DPD RI Dan Sistem Quasi Bikameral
DPD RI Dan Sistem Quasi Bikameral
Kembali kepada pembahasan buku yang sama karya Jimly Asshiddiqie tadi, ialah seperti telah diketahui bahwa struktur sistem parlemen Indonesia pasca perubahan keempat UUD 1945, dapat dikatakan mengalami perubahan yang eks- trem, dan pada akhirnya dapat dikatakan bersifat trikameral alias terdiri atas tiga kamar atau institusi sekaligus.
Tidak ada satupun negara di dunia ini yang mempunyai struktur parlemen tiga kamar, kecuali Indonesia. Di dunia hanya dikenal kalau tidak satu kamar atau unikameral, tentu struktur yang dianut adalah bikameral atau dua kamar. Sedangkan Tidak ada satupun negara di dunia ini yang mempunyai struktur parlemen tiga kamar, kecuali Indonesia. Di dunia hanya dikenal kalau tidak satu kamar atau unikameral, tentu struktur yang dianut adalah bikameral atau dua kamar. Sedangkan
menunjukkan hal yang berlawanan. MPR. Kedudukan ketiganya sederajat satu sama
Akibatnya, tidak diatur bagaimana meka- lain. Bahkan keberadaan MPR itu sendiri dapat
nisme bagi DPD untuk mengusulkan RUU, terlibat dikatakan merupakan perpanjangan tangan atau
dalam pembahasan RUU bersama pemerintah dan sebagai organ pendukung (auxiliary organ), atau-
DPR, atau mekanisme jika suatu RUU yang disetu- pun sebagai kelengkapan forum yang tersendiri bagi
jui pemerintah dan DPR, tetapi ditolak oleh DPD. DPR dan DPD untuk mengambil keputusan diluar
Dengan menilai demikian, maka dapat disimpulkan kewenangan DPR dan DPD itu sendiri. (Jimly,
atau bahkan terlalu terburu-buru untuk menyatakan 2006)
bahwa Indonesia semata-mata sudah menganut Dilema DPD sebenarnya sudah bisa diduga
sistem parlemen bikameral murni, dan tidak keliru dari hasil amandemen atas konstitusi yang dinilai
pula jikalau hal ini dapat dikatakan seolah-olah oleh banyak kalangan serta para ahli, cenderung
seperti menganut sistem bikameral sejati atau hal ini tambal sulam. Semua ini berpangkal pada tidak
lazim disebut juga dengan quasi bikameral apabila adanya konsistensi para politisi saat menata ulang
menelaah kasus yang sedang dialami oleh DPD RI sistem pemerintahan berikut sistem perwakilan
ini. Opini penulis ini tidak berbeda jauh dengan melalui Panita Ad Hoc I MPR.
yang telah dipaparkan oleh sdr. Mochammad Ilyas Nasib buruk DPD diperparah dengan
dalam wawancara penulis dengan beliau. Undang-Undang Nomor 22 tahun 2003 tentang Susunan Dan Kedudukan Anggota MPR, DPR,
Amandemen Kelima Undang-Undang Dasar
DPD Dan DPRD. Reduksi atas peran dan kewe-
1945 (UUD 1945)
nangan DPD dalam proses legislasi sebenarnya Inilah solusi yang direncanakan untuk tidak hanya terkait Pasal 43 Undang-Undang Susu-
diusulkan dan diharapkan dapat menjadi penye- nan Dan Kedudukan seperti yang dikeluhkan oleh
lesaian serta penuntasan permasalahan yang saat ini DPD, tetapi juga dalam keseluruhan substansi
sedang terjadi didalam sistem kekuasaan legislatif Undang-Undang itu.
