tahun yang sama di lakukan kerjasama dengan Sanofi-Syntelabo Perancis dan dibangunlah fasilitas PT. Sanofi-Syntelabo Combiphar SSC di lingkungan
pabrik PT. Combiphar. Pada tahun 2002 juga dibangun fasilitas gedung khusus untuk produk OBH Obat Batuk Hitam yang dilatar belakangi oleh adanya
permintaan pasar yang sangat tinggi terhadap produk OBH Combi dan terbatasnya kapasitas untuk sarana produksi. Kemudian pada tahun 2003 PT. Combiphar telah
meng-upgrade fasilitas Instalasi Pengolahan Air Limbah IPAL. Pada bulan Maret 2006, PT. Sanofi-Syntelabo Combiphar SSC beralih
nama menjadi PT. Pharma Health Care PHC. Pada tanggal 9 Oktober 2006, PT. Combiphar diperiksa oleh konsultan ISO yaitu AIMS. Perusahaan ini kemudian di
audit oleh SGS, yaitu badan yang berwenang memberikan sertifikat ISO. Berdasarkan hasil audit, PT. Combiphar dinyatakan berhak mendapatkan sertifikat
ISO 9001:2000.
2.2 Visi dan Misi PT. Combiphar
PT Combiphar memiliki visi yaitu menjadi salah satu industri farmasi yang terkemuka dan disegani di Indonesia Become one of the Leading and
Respectable Pharmaceutical Industry in Indonesia. Untuk mencapai visi tersebut PT Combiphar menjalankan misi yaitu ikut
berkontribusi pada perbaikan kualitas hidup melalui program COMBIPHAR yaitu Care, Optimize, Motivated, Be different, Integrity, Pride, Harmony, Alert,
Responsibility.
Universitas Sumatera Utara
2.3 Struktur Organisasi PT. Combiphar 2.3.1
Company Organochart
President Vice Director
Director
Managing Director
Head of Ethical Division
Head of CCH Division
Head of Oncology
Division
Head of Pharmaserve
Division
Head of Finance Division
Head of Bussiness Dev
. Division
Head of Internal Audi
t
Head of Plant Division
Universitas Sumatera Utara
2.3.2 Plant Organochart
Managing
Plant Director
Plant HRD GA
Engineering Manager
Production Manager
Supply Chain Manager
Quality Control
Product Development
Assistant Manager of
Fi QA Operation
Manager
Quality Service
Deputy Plant
Cost Accounting
Universitas Sumatera Utara
2.4 Lokasi dan Sarana Produksi PT. Combiphar 2.4.1 Lokasi PT. Combiphar
Divisi pabrik berada di Jalan Raya Simpang No. 383 Padalarang, Bandung, Jawa Barat, divisi ini bertanggung jawab atas semua proses produksi
produk Combiphar. Kantor pusat Head Office dan divisi pemasaran PT. Combiphar terletak di Graha Atrium Senen Lt. 14-16 Jl. Senen Raya 135 Jakarta
Pusat. Kantor pusat ini mengatur kegiatan perusahaan yang meliputi Keuangan, Pemasaran, Bussiness Development, Human Resources Development HRD, dan
lain-lain. Distribusi produk-produk PT. Combiphar dilakukan oleh PT. Anugrah Pharmindo Lestari APL, PT. Parit Padang dan PT. Parazelsus.
2.4.2 Sarana Produksi PT. Combiphar
Bangunan Utama pada divisi pabrik PT. Combiphar terdiri dari 6 gedung yaitu:
1. Gedung Utama Gedung Produksi Utama
Gedung utama ini terdiri beberapa bagian, yaitu: -
Kantor -
Gudang -
Ruang produksi yang terbagi menjadi daerah abu-abu grey area dan daerah hitam black area
2. Gedung bagian QA dan Product Development
3. Gedung Produksi OBH dan gudang
4. Gedung PHC Pharma Health Care
5. Instalasi Pengolahan Air Limbah
6. Gedung Produksi Solid dan gudang
Universitas Sumatera Utara
7. Bagian umum kantin, mushola, mess karyawan, dan lain-lain
2.4.3 Sarana Penunjang
Pabrik Combiphar memiliki beberapa sarana penunjang untuk mendukung dan memperlancar aktivitas produksi. Adapun sarana penunjang
tersebut adalah bengkel teknik mechanical workshop, city electricity, generator diesel genset, dua unit boiler, dua unit Air Compressor, pompa air, pengolahan
air dengan sistem Reverse Osmosis, sistem Heating Ventilating Air Conditioning HVAC pada gedung utama dan gedung sediaan cair liquid, dua unit fire
hydrant pump yaitu diesel engine dan electric motor, Waste Water Treatment Plant WWTP, Penangkal Petir, Sistem telekomunikasi telepon, faximile, e-
mail, dan System Application Programe SAP.
