

I.2 Perumusan Masalah

Perumusan masalah sangat penting dilakukan agar diketahui arah jalannya suatu penelitian. Seperti yang dilakukan oleh Arikunto bahwa agar suatu penelitian dapat dilaksanakan sebaik-baiknya, maka penulis merumuskan masalah sehingga jelas dari mana harus memulai, kemana harus pergi, dan dengan apa. (Arikunto, 1993:17).

Berdasarkan penjelasan sebelumnya, maka penulis di dalam melakukan penelitian ini

merumuskan masalah sebagai berikut: “ Bagaimana Implementasi Pelayanan Kesehatan Kepada

Penerima Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK)Rumah Sakit Umum dr. G.L Tobing PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa.”

I.3 Tujuan Penelitian

Setiap penelitian yang dilakukan tentu mempunyai sasaran yang hendak dicapai atau apa yang menjadi tujuan penelitian tentunya jelas diketahui sebelumnya. Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah:

1.

Untuk mengetahui bagaimana implementasi pelayanan kesehatan kepada penerima Jaminan

Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK) Rumah Sakit Umum dr. G.L Tobing PT. Perkebunan

Nusantara II Tanjung Morawa


(20)

2.

Untuk mengetahui respon dari penerima Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK)

tentang pelayanan kesehatan Rumah Sakit Umum dr. G.L Tobing PT. Perkebunan Nusantara

II Tanjung Morawa

I.4 Manfaat Penelitian

Adapun penelitian ini dapat memberikan manfaat yang baik bagi penulis sendiri maupun pihak lain yang berkepentingan yaitu sebagai berikut:

1.

Penelitian ini daharapkan bermanfaat bagi kalangan mahasiswa umumnya dan mahasiswa

departemen Ilmu Administrasi Negara pada khususnya.

2.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik dalam menambah bahan kajian perbandingan bagi yang menggunakannya.

3.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi pihak rumah sakit dalam

memberikan pelayanan kesehatan kepada penerima Jaminan Sosial Tenaga Kerja

(JAMSOSTEK).

I.5 Kerangka Teori

Sebagai titik tolak atau landasan berpikir dalam menyoroti atau memecahkan permasalahan perlu adanya pedoman teoritis yang dapat membantu. Untuk itu perlu disusun kerangka teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana masalah tersebut disoroti. Selanjutunya teori merupakan serangkaian asumsi, konsep, dan konstruksi, definisi dan proposisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antar konsep. (Singarimbun, 1987:37)


(21)

I.5.1 Implementasi

I.5.1.1. Pengertian Implementasi

Implementasi kebijakan merupakan tahap yang kursial dalam proses kebijakan publik. Suatu program kebijakan yang diimplementasikan agar mempunyai dampak atau tujuan yang diinginkan, sehingga dalam prakteknya implementasi kebijakan merupakan suatu proses yang begitu kompleks bahkan tidak jarang bermuatan politis dengan adanya intervensi berbagai kepentingan.

Menurut Van Meter dan Van Horn (Agustino, 2006: 139) mendefinisikan implementasi kebijakan sebagai tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh individu-individu atau pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijaksanaan.

Masih berkaitan dengan konsep implementasi, Mazmanian dan Sabatier mengatakan bahwa mengkaji masalah implementasi kebijakan berarti berusaha memahami apa yang senyatanya terjadi sesudah program dinyatakan diberlakukan atau dirumuskan, yakni peristiwa-peristiwa dan kegiatan-kegiatan yang terjadi setelah proses pengesahan kebijakan, baik yang menyangkut usaha-usaha mengadministrasikannya maupun untuk menimbulkan dampak nyata pada masyarakat atau pada kejadian-kejadian tertentu. (Fadillah Putra, 2003:84)

Begitupula Lineberry (Fadillah Putra, 2003:81) juga menyatakan bahwa proses implementasi setidak-tidaknya memiliki empat elemen-elemen sebagai berikut:

1.

Pembentukan unit organisasi baru dan staf pelaksana.

2.

Penjabaran tujuan ke dalam berbagai aturan pelaksana ( standard operating procedures/

SOP).


(22)

4.

Pengalokasian sumber-sumber untuk mencapai tujuan.

Dari pendapat beberapa ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa implementasi kebijakan dimaksudkan untuk memahami apa yang terjadi setelah suatu program dirumuskan, serta apa dampak yang timbul dari program kebijakan itu. Di samping itu, implementasi kebijakan tidak hanya terkait dengan persoalan administratif, melainkan juga mengkaji faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap proses implementasi kebijakan tersebut.

I.5.1.2. Model-Model Implementasi

1.

Implementasi Kebijakan Publik Model Donald Van Metter dan Carl Van Horn

Ada enam variabel, menurut Van Metter dan Van Horn, yang mempengaruhi kinerja kebijakan publik tersebut, adalah:

a.

Ukuran dan Tujuan Kebijakan

Kinerja implementasi kebijakan dapat diukur tingkat keberhasilannya jika-dan-hanya-jika ukuran dan tujuan dari kebijakan memang realistis dengan sosio-kultur yang mengada di level pelaksana kebijakan. Ketika ukuran kebijakan atau tujuan kebijakan terlalu ideal (bahkan terlalu utopis) untuk dilaksanakan di level warga, maka agak sulit memang merealisasikan kebijakan publik hingga titik yang dapat dikatakan berhasil.

b.

Sumber daya

Keberhasilan proses implementasi kebijakan sangat tergantung dari kemampuan memanfaatkan sumber daya yang tersedia. Manusia merupakan sumber daya yang terpenting dalam menentukan suatu keberhasilan proses implementasi. Tahap-tahap tertentu dari keseluruhan proses implementasi menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas sesuai dengan pekerjaan yang


(23)

diisyaratkan oleh kebijakan yang telah ditetapkan secara apolitik. Tetapi ketika kompetensi dan kapabilitas dari sumber-sumber daya itu nihil, maka kinerja kebijakan publik sangat sulit untuk diharapkan.

Tetapi diluar sumber daya manusia, sumber daya-sumber daya lain yang perlu diperhitungkan juga ialah: sumber daya financial dan sumber daya waktu. Karena, mau tidak mau, ketika sumber daya manusia yang kompeten dan kapabel telah tersedia sedangkan kucuran dana melalui anggaran tidak tersedia, maka memang menjadi persoalan pelik untuk merealisasikan apa yang hendak dituju oleh tujuan kebijakan publik. Demikian pula halnya dengan sumber daya waktu. Saat sumber daya manusia giat bekerja dan kucuran dana berjalan dengan baik, tetapi terbentur dengan persoalan waktu yang terlalu ketat, maka hal ini pun dapat menjadi penyebagian ketidakberhasilan implementasi kebijakan.

Karena itu sumber daya yang diminta dan dimaksud oleh Van Metter dan Van Horn adalah ketiga bentuk sumber daya tersebut.

c.

Karakteristik Agen Pelaksana

Pusat perhatian pada agen pelaksana meliputi organisasi formal dan organisasi informal yang akan terlibat pengimplementasian kebijakan publik. Hal ini sangat penting karena kinerja implementasi kebijakan (publik) akan sangat banyak dipengaruhi oleh ciri-ciri yang tepat serta cocok dengan para agen pelaksananya.

d.

Sikap/ Kecenderungan (Disposition) para Pelaksana

Sikap penerimaan atau penolakan dari (agen) pelaksana akan sangat banyak mempengaruhi keberhasilan atau tidaknya kinerja implementasi kebijakan publik. Hal ini sangat mungkin terjadi oleh karena kebijakan yang dilaksanakan bukanlah hasil formulasi warga setempat yang mengenal betul


(24)

pelaksanaan adalah kebijakan “dari atas” (top down) yang sangat mungkin para pengambil keputusannya tidak pernah mengetahui (bahkan tidak mampu menyentuh) kebutuhan, keinginan, atau permasalahan yang warga ingin selesesaikan.

e.

