Karateristik Wirausawan (Entrepneurship)

2.2 Karateristik Wirausawan (Entrepneurship)

Wirausawan yang sukses memiliki mutu yang membedakan mereka dari orang lain pada umumnya. Menurut Harper (1991; dalam Yusuf, 1996) mutu tersebut meliputi suka mencari peluang, berorientasi ke depan, marker-driven dan berorientasi konsumen, realistik, tidak mudah bosan dan ulet atau pantang menyerah.

Menjadi wirausaha profesional harus memenuhi kriteria keungulan (Sutrisno, 2002). Adapun ciri dari kriteria tersebut adalah sebagai berikut:

a. Berani mengambil resiko serta mampu memperhitungkannya.

b. Selalu berusaha mencapai dan menghasilkan karya yang lebih baik untuk customers , masyarakat, bangsa dan negara.

c. Antisipasif terhadap perubahan dan akomodatif terhadap lingkungan.

d. Kreatif mencari dan menciptakan peluang pasar dan meningkatkan produktivitas dan efisiensi.

e. Selalu berusaha meningkatkan keunggulan dan citra perusahaan melalui inovasi diberbagai bidang.

Sementara itu menurut G.Meredith, et.al (1996; dalam Sutrisno, 2002) mengemukakan bahwa para wirausaha adalah orang-orang yang mempunyai kemampuan melihat dan menilai kesempatan-kesempatan yang ada; mengumpulkan sumber-sumber daya yang dibutuhkan guna mengambil keuntungan daripadanya dan mengambil tindakan yang tepat guna. Para wirausaha adalah individu-individu yang berorientasi kepada tindakan, dan bermotivasi tinggi yang mengambil risiko dalam mencapai tujuannya. Ciri-ciri tersebut adalah :

a. Berorientasi tugas dan hasil, seperti : kebutuhan akan prestasi, berorientasi laba, ketekunan dan ketabahan, tekad, kerja keras, mempunyai dorongan kuat, energik, dan inisiatif.

b. Pengambil resiko, seperti: kemampuan mengambil resiko, suka pada tantangan.

c. Kepemimpinan, seperti: bertingkah laku sebagai pemimpin, dapat bergaul dengan orang lain, menerima saran-saran dan kritik.

d. Keorisinilan, seperti: inovatif dan kretif, fleksibel.

e. Berorientasi ke masa depan, seperti: perspektif dan mempunyai pandangan kedepan.

Sedangkan menurut Hellriegel dan Slocum (1992; dalam Yusuf, 1996) seorang wirausaha yang sukses juga memiliki karateristik (personal atribut) seperti: keinginan untuk maju, ingin independen, tidak ingin bekerja pada orang lain, percaya diri (self eficacy), orientasi ke masa depan, mengharapkan penghasilan yang besar, berani berkorban dan toleran pada sesuatu yang belum menentu.

Menurut Longenecker et.al (2000), karateristik entrepneur adalah:

a. Kebutuhan akan keberhasilan; orang yang memiliki tingkat kebutuhan keberhasilan yang tinggi senang bersaing dengan standar keunggulan dan memiliki untuk bertanggung jawab secara pribadi atas tugas yang dibebankan kepadanya. Wirausaha adalah peraih keberhasilan tingkat tinggi. Dorongan untuk keberhasilan tersebut tampak dalam pribadi yang ambisius yang memulai usaha barunya dan kemudian mengemabangkan usaha tersebut pada orang-orang tertentu.

b. Keinginan untuk mengambil resiko; resiko yang diambil oleh entrepneur didalam memulai dan atau menjalankan usahanya berbeda-beda. Misalnya resiko berinvestasi uang miliknya, meninggalkan pekerjaannya, dan mempertaruhkan karirnya. Tantanagan dan waktu yang dibutuhkan untuk memulai dan menjalankan usahanya juga mendatangkan resiko bagi keluarganya. Wirausaha yang mengidentifikasikan secara teliti kegiatan usahanya , menerima resiko fisik sebagaimana mereka menghadapi kemungkinan terjadinya kegagalan. McClelland (dalam Longenecker et.al , 2000) menemukan bahwa orang cenderung dengan kebutuhan yang tinggi akan keberhasilan juga memiliki kecenderungan untuk mengambil resiko yang moderat. Para ahli menemukan bahwa para wirausaha terdapat keinginan yang lebih besar mengambil resiko dari pada manajer profesional

c. Percaya diri; orang yang percaya pada dirinya sendiri, yang mengakui adanya masalah didalam pembauatan usaha baru, tapi mempercayai kemampuan dirinya untuk mengatasi masalah tersebut.

d. Keinginan yang kuat untuk berusaha; seorang wirausaha mempeerhatikan tingkat keingintahuannya atau keinginan yang kuat untu berusaha dengan tujuan apapun, menciptakan ketabahan dan kemauan untuk bekerja keras.

Ciri-ciri Intrapreneurship (menurut Moko, 2005)

a. Menginginkan adanya akses ke seluruh resource perusahaan.

b. Berorientasi pada pencapaian Tujuan

c. Motivasi kerja yang Tinggi

d. Responsif terhadap reward yang diberikan.

e. Berpikir jauh ke depan

f. Bekerja secara terencana,terstruktur, dan sistematik

g. Bersedia bekerja susah

h. Memiliki kemampuan untuk menyelesaikan pekerjaan

i. Memiliki self-esteem dan self eficacy yang tinggi j. Berani Mengambil resiko k. Berkemampuan menjual ide atau gagasan pada pihak lain. l. Memiliki intuisi bisnis yang tinggi m. Sensitif terhadap situasi dan kondisi internal dan eksternal perusahaan. n. Berkemampuan bersosialisasi pada stakeholders o. Cermat, Sabar dan cukup Kompromis

Penelitian kewirausahaan yang dilakukan selama ini banyak terfokus pada pengusaha laki-laki. Hal ini disebabkan jumlah perempuan pengusaha lebih sedikit dan mayoritas bergerak dalam bisnis skala kecil atau temporer (Drucker, 1988 ). Namun semanjak tahun 80-an jumlah wanita karir dan wanita pengusaha telah meningkat tajam dan sejak itu perempuan bekerja mulai menjadi topik penelitian menarik.

Sebagaimana pendapat Stain (1989 :240), Bahwa dibanding laki-laki , perempuan cenderung lebih menonjol dalam pergaulan (people oriented). Bahwa eksekutip perempuan memiliki hubungan interpersonal yang lebih intens dengan mitra kerja atau karyawan dibanding dengan laki-laki. Perempuan lebih Sebagaimana pendapat Stain (1989 :240), Bahwa dibanding laki-laki , perempuan cenderung lebih menonjol dalam pergaulan (people oriented). Bahwa eksekutip perempuan memiliki hubungan interpersonal yang lebih intens dengan mitra kerja atau karyawan dibanding dengan laki-laki. Perempuan lebih

Selain itu dalam orientasi masa depan (future oriented), Hofstee (1989) berpendapat bahwa perempuan cenderung lebih berpandangan ke masa depan ketika membuat suatu keputusan dan bertindak ketimbang lakilaki, perempuan memiliki ketajaman dalam meramal keadaan dan cenderung sebagai “pemain yang mencari aman” (self player). Selain itu, pengusaha perempuan cenderung mengutamakan keamanan keluarga dan kontrol diri mereka.

Perbedaan jenis kelamin bukanlah hal yang unik, namun memiliki bakat alam yang memotivasi mereka menekuni MLM dan berjuang melawan arus perbedaan gender.