2.5 Prestasi dan Penghargaan
a. Sertifikat GMP Obat Modern
b. Lisensi Obat Tradisional
c. Sertifikat Produksi Kosmetika
d. 22 Serifikat CPOB
e. Strata A pada Mapping Industri Farmasi No: PO.00.01.3475
f. Penghargaan Perusahaan Pembina K3 Terbaik
g. Penghargaan Kecelakaan Nihil Zero Accident
2.6 Cara Pembuatan Obat yang Baik
Cara Pembuatan Obat yang baik atau dikenal dengan istilah CPOB merupakan suatu pedoman yang menyangkut seluruh aspek produksi dan
Universitas Sumatera Utara
pengendalian mutu yang bertujuan menjamin agar setiap obat senantiasa dibuat untuk mencapai mutu yang sudah ditetapkan sebelumnya.
Pedoman CPOB ini ditetapkan oleh Menteri Kesehatan dalam SK Menkes RI No. 43MenkesSKII1988 dan Petunjuk Operasional Penerapan CPOB yang
ditetapkan dalam Keputusan Direktur Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan No. 05410AASK1989.
Aspek-aspek dari CPOB meliputi manajemen mutu, personalia, bangunan, peralatan, sanitasi dan higiene, produksi, pengawasan mutu, inspeksi diri dan
audit mutu, penanganan keluhan terhadap produk, penarikan kembali produk dan produk kembalian, dokumentasi, pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak,
serta kualifikasi dan validasi.
1. Manajemen Mutu
Manajemen mutu merupakan suatu aspek fungsi manajemen yang menentukan dan mengimplementasikan Kebijakan Mutu, yang merupakan
pernyataan formal dari manajemen puncak suatu industri farmasi, yang menyatakan arahan dan komitmen dalam hal mutu produknya.
Unsur dasar Manajemen Mutu adalah : a.
Sistem mutu yang mengatur struktur organisasi, tanggung jawab dan kewajiban, semua sumber daya yang diperlukan, semua prosedur yang
mengatur proses yang ada. b.
Tindakan sistematis untuk melaksanakan sistem mutu yang disebut pemastian mutu atau quality assurance.
Universitas Sumatera Utara
Konsep keterkaitan mutu antara Manajemen Mutu – Pemastian Mutu – CPOB – Pengawasan Mutu
Manajemen Mutu
Memberikan arahan kebijakan tentang mutu
↓ Pemastian Mutu
Tindakan sistematis untuk melaksanakan sistem mutu
↓ CPOB
Menghindarkan atau meminimalkan resiko yang tidak dapat dideteksi melalui serangkaian tes misalnya kontaminasi dan tercampurnya produk
↓ Pengawasan Mutu
Bagian dari CPOB yang fokus pada pelaksanaan pengujian lingkungan, fasilitas, bahan, komponen dan produk sesuai dengan standar
2. Personalia
Sumber daya manusia sangat penting dalam pembentukan dan penerapan sistem pemastian mutu yang memuaskan dan pembuatan obat yang benar. Oleh
sebab itu industri farmasi bertanggung jawab untuk menyediakan personil yang terkualifikasi dalam jumlah yang memadai untuk melaksanakan semua tugas.
Industri farmasi hendaklah memiliki personil yang terkualifikasi dan berpengalaman praktis dalam jumlah yang memadai. Tiap personil tidak dibebani
tanggung jawab yang berlebihan untuk menghindari risiko terhadap mutu obat.