Komunikasi Antarorganisasi dan Aktivitas Pelaksana

Koordinasi merupakan mekanisme yang ampuh dalam implementasi kebijakan publik. Semakin baik koordinasi komunikasi diantara pihak-pihak yang terlibat dalam suatu proses implementasi, maka asumsinya kesalahan-kesalahan akan sangat kecil untuk terjadi. Dan, begitupula sebaliknya.

f.

Lingkungan Ekonomi, Sosial, dan Politik

Hal terakhir yang perlu juga diperhatikan guna menilai kinerja implementasi dalam

perspektif yang ditawarkan oleh Van Metter dan Van Horn adalah, sejauh mana lingkungan

eksternal turut mendorong keberhasilan kebijakan publik yang telah ditetapkan. Lingkungan

sosial, ekonomi, dan politik yang tidak kondusif dapat menjadi biang keladi dari kegagalan

kinerja implementasi kebijakan. Karena itu, upaya untuk mengimplementasikan kebijakan

harus pula memperhatikan kekondusifan kondisi lingkungan eksternal.

2.

Implementasi Kebijakan Publik Model Daniel Mazmanian dan Paul Sabatier

Variabel-variabel yang dimaksud dapat diklasifikasikan menjadi tiga kategori besar, yaitu:

a.

Mudah atau Tidaknya Masalah yang akan Digarap, meliputi:

1.

Kesukaran-kesukaran Teknis

Tercapai atau tidaknya tujuan suatu kebijakan akan tergantung pada sejumlah persyaratan teknis, termasuk diantaranya: kemampuan untuk mengembangkan indikator-indikator pengukur


(25)

prestasi kerja yang tidak terlalu mahal serta pemahaman mengenai prinsip-prinsip hubungan kausal yang mempengaruhi masalah.

2.

Keberagaman Perilaku yang Diatur

Semakin beragam perilaku yang diatur, maka asumsinya semakin baragam pelayanan yang diberikan, sehingga semakin sulit untuk membuat peraturan yang tegas dan jelas.

3.

Persentase Totalitas Penduduk yang Tercakup dalam Kelompok Sasaran

Semakin kecil dan semakin jelas kelompok sasaran yang perilakunya akan diubah (melalui implementasi kebijakan), maka semakin besar peluang untuk memobilisasikan dukungan politik terhadap sebuah kebijakan dan dengannya akan lebih terbuka peluang bagi pencapaian tujuan kebijakan.

4.

Tingkat dan Ruang Lingkup Perubahan Perilaku yang Dikehendaki

Semakin besar jumlah perubahan perilaku yang dikendaki oleh kebijakan, maka semakin sulit para pelaksana memperoleh implementasi yang berhasil.

b.

Kemampuan Kebijakan Menstruktur Proses Implementasi Secara Tepat

Para pembuat kebijakan mendayagunakan wewenang yang dimilikinya untuk menstruktur proses implementasi secara tepat melalui beberapa cara:

1.

Kecermatan dan kejelasan penjenjangan tujuan-tujuan resmi yang akan dicapai

Semakin mampu suatu peraturan memberikan petunjuk-petunjuk yang cermat dan disusun secara jelas skala prioritas/ urutan kepentingan bagi para pejabat pelaksana dan aktor


(26)

lainnya, maka semakin besar pula kemungkinan bahwa output kebijakan dari badan-badan pelaksana akan sejalan dengan petunjuk tersebut.

2.

Keterandalan teori kausalitas yang diperlukan

Memuat suatu teori kausalitas yang menjelaskan bagaimana kira-kira tujuan usaha pembaharuan yang akan dicapai melalui implementasi kebijakan.

3.

Ketetapan alokasi sumber dana

Tersedianya dana pada tingkat batas ambang tertentu sangat diperlukan agar terbuka peluang untuk mencapai tujuan-tujuan formal.

4.

Keterpaduan hirarki di dalam lingkungan dan diantara lembaga-lembaga atau

instansi-instansi pelaksana

Salah satu ciri penting yang perlu dimiliki oleh setiap peraturan perundangan yang baik ialah kemampuannya untuk memadukan hirarki badan-badan pelaksana.

5.

Aturan-aturan pembuat keputusan dari badan-badan pelaksana

Selain dapat memberikan kejelasan dan konsistensi tujuan, memperkecil jumlah titik-titik veto, dan intensif yang memadai bagi kepatuhan kelompok sasaran, suatu undang-undang harus pula dapat mempengaruhi lebih lanjut proses implementasi kebijakan dengan cara menggariskan secara formal aturan-aturan pembuat keputusan dari badan-badan pelaksana.

6.

Kesepakatan para pejabat terhadap tujuan yang termaktub dalam undang-undang

Para pejabat pelaksana memiliki kesepakatan yang diisyaratkan demi tercapainya tujuan. Hal ini sangat signifikan halnya, oleh karena, top down policy bukanlah perkara yang mudah untuk diimplankan pada para pejabat pelaksana di level lokal.


(27)

7.

Akses formal pihak-pihak luar

Faktor lain yang juga dapat mempengaruhi implementasi kebijakan adalah

sejauhmana peluang-peluang yang terbuka bagi partisipasi para aktor diluar badan

pelaksanaan yang ditunjuk oleh pemerintah pusat dapat berjalan sebagaimana mestinya.

c.

Variabel-variabel diluar Undang-undang yang Mempengaruhi Implementasi

1.

Kondisi sosial-ekonomi dan teknologi

Perbedaan waktu dan perbedaan diantara wilayah-wilayah hukum pemerintah dalam hal kondisi sosial, ekonomi, dan teknologi sangat signifikan berpengaruh terhadap upaya pencapaian tujuan yang digariskan dalam suatu undang-undang. Karena itu, eksternal faktor juga menjadi hal penting untuk diperhatikan guna keberhasilan suatu upaya pengejawantahan suatu kebijakan publik.

2.

Dukungan publik

Hakekat perhatian publik yang bersifat sesaat menimbulkan kesukaran-kesukaran tertentu, karena untuk mendorong tingkat keberhasilan suatu implementasi kebijakan sangat dibutuhkan adanya sentuhan dukungan dari warga. Karena itu, mekanisme partisipasi publik sangat penting artinya dalam proses pelaksanaan kebijakan publik di lapangan.

3.

Sikap dan sumber-sumber yang dimiliki kelompok masyarakat

Perubahan-perubahan yang hendak dicapai oleh suatu kebijakan publik akan sangat berhasil apabila ditingkat masyarakat, warga memiliki sumber-sumber dan sikap-sikap masyarakat yang kondusif terhadap kebijakan yang ditawarkan pada mereka. Ada semacam lokal genius (kearifan lokal) yang dimiliki oleh warga yang dapat mempengaruhi keberhasilan atau


(28)

ketidakberhasilan implementasi kebijakan publik. Dan, hal tersebut sangat dipengaruhi oleh sikap dan sumber yang dimiliki oleh warga masyarakat.

4.

Kesepakatan dan kemampuan kepemimpinan para pejabat pelaksana

Kesepakatan para pejabat instansi merupakan fungsi dari kemampuan undang-undang

untuk melembagakan pengaruhnya pada badan-badan pelaksana melalui penyeleksian

institusi-institusi dan pejabat-pejabat terasnya. Selain itu pula, kemampuan berinteraksi

antar lembaga atau individu didalam lembaga untuk menyukseskan implementasi

kebijakan menjadi hal indikasi penting keberhasilan kinerja kebijakan publik.

I.5.2. Pelayanan Kesehatan

I.5.2.1. Pengertian Pelayanan Kesehatan

Untuk dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, banyak hal yang perlu dilakukan. Salah satu diantaranya yang dipandang mempunyai peranan yang cukup penting ialah menyelenggarakan pelayanan kesehatan. Adapun yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan ialah setiap upaya yang diselenggarakan secara sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perseorangan, keluarga, kelompok dan ataupun masyarakat. (Azwar, 1993: 1)

Pelayanan kesehatan yang bermutu/ berkualitas, yaitu:

a.

Pelayanan kesehatan yang dapat memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan kesehatan sesuai

dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk, serta yang penyelenggaraannya sesuai dengan

standar dan kode etik profesi yang telah ditetapkan.


(29)

b.

