kebun kayu menurut jenis hasilnya ialah kebun kayu energi optimum 48.000 ha
dan minimum 15.000 ha, kebun kayu bubur 42.500 ha dan minimum 23.000 ha, dan kebun kayu pertukangan 65.000 ha dan 14.500 ha Dephut, 1994.
Hutan Tanaman Industri HTI dibangun pada umumnya kayunya digunakan untuk pemasok kebutuhan industri perkayuan, seperti playwood, kayu
gergajian, dan pulp. Produktivitas hutan tanaman dipengaruhi oleh iklim, tanah, fisiografi dan faktor pengelolaan. Kondisi tanah yang berpengaruh langsung
terhadap vegetasi adalah komposisi fisik dan kimia tanah, kandungan air, suhu dan aerasi tanah. Hutan Tanaman Industri banyak mengembangkan jenis tanamam
seperti sengon Paraserianthes falcataria, pinus Pinus merkusii, jati Tectona grandis, eukaliptus Eucalyptus spp, dan akasia Acacia spp. Saat ini jenis yang
paling banyak dikembangkan di Indonesia adalah akasia, sehingga penelitian perlu lebih di fokuskan pada jenis akasia.
Acacia spp
1. Taksonomi
Taksonomi dari Acacia spp sebagai berikut : Divisio
: Spermathophyta Sub Divisio : Angispermae
Kelas : Dikotyledon
Ordo : Rosales
Family : Leguminosae
Genus : Acacia
Species :
Acacia spp
Universitas Sumatera Utara
2. Morfologi
Pohon Acacia spp yang tua biasanya berkayu keras, kasar, beralur longitudinal dan warnanya bervariasi mulai dari coklat gelap sampai terang. Dapat
dikemukakan pula bahwa bibit Akasia yang baru berkecambah memiliki daun majemuk yang terdiri dari banyak anak daun. Daun ini sama dengan sub famili
Mimosoideae misalnya Paraseanthes falcataria, Leucaena sp, setelah tumbuh beberapa minggu akasia tidak menghasilkan lagi daun sesungguhnya tetapi
tangkai daun sumbu utama setiap daun majemuk tumbuh melebar dan berubah menjadi phyllodae atau pohyllocladus yang dikenal dengan daun semu,
phyllocladus kelihatan seperti daun tumbuh umumnya. Bentuknya sederhana, tulang daunnya paralel dan besarnya sekitar 25 cm x 10 cm. Tumbuh secara alami
di Maluku dengan jenis Melaleuca leucadendron. Selain itu terdapat pula di pantai Australia bagian utara, Papua bagian selatan Fak-fak di Aguada dan
Tomage Rokas, Kepulauan Aru, Maluku dan Seram bagian barat.
3. Syarat Tumbuh
Acacia spp tidak memiliki persyaratan tumbuh yang tinggi, dapat tumbuh pada lahan miskin dan tidak subur. Akasia dapat tumbuh baik pada lahan yang
mengalami erosi, berbatu dan tanah Alluvial serta tanah yang memiliki pH rendah 4,2. Tumbuh pada ketinggian antara 30 - 130 mdpl, dengan curah hujan
bervariasi antara 1.000 mm - 4.500 mm setiap tahun. Seperti jenis pionir yang cepat tumbuh dan berdaun lebar, jenis Akasia spp sangat membutuhkan sinar
Universitas Sumatera Utara
matahari, apabila mendapatkan naungan akan tumbuh kurang sempurna dengan
bentuk tinggi dan kurus Irwanto, 2007.
4. Nilai Ekonomi
Kayunya bernilai ekonomi karena merupakan bahan yang baik untuk finir serta perabot rumah yang menarik seperti: lemari, kusen pintu, dan jendela serta
baik untuk bahan bakar. Tanaman akasia yang berumur tujuh dan delapan tahun menghasilkan kayu yang dapat dibuat untuk papan partikel yang baik, dan bubur
kertas pulp. Beberapa jenis digunakan untuk kegiatan reboisasi.
Kondisi Lahan di Indonesia
Pengelolaan hutan tanaman yang produktivitasnya dapat diterima secara ekonomis hanya dapat dilakukan secara berkelanjutan di lahan-lahan yang
memiliki kondisi-kondisi iklim dan tanah yang sesuai. Produktivitas hutan tanaman tergantung sepenuhnya pada kualitas lahan. Karena pembangunan hutan
tanaman industri membutuhkan investasi awal yang tinggi, maka pemilihan lahan harus dilakukan dengan cermat. Jika pada pemilihan lahan diawal pembangunan
hutan tanaman areal-areal yang tidak produktif tidak disisihkan, maka kerugian finansial yang cukup besar akan terjadi nantinya Mackensen, 2002.
