Analisa Korelasi

2. Analisa Korelasi

Pengujian dengan Korelasi Spearman menunjukkan bahwa variabel Komitmen mempunyai korelasi positif yang cenderung lemah sebesar 0,378 dengan variabel Fokus Pengunjung. Dari tabel 4 terlihat bahwa hubungan antara variabel Benchmarking dan Fokus Pengunjung memiliki keeratan positif yang cukup tinggi. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa jika pihak manajemen melakukan perbaikan pada benchmark Tahura maka aktivitas fokus pada pengunjung pun harus dilakukan karena keduanya memiliki hubungan yang erat dan positif.

Tabel 4. Hasil Uji Korelasi dengan Spearman Corellation

Correlations

KOMITMENPELANGGANBENCHMARK TRAINING SEJAHTERAPARTISIPASI KOMITMEN

Pearson Correlation

.002 -.116 -.227 Sig. (2-tailed)

35 35 35 35 35 35 PELANGGAN Pearson Correlation

.002 .195 .258 Sig. (2-tailed)

35 35 35 35 35 35 BENCHMARK Pearson Correlation

1 .042 -.112 .291 Sig. (2-tailed)

Pearson Correlation

1 .286 -.390* Sig. (2-tailed)

35 35 35 35 35 35 SEJAHTERA Pearson Correlation

.286 1 .000 Sig. (2-tailed)

35 35 35 35 35 35 PARTISIPASI Pearson Correlation

-.390* .000 1 Sig. (2-tailed)

35 35 35 35 35 35 *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

3. Analisa Faktor

Pengujian statistika dengan analisa faktor menemukan bahwa variabel fokus pada karyawan dan variabel kepuasan pengunjung terbagi menjadi 2 faktor yang berbeda. Hal in dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 5. Uji KMO dan Bartlett

KMO and Bartlett's Test

Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy.

.500 Bartlett's Test of

61.638 Sphericity

Approx. Chi-Square

Dari tabel di atas terlihat angka KMO Measure of Sampling Adequacy (MSA) adalah sebesar 0,5. Oleh karena angka tersebut lebih besar sama dengan 0,5 maka kumpulan variabel dapat diproses lebih lanjut.

Tabel 6. Total Variance Explained

Total Variance Explained

Initial Eigenvalues Rotation Sums of Squared Loadings Component

Total % of Variance Cumulative %

% of Variance Cumulative % 1 1.965

Extraction Method: Principal Component Analysis.

Dari tabel di atas terlihat bahwa terbentuk dua buah faktor yang menjelaskan variabel Fokus pada Karyawan, dimana faktor 1 dapat menjelaskan variabel Fokus pada Karyawan sebesar 39,302 persen dan faktor 2 dapat menjelaskan variabel Fokus pada Karyawan sebesar 35,956 persen.

Tabel 7. Rotated Component Matrix

Rotated Component Matrix

Extraction Method: Principal Component Analysis. Rotation Method: Varimax with Kaiser Normalization.

a. Rotation converged in 3 iterations.

Dari tabel di atas terlihat bahwa variabel Employ1, Employ 4 dan Employ 5 membentuk Faktor 1 sedangkan variabel Employ 2 dan Employ 3 membentuk Faktor 2. Kemudian dari tabel operasionalisasi variabel Faktor 1 dinamakan Faktor Kesejahteraan Karyawan dan Faktor 2 dinamakan Faktor Partisipasi Karyawan.

Selanjutnya dari hasil pengujian dengan analisa faktor ditemukan bahwa variabel Kepuasan Pengunjung membentuk dua faktor. Hasil pengujian dengan KMO Measure of Sampling Adequacy (MSA) pada Tabel 8 menunjukkan nilai 0,645 sehingga variabel dapat diproses lebih lanjut.

Tabel 8. Uji KMO dan Bartlett 2 Faktor

KMO and Bartlett's Test

Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy.

Bartlett's Test of

Approx. Chi-Square

Lalu dari Tabel 9 terlihat bahwa faktor 1 dapat menjelaskan variabel Kepuasan Pengunjung sebesar 47,701 persen sedangkan faktor 2 dapat menjelaskan varaiabel Kepuasan Pengunjung sebesar 19,750 persen.

Tabel 9. Total Variance Explained 2 Faktor

Total Variance Explained

Initial Eigenvalues action Sums of Squared Loaditation Sums of Squared Loadin Compone Total% of Variancumulative %Total% of Variancumulative %Total% of Variancumulative % 1 2.862

6 .249 4.149 100.000 Extraction Method: Principal Component Analysis.

Dari Tabel 10 terlihat bahwa variabel Service1, Service5 dan Service6 termasuk dalam Faktor 1 dan variabel Service2, Service3 dan Service4 termasuk dalam Faktor 2. Dari tabel operasionalisasi variabel, Faktor 1 dinamakan Faktor Kualitas Pelayanan dan Faktor 2 disebut Faktor Instrumen Pelayanan.

Tabel 10. Rotated Component Matrix 2 Faktor

Rotated Component Matrix

Extraction Method: Principal Component Analysis. Rotation Method: Varimax with Kaiser Normalization.

a. Rotation converged in 3 iterations.

