APLIKASI TEORI POLITIK ISLAM PERSPEKTIF KAIDAH-KAIDAH FIKIH
APLIKASI TEORI POLITIK ISLAM PERSPEKTIF KAIDAH-KAIDAH FIKIH
Mustofa Hasan
Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan Gunung Djati Bandung Jl. Raya Cipadung No. 105 Ujung Berung Bandung 40614 Email: [email protected]
Abstract: Application of Islamic Political Theory in the Perspective of Islamic Legal Norm. In Islamic politics (fiqh al-siyâsah), one of the material studies is a power. In brief, the Islamic politics includes constitutional law, administrative law, international law, and economic law. In view of the relation, on the other hand, it discusses on the relationship of people and the leader as a concrete ruler in a country, inter-nation, or in their national and international economic policy. In Islamic politics, there are many theories formulated by some moslem scholars that become guide in a practice. Besides, this Islamic jurisprudence theory, as its real advantage, will gather the problems that have same reason. This theory also will make easy to social life in political activities. This article is aimed at describing 12 Islamic legal norms which relevantly should be applied now and in the future.
Keywords:, Islamic politics, Islamic legal norm, interest, mafsadat Abstrak: Aplikasi Teori Politik Islam Perspektif Kaidah-kaiadah Fikih. Dalam fikih siyasah, di antara objek bahasan
utamanya tentang kekuasaan. Jika disederhanakan, fikih siyasah meliputi hukum tata negara, administrasi negara, hukum internasional, dan hukum ekonomi. Dan jika dilihat dari sisi hubungan, fikih siyasah berbicara tentang hubungan antara rakyat dan pemimpinnya sebagai penguasa yang konkrit di dalam suatu negara atau antar negara atau dalam kebijakan-kebijakan ekonominya baik berskala nasional maupun internasional. Dalam politik Islam, terdapat beberapa teori yang telah dirumuskan oleh para ulama fikih terdahulu untuk dijadikan panduan dalam tataran praktisnya. Selain itu, sesuai dengan kegunaan kaidah-kaidah fikih yang di antaranya dapat mengelompokkan masalah-masalah yang sejenis dan memiliki kesamaan illat/motif, maka tentu dengan adanya kaidah-kaidah fikih bidang siyasah akan memudahkan umat yang hidup di belakang hari dalam melakukan aktifitas politiknya Dalam tulisan ini, diuraikan dua belas kaidah-kaidah fikih yang penting dan relevan untuk diaplikasikan pada masa kini dan mendatang.
Kata kunci: politik Islam, kaidah-kaidah fikih, maslahat, mafsadat
hikmah. Pendahuluan 1 Siyasah secara garis besarnya terbagi Siyasah dalam peradaban kaum muslim
menjadi dua yaitu siyasah wadh`iyyah ialah siyasah mengatur berbagai bentuk tentang tata cara
yang dikenal berdasarkan kepada pengalaman memimpin, dan membangun pemerintahan.
sejarah dan adat masyarakat dalam mengatur Peradaban Islam tidak akan dapat tegak sempurna
hidup manusia bermasyarakat dalam negara. tanpa adanya negara yang cocok baginya, yaitu
Yang kedua, siyasah syar`iyyah yaitu siyasah negara khilafah Islamiyah. Sistem politik Islam yang
yang berdasarkan syara` yang mengikut etika disebut dengan siyasah dipandang sebagai sebuah
agama, moral dan memperhatikan prinsip-prinsip proses yang tidak pernah selesai. Ia senantiasa
umum syariat dalam mengatur manusia hidup terlibat dalam pergulatan sosial dan budaya. 2 bermasyarakat dan bernegara dalam Islam. Akan
Fakta tersebut berlangsung selama perjalanan tetapi dalam hal ini, Islam lebih mengacu pada sejarah umat Islam. Meskipun demikian, nilai
siyasah syar`iyyah dari pada siyasah wadh`iyyah, siyasah tidak serta merta menjadi relatif karena ia
karena dianggap bertentangan dengan ajaran memiliki kemutlakan yang terkait keharusan untuk
mewujudkan keadilan, rahmat, kemaslahatan dan 1
A. Djazuli, Fiqh Siyasah, (Jakarta: Prenada Media. 2003), h. 1. 2 A. Djazuli, Fiqh Siyasah, h. 44.
MADANIA Vol. XVIII, No. 1, Juni 2014 MADANIA Vol. XVIII, No. 1, Juni 2014 MADANIA Vol. XVIII, No. 1, Juni 2014 Islam sehingga kurang diterima keberadaanya Islam sehingga kurang diterima keberadaanya Islam sehingga kurang diterima keberadaanya
rupakan nilai dasar fikih siyasah syar`iyyah. Dalam rupakan nilai dasar fikih siyasah syar`iyyah. Dalam rupakan nilai dasar fikih siyasah syar`iyyah. Dalam oleh kaum muslimin. oleh kaum muslimin. oleh kaum muslimin.