Universitas Sumatera Utara
Struktur organisasi industri farmasi hendaklah sedemikian rupa sehingga bagian produksi, manajemen mutu pemastian mutu dan pengawasan mutu
dipimpin oleh orang berbeda serta tidak saling bertanggung jawab satu terhadap yang lain.
Kepala bagian Produksi, Pemastian Mutu dan Pengawasan Mutu hendaklah seorang apoteker yang terdaftar dan terkualifikasi. Apoteker sebagai
supervisor langsung di bagian produksi dan pengawasan mutu hendaknya memiliki keterampilan serta pengalaman praktis yang mencakupi dalam bidang
yang berkaitan dengan tugasnya. Masing-masing kepala bagian tersebut memiliki tanggung jawab bersama dalam menerapkan semua aspek yang berkaitan dengan
mutu. CPOB menyatakan bahwa jumlah karyawan di semua tingkatan hendaklah
memiliki pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang sesuai dengan tugasnya. Selain itu karyawan juga harus memiliki kesehatan mental dan fisik
yang baik sehingga mampu melaksanakan tugasnya dan mempunyai sikap dan kesadaran tinggi untuk mewujudkan CPOB.
Untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan CPOB maka karyawan tersebut hendaknya dilatih mengenai kegiatan tertentu yang sesuai
dengan tugasnya maupun prinsip mengenai CPOB. Dimana pelatihan tersebut dilakukkan secara berkesinambungan dan diikuti oleh seluruh atau sebagian
karyawan. Setelah pelatihan dilakukan evaluasi dan dilakukan penilaian apakah terjadi peningkatan kerja karyawan. Jumlah karyawan pun harus cukup tersedia
untuk melaksanakan pekerjaan yang diperlukan dalam rangka mencapai kualitas obat yang diharapkan.
Universitas Sumatera Utara
3. Bangunan
Bangunan dan fasilitas untuk pembuatan obat hendaklah memiliki desain, konstruksi dan letak yang memadai serta disesuaikan kondisinya dan dirawat
dengan baik untuk memudahkan pelaksanaan operasi yang benar. Tata letak dan desain ruangan harus dibuat sedemikian rupa untuk memperkecil risiko terjadinya
kekeliruan, pencemaran-silang dan kesalahan lain dan memudahkan pembersihan, sanitasi dan perawatan yang efektif untuk menghindari pencemaran silang,
penumpukan debu atau kotoran, dan dampak lain yang dapat menurunkan mutu obat.
Di dalam menentukan rancang bangun dan tata letak ruang hendaklah dipertimbangkan kesesuaian dengan kegiatan lain, tata letak ruang produksi agar
mengikuti urutan tahap produksi, luasnya ruang kerja yang memungkinkan penempatan peralatan dan terlaksananya kegiatan, dan pencegahan terjadinya
penggunaan kawasan produksi sebagai lalu lintas umum bagi karyawan atau bahan-bahan ataupun sebagai tempat penyimpanan kecuali untuk bahan-bahan
yang sedang dalam proses. Persyaratan rancang bangun yang perlu diperhatikan pada suatu industri
farmasi adalah sebagai berikut : a.
Mengikuti alur kerja produksi yang bertujuan untuk mencegah terlewatnya salah satu rangkaian produksi, memudahkan pengawasan, mencegah
kontaminasi silang dan terhambatnya arus kegiatan. b.
Luas ruangan kerja memadai, sehingga penempatan peralatan dan bahan- bahan dapat teratur dan memungkinkan terlaksananya kegiatan, kelancaran
arus kerja, arus barang, arus komunikasi dan pengawasan yang efektif.
Universitas Sumatera Utara
c. Pencegahan terjadinya penggunaan kawasan produksi sebagai tempat lalu
lintas umum atau sebagai tempat penyimpanan, kecuali untuk bahan-bahan yang sedang dalam proses.
d. Tersedianya ruangan terpisah untuk membersihkan peralatan dan untuk
menyimpan bahan pembersih. e.
Kamar ganti dan tempat penyimpanan pakaian berhubungan langsung dengan daerah pengolahan tetapi terpisah dari daerah produksi.
f. Toilet tidak terbuka langsung ke daerah produksi, tetapi letaknya terpisah dan
dilengkapi dengan ventilasi yang baik. g.
