konsentrasi P tanah yang tinggi menyebabkan menurunnya infeksi FMA yang
mungkin disebabkan konsentrasi P internal yang tinggi dalam jaringan inang As-syakur, 2007.
6. Fungisida Fungisida merupakan racun kimia yang diracik untuk membunuh
cendawan penyebab penyakit pada tanaman, akan tetapi selain membunuh cendawan penyebab penyakit fungisida juga dapat membunuh mikoriza, dimana
pemakainan fungisida ini menurunkan pertumbuhan dan kolonisasi serta kemampuan mikoriza dalam menyerap P As-syakur, 2007.
3. Fungsi dan Kegunaan Mikoriza Bagi Tanaman
Peranan mikoriza secara spesifik dalam membantu pertumbuhan tanaman antara lain membantu memperbaiki nutrisi tanaman, sebagai pelindung hayati,
serta membantu meningkatkan resistensi tanaman terhadap kekeringan. Selain itu mikoriza memberikan keuntungan besar pada pepohonan yang hidup ditanah
tandus. Bahkan, menurut Salisbury dan Ross1995 dalam Hanafiah et al 2003 tanpa mikoriza yang mampu menyerap hara, banyak komunitas pohon tak mampu
bertahan. Contohnya, beberapa pinus eropa yang dibawa ke AS tumbuh buruk, dan menjadi lebih baik setelah diinokulasi dengan cendawan mikoriza dari tanah
tempat asal mereka Hanafiah et al, 2003. Adapun yang paling menarik dari mikoriza ini adalah kemampuannya
untuk memperbaiki pertumbuhan tanaman dengan mempertinggi pengambilan P. Dalam tanah yang defesien P, tanaman bermikoriza biasanya tumbuh lebih baik
Universitas Sumatera Utara
dibandingkan dengan tanaman tidak bermikoriza, tetapi akan terjadi sebaliknya
pada tanaman yang disuplai fosfat dengan baik Fitter dan Hay, 1991. Akar bermikoriza ternyata meningkatkan pula penyerapan seng dan sulfur
dari dalam tanah lebih cepat daripada tanaman yang tidak bermikoriza. Perbedaan kecepatan penyerapan itu mungkin sebagai refleksi perbedaan antara luas
permukaan akar dan berat kering dari akar tanaman yang bermikoriza dan yang tidak bermikoriza. Perbedaan antara rata-rata penyerapan antar tanaman yang
bermikoriza dan tidak bermikoriza lebih disebabkan karena perbedaan status fosfor dari dua jenis tanaman tersebut Abbot dan Robson, 1984.
Akar tanaman yang terbungkus oleh mikoriza akan menyebabkan akar tersebut terhindar dari serangan penyakit dan hama. Infeksi patogen akan
terhambat, disamping itu mikoriza akan menggunakan semua kelebihan karbohidrat dan eksudat akar lainnya, sehingga tercipta lingkungan yang tidak
cocok bagi pertumbuhan patogen. Di pihak lain cendawan mikoriza ada yang dapat mematikan patogen. Biasanya tanaman yang memiliki sistem akar serabut
dan rambut akar yang panjang kurang tergantung kepada infeksi mikoriza di bandingkan dengan tanaman yang memiliki akar yang relative kasar dan rambut
akar yang tipis Baon, 1998. Penyebaran FMA yang merata, mempengaruhi pertumbuhan tanaman dan
mempunyai potensi yang baik secara ekonomi maupun ekologi. Manfaat penggunaan FMA terhadap tanaman kehutanan yang di tanaman pada lahan-lahan
kritis telah banyak dilakukan. Jenis tanaman yang di inokulasikan dengan FMA mampu meningkatkan 2-3 kali lipat dibandingkan dengan kotrol, hal ini hampir
setara dengan pemberian pupuk urea 130 kgha, TSP 180 kgha dan KCL 100
Universitas Sumatera Utara
kgha. Peranan FMA tersebut secara spesifik dalam membantu pertumbuhan
tanaman antara lain membantu memperbaiki nutrisi tanaman, sebagai pelindung hayati, serta membantu meningkatkan resistensi tanaman terhadap kekeringan
Suhardi, 1989. Hasil penelitian Sasli 1999 menunjukkan bahwa pemberian Fungi
mikoriza Arbuskula dapat meningkatkan pertumbuhan bibit kakao yang lebih baik dibanding bibit tanpa mikoriza. Ini terlihat dari tingginya nilai rata-rata untuk
hampir semua peubah yang diamati dibanding bibit yang tidak bermikoriza. Bibit kakao bermikoriza meningkatkan bobot kering tajuk dan akar masing-masing
sebesar 144.7 dan 190 terhadap kontrol. Efisiensi penggunaan air juga tertinggi untuk bibit kakao yang mendapat perlakuan inokulasi mikoriza, yang
dapat mencapai 149.2 dari nilai kontrol untuk taraf kekeringan 70 air tersedia. Ini menunjukkan bahwa bibit yang bermikoriza sebenarnya tidak
mengalami cekaman kekeringan oleh karena adanya hifa eksternal fungi mikoriza yang masih dapat menyerap air dari pori-pori tanah Sasli, 2004
Kemampuan suatu jenis FMA dapat berasosiasi dengan beberapa tanaman komersial cukup luas, akan tetapi kesesuaiannya dalam bersimbiose dengan
tanaman sangat dipengaruhi oleh berbagai kondisi tanah, jenis mikoriza dan jenis tanaman. Berkaitan dengan hal tersebut di atas, Balai Penelitian Tanaman Buah
Tropika Balitbu sudah mencoba memanfaatkan FMA untuk memacu pertumbuhan bibit manggis, yang dimulai dengan melakukan eksplorasi FMA
dibeberapa daerah sentra produksi manggis di Sumatera Barat. Tanah dan sedikit akar di sekitar perakaran manggis dewasa diambil dan selanjutnya dibawa ke
laboratorium untuk penangkaran trapping. Spora-spora yang sudah diperoleh ini
Universitas Sumatera Utara
selanjutnya diperbanyak secara kultur pot pada media pasir steril dengan tanaman
inang Pueraria javanica selama 4 bulan. Berbagai jenis inokulum FMA yang diperoleh dari beberapa daerah sentra
produksi manggis ini selanjutnya diuji cobakan pada bibit manggis yang baru berumur 2 bulan berdaun 2 helai. Bibit manggis ditanam di dalam pot percobaan
yang berisi media tanah : pasir 1 : 1 yang telah difumigasi terlebih dahulu dengan fumigan Basamid selama 2 minggu. Setiap pot berisi 2 kg media dan
terdiri dari satu tanaman. Sebelum transplanting bibit ke pot percobaan, terlebih dahulu dilakukan inokulasi FMA sebanyak 1 sendok makan inokulan yang
ditempatkan di bawah perakaran bibit manggis. Selanjutnya di dalam rumah kaca dan dipelihara secara optimal.