di Indonesia. Pemikiran ini digagas atau dimun- Undang-Undang Nomor 22 tahun 2003 itu
culkan oleh para anggota Dewan Perwakilan Dae- cenderung mengatur MPR, DPR, dan DPD secara
rah, dan ide itu kini terus berjalan karena di dukung terpisah, padahal ketiga lembaga itu merupakan satu
oleh Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa DPR RI, kesatuan parlemen yang saling bekerja sama satu
yang pada akhirnya F.PKB ini menjadi motor sama lain. Bahkan juga para ahli telah cenderung
penggerak bagi fraksi-fraksi yang lain di DPR RI menilai bahwa Pasal 22D UUD 1945 dan UU
untuk kemudian mendukung rencana amandemen Susduk inilah penyebab utama pengecilan peran dan
kelima UUD 1945 ini.
fungsi DPD dalam sistem ketatanegaraan Indonesia. Inti dari perlu dilakukannya amandemen Legitimasi anggota DPD RI kuat sebab, dipilih
kelima dari UUD 1945 adalah diterapkannya sistem bikameral secara utuh. Sekarang ini parlemen
80 Lex Jurnalica Vol.5 No. 2, April 2008 80 Lex Jurnalica Vol.5 No. 2, April 2008
memperhatikan kepentingan bangsa dan negara annya peran dari DPD ini masih terbatas. Dalam hal
serta tidak sebaliknya yang pada akhirnya akan ini DPD hanya sekedar memberikan pertimbangan,
menguntungkan para elite politik tersebut. Jadi bukan suatu bentuk sumbangan pemikiran yang bisa
sekali lagi kembali kepada kekonsistenan sikap dari memperkaya setiap keputusan atau kebijakan arah
mereka, apakah akan menjadi pejuang bagi aspirasi politik bagi kehidupan bernegara bangsa Indonesia
rakyat atau berjuang untuk kepentingan dirinya ini.
sendiri atau kelompoknya.
Hanya saja, yang menjadi pertanyaan lebih jauh, bagi penulis adalah untuk apa perubahan itu
Kesimpulan
dilakukan? Perubahan itu harus bisa memperbaiki Amandemen Undang-Undang Dasar 1945 perikehidupan seluruh bangsa ini. Pengalaman
telah menentukan bahwa dalam sistem ketata- inilah yang patut untuk dipetik dalam menghadapi
negaraan Indonesia, diatur kedudukan antara keinginan untuk melakukan amandemen kelima.
Dewan Perwakilan Rakyat dan Dewan Perwakilan Tanpa disertai persiapan yang matang, terutama
Daerah adalah sama, namun masing-masing mem- bagaimana mengaplikasikan perubahan yang akan
punyai kewenangan sendiri, dengan Dewan Per- dibuat, dan karenanya juga pada elite politik jangan
wakilan Rakyat mewakili Pusat, sedangkan Dewan terjebak pada kesalahan yang sama, karena peru-
Perwakilan Daerah mewakili Daerah pemilihannya, bahan harus disertai dengan komitmen serta sikap
namun bersama dengan Dewan Perwakilan Rakyat konsisten untuk melaksanakan hasil perubahan
membahas Rancangan Undang-Undang Otonomi tersebut dimasa mendatang.
Daerah, Perimbangan Keuangan Pusat-Daerah, dan Opini masyarakat sekarang ini yang dibu-
lain-lain.
tuhkan bukanlah sekedar perubahan dalam sisi Kedudukan DPD RI ini pada sesungguhnya perundang-undangan, yang jauh lebih penting
memang memiliki kedudukan yang setara dengan adalah perubahan dalam sikap, dalam perilaku
DPR RI, hal ini sesuai dengan yang dinyatakan dengan pemahaman bahwa sistem demokrasi yang
dalam Pasal 2 Ayat (1) dan Pasal 22 Undang- telah diterapkan di negara indonesia ini harus mem-
Undang Dasar 1945. Namun disisi lain dalam Pasal buat kekuasaan itu melayani, bukan sebaliknya,
22 UUD 1945 ini sendiri, khususnya pada pasal 22 minta dilayani, karena perubahan Undang-Undang
D dan juga dalam Undang-Undang Susunan Dan Dasar ini menentukan masa depan bangsa dan
Kedudukan (UU Susduk) ini justru malah terjadi negara juga.