Konstruksi bangunan hendaklah kokoh, kedap air dan dapat melindungi dari pengaruh cuaca dan pengaruh lainnya, seperti masuk serta bersarangnya
hewan. h.
Permukaan bagian dalam ruangan dinding, lantai, langit-langit, pintu dan jendela hendaklah rata dan halus, bebas dari keretakan dan sambungan
terbuka, mudah dibersihkan, tahan desinfektan dan tidak merupakan tempat pertumbuhan mikroorganisme. Sudut-sudut antar dinding, lantai dan langit-
langit di daerah kritis hendaklah berbentuk lengkungan. i.
Saluran air limbah hendaklah cukup besar dan memiliki bak kontrol serta ventilasi yang baik.
j. Bangunan harus dilengkapi dengan penerangan yang efektif dan mempunyai
ventilasi dengan sistem pengendalian udara untuk mencegah kontaminasi silang. Pemasangan pipa dan instalasi lain di daerah produksi haruslah tidak
menimbulkan lubang yang dalam, yang sulit dibersihkan dan sedapat mungkin dipasang di luar daerah produksi.
Universitas Sumatera Utara
k. Daerah penyimpanan bahan hendaklah cukup luas, terang serta ditata dan
dilengkapi sedemikian rupa untuk memungkinkan penyimpanan bahan dan produk dalam keadaan kering, bersih dan teratur. Daerah penyimpanan ini
hendaknya cocok untuk melaksanakan pemisahan bahan awal dan bahan pengemas yang dikarantina, diluluskan, ditolak serta produk kembalian.
Hendaknya disediakan daerah khusus untuk penyimpanan bahan yang mudah terbakar, yang mudah meledak, yang sangat beracun, narkotika dan obat
berbahaya lainnya.
4. Peralatan
Peralatan untuk pembuatan obat hendaklah memiliki desain dan konstruksi yang tepat, ukuran yang memadai serta ditempatkan dan dikualifikasi dengan
tepat, agar mutu obat terjamin sesuia desain serta seragam dai bets ke bets dan
untuk memudahkan pembersihan serta perawatan.
Peralatan yang digunakan untuk pembuatan obat harus memiliki rancang bangun dan konstruksi yang tepat, ukuran yang memadai serta ditempatkan secara
tepat, sehigga mutu yang dirancang bagi tiap produksi obat terjamin secara seragam dari bets ke bets, selain itu hendaklah mudah dibersihkan baik bagian
dalam maupun bagian luar. Peralatan yang digunakan untuk menimbang, mengukur, menguji dan
mencatat hendaklah diperiksa ketelitiannya secara teratur, serta dikalibrasi sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. Perawatan juga hendaklah dilakukan
menurut jadwal yang tepat agar tetap berfungsi dengan baik. Permukaan peralatan yang bersentuhan dengan bahan baku, produk antara,
produk ruahan atau produk jadi tidak boleh bereaksi, mengadisi atau
Universitas Sumatera Utara
mengabsorbsi, yang dapat mengubah identitas, mutu atau kemurniannya di luar batas yang telah ditentukan.
5. Sanitasi dan Higiene
Sanitasi adalah segala upaya yang dilakukan untuk menjamin terwujudnya higiene. Dimana higiene merupakan kondisi yang memenuhi syarat kesehatan.
Tingkat sanitasi dan higiene yang tinggi hendaklah diterapkan pada setiap aspek pembuatan obat. Ruang lingkup sanitasi dan higiene meliputi personalia,
bangunan peralatan dan perlengkapan, bahan produksi serta wadahnya dan sumber lain yang menjadi pencemar pada produk. Sumber pencemaran hendaklah
dihilangkan melalui suatu program sanitasi dan higiene yang menyeluruh dan terpadu.