Kepuasan didefinisikan sebagai tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja

(hasil) yang dirasakan dengan harapannya. Oleh karena itu, maka tingkat kepuasan adalah

perbedaan antara kinerja yang dirasakan dengan harapan. Dengan demikian apabila dikaitkan

dengan pelanggan, maka pelanggan dapat merasakan hal-hal sebagai berikut :

1) Kalau kinerjanya dibawah harapan, pelanggan akan merasa kecewa.

2) Kalau kinerjanya sesuai haapan, pelanggan akan merasa puas.

3) Kalau kinerjanya melebihi harapan, pelanggan akan sangat puas.

Menurut Azwar (1993) kualitas pelayanan kesehatan adalah yang menunjukkan tingkat

kesempurnaan pelayanan kesehatan dalam menimbulkan rasa puas pada diri setiap pasien. Makin

sempurna kepuasan pasien, makin baik pula kualitas pelayanan kesehatan.

Salah satu definisi kualitas pelayanan kesehatan biasanya mengacu pada kemampuan

rumah sakit memberi pelayanan yang sesuai dengan standar profesi kesehatan dan dapat diterima

pasiennya.

Aspek-aspek mutu atau kualitas pelayanan menurut Parasuraman (dalam

Tjiptono,1997)adalah:

a.Keandalan (reliability)

b.Ketanggapan (responsivenes)

c.Jaminan (assureance)

d.Empati atau kepedulan (emphaty)

e.Bukti langsung atau berujud (tangibles)

Agar pelayanan kesehatan dapat mencapai tujuan yang diinginkan, banyak syarat yang harus dipenuhi. Syarat yang dimaksud paling tidak mencakup delapan hal pokok yakni: tersedia (available),


(30)

wajar (appropriate), berkesinambungan (continue), dapat diterima (acceptable), dapat dicapai (accesible), dapat dijangkau (affordable), efisien (efficient), serta bermutu (quality).

Pelayanan kesehatan, memiliki tiga fungsi yang saling berkaitan, saling berpengaruh dan

saling bergantungan, yaitu fungsi sosial (fungsi untuk memenuhi harapan dan kebutuhan

masyarakat pengguna pelayanan kesehatan ), fungsi teknis kesehatan (fungsi untuk memenuhi

harapan dan kebutuhan masyarakat pemberi pelayanan kesehatan) dan fungsi ekonomi (fungsi

untuk memenuhi harapan dan kebutuhan institusi pelayanan kesehatan). Ketiga fungsi tersebut

ditanggung jawab oleh tiga pilar utama pelayanan kesehatan yaitu, masyarakat (yang dalam

prakteknya dilaksanakan bersama antara pemerintah dan masyarakat), tenaga teknis kesehatan

(yang dilaksanakan oleh tenaga profesional kesehatan) dan tenaga adminstrasi/manajemen

kesehatan (manajemen/ adminstrator kesehatan).

Tujuan pelayanan kesehatan adalah tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang

memuaskan harapan dan kebutuhan derajat masyarakat (consumer satisfaction), melalui

pelayanan yang efektif oleh pemberi pelayanan yang memuaskan harapan dan kebutuhan

pemberi pelayanan (provider satisfaction), pada institusi pelayanan yang diselenggarakan secara

efisien (institutional satisfaction). Interaksi ketiga pilar utama pelayanan kesehatan yang serasi,

selaras dan seimbang, merupakan paduan dari kepuasan tiga pihak, dan ini merupakan pelayanan

kesehatan yang memuaskan (satisfactory healty care).

I.5.2.2. Standar Pelayanan Kesehatan

Standar pelayanan kesehatan merupakan bagian dari pelayanan kesehatan itu sendiri dan memainkan peranan yang penting dalam mengatasi masalah mutu pelayanan kesehatan. Jika suatu organisasi pelayanan kesehatan ingin menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bermutu secara taat


(31)

azas atau konsisten, keinginan tersebut harus dijabarkan menjadi suatu standar pelayanan kesehatan atau standar prosedur operasional. Secara luas, pengertian standar pelayanan kesehatan ialah suatu pernyataan tentang mutu yang diharapkan, yaitu akan menyangkut masukan, proses, dan keluaran (outcome) sistem pelayanan kesehatan.

Standar pelayanan kesehatan merupakan suatu alat organisasi untuk menjabarkan mutu pelayanan kesehatan ke dalam terminology operasional sehingga semua orang yang terlibat dalam pelayanan kesehatan akan terikat dalam suatu sistem, baik pasien, penyedia pelayanan kesehatan, penunjang pelayanan kesehatan, ataupun manajemen organisasi pelayanan kesehatan, dan akan bertanggung jawab dalam melaksanakan tugas dan perannya masing-masing. Standar, indikator, dan angka nilai ambang batas menjadi unsur-unsur yang akan membuat jaminan mutu pelayanan kesehatan itu dapat diukur, objektif, dan bersifat kualitatif. Dikalangan profesi pelayanan kesehatan sendiri, terdapat berbagai definisi tentang standar pelayanan kesehatan. Kadang-kadang standar pelayanan kesehatan itu diartikan sebagai protokol, standar prosedur operasional (SPO), dan petunjuk pelaksanaan.

Secara khusus selain pelayanan yang harus diberikan kepada masyarakat wilayah setempat maka rumah sakit juga harus meningkatkan manajemen di dalam rumah sakit yaitu meliputi:

a. Manajemen Sumberdaya Manusia.

b. Manajemen Keuangan.

c. Manajemen Sistem Informasi Rumah Sakit, kedalam dan keluar rumah sakit.

d. Sarana prasarana.


(32)

I.5.3. Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK) I.5.3.1. Pengertian JAMSOSTEK

Menurut UU No.3 Tahun 1992 Jaminan Sosial dan Tenaga Kerja (JAMSOSTEK) adalah suatu perlindungan bagi tenaga kerja dalam bentuk santunan berupa uang sebagai pengganti sebagian dan penghasilan yang hilang atau berkurang dan pelayanan sebagai akibat peristiwa atau keadaan yang dialami oleh tenaga kerja berupa kecelakaan kerja, sakit, hamil, bersalin, hari tua dan meninggal dunia.

Dari pengertian diatas jelas bahwa jaminan sosial tenaga kerja adalah merupakan perlindungan bagi tenaga kerja dalam bentuk santunan berupa uang (jaminan kecelakaan kerja, kematian, dan tabungan hari tua), dan pelayanan kesehatan yakni jaminan pemeliharaan kesehatan.

I.5.3.2. Hakikat Jaminan Sosial Tenaga Kerja

Pada hakikatnya program jaminan sosial tenaga kerja dimaksudkan untuk memberikan kepastian berlangsungnya arus penerimaan penghasilan keluarga sebagai pengganti sebagian atau seluruhnya penghasilan yang hilang. Di samping itu, program jaminan sosial tenaga kerja mempunyai beberapa aspek antara lain:

a.

memberikan perlindungan dasar untuk memenuhi kebutuhan hidup minimal bagi tenaga kerja

bagi tenaga kerja beserta keluarganya;

b.

merupakan penghargaan kepada tenaga kerja yang telah menyumbangkan tenaga dan

pikirannya kepada perusahaan tempatnya bekerja.

Penyelenggaraan program jaminan sosial merupakan salah satu tanggungjawab dan kewajiban negara untuk memberikan perlindungan sosial ekonomi kepada masyarakat Indonesia, menyumbangkan program jaminan sosial berdasarkan funded social security, yaitu jaminan sosial yang didanai oleh peserta dan masih terbatas pada masyarakat pekerja di sektor formal.


(33)

Dengan demikian jaminan sosial tenaga kerja mendidik kemandirian pekerja sehingga pekerja tidak harus menerima belas kasih orang lain jika dalam hubungan kerja terjadi resiko-resiko seperti kecelakaan kerja, sakit, hari tua dan lainnya.