kedudukanya sebagai kepala negara, kebijakan kedudukanya sebagai kepala negara, kebijakan kedudukanya sebagai kepala negara, kebijakan Siyasah di dalamnya juga mengatur hubungan Siyasah di dalamnya juga mengatur hubungan Siyasah di dalamnya juga mengatur hubungan
Rasulullah saw. merupakan pelaksanaan fikih Rasulullah saw. merupakan pelaksanaan fikih Rasulullah saw. merupakan pelaksanaan fikih antara manusia dengan manusia, manusia dengan antara manusia dengan manusia, manusia dengan antara manusia dengan manusia, manusia dengan
siyasah syar`iyyah. Salah satu contohnya adalah siyasah syar`iyyah. Salah satu contohnya adalah siyasah syar`iyyah. Salah satu contohnya adalah lembaga, lembaga dengan lembaga, maupun lembaga, lembaga dengan lembaga, maupun lembaga, lembaga dengan lembaga, maupun
kebijakan yang dibuat Rasululllah saw. berkenaan kebijakan yang dibuat Rasululllah saw. berkenaan kebijakan yang dibuat Rasululllah saw. berkenaan negara dengan negara dengan ketentuan syariat negara dengan negara dengan ketentuan syariat negara dengan negara dengan ketentuan syariat
dengan persaudaraan intern kaum muslimin antara dengan persaudaraan intern kaum muslimin antara dengan persaudaraan intern kaum muslimin antara Islam. Mayoritas ulama sepakat mengenai ke- Islam. Mayoritas ulama sepakat mengenai ke- Islam. Mayoritas ulama sepakat mengenai ke-
kelompok Muhajirin dengan kelompok Anshar. kelompok Muhajirin dengan kelompok Anshar. kelompok Muhajirin dengan kelompok Anshar. harusan menyelenggarakan siyasah berdasarkan harusan menyelenggarakan siyasah berdasarkan harusan menyelenggarakan siyasah berdasarkan
Kemudian perjanjian ekstern antara komunitas Kemudian perjanjian ekstern antara komunitas Kemudian perjanjian ekstern antara komunitas syara`. Siyasah atau pemerintahan sudah ada syara`. Siyasah atau pemerintahan sudah ada syara`. Siyasah atau pemerintahan sudah ada
muslim dengan komunitas non muslim. muslim dengan komunitas non muslim. muslim dengan komunitas non muslim. pada masa kepemimpinan Rasulullah saw. Siyasah pada masa kepemimpinan Rasulullah saw. Siyasah pada masa kepemimpinan Rasulullah saw. Siyasah
Persoalan siyasah yang pertama dihadapi Persoalan siyasah yang pertama dihadapi Persoalan siyasah yang pertama dihadapi syar`iyyah dalam Islam yang berkenaan dengan syar`iyyah dalam Islam yang berkenaan dengan syar`iyyah dalam Islam yang berkenaan dengan
kaum muslimin setelah Rasulullah wafat adalah kaum muslimin setelah Rasulullah wafat adalah kaum muslimin setelah Rasulullah wafat adalah pola hubungan antar manusia yang menuntut pola hubungan antar manusia yang menuntut pola hubungan antar manusia yang menuntut
suksesi politik. Pada masa Khulafaur rasyidin suksesi politik. Pada masa Khulafaur rasyidin suksesi politik. Pada masa Khulafaur rasyidin terbagi menjadi tiga, yaitu siyasah dusturiyah, terbagi menjadi tiga, yaitu siyasah dusturiyah, terbagi menjadi tiga, yaitu siyasah dusturiyah,
dikenal berbagai mekanisme penetapan kepala dikenal berbagai mekanisme penetapan kepala dikenal berbagai mekanisme penetapan kepala dauliyah, dan maliyah. dauliyah, dan maliyah. dauliyah, dan maliyah. 3 3 3 negara yang dikenal dengan sebutan khalifah negara yang dikenal dengan sebutan khalifah negara yang dikenal dengan sebutan khalifah dan dengan berbagai kriteria yang sesuai dan dengan berbagai kriteria yang sesuai dan dengan berbagai kriteria yang sesuai
Siyasah dalam Perspektif Sejarah Siyasah dalam Perspektif Sejarah Siyasah dalam Perspektif Sejarah
dengan sosio historis yang ada. Sebab sebelum dengan sosio historis yang ada. Sebab sebelum dengan sosio historis yang ada. Sebab sebelum Sejarah awal berdirinya suatu negara Islam Sejarah awal berdirinya suatu negara Islam Sejarah awal berdirinya suatu negara Islam
Rasulullah wafat, beliau belum menentukan siapa Rasulullah wafat, beliau belum menentukan siapa Rasulullah wafat, beliau belum menentukan siapa adalah pada masa kepemimpinan Nabi Muhammad adalah pada masa kepemimpinan Nabi Muhammad adalah pada masa kepemimpinan Nabi Muhammad
yang akan menggantikannya. Setelah Rasulullah yang akan menggantikannya. Setelah Rasulullah yang akan menggantikannya. Setelah Rasulullah saw. Dalam kepemimpinan Rasulullah, siyasah saw. Dalam kepemimpinan Rasulullah, siyasah saw. Dalam kepemimpinan Rasulullah, siyasah
wafat, pengendalian dan pengarahan kaum wafat, pengendalian dan pengarahan kaum wafat, pengendalian dan pengarahan kaum muslimin dipegang oleh sahabat Abu Bakar. muslimin dipegang oleh sahabat Abu Bakar. muslimin dipegang oleh sahabat Abu Bakar. 5 5 syar`iyyah telah dilaksanakan untuk mengatur 5 syar`iyyah telah dilaksanakan untuk mengatur syar`iyyah telah dilaksanakan untuk mengatur
dan mengarahkan umatnya menuju tatanan sosial dan mengarahkan umatnya menuju tatanan sosial dan