4. Analisa Regresi

Dari Tabel 11 terlihat bahwa nilai R square adalah sebesar 0,703, hal ini berarti sekitar 70,3 persen TQM dipengaruhi oleh variabel komitmen manajemen, fokus pada pengunjung, benchmark, pelatihan karyawan dan fokus pada karyawan.

Tabel 11. Hasil Analisa Regresi

Model Summary b

Change Statistics Adjusted Std. Error of R Square Mode

R R Square R Square he Estimate ChangeF Change df1 df2 ig. F Change 1 .703 a .494

6 28 .002 a. Predictors: (Constant), mdemploy2, mdemploy1, mdtopmgt, mdbench, mdtrain, mdcust

b. Dependent Variable: TQM

Dari Tabel 12 terlihat bahwa F hitung memiliki nilai sebesar 4,549 dengan tingkat signifikansi 0,002. Oleh karenanya, kelima variabel dalam penelitian ini dapat digunakan untuk memprediksi TQM pada Tahura WAR.

Tabel 12. Hasil Analisa Regresi

ANOVA b

Sum of

Model

F Sig. 1 Regression

Squares

df Mean Square

4.549 .002 a Residual

a. Predictors: (Constant), mdemploy2, mdemploy1, mdtopmgt, mdbench, mdtrain, mdcust b. Dependent Variable: TQM

Hasil pengujian statistik dengan menggunakan SPSS 13.00 menemukan bahwa komitmen manajemen puncak mempunyai korelasi positif yang lemah terhadap variabel TQM, yaitu sebesar 0,084 dan pengaruhnya terhadap variabel TQM juga tidak signifikan. Hipotesis H1 yang diujikan ternyata tidak mempunyai data yang cukup untuk mendukung hipotesis tersebut (Tabel 13).

Selanjutnya, variabel fokus pada pelanggan memiliki hubungan negatif yang lemah dengan variabel TQM Hal ini berarti fokus pada pelanggan ditingkatkan maka komitmen pada manajemen puncak malah menurun dan sebaliknya.

Korelasi yang lemah ini menyebabkan variabel fokus pelanggan ternyata tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel TQM. Dengan kata lain, hipotesis H2 tidak mempunyai cukup data yang mendukung untuk diterima.

Dari hasil pengujian dengan analisa regresi ditemukan bahwa variabel benchmark mempunyai korelasi negatif sebesar 0,064 dengan variabel TQM. Hal ini menyebabkan variabel benchmark tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel TQM. Oleh karena itu hipotesis H3 tidak mempunyai data yang mendukung untuk diterima.

Pengujian dengan Pearson Correlations antara variabel pelatihan karyawan dengan variabel TQM menemukan adanya korelasi positif yang cukup kuat, yaitu sebesar 0,340. Hal ini menyebabkan variabel pelatihan karyawan memiliki pengaruh yang cukup signifikan terhadap variabel TQM.

Tabel 13. Hasil Uji Pearson

Correlations

mdtrain mdemploy1 mdemploy2 Pearson Correlation TQM

.002 -.116 -.227 mdcust

.042 -.112 .291 mdtrain

1.000 .286 -.390 mdemploy1

-.390 .000 1.000 Sig. (1-tailed)

TQM 35 35 35 35 35 35 35 mdtopmgt

35 35 35 35 35 35 35 Variabel fokus pada karyawan memiliki korelasi positif yang cukup kuat

terhadap variabel TQM. Artinya, jika fokus pada karyawan ditingkatkan baik secara kesejahteraan maupun partisipasi dalam pengambikan keputusan maka TQM akan meningkat pula. Dalam hal ini hipotesis H5 ternyata memiliki data yang cukup mendukung untuk diterima.

Selanjutnya pada pengujian tentang pengaruh kinerja jasa terhadap kinerja secara keseluruhan diperoleh korelasi positif yang kuat antara kinerja jasa Selanjutnya pada pengujian tentang pengaruh kinerja jasa terhadap kinerja secara keseluruhan diperoleh korelasi positif yang kuat antara kinerja jasa

Demikian pula hubungan yang terjadi antara variabel kualitas jasa dan kinerja secara keseluruhan memiliki korelasi positif yang cukup kuat sebesar 0,575 dengan tingkat signifikansi lebih kecil dari 0,05. Karena tingkat signifikansi yang diperoleh lebih kecil dari 0,05 berarti hipotesis H7 diterima.

Pengujian hubungan antara variabel Kepuasan Pengunjung dengan kinerja secara keseluruhan memiliki angka korelasi sebesar 0,439 dengan tingkat signifikansi di bawah 0,05. Hal ini berarti hipotesis H8 dapat diterima.

Sedangkan hubungan yang terjadi antara variabel TQM dan Kinerja secara Keseluruhan ternyata memiliki korelasi negatif sebesar 0,218 dengan tingkat signifikansi di atas 0,05. Korelasi yang negatif ini menjelaskan bahwa apabila kinerja secara keseluruhan meningkat maka TQM malah menurun dan sebaliknya. Tingkat signifikansi yang cenderung di atas 0,05 menyebabkan hipotesis H9 tidak mempunyai data yang cukup mendukung untuk dapat diterima.