I.5.3.3. Landasan Hukum Jaminan Sosial Tenaga Kerja

Berdasarkan ketentuan Pasal 99 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003, setiap pekerja berhak untuk memperoleh jaminan sosial tenaga kerja. Pelaksanaannya diatur sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Peraturan yang dimaksud adalah Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK). Jaminan sosial tenaga kerja yang diatur dalam Undang-Undang No.3 Tahun 1992 merupakan hak setiap tenaga kerja yang sekaligus merupakan kewajiban dari majikan.

Ketenagakerjaan sebagai bagian dari upaya pembangunan sumber daya manusia merupakan salah satu bagian yang tidak terpisahkan dengan pembangunan nasional sebagai pengalaman Pancasila dan pelaksanaan UUD 1945. Disamping itu, ketenagakerjaan diarahkan pada peningkatan harkat, martabat, dan kemampuan manusia, serta kepercayaan pada diri sendiri dalam rangka mewujudkan masyarakat sejahtera, adil, dan makmur, baik materiil maupun spiritual.

Berdasarkan ketentuan Pasal 100 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003, yaitu untuk meningkatkan kesehjahteraan bagi pekerja/ buruh dan keluarganya, pengusaha wajib menyediakan fasilitas kesejahteraan. Penyediaan fasilitas kesejahteraan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dilaksanakan dengan memperhatikan kebutuhan pekerja/ buruh dan ukuran kemampuan perusahaan. dan ukuran kemampuan perusahaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2), diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Berdasarkan ketentuan Pasal 101 Undang-Undang No.13 Tahun 2003, yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan pekerja/ buruh, dibentuk koperasi pekerja/ buruh dan usaha-usaha produktif di perusahaan.


(34)

kembangkan koperasi pekerja/ buruh, dan mengembangkan usaha produktif sebagaimana dimaksud dalam ayat (1). Pembentukan koperasi sebagaiman dimaksud dalam ayat (1), dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Upaya-upaya untuk menumbuhkembangkan koperasi pekerja/ buruh sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Perlindungan, pemeliharaan, dan peningkatan kesejahteraan yang berbentuk Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja yang dicanangkan oleh pemerintah dan wajib dilaksanakan oleh pengusaha, apabila di dalam pelaksanaannya telah memenuhi persyaratan yang ditentukan, yaitu mempunyai pekerja sebanyak 10 (sepuluh) orang atau lebih dan juga mengeluarkan untuk menggaji pekerjaannya sebesar 1 (satu) juta rupiah untuk setiap bulannya.

Berdasarkan hal diatas, program jaminan sosial tenaga kerja (JAMSOSTEK) mempunyai landasan yang berisikan dasar pertimbangan sebagai berikut: bahwa pada tanggal 17 Februari 1992, telah dikeluarkan Undang-Undang Nomor 3 tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja. Kemudian Undang-Undang Nomor 3 tahun 1992 tersebut diundangkan dalam Lembaran Negara tahun 1992 Nomor 14 dan penjelasannya diumumkan dalam Tambahan Lembaran Negara Nomor 3468.

Adapun pertimbangan dari keluarkannya Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 tersebut antara lain dengan adanya pembangunan nasional dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dengan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya, untuk mewujudkan suatu masyarakat yang sejahtera, adil, makmur, dan merata, baik materil maupun spiritual guna memberikan bagi pekerja yang melaksanakan pekerjaannya, baik dalam hubungan kerja maupun di luar hubungan kerja. Untuk mencapai maksud tersebut perlu ditetapkan undang-undang yang mengatur pelaksanaan jaminan sosial tenaga kerja.

I.5.3.4. Ruang Lingkup Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK)

Berdasarkan ketentuan Pasal 6 ayat (1) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992, ruang lingkup program JAMSOSTEK meliputi:


(35)

a.

Jaminan Kecelakaan Kerja

Jaminan kecelakaan kerja diatur di dalam Pasal 8 sampai dengan Pasal 11

Undang-Undang No.3 Tahun 1992. Tenaga kerja yang tertimpa kerja berhak menerima jaminan

Kecelakaan Kerja. Termasuk tenaga kerja dalam Jaminan Kecelakaan Kerja adalah

1.

Magang dan murid yang bekerja pada perusahaan, baik yang menerima upah maupun

yang tidak;

2.

Mereka yang memborong pekerjaan kecuali jika yang memborong adalah perusahaan;

3.

Narapidana yang dipekerjakan di perusahaan.

Pengertian kecelakaan kerja berdasarkan ketentuan Pasal 1 ayat (6) Undang-Undang Nomor 3 Tahun1992, yaitu kecelakaan yang terjadi karena hubungan kerja, demikian pula kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan berangkat dari rumah menuju ke tempat kerja, dan pulang ke rumah melalui jalan yang biasa atau wajar dilalui. Iuran jaminan kecelakaan kerja ini sepenuhnya ditanggung oleh pengusaha yang besarnya antara 0,24-1,74 dari upah kerja sebulan. Besarnya iuran sangat tergantung dari tingkat resiko kecelakaan yang mungkin terjadi dari suatu jenis usaha tertentu, semakin besar tingkat resiko tersebut, semakin besar iuran kecelakaan kerja yang harus dibayar dan sebaliknya, semakin kecil tingkat resiko semakin kecil pula iuran yang harus dibayar.

Dari ketentuan itu dapat dijabarkan bahwa ruang lingkup JKK meliputi kecelakaan kerja dan sakit akibat kerja. Kecelakaan kerja apabila mengalami kecelakaan pada saat perjalanan menuju tempat kerja, di tempat kerja, atau perjalanan dari tempat kerja. Sakit akibat kerja apabila timbulnya penyakit setelah pekerja menjalankan pekerja relatif dalam jangka waktu yang lama.


(36)

b.

Jaminan Kematian

Jaminan kematian diperuntukkan bagi ahli waris tenaga kerja yang menjadi peserta JAMSOSTEK yang meninggal bukan karena kecelakaan kerja. Jaminan kematian diperlukan sebagai upaya meringankan beban keluarga, baik dalam bentuk biaya pemakaman maupun santunan berupa uang.

Jaminan kematian diberikan kepada tenaga kerja yang meninggal dunia. Santunan kematian diberikan langsung kepada keluarga yang ditinggalkan tenaga kerja, Pasal 12 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992:

(1)

Tenaga kerja yang meninggal dunia bukan akibat kecelakaan keluarganya berhak atas

jaminan kematian.

(2)

Jaminan kematian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi:

a.

Biaya pemakaman

b.

Santunan berupa uang.

Santunan kematian yang diberikan kepada keluarga yang ditinggalkan akan digunakan untuk keperluan biaya pemakaman dan lain-lain. Keluarga yang dimaksud dalam hal ini adalah istri atau suami, keturunan sedarah dari tenaga kerja menurut garis lurus ke bawah dan ke atas, dihitung sampai derajat kedua, termasuk anak yang disahkan. Apabila keturunan dalam garis lurus ke bawah atau ke atas tidak ada, maka diambil garis ke samping dan mertua. Apabila tenaga kerja tidak mempunyai ahli waris, hak atas jaminan kematian dibayarkan kepada pihak yang mendapatkan surat wasiat dari tenaga kerja bersangkutan atau perusahaan pemakaman.

c.

Jaminan Hari Tua

Program Jaminan Sosial adalah program perlindungan yang bersifat dasar bagi tenaga kerja yang bertujuan untuk menjamin adanya keamanan dan kepastian terhadap resiko-resiko sosial ekonomi, dan


(37)

merupakan sarana penjamin arus penerimaan penghasilan bagi tenaga kerja dan keluarganya akibat dari terjadinya resiko-resiko sosial dengan pembiayaan yang terjangkau oleh pengusaha dan tenaga kerja.

Resiko sosial ekonomi yang ditanggulangi oleh program tersebut terbatas pada saat terjadi peristiwa kecelakaan, sakit, hamil, bersalin, cacat, hari tua, dan meninggal dunia. Hal ini mengakibatkan berkurangnya atau terputusnya penghasilan tenaga kerja/ atau membutuhkan perawatan medis Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial ini menggunakan mekanisme Asuransi Sosial.