Sanitasi terhadap personalia antara lain kebersihan dan higiene bagi semua karyawan yang berhubungan dengan proses pembuatan oleh karyawan yang
ditugaskan bekerja di daerah bersih dan daerah steril hendaklah diseleksi dengan seksama untuk memastikan ketaatan terhadap disiplin yang berlaku dan tidak
mengidap penyakit ataupun membawa bahaya mikrobiologi yang tidak normal terhadap produk atau bahaya lainnya. Oleh karena itu, karyawan harus selalu
menjalani pemeriksaan kesehatan dan hendaklah mengenakan pakaian kerja yang bersih sesuai dengan tugas yang mereka laksanakan termasuk penutup kepala
yang memadai, masker dan sarung tangan. Bangunan yang digunakan untuk pembuatan obat-obatan hendaklah
memiliki konstruksi dan rancangan yang sesuai untuk memudahkan pelaksanaan sanitasi yang baik dan dilengkapi dengan fasilitas yang memadai seperti toilet,
locker, bak cuci, tempat penyimpanan bahan bersih, rodentisida, insektisida,
Universitas Sumatera Utara
bahan fumigasi dan lain-lain. Untuk itu perlu ada prosedur tertulis untuk sanitasi bangunan dan fasilitasnya yang memaparkan secara terperinci jadwal serta metode
pembersihan meliputi peralatan dan bahan yang akan digunakan, penanganan terhadap air limbah, sampah dan bahan buangan lainnya.
Sanitasi terhadap perlengkapan dan wadah bahan produksi juga dilakukan. Untuk itu perlu adanya prosedur tertulis mengenai pelaksanaan pembersihan
peralatan pokok serta meyakinkan bahwa wadah bekas produksi bets sebelumnya sudah dibersihkan. Keefektifan pembersihan dan pencucian yang dilaksanakan
berdasarkan prosedur yang ditetapkan hendaklah divalidasi secara kimiawi dan mikrobiologi.
Prosedur sanitasi dan higiene hendaklah divalidasi dan dievaluasi secara berkala untuk memastikan bahwa hasil penerapan prosedur yang bersangkutan
cukup efektif dan selalu memenuhi persyaratan.
6. Produksi
Produksi hendaklah dilaksanakan dengan mengikuti prosedur yang telah ditetapkan, dan memenuhi ketentuan CPOB yang menjamin senantiasa
menghasilkan produk yang memenuhi persyartan mutu serta memenuhi ketentuan izin pembuatan dan izin edar registrasi.
Tahapan produksi meliputi hal-hal sebagai berikut: a.
Bahan awal Setiap bahan awal, sebelum dinyatakan lulus untuk digunakan, hendaklah
memenuhi spesifikasi bahan awal yang sudah ditetapkan dan diberi label dengan nama yang dinyatakan dalam spesifikasi. Persediaan bahan awal
hendaklah diperiksa dalam selang waktu tertentu. Bahan awal yang cenderung
Universitas Sumatera Utara
rusak atau turun potensinya atau aktifitasnya selama dalam penyimpanan hendaknya ditandai secara jelas, disimpan terpisah dan secepatya
dimusnahkan atau dikembalikan kepada pemasok. b.
Validasi proses Semua prosedur produksi hendaklah divalidasi dengan tepat. Validasi
hendaklah dilaksanakan menurut prosedur yang telah ditentukan dan catatan hasilnya disimpan dengan baik. Perubahan penting dalam proses, peralatan
atau bahan harus divalidasi ulang untuk menjamin bahwa perubahan tersebut tetap menghasilkan produk yang memenuhi spesifikasi yang telah ditentukan.
c. Sistem penomoran Bets dan Lot
Sistem ini diperlukan untuk memastikan bahwa produk antara, produk ruahan atau produk jadi suatu bets atau lot dapat dikenali dengan nomor bets atau lot
tertentu dan tidak digunakan secara berulang. d.
Penimbangan dan penyerahan Penimbangan, atau penghitungan dan penyerahan bahan baku, bahan
pengemas, produk antara dan produk ruahan perlu didokumentasikan secara lengkap.
e. Pengolahan
Semua bahan dan peralatan yang digunakan dalam proses pengolahan hendaklah diperiksa terlebih dahulu. Semua kegiatan pengolahan hendaklah
dilaksanakan mengikuti prosedur tertulis yang telah ditentukan. Bahan yang dapat diolah ulang melalui prosedur tertentu yang disahkan serta hasilnya
memenuhi persyaratan spesifikasi yang ditentukan dan tidak mempengaruhi mutu dimana semua proses pengolahan ulang hendaklah disahkan dan
Universitas Sumatera Utara
didokumentasikan. Pencegahan pencemaran silang dilakukan untuk setiap pengolahan.
f. Pengemasan
Kegiatan pengemasan berfungsi membagi-bagi dan mengemas produk ruahan menjadi produk jadi. Proses pengemasan dilaksanakan dibawah pengawasan
ketat untuk menjaga identitas, keutuhan dan kualitas barang yang sudah dikemas. Obat yang sudah dikemas hendaklah dikarantina sambil menungu
pelulusan dari bagian pengawasan mutu. g.