pembatasan pengaturan kewenangan dari DPD itu Disinilah sebenarnya ujian bagi para elite
sendiri, dan akibatnya dalam kenyataan serta prak- politik kita, apakah mereka memang benar-benar
teknya saat ini DPD tidak dapat melaksanakan tu- memiliki komitmen dan itikad yang baik dalam
gas-tugas dan fungsi kelembagaannya secara mak- membuat suatu keputusan serta kebijakkan pera-
simal, karena faktor utama dari sistem peraturan turan undang-undang atau hukum, dan juga apakah
Lex Jurnalica Vol.5 No. 2, April 2008 81 Lex Jurnalica Vol.5 No. 2, April 2008 81
Pemberdayaan Ekonomi Dengan melihat adanya keterbatasan hak
Lembaga
Kerakyatan, Jakarta, 2001. dan kewenangan yang dialami oleh DPD RI serta
DPD RI, ”Untuk Apa DPD RI”, Kelompok Penerbit tidak optimalnya lembaga ini dalam menjalankan
DPD RI, Jakarta, 2006. tugas dan fungsinya secara maksimal seperti telah
Morrissan, ”Hukum Tata Negara RI Era disebutkan tadi, maka dapat disimpulkan atau bah-
Reformasi ”, Ramdina Prakarsa, Jakarta, kan terlalu terburu-buru untuk menyatakan bahwa
2005.
Indonesia semata-mata sudah menganut sistem Martosoewigno, Sri Soemantri, ”Undang-Undang parlemen bikameral murni, dan tidak keliru pula
dan Aspek-Aspek jikalau hal ini dapat dikatakan seolah-olah seperti
Dasar
1945
Perubahannya”, Unpad Press, Bandung, menganut sistem parlemen bikameral sejati atau hal
2003.
ini lazim disebut juga dengan quasi bikameral Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat dalam sistem ketatanegaraan Indonesia, apabila
Republik Indonesia Nomor: IV/MPR/2000 menelaah kasus yang dialami oleh DPD RI ini.
Tentang ”Rekomendasi Kebijakan Dalam Penyelenggaraan
Otonomi Daerah ”,
Daftar Pustaka
Sekretariat Jenderal MPR RI, Jakarta, 2000. Asshiddiqie, Jimly, “Permulaan Peran Pemerintah
Pide, Andi Mustari, ”Otonomi Daerah dan Kepala dan Parlemen dalam Sejarah: Telaah
Daerah Memasuki Abad XXI ”, Gaya Perbandingan Konstitusi Berbagai Negara ”,
Media Pratama, Jakarta, 1999. UI-Press, Jakarta, 1996.
“Otonomi Daerah, Masalah, -----------, “Menuju Struktur Parlemen Dua Kamar”,
Pheni, Khalid,
Pemberdayaan, dan Konflik ”, Kemitraan Makalah di sampaikan dalam Seminar
Partnership, Jakarta, 2004. Nasional Tentang Bikameralisme yang
Tobing, Jakob, ”Risalah Rapat Paripurna Ke-7 diselenggarakan oleh Forum Rektor
Sidang Tahunan MPR RI ”, Setjend MPR Indonesia bekerjasama dengan National
RI, Jakarta, 2001.
Democratic Institute, Medan, 2001. Santoso, Purwo, “Aktualisasi Perwakilan Daerah”, -----------, ”Perkembangan dan Konsolidasi
Makalah Focus Group Discussion, UGM Lembaga Negara Pasca Reformasi ”,
Press, Yogyakarta, 2003. Konstitusi Press, Jakarta, 2006.
Syafrudin, Ateng, ”Pasang Surut Otonomi Daerah Azra, Azyumardi, ”Demokrasi, HAM dan
Di Indonesia ”, Bina Cipta, Bandung, 2003. Masyarakat Madani ”, Tim ICCE UIN Jakarta, 2003.
82 Lex Jurnalica Vol.5 No. 2, April 2008