Jaminan hari tua diberikan kepada tenaga kerja yang telah mencapai usia 55 (lima puluh lima) tahun. Jaminan hari tua dapat diberikan kepada tenaga kerja yang putus hubungan kerja dengan minimal masa kepesertaan 5 (lima) tahun terhitung dari masa pendaftaran. Pasal 14 Undang-Undang Nomor 3 tahun 1992, yaitu:

(1)

Jaminan hari tua dibayarkan secara sekaligus, atau berkuasa atau sebagian dan berkala,

kepada tenaga kerja:

a.

Telah mencapai usia 55 (lima puluh lima) tahun.

b.

Cacat total telah setelah ditetapkan oleh dokter.

(2)

Dalam hal tenaga kerja meninggal dunia, jaminan hari tua dibayarkan kepada janda atau

duda anak yatim piatu

Usia pensiun, yaitu 55 tahun atau cacat total tetap dapat mengakibatkan

terputusnya upah karena tidak mampu lagi bekerja. Akibat terputusnya upah tersebut dapat

menimbulkan kerisauan bagi pekerja dan mempengaruhi pekerja sewaktu mereka masih

bekerja, terutama bagi mereka yang penghasilannya rendah. Jaminan hari tua memberikan

kepastian penerima penghasilan yang dibayar sekaligus atau berkala pada saat pekerja

mencapai usia 55 (lima puluh lima) tahun atau memenuhi persyaratan tersebut.


(38)

d.

Jaminan Pemeliharaan Kesehatan

Jaminan pemeliharaan kesehatan dimaksudkan untuk meningkatkan produktivitas pekerja, sehingga dapat melaksanakan tugas sebaik-baiknya dan merupakan upaya kesehatan di bidang

penyembuhan (kuratif). Upaya penyembuhan diperlukan setiap orang, maka sudah selayaknya

diupayakan penanggulangan kemampuan masyarakat melalui program jaminan sosial tenaga kerja.

Manfaat JPK bagi perusahaan, yakni perusahaan dapat memiliki tenaga kerja yang sehat, dapat konsentrasi dalam bekerja sehingga lebih produktif.

Disamping itu, pengusaha tetap berkewajiban mengadakan pemeliharaan pekerja yang meliputi upaya peningkatan (promotif), pencegahan (preventif), penyembuhan (kuratif), dan pemulihan

(rehabilitatif). Dengan demikian, diharapkan tercapainya derajat kesehatan pekerja yang optimal sebagai

potensi yang produktif bagi pembangunan. Jaminan pemeliharaan kesehatan yang diberikan kepada tenaga kerja adalah untuk meningkatkan produktivitas, sehingga dapat melaksanakan sebaik-baiknya dan merupakan upaya kesehatan di bidang pengembangan.

Berdasarkan ketentuan Pasal 16 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 menyebutkan:

(1)

Tenaga kerja, suami atau istri, dan anak berhak memperoleh jaminan pemeliharaan

kesehatan.

(2)

Jaminan pemeliharaan kesehatan meliputi:

a.

Rawat jalan tingkat pertama;

b.

Rawat jalan tingkat lanjutan;

c.

Rawat inap;


(39)

e.

Penunjang diagnostik;

f.

Pelayanan khusus;

g.

Pelayanan gawat darurat

Untuk melaksanakan pemberian jaminan pemeliharaan kesehatan badan penyelenggara

wajib memberikan kepada setiap anggota, yaitu:

1.

Kartu pemeliharaan kesehatan

2.

Keterangan yang diketahui peserta menangani paket pemeliharaan kesehatan yang

diselenggarakan.

Tenaga kerja yang berkeluarga sebagai peserta JAMSOSTEK dalam pemeliharaan kesehatan sebagai pelayanan kesehatan, berdasarkan ketentuan Pasal 38 PP Nomor 83 Tahun 2000 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1993 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 1998.

(1)

Tenaga kerja atau suami atau istri atau anak dapat memiliki pelaksana pelayanan

kesehatan yang ditunjukkan oleh Badan penyelenggara.

(2)

Dalam hal tertentu yang ditetapkan oleh menteri, tenaga kerja atau suami atau istri atau

anak dapat memperoleh pelayanan pemeliharaan kesehatan di luar pelaksana pelayanan

kesehatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1).

(3)

Untuk memperoleh pelayanan pemeliharaan kesehatan sebagaimana dimaksud dalam

ayat (1), tenaga kerja atau suami atau istri atau anak harus menunjukkan kartu pemeliharaan

kesehatan.


(40)

jawab adalah majikan. ( Soepomo,1986: 131). Jenis pelayanan kesehatan yang dapat diperoleh melalui program JPK:

1.

Pelayanan dari dokter umum dan dokter gigi

Dokter umum dan dokter gigi bisa dipilih sendiri sesuai dengan fasilitas yang ditunjuk sebagai dokter keluarga.

2.

Obat-obatan dan penunjang diagnostik

Obat-obatan diberikan sesuai kebutuhan medis, dengan standar obat JPK JAMSOSTEK dan penunjang diagnostik sesuai ketentuan.

3.

Pelayanan kesehatan ibu dan anak

Berupaya pelayanan imunisasi dasar (BCG, DPT, Polio), pelayanan KB (IUD, vasektomi, tubektomi, suntik).

4.

Pelayanan dokter spesialis

Untuk ke dokter spesialis, yang harus dibawa surat rujukan dari dokter PPK tingkat I yang ditunjuk.

5.

Rawat inap

Bila diperlukan rawat inap, JPK menyediakan fasilitas rumah sakit yang telah ditunjuk. Dilayani pada kelas II RS Pemerintah atau kelas III RS Swasta. Rawat inap diberikan selama 60 hari dalam satu tahun, termasuk 20 hari pelayanan pada ICU/ ICCU.


(41)

Berlaku untuk pelayanan persalinan pertama sampai persalinan ketiga saja, bagi tenaga kerja berkeluarga, JPK memberikan bantuan biaya persalinan sebesar maksimum Rp.400.000,00 per anak.

7.

Pelayanan gawat darurat

Untuk mendapatkan pelayanan ini melalui fasilitas yang ditunjuk JPK JAMSOSTEK langsung, tanpa surat rujukan.

8.

Pelayanan khusus hanya diberikan kepada Tenaga Kerja dan diperoleh melalui rujukan:

1.

Penggantian kacamata

2.

Penggantian gigi palsu

3.

Penggunaan mata palsu dan alat bantu dengar

Iuran JPK dibayar oleh perusahaan dengan perhitungan 3% dari upah tenaga kerja (maks Rp1Juta) untuk tenaga kerja lajang. 6 % dari upah tenaga kerja (maks Rp1 Juta) untuk tenaga kerja berkeluarga. Penyakit yang tidak ditanggung dalam pelayanan kesehatan JPK Paket Dasar antara lain:

a.

Penyakit AIDS;

b.

Penyakit kelamin;

c.

Penyakit kanker;

d.

Cuci darah (haemodialisa);

e.

Akibat alkohol/ narkotika;

f.

Pemeriksaan super spesialistik;

g.

Kelainan genetik.( Soepomo. 1986: 131)

Dalam rangka pemberian pelayanan kesehatan bagi peserta JPK perlu diketahui hak dan kewajiban peserta. Hak-hak peserta meliputi:


(42)

a.

Tenaga kerja beserta keluarga (suami/istri dan maks 3 anak) berhak mendapatkan

pelayanan kesehatan tingkat I s.d. lanjutan serta pelayanan khusus (hanya diberikan

kepada tenaga kerja).

b.

Memilih fasilitas kesehatan diutamakan sesuai dengan tempat tinggal (domisili).

c.

Dalam keadaan emergensi (darurat), peserta dapat langsung meminta pertolongan pada

PPK (Pelaksana Pelayanan Kesehatan) yang ditunjuk ataupun tidak.

Kewajiban-kewajiban peserta meliputi:

a.

Memiliki KPK (Kartu Pemeliharaan Kesehatan) sebagai bukti diri untuk mendapatkan

pelayanan.

b.

Apabila KPK belum selesai diterbitkan dapat mempergunakan formulir Daftar Susunan

Keluarga sebagai bukti KPK sementara.

c.

Mengikuti prosedur pelayanan kesehatan yang telah ditetapkan.

d.