Hasilnya menunjukkan bahwa setelah 19 bulan diinokulasi FMA, ternyata FMA yang berasal dari daerah Sawahlunto Sijunjung dapat memacu pertumbuhan
bibit manggis yang cukup signifikan yaitu sekitar 50 lebih cepat dibandingkan dengan bibit manggis yang tidak diinokulasi CMA. Syah, 2007.
Tabel 1. Rata-rata tinggi tanaman, jumlah daun , diameter batang, berat kering tanaman, bobot kering akar bibit manggis pada 19 bulan setelah inokulasi
CMA. Pertumbuhan Sawahlunto
Sijunjung Padang Kontrol
Tinggi Tanaman cm 31,29
33,08 21,13
Jumlah Daun helai 19,90
19,48 15,88
Diameter Batang mm 7,92
7,90 6,94
Bobot Kering Tanaman gr 62,63
61,96 35,64
Bobot Kering Akar gr 28,01
26,30 14,45
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2. Pengaruh jenis carier terhadap jumlah spora dan persentase infeksi akar
tanaman inang. Jenis Carier
Jumlah Spora Infeksi Akar
Tanah Merah 39,655
7,75 Tanah Hitam
65,695 13,13
Tepung 26,415 7,25
Di alam, keberadan Fungi Mikoriza Arbuskula dapat mempercepat terjadinya suksesi secara alami pada habitat-habitat yang mendapat gangguan
ekstrim. Selain itu keberadaannya mutlak diperlukan karena berperan penting dalam mengefektifkan daur ulang unsur hara nutrients cycle sehingga dianggap
sebagai alat yang paling efektif untuk mempertahankan stabilitas ekosistem hutan dan keaneka-ragaman hayati. Hal ini juga dianggap penting untuk menjaga
terjadinya penurunan tingkat produktivitas lahan pada lahan-lahan HTI maupun tumpang sari pada rotasi berikutnya Salim, 2004 dalam Delvian et al, 2006 .
Universitas Sumatera Utara
METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian dan Laboratorium Biologi Tanah Departemen Ilmu Tanah Universitas Sumatera
Utara. Penelitian ini dilakukan pada bulan November - April 2009.
Bahan dan Alat Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih Acacia mangium, Acacia crassicarpa, Acacia auriculiformis, yang berasal dari Penelitian dan
Pengembangan PT Musi Hutan Persada Palembang Sumatera Selatan, mikoriza yang berasal dari Laboratorium Bioteknologi Hutan Pusat Penelitian Bioteknologi
PPB IPB Bogor, dengan kandungan Glomus manihotis, Glomus etunicatum, Acaulospora tuberculata, Gigaspora margarita, tanah, air untuk menyiram,
polibag, pasir steril sebagai media untuk perkecambahan tanaman. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Jangka sorong untuk
mengukur diameter, mistar untuk mengukur tinggi tanaman, gembor, tally sheet, bak kecambah, kamera untuk dokumentasi, oven, mikroskop binokuler, kaca
preparat, pinset dan alat tulis-menulis.
Prosedur Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap Faktorial RALF dengan 2 faktor dan ulangan sebanyak 3 kali, di mana:
Faktor I : Jenis Akasia S1
: Acacia mangium
Universitas Sumatera Utara
S2 : Acacia crassicarpa
S3 : Acacia auriculiformis
Faktor II : Faktor pemberian mikoriza yaitu: Mo : 0 kontrol gpolybag
M1 : 5 gpolybag M2 : 10 gpolybag
M3 : 15 gpolybag Jumlah kombinasi perlakuan tersebut adalah 3 x 4 = 12 perlakuan
Ulangan = 3 unit
Jumlah unit percobaan = 36 unit
Jumlah tanaman seluruhnya = 36 x 3 = 108 tanaman Model rancangan acak lengkap faktorial adalah sebagai berikut ini :
Y
ijk
= µ + α
i
+ βj + αβ ij + ε
ijk
Dimana : Y
ijk :
Respon tanaman yang diamati µ
: Nilai tengah umum α
i :
Pengaruh taraf ke-i dari faktor A βj
:
Pengaruh taraf ke-j dari faktor B α β ij : Pengaruh interaksi taraf ke-i dari faktor A dan taraf ke-j dari faktor B
ε
ijk :
Pengaruh galad percobaan taraf ke- i dari faktor A dan taraf ke-j dari faktor B pada ulangan yang ke- k
Universitas Sumatera Utara
Pelaksanaan Penelitian
1. Persiapan Media Tumbuh