Obat kembalian Produk jadi yang dikembalikan dari gudang pabrik, misal karena label atau
kemasan luar kotor atau rusak dapat diberi label kembali atau diolah ulang ke bets berikutnya asalkan tidak ada resiko terhadap mutu produk. Produk jadi
yang dikembalikan dari peredaran dan sudah lepas dari pengawasan pabrik pembuat dapat dipertimbangkan untuk dijual kembali, diberi label kembali
atau diolah ulang ke bets berikutnya hanya setelah dievaluasi secara kritis oleh bagian pengawasan mutu.
h. Karantina produk jadi dan penyerahan ke gudang produk jadi
Karantina produk jadi merupakan titik akhir pengawasan sebelum produk jadi diserahkan ke gudang dan siap didistribusikan. Setelah bagian pengawasan
mutu meluluskan suatu bets atau lot, produk jadi tersebut hendaklah dipindahkan dari daerah karantina ke tempat gudang produk jadi.
i. Pengawasan distribusi produk jadi
Sistem distribusi hendaknya dirancang dengan tepat sehingga menjamin produk jadi yang pertama masuk didistribusikan terlebih dahulu.
Universitas Sumatera Utara
j. Penyimpanan bahan awal, produk antara, produk ruahan dan produk jadi
Bahan disimpan rapi dan teratur untuk mencegah risiko tercampur baur atau pencemaran serta memudahkan pemeriksaan dan pemeliharaan.
k. Perjanjian kontrak
Pembuatan obat berdasarkan kontrak berarti pembuatan sebagian atau keseluruhan dari suatu obat oleh satu atau lebih pabrik disebut penerima
kontrak untuk kepentingan pihak lain disebut pemberi kontrak. Pemberi kontrak hendaklah memastikan bahwa penerima kontrak telah memiliki izin
operasional dan sertifikat CPOB yang sesuai dengan bentuk sediaan obat yang akan dikontrakan.
l. Pencemaran
Pencemaran kimiawi atau mikroba terhadap suatu obat harus dihindari. Perhatian khusus diberikan pada masalah pencemaran silang, karena
menunjukkan pelaksanaan pembuatan obat tidak sesuai CPOB.
7. Pengawasan Mutu
Pengawasan Mutu merupakan bagian yang esensial dari Cara Pembuatan Obat yang Baik, untuk memberikan kepastian bahwa produk secara konsisten
mempunyai mutu yang sesuai dengan tujuan pemakaiannya. Keterlibatan dan komitmen semua pihak yang berkepentingan pada semua tahap merupakan
keharusan untuk mencapai sasaran mutu mulai dari awal pembuatan sampai kepada distribusi produk jadi. Pengawasan mutu tidak hanya terbatas pada
kegiatan laboratorium, tapi juga harus terlibat dalam semua keputusan yang terkait dengan mutu produk.
Universitas Sumatera Utara
Pengawasan Mutu hendaklah mencakup semua kegiatan analitis yang dilakukan di laboratorium, termasuk pengambilan sampel, pemeriksaan dan
pengujian bahan awal, produk antara, produk ruahan dan produk jadi. Kegiatan ini mencakup juga uji stabilitas, program pemantauan lingkungan, pengujian yang
dilakukan dalam rangka menyusun dan memperbaharui spesifikasi bahan dan produk serta metode pengujiannya.