Melaporkan kepada PT JAMSOSTEK (Persero) apabila KPK hilang untuk mendapatkan

penggantian kartu yang baru.

Adapun prosedur pelayanan bagi peserta JPK harus memperhatikan alur pelayanan, pelaksana pelayanan dan prosedur pelayanan. Alur pelayanan meliputi:

a.

Pemeriksaan dan pengobatan oleh dokter umum;

b.

Pemeriksaan dan pengobatan oleh dokter gigi;

c.

Tindakan medis (pembersihan luka, jahit, odontektomi, alveolektomi);

d.

Pemberian obat-abatan/ resep obat sesuai dengan standar obat JPK (Doen, generik);

e.

Pelayanan KB (IUB, kondom, pil, dan suntik);


(43)

f.

Pelayanan KIA ternasuk pemeriksaan ibu hamil, pemeriksaan bayi, anak balita, dan

pemberian imunisasi dasar (BCG, DPT, campak, dan polio);

Pelaksana pelayanan meliputi Puskesmas, klinik, dan dokter swasta yang ditunjuk (dokter keluarga). Prosedur pelayanan:

a.

Peserta yang datang berobat harus membawa KPK dan mendaftarkan diri dengan

memperlihatkan KPK.

b.

Peserta akan mendapatkan pelayanan dan akan diberikan resep obat yang dapat diambil

di ruang obat pada PPK tersebut.

c.

Atas indikasi medis, peserta dapat dirujuk ke dokter spesialis atau Rumah Sakit yang

ditunjuk dengan memakai Surat Rujukan.

I.5.4. Implementasi Pelayanan Kesehatan Kepada Penerima Jaminan Sosial Tenaga Kerja

(JAMSOSTEK)

Implementasi merupakan suatu tahap dalam proses kebijakan publik dimana proses

tersebut melalui beberapa tahapan implementasi sehingga mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Di dalam pencapaian tujuan pelayanan kesehatan perlu adanya pelaksanaan pelayanan

kesehatan yang sesuai dengan standar pelayanan kesehatan di rumah sakit, sehingga tujuan

pelayanan kesehatan tercapai yaitu tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang memuaskan

harapan dan kebutuhan derajat masyarakat, melalui pelayanan yang efektif oleh pemberi

pelayanan yang memuaskan harapan dan kebutuhan pemberi palayanan, pada institusi pelayanan

diselenggarakan secara efisien.


(44)

sehingga pekerja/ buruh membutuhkan jaminan terhadap kesehatan mereka selaku penerima

JAMSOSTEK. Pelayanan kesehatan yang diberikan kepada penerima JAMSOSTEK dikatakan

berhasil apabila implementasi pelayanan kesehatan yang diberikan sesuai dengan standar

pelayanan kesehatan dan juga sesuai dengan Pasal 16 Undang-Undang Nomor 3 tahun 1992

mengenai jaminan pemeliharaan kesehatan sehingga tercapai tujuan yang ditetapkan.

I.6 Definisi Konsep

Konsep adalah istilah yang digunakan dalam menggambarkan secara abstrak mengenai kebijakan, keadaan, kelompok atau individu yang menjadi perhatian ilmu sosial (Singarimbun, 1989)

Untuk menetapkan batasan-batasan yang lebih jelas mengenai variabel-variabel yang akan diteliti maka definisi konsep yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah :

1.

Implementasi adalah tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh individu-individu atau

pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan pada

tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijaksanaan.

2.

Pelayanan Kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan secara sendiri atau secara

bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan,

mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perseorangan,

keluarga, kelompok dan ataupun masyarakat.

3.

Implementasi Pelayanan Kesehatan kepada Penerima Jaminan Sosial Tenaga Kerja

(JAMSOSTEK) merupakan pelaksanaan pelayanan kesehatan kepada penerima

Jamsostek, dimana pelayanan yang diberikan sesuai dengan standar pelayanan kesehatan

di rumah sakit tempat penerima Jamsostek memperoleh jaminan terhadap kesehatannya

sehingga tercapai tujuan pelayanan kesehatan yang telah ditetapkan.


(45)

1.7 Konsep Berpikir

Implementasi Pelayanan Kesehatan 

- Standar dan prosedur dilihat dari: - Sarana dan Prasarana Rumah Sakit

Umum dr. G.L Tobing

- Kesesuaian pelayanan kesehatan yang diberikanRumah Sakit Umum dr. G.L Tobing

- Sumber daya, berupa kemampuan, sikap dan sumber dana yang dimiliki

- Komunikasi melalui koordinasi antara Rumah Sakit Umum dr. G.L Tobing dengan PT. JAMSOSTEK, maupun penerima JAMSOSTEK itu sendiri.

Sasaran   

Tujuan 

Menjaga kesehatan kerja pegawai  yang berdampak ke produktivitas 

tenaga kerja 

I.8 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah unsur-unsur penelitian ang memberitahukan bagaimana cara mengukur suatu variable sehingga dalam pengukuran ini dapat diketahui idikator-indikator apa saja


(46)

pendukung yang dianalisa dari variable tersebut ( Singarimbun, 1989 : 46). Suatu definisi operasional merupakan spesialisasi kegiatan penelitian dalam mengukur suatu variabel.

Adapun yang menjadi indikator dalam implementasi kebijakan yaitu:

1.

Ukuran dan Tujuan Kebijakan, kesesuaian pelayanan kesehatan yng diberikan rumah

sakit terhadap penerima JAMSOSTEK sehingga mampu mencapai sasaran yaitu

meningkatkan produktivitas melalui upaya pemeliharaan kesehatan.

2.

Sumber Daya, dilihat melalui:

a.

Kemampuan para tenaga medis untuk memberikan pelayanan kesehatan sesuai

dengan standar dan prosedur pelayanan kesehatan.

b.

Sikap para tenaga medis dalam melaksanakan tugas dan fungsinya masing-masing

dalam pemberian pelayanan kesehatan.

c. Sumber pendanaan, dimana dalam implemenasi pelayanan kesehatan diperlukan dana dalam melaksanakan pelayanan tersebut.

3.

Komunikasi antara rumah sakit dengan perusahaan yang memberikan pelayanan

kesehatan kepada pekerja lewat adanya JAMSOSTEK berupa koordinasi dengan

kerjasama.

4.

Lingkungan eksternal rumah sakit berupa:

- dukungan Pemerintah terhadap pelayanan kesehatan

Adapun yang menjadi indikator dalam pelayanan kesehatan yaitu:

Pelayanan kesehatan dapat dilihat dari kepuasan pasien penerima JAMSOSTEK yang dapat dilihat dari:


(47)

1.

Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan, berupa:

- pelayanan dokter umum dan dokter gigi

- pelayanan kesehatan ibu dan anak

- pelayanan khusus (misalnya: penggantian kacamata, penggantian gigi palsu, dan

penggunaan mata palsu dan alat bantu dengar)

2.

Pencegahan dan penyembuhan penyakit, berupa:

- pelayanan dokter spesialis

- rawat inap

- pelayanan gawat darurat

- pelayanan radiologi,dan laboratorium

3.

Pemulihan kesehatan, berupa:

- pemberian obat-obatan dan penunjang diagnostik

- berobat jalan


(48)

BAB II

METODOLOGI PENELITIAN

II.1 Bentuk Penelitian

Bentuk penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan analisa data kualitatif. Penelitian deskriptif adalalah penelitian yang memusatkan perhatian terhadap masalah-masalah atau fenomena-fenomena yang ada pada saat penelitian dilakukan, kemudian menggambarkan fakta-fakta tentang masalah yang diselidiki sebagaimana adanya. Dengan demikian penelitian ini menggambarkan fakta-fakta dan menjelaskan keadaan dari objek penelitian yan sesuai dengan kenyataan sebagaimana adanya dan mencoba menganalisa untuk memberikan kebenarannya berdasarkan data yang diperoleh. (Danin, 2002: 41)

Jadi dengan metode deskriptif ini diharapkan dapat memberikan gambaran yang jelas tentang “Implementasi pelayanan kesehatan kepada penerima JAMSOSTEK yang diberikan Rumah Sakit dr. G.L. Tobing ” dengan diupayakan dapat menerangkan fenomena yang ada berdasarkan data atau informasi yang diperoleh selama melakukan penelitain.

