BAB III PERAN APOTEKER DI INDUSTRI FARMASI
3.1 Kompetensi Apoteker di Industri Farmasi
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009 yang mengatur tentang pekerjaan kefarmasian, di bagian ketiga yaitu tentang pekerjaan
kefarmasian dalam produksi sediaan farmasi, menyebutkan bahwa industri farmasi harus memiliki setidaknya 3 tiga orang apoteker sebagai penanggung
jawab masing-masing pada bidang pemastian mutu, produksi, dan pengawasan mutu setiap produksi sediaan farmasi. Untuk memenuhi tuntutan peran apoteker di
industri farmasi, maka seorang apoteker harus memiliki beberapa kompetensi
antara lain :
1. Mampu melaksanakan fungsi pendaftaran produk jadi secara efektif, terutama
dalam hal pengisian formulir kelengkapan pendaftaran.
2. Mampu berpartisipasi dalam mengembangkan senyawabahan aktif terapeutik
atau eksipien baru yang lebih baikaktif.
3. Mampu berpartisipasi dan berkontribusi dalam pengembangan formula
sediaan obat, pilot plant dan up-scaling. 4.
Mampu berpartisipasi dalam pengembangan spesifikasi bahan bahan awal maupun produk jadi, metode analisis, prosedur pengujian untuk bahan awal,
produk jadi dan kemasan.
5. Mampu melaksanakan produksi sediaan obat sesuai dengan CPOB dan
ketentuan lain dalam rangka menghasilkan produk yang baikbermutu tinggi.
Universitas Sumatera Utara
6. Mampu melakukan pengendalian secara teknis operasiproses manufaktur atau
pembuatan sediaan obat. 7.
Mampu melaksanakan fungsi pengawasan mutu bahan awal dan sediaan obat sesuai dengan cara laboratorium yang baik Good Laboratory Practice dan
CPOB untuk menjamin mutu produk yang akan dipasarkan serta untuk
menjamin kesehatan dan keselamatan kerja.
8. Mampu melakukan pengemasan produk dengan bahan pengemas yang sesuai.
9. Mampu merancang dan melakukan uji stabilitas dan berbagai perhitungan
untuk menentukan kondisi penyimpanan produk yang tepat serta waktu
kadaluarsa produk.
10. Mampu berpartisipasi dan berkontribusi dalam uji klinik obat baru.
11. Mampu melaksanakan pemeriksaanpengujian yang sesuai untuk keperluan
perbaikan mutu produk dan proses yang sudah ada.
12. Mampu berpartisipasi dalam pelaksanaan validasi proses.
13. Mampu melaksanakan promosi dan penyampaian informasi kepada tenaga
profesional kesehatan lain.
14. Mampu melaksanakan pengelolaan persediaan inventory yang efektif dan
efisien untuk memenuhi kebutuhan rutin industri dan yang menjamin pemeliharaan kualitas bahan selama penyimpanan sesuai dengan sifat bahan
yang ada.
Peran apoteker di industri farmasi yang digariskan oleh World Health Organization WHO, yaitu Eight Star of Pharmacist yang meliputi :
1. Care Giver, apoteker sebagai pemberi pelayanan dalam bentuk informasi obat,
efek samping obat dan lain-lain kepada profesi kesehatan. Perlu ada interaksi
Universitas Sumatera Utara
dengan individukelompok di dalam industri regulatory, QAQC, produksi dan lain-lain dan individukelompok di luar industri.
2. Decision maker, apoteker sebagai pengambil keputusan yang tepat untuk
mengefisienkan dan mengefektifkan sumber daya yang ada di industri. 3.
Communicator, apoteker harus memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dengan baik secara lisan maupun tulisan.
4. Leader, apoteker sebagai pemimpin yang berani mengambil keputusan dalam
mengatasi berbagai permasalahan di industri dan memberikan bimbingan ke bawahannya dalam mencapai sasaran industri.
5. Manager, apoteker sebagai pengelola seluruh sumber daya yang ada di
industri farmasi dan mampu mengakumulasikannya untuk meningkatkan kinerja industri dari waktu ke waktu.
6. Long-life learner, apoteker belajar terus menerus untuk meningkatkan
pengetahuan dan kemampuan. 7.
Teacher, bertanggung jawab untuk memberikan pendidikan dan pelatihan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan dunia industri kepada sejawat
apoteker atau lainnya. 8.
Researcher, apoteker sebagai peneliti yang harus selalu melakukan riset dan mengetahui perkembangan obat baru yang lebih baik dan bermanfaat untuk
kesehatan masyarakat.
3.2 Tugas Masing-masing Bagian Departemen di PT.Combiphar 3.2.1 Departemen Pengembangan Produk