8. Inspeksi Diri
Inspeksi diri bertujuan untuk melakukan penilaian apakah seluruh aspek produksi dan pengendalian mutu selalu memenuhi Cara Pembuatan Obat yang
Baik CPOB. Dengan melakukan inspeksi diri dapat diketahui kekurangan atas pemenuhan CPOB, baik kritis yang berdampak besar maupun yang berdampak
kecil. Penilaian terhadap kekurangan atas pemenuhan CPOB adalah :
a. Kritis C
Adalah kekurangan yang mempengaruhi mutu obat dan berdampak fatal terhadap kesehatan konsumen sampai kematian. Contoh: Pencemaran silang
bahan atau produk, air murni atau air untuk injeksi tercemar. b.
Berdampak Besar M Adalah kekurangan yang mempengaruhi mutu obat tetapi tidak berdampak
fatal terhadap kesehatan konsumen. Contoh: Peralatan ukur utama tidak dikalibrasi atau diluar batas kalibrasi, penyimpangan dalam proses tidak
didokumentasi dengan benar. c.
Berdampak Kecil m
Universitas Sumatera Utara
Adalah kekurangan yang kecil pengaruhnya terhadap mutu obat dan tidak berdampak terhadap kesehatan konsumen. Contoh: Pembersihan gudang tidak
sesuai jadwal, catatan ditulis dengan pensil. Untuk mendapatkan standar inspeksi diri yang minimal dan seragam, perlu
adanya daftar pemeriksaan yang berisi hal-hal yang diinspeksi meliputi karyawan, sarana, gudang bahan baku dan bahan pengemas, ruang timbang dan penyerahan,
produksi, daerah pengisian, penandaan dan pengemasan, gudang produk jadi, pengawasan mutu, pemeliharaan gedung dan peralatan, dokumentasi dan
rekayasateknik. Tim inspeksi diri minimal 3 orang ahli dibidang yang berlainan dan paham
mengenai CPOB. Anggota tim bisa berasal dari lingkungan perusahaan atau dari luar perusahaan dan bebas dalam memberikan penilaian.
9. Penanganan Keluhan Terhadap Produk, Penarikan Kembali Produk dan Produk Kembalian
Semua keluhan dan informasi lain yang berkaitan dengan kemungkinan terjadi kerusakan obat, dapat bersumber dari dalam maupun dari luar industri, dan
memerlukan penanganan serta pengkajian secara teliti. Produk kembalian adalah produk jadi yang telah keluar dari industri atau
beredar, yang kemudian dikembalikan ke industri karena kerusakan, daluwarsa atau alasan lain misalnya kondisi wadah atau kemasan yang dapat menimbulkan
keraguan akan identitas, mutu, kemanan obat serta kesalahan administratif yang menyangkut jumlah dan jenis.
Penarikan kembali produk jadi berupa penarikan kembali satu atau beberapa bets atau seluruh produk jadi tertentu dari semua mata rantai distribusi.
Penarikan kembali dilakukan apabila ditemukan adanya produk yang tidak
Universitas Sumatera Utara
memenuhi persyaratan kualitas atau atas dasar pertimbangan adanya efek yang merugikan kesehatan, sehingga produk tidak layak untuk diedarkan. Keputusan ini
dapat bersumber dari OPO Otoritas Pengawasan Obat atau dari industri. Keluhan dan laporan dapat menyangkut kualitas, efek samping yang
merugikan atau masalah medis lainnya. Semua keluhan dan laporan hendaklah diselidiki dan dievaluasi serta diambil tindak lanjutnya yang sesuai.
Prosedur dalam menghadapi keluhan terutama tentang kualitas produk adalah sebagai berikut:
a. Membuat laporan keluhan yang lengkap
b. Menetapkan karyawan yang ditugaskan untuk menangani keluhan
c. Melakukan evaluasi dan penelitian dokumen pembuatan dan pengkajian arsip
bets yang bersangkutan d.
Bila perlu melakukan pengujian dan penelitian laboratorium e.
Melaporkan hasil evaluasi dan penelitian f.
Menetapkan tindakan selanjutnya yang meliputi penarikan kembali obat dari pasaran, penghentian peredaran, perbaikan-perbaikan yang diperlukan atau
melakukan penghentian produksi dan peredaran produk jadi yang bersangkutan.
10. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan bagian essensial dalam mengoperasikan suatu industri farmasi agar dapat memenuhi persyaratan CPOB. Sistem dokumentasi
yang dirancang atau digunakan hendaklah mengutamakan tujuannya, yaitu menentukan, memantau dan mencatat seluruh aspek produksi serta pengendalian
dan pengawasan mutu. Untuk memenuhi kebutuhan ini ada berbagai jenis
Universitas Sumatera Utara
dokumen yang diperlukan, antara lain Spesifikasi Dokumen Produksi IndukFormula Pembuatan. Prosedur Tetap Protap, metode dan instruksi,
laporan dan catatan, yang semuanya harus tersedia secara tertulis, dapat dibaca dan dipahami dengan mudah dan bebas dari kekeliruan.
Dokumentasi sangat penting untuk memastikan bahwa setiap tugas mendapat instruksi secara rinci dan jelas mengenai bidang tugas yang harus
dilaksanakan sehingga memperkecil resiko terjadinya salah tafsir dan kekeliruan yang biasanya timbul karena mengandalkan komunikasi lisan saja. Sistem
dokumentasi hendaklah menggambarkan riwayat lengkap dari setiap bets atau lot suatu produk jadi dari awal sampai akhir. Sistem dokumentasi digunakan pula
dalam pemantauan dan pengendalian, misalnya kondisi lingkungan, perlengkapan dan personalia.
Dokumentasi meliputi spesifikasi bahan baku, bahan pengemas, produk antara, produk ruahan dan produk jadi, dokumen produksi, dokumen pengawasan
mutu, dokumen penyimpanan dan distribusi, dokumen pemeliharaan, pembersihan dan pemantauan kondisi ruangan dan peralatan, dokumen penanganan keluhan
terhadap obat, penarikan kembali obat, obat kembalian dan pemusnahan obat, dokumen untuk peralatan khusus, prosedur dan catatan inspeksi diri, dan pedoman
dan catatan pelatihan CPOB bagi karyawan.
11. Pembuatan dan Analisis Berdasarkan Kontrak
Pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak harus dibuat secara benar, disetujui dan dikendalikan untuk menghindari kesalahpahaman yang dapat
menyebabkan produk atau pekerjaan dengan mutu yang tidak memuaskan. Kontrak tertulis antara Pemberi Kontrak dan Penerima Kontrak harus dibuat
Universitas Sumatera Utara
secara jelas untuk menentukan tanggung jawab dan kewajiban masing-masing pihak. Kontrak harus menyatakan secara jelas prosedur pelulusan tiap bets produk
untuk diedarkan yang menjadi tanggung jawab penuh kepala bagian Manajemen Mutu Pemastian Mutu.
Sebelum surat perjanjian kontrak ditandatangani hendaklah Pemberi Kontrak mengaudit calon Penerima Kontrak dengan menggunakan daftar periksa
yang dapat menyimpulkan bahwa calon Penerima Kontrak dapat melakukan pekerjaan pembuatan produk yang akan dikontrakkan dengan memuaskan.
Kontrak dibuat antara Pemberi Kontrak dan Penerima Kontrak dengan menetapkan tanggung jawab masing-masing pihak yang berhubungan dengan
produksi dan pengendalian mutu produk. Aspek teknis dari kontrak hendaklah dibuat oleh personil yang kompeten, yang mempunyai pengetahuan yang sesuai
dibidang teknologi farmasi, analisis dan Cara Pembuatan Obat yang Baik. Semua pengaturan pembuatan dan analisis harus sesuai dengan izin edar dan disetujui
oleh kedua belah pihak.
12. Kualifikasi dan Validasi
Semua perangkat keras dan lunak yang digunakan dalam proses pembuatan obat hendaklah divalidasi. Kegiatan validasi meliputi kualifikasi
personil, peralatan dan sistem, kalibrasi instrumen dan alat ukur, dan validasi prosedur dan proses.
CPOB mensyaratkan industri farmasi untuk mengidentifikasi validasi yang perlu dilakukan sebagai bukti pengendalian terhadap aspek kritis dari kegiatan
yang dilakukan. Perubahan signifikan terhadap fasilitas, peralatan dan proses yang dapat mempengaruhi mutu produk hendaklah divalidasi. Pendekatan dengan
Universitas Sumatera Utara
kajian resiko hendaklah digunakan untuk menentukan ruang lingkup dan cakupan validasi.
a. Kualifikasi