II.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan Rumah Sakit Umum dr. G.L Tobing PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang.

II.3 Informan Penelitian

Penelitian kualitatif tidak dimaksudkan untuk membuat generalisasi dari penelitiannya. Oleh karena itu, pada penelitian kualitatif ini tidak dikenal adanya populasi dan sampel. Subjek penelitian yang telah tercermin dalam fokus penelitian tidak ditentukan secara sengaja. Subjek penelitian menjadi


(49)

informan yang akan memberikan berbagai informasi yang diperlukan selama proses penelitian. Informan penelitian ini meliputi tiga macam yaitu (1) informan kunci (key informan), yaitu mereka yang mengetahui dan memiliki berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian, (2) informan utama, yaitu mereka yang terlibat secara langsung dalam interaksi sosial yang diteliti, (3) informan tambahan, yaitu mereka yang dapat memberikan informasi walaupun tidak langsung terlibat dalam interaksi sosial yang sedang diteliti. (Suyanto, 2005: 171-172)

Berdasarkan uraian diatas maka penelitian menentukan informan dengan menggunakan teknik

purposive sampling yaitu: penentuan informan tidak didasarkan atas strata, kedudukan, pedoman atau

wilayah tetapi didasarkan adanya tujuan tertentu yang tetap berhubungan dengan permasalahan penelitian, maka peneliti dalam hal ini menggunakan informan penelitian yang terdiri atas:

1.

Informan kunci, yaitu:

a.

Kepala Rumah Sakit Umum dr. G.L Tobing PT. Perkebunan Nusantara II

Tanjung Morawa, yaitu Bapak dr. Supiono

b.

Wakil Kepala Tata Usaha Rumah Sakit Umum dr. G.L Tobing PT. Perkebunan

Nusantara II Tanjung Morawa, yaitu Bapak Sry Yanto, SE

2.

Informan utama, yaitu:

a.

Dokter umum Rumah Sakit Umum dr. G.L Tobing PT. Perkebunan Nusantara II

Tanjung Morawa, yaitu dr. Hendra K dan dr. Wida Yolanda S

b.

Dokter Spesialis Rumah Sakit Umum dr. G.L Tobing PT. Perkebunan Nusantara

II Tanjung Morawa, yaitu:

Dokter Spesialis Bedah, dr. Syahenggud, Sp.B

Dokter Spesialis Anak, dr. Sondang Tambunan, Sp.A

Dokter Spesialis Kandungan, dr. Marben Tarigan, Sp.OG


(50)

Dokter Spesialis Mata, dr. M.Yamin, Sp.M

Dokter Spesialis Kulit, dr. Soeleman, Sp.K

Dokter Spesialis Paru, dr. Ruswardi, Sp.P

Dokter Spesialis Bedah Mulut, dr. Saukat Dermani, Sp.BM

Dokter Spesialis THT, dr. Zulkifli, Sp.THT

Dokter Spesialis Syaraf, dr. Moechtar Nasution, Sp.N

Dokter Spesialis Kulit, drg. Sinita F. Sembiring

c.

Kepala Ruangan Rumah Sakit, yaitu Ibu Syamsinar Br Saragih, AMK dan Ibu

Sunarseh, AMK

d.

Koordinator Unit Gawat Darurat (UGD), yaitu Ibu Rehngena Br Ginting

e.

Kepala Apoteker, yaitu Ibu Rosmawaty D. Siregar

f.

Bidang Poliklinik, Ibu Sri Murti

g.

Bagian Laboratorium, Ibu Sugiarti

h.

Bagian Bersalin, Ibu Rempita Br Lingga, AM.Keb

i.

Kepala Radiologi, Bapak M.Ilham

j.

Pasien penerima JAMSOSTEK yang berjumlah 20 orang.

II.4 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini diperlukan data atau keterangan dan informasi. Untuk itu peneliti menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:


(51)

Adalah pengumpulan data yang dilakukan secara langsung pada lokasi penelitian. Pengumpulan data primer dilakukan dengan menggunakan instrumen sebagai berikut:

a.

Wawancara mendalam, yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan

memberikan pertanyaan secara langsung kepada pihak-pihak yang terkait dengan

suatu tujuan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan. Metode wawancara

ini ditujukan untuk informan penelitian yang telah ditetapkan sebelumnya oleh si

peneliti.

b.

Kuisioner Terbuka, yaitu teknik pengunpulan data dengan menggunakan sejumlah

daftar pertanyaan kepada pihak-pihak terkait.

c.

Pengamatan atau observasi yaitu teknik pengumpulan data dengan mengamati

secara langsung objek penelitian dengan mencatat gejala-gejala yang ditemukan

di lapangan untuk melengkapi data-data yang diperlukan sebagai acuan yang

berkenaan dengan topik penelitian.

2.

Teknik Pengumpulan Data Sekunder

Adalah merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui pengumpulan bahan kepustakaan yang dapat mendukung data primer. Teknik pengumpulan data sekunder dapat dilakukan dengan menggunakan instrumen sebagai berikut:

a.

Studi Dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan menggunakan

catatan-catatan atau dokumen yang ada di lokasi penelitian atau

sumber-sumber lain yang relevan dengan objek penelitian.

b.

Studi Kepustakaan, yaitu pengumpulan data yang diperoleh dari buku-buku,

karya ilmiah, serta pendapat para ahli yang berkompetensi serta memiliki


(52)

II.5 Teknik Analisa Data

Sesuai dengan metode penelitian, teknik analisa data yang dipergunakan penulis dalam penelitian ini adalah teknik analisa data kualitatif, yaitu dengan menyajikan data yang dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber data yang terkumpul, mempelajari data, menelaah, menyusunnya dalam satu satuan, yang kemudian dikategorikan pada tahap berikutnya, dan memeriksa keabsahan data serta menafsirkannya dengan analisis sesuai dengan kemampuan daya nalar peneliti untuk membuat kesimpulan penelitian. (Moleong,2006:247).


(53)

BAB III

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

SEJARAH RUMAH SAKIT

Rumah sakit umum dr. G.L Tobing PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa

adalah rumah sakit dibawah naungan miliki PT. Perkebunan Nusantara II Persero. Rumah sakit

ini sudah berdiri sejak zaman penjajahan Belanda. Pada zaman penjajahan Belanda rumah sakit

ini digunakan untuk perawatan dan pengobatan bagi tentara Belanda.

Setelah kemerdekaan bangsa Indonesia, penjajah Belanda dengan resmi menyerahkan

perkebunannya kepada pemerintah Indonesia, beserta dengan rumah sakit tersebut. Kemudian

pemerintah Indonesia menyerahkan pengelolaan perkebunan dan rumah sakit tersebut kepada

PT. Perkebunan II, yang pada saat itumasih bernama Senembah Matshjavij, kemudian berubah

nama menjadi PT. Perkebunan II. Seiring dengan terjadinya reformasi di tanah air, maka nama

PT. Perkebunan II pada tahun 1996 diganti nama dengan PT. Perkebunan Nusantara II. PT.

Perkebunan Nusantara II adalah gabungan dari dua perkebunan yaitu PT. Perkebunan IX dan PT.

Perkebunan II.

Pada tanggal 13 September 1950 nama rumah sakit ini diganti dengan nama rumah sakit

dr. G.L Tobing PT. Perkebunan II Tanjung Morawa oleh Bapak Jenderal Maraden Panggabean.