Pembangunan hutan tanaman industri HTI berkembang dengan cepat di negara-negara beriklim tropis. Semakin menurunnya pasokan kayu dari hutan
alam, berkembangnya keinginan nasional untuk mengembangkan dan mempromosikan industri-industri pengolahan kayu khususnya pulp dan kertas,
Universitas Sumatera Utara
relatif mudahnya pengelolaan jenis pohon yang cepat tumbuh dan tegakan-
tegakan monokultur, serta besarnya harapan akan produktivitas yang tinggi, menyebabkan hutan tanaman industri memainkan peranan yang semakin
pentingmeningkat di dalam sektor kehutanan di daerah tropis. Disamping popularitas dan biaya investasi yang tinggi, masih sedikit sekali diketahui
perspektif jangka panjang dari HTI, terutama dalam hal produktivitas tegakan dan penyediaan unsur-unsur hara. Sejumlah fakta yang ada memperlihatkan, bahwa
selain adanya faktor-faktor lain yang mengancam hutan tanaman hama, kebakaran, produktivitas lahan seringkali rendah atau menurun pada rotasi
tanaman kedua berikutnya yang disebabkan oleh kesuburan lahan yang rendah dan pelaksanaan pengelolaan yang kurang baik Mackensen, 2002.
Produktivitas lahan, yang pada umumnya dievaluasi melalui tinggi pohon rata-rata Indeks Lahan atau volume tegakan, tergantung kepada faktor-faktor
iklim dan kesuburan tanah. Curah hujan dan penyebarannya serta kapasitas penahanan air dari tanah sangat menentukan produktivitas tegakan. Lahan yang
optimal biasanya mempunyai periode musim kering yang pendek serta tanah berlempung sampai liat berlempung dan tanah liat. Dalam hubungannya dengan
unsur-unsur hara tanah, pertumbuhan maksimum dapat diharapkan pada tanah- tanah yang kaya akan unsur hara, baik unsur-unsur hara makro N, P, K, Ca, Mg
maupun unsur-unsur hara mikro Mn, Fe, Zn,Cu, Br. Hutan Tanaman Industri banyak dikembangkan di Sumatera dan
Kalimantan, yang mana kondisi tanahnya kritis atau kurang produktif marginal. Dalam menghadapi tanah semacam ini HTI tidak lagi memiliki daya adaptasi kuat
seperti hutan alam dan sangat membutuhkan input yang besar dalam
Universitas Sumatera Utara
pembangunannya. Untuk memperbaiki kualitas lahan marjinal yang butuh infut
besar perlu dengan teknologi yang ramah lingkungan salah satunya adalah dengan menggunakan mikoriza. Peranan mikoriza secara spesifik dalam membantu
pertumbuhan tanaman antara lain membantu memperbaiki nutrisi tanaman, sebagai pelindung hayati, dan membantu meningkatkan resistensi tanaman
terhadap kekeringan, selain itu mikoriza memberikan keuntungan besar pada pepohonan yang hidup ditanah tandus.
Fungi Mikoriza Arbuskula FMA 1. Pengertian Fungi Mikoriza Arbuskula
Mikoriza akar cendawan merupakan gabungan simbiotik dan mutualistik saling menguntungkan antara cendawan bukan patogen atau patogen lemah
dengan sel akar hidup, terutama sel korteks dan sel epidermis. Cendawan itu menerima hara organik dari tanaman, tetapi ia memperbaiki kemampuan akar
dalam menyerap air dan mineral. Dalam Fitter dan Hay 1991, disebutkan bahwa asosiasi simbiotik antara cendawan dan akar tanaman dapat dipandang sebagai
perkembangan sangat khusus suatu kelompok rizhoplane yang setidak-tidaknya menjadi setengah invasive.
Selam siklus hidupnya, cendawan simbion endomikoriza akan mempunyai perbedaan stuktur hifa intraseluler, menggelembung berbentuk oval atau globose
pada ujungnya disebut vesikel, sedangkan struktur intraseluler yang berbentuk seperti pohon kecil disebut arbuskula. Pada waktu yang bersamaan dan akar yang
sama dapat diinfeksi oleh dua jenis endomikoriza merupakan hubungan mutualistik saling menguntungkan Setiadi, 2001.
Universitas Sumatera Utara
2. Faktor Lingkungan Mikoriza