Nama rumah sakit ini diambil dari nama salah seorang pahlawan kemerdekaan bangsa

Indonesia sekaligus merupakan pencetus berdirinya rumah sakit ini, yaitu dr. Gerhard Lumban


(1)

2. Pencegahan dan Penyembuhan Penyakit

Untuk pencapaian pelayanan kesehatan yang lebih baik, perlu upaya penyelenggaraan pencegahan dan penyembuhan penyakit, seperti yang dilaksanakan di Rumah Sakit Umum dr. G.L Tobing PT. Perkebunan Nusantara II yang memberikan pelayanan kesehatan kepada penerima Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK), dimana pelayanan kesehatan yang diberikan dapat dilihat dari pemberian pelayanan dokter spesialis di Rumah Sakit Umum dr. G.L Tobing kepada pasien penerima JAMSOSTEK, keberhasilan itu diukur dari kepedulian dokter spesialis dalam menangani penyakit yang dialami pasien JAMSOSTEK tersebut, kemudian pihak rumah sakit memberikan pelayanan dokter spesialis yang sama dengan pasien-pasien yang tidak terdaftar sebagai peserta JAMSOSTEK, kemudian pemberian pelayanan rawat inap yang terbaik seperti yang diberikan Rumah Sakit Umum dr. G.L Tobing yang menyediakan ruangan untuk pasien JAMSOSTEK yang ingin rawat inap seperti ruangan pasien lainnya, dan juga pemberian pelayanan gawat darurat, dimana Rumah Sakit G.L Tobing menyediakan ruangan yang nyaman, memberikan pelayanan berupa pemeriksaan laboratorium dan radiologi kepada pasien penerima JAMSOSTEK, serta memberikan kemudahan prosedur bagi pasien JAMSOSTEK untuk mendapatkan pertolongan pertama di ruangan gawat darurat Rumah Sakit G.L Tobing tanpa surat rujukan. Hal ini dapat dilihat dari hasil wawancara dengan beberapa Dokter Spesialis Rumah Sakit Umum dr. G,L Tobing serta bagian Radiologi maupun Laboratorium.

3. Pemulihan Kesehatan

Pemulihan kesehatan merupakan upaya yang diselenggarakan untuk memberikan pelayanan kesehatan yang baik seperti yang diberikan Rumah Sakit G.L Tobing kepada pasien penerima Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK), keberhasilan itu berupa pemberian obat-obatan dan penunjang diagnostik yang diberikan kepada pasien penerima JAMSOSTEK sesuai dengan kebutuhan medis, dan dengan standar obat Jaminan Pemeliharaan Kesehatan JAMSOSTEK yang


(2)

telah ditentukan dalam perjanjian yang telah disepakati oleh pihak

Rumah Sakit Umum dr. G.L

Tobing PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa

dengan pihak PT. JAMSOSTEK dan juga berdasarkan pasal 43 Bagian Keempat Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 14 Tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga kerja, begitu juga Rumah Sakit G.L Tobing menyediakan pelayanan untuk pasien JAMSOSTEK untuk berobat jalan, dimana pelayanan yang diberikan Rumah Sakit G.L Tobing sama seperti pasien-pasien lainnya hanya saja pasien penerima JAMSOSTEK membawa Kartu Pelayanan Kesehatan (KPK) sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan dalam perjanjian yang telah disepakati kedua belah pihak. Sesuai dengan hasil wawancara dengan Kepala Poliklinik dan Kepala Ruangan

Rumah Sakit Umum dr. G.L Tobing

PT. Perkebunan Nusantara II

.


(3)

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Implementasi pelayanan kesehatan yang diberikan Rumah Sakit Umum dr. G.L Tobing PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa kepada penerima Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK) yang bertujuan untuk memberikan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan standar pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Umum dr. G.L Tobing Tanjung Morawa sehingga tercapai derajat kesehatan pasien penerima JAMSOSTEK yang dapat memuaskan harapan dan kebutuhan derajat penerima JAMSOSTEK, dimana pencapaian pelayanan kesehatan tersebut diberikan melalui pelayanan yang efektif oleh pihak rumah sakit dan secara efisien pelayanan tersebut diselenggarakan oleh Rumah Sakit Umum dr. G.L Tobing PT. Perkebunan Nusantara II.

Pelaksanaan Program JAMSOSTEK dalam hal Jaminan Pemeliharaan Kesehatan sangat membantu tenaga kerja termasuk keluarganya maupun bagi perusahaan dalam usaha untuk meningkatkan produktivitas tenaga kerja maupun produktivitas perusahaan dan kesejahteraan tenaga kerja. Pelaksanaan pelayanan kesehatan Rumah Sakit Umum dr. G.L Tobing juga terlaksana dengan baik, dengan memberikan kepuasan kepada pasien penerima JAMSOSTEK melalui pemeliharaan dan peningkatan kesehatan, pencegahan dan penyembuhan penyakit serta pemulihan kesehatan, dan fasilitas-fasilitas lainnya yang diatur dalam kesepakatan antara PT.JAMSOSTEK dengan Rumah Sakit Umum dr. G.L Tobing yang berlandaskan pada Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja.

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa implementasi pelayanan kesehatan kepada penerima Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK) di Rumah Sakit Umum dr. G.L Tobing PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa telah terlaksana dengan baik karena telah mampu


(4)

memberikan kepuasan kepada pasien penerima JAMSOSTEK yang sesuai dengan tujuan pelayanan kesehatan.

B. Saran

Adapun yang menjadi saran-saran Penulis dari hasil penelitian ini adalah:

1. Kepada

Rumah Sakit Umum dr. G.L Tobing PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung

Morawa

diharapkan agar lebih meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan baik dari sumber daya tenaga medis maupun fasilitas-fasilitasnya agar dapat dipertahankan sehingga kepuasan pasien penerima Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK) dapat lebih meningkat dan kunjungan pasien JAMSOSTEK setiap tahunnya meningkat.

2. Dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan yang diberikan

Rumah Sakit Umum dr. G.L Tobing

PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa

kepada penerima Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK), sebaiknya pemerintah juga harus mengambil bagian dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan tersebut, sehingga dapat terlaksana lebih baik lagi dari sebelumnya.

3. Untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan yang lebih baik lagi kepada pasien penerima JAMSOSTEK, Rumah Sakit G.L Tobing perlu peningkatan koordinasi internal maupun eksternal, serta peningkatanpendidikan maupun pelatihan terhadap tenaga medis untuk meningkatkan kualitasnya.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 1993. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Prektek. Jakarta: Rineka Cipta

Agustino, Leo. 2006. Dasar-Dasar Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta

Azwar, Azrul. 1996. Menjaga Mutu Pelayanan Kesehatan. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan

Danin, Sudarwan. 2002. Menjadi Peneliti Kualitatif. Bandung: Pustaka Setia

Husni, Lalu. 2000. Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Kansil, C.S.T. 1997. Pokok-Pokok Hukum JAMSOSTEK. Jakarta: Muliasari

Moleong, Lexy. J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. remaja Rosdakarya

Notoatmodjojo, Soekidjo. 2003 Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

Pohan, Imbalo. S. 2002. Jaminan Mutu Pelayanan Kesehatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran

Putra, Fadillah. 2003. Paradigma Kritis dalam Studi Kebijakan Publik. Yogyakarta:Pustaka Pelajar

Singarimbun, Masri dan Sofyan Efendi. 1989. Metode Penelitian Servei. Jakarta: LP3ES

Sugiyono. 2003. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta

Suyanto, Bagong. 2005. Metode Penelitian Sosial. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Wahab, Solichin Abdul. 1991. Analisis Kebijakan : dari Formulasi ke Implementasi Kebijaksanaan Negara. Jakarta: Bumi Aksara

Wijayanti, Asri. 2009. Hukum Ketenagakerjaan Pasca Reformasi. Jakarta: Sinar Grafika

Winarno, Budi. 2008. Kebijakan Publik Teori dan Proses. Yogyakarta: Medpress


(6)

   

Undang-Undang Dan Peraturan Pemerintah

Peraturan Pemerintah Nomor 83 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 1998.

Undang-Undang Nomor 3 tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja

Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 228/ Menkes/ SK/ III/ 2002 tentang Pedoman Penyusunan Pelayanan Minimal Rumah Sakit

Peraturan P No. 14 Tahun 1993 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja

Internet

www.keperawatankomunitas.blogspot.com/sistem-pelayanan-kesehatan http://www.sinarharapan.co.id/iptek/kesehatan/2004/0116/kes2.html www.keperawatankomunitas.blogspot.com/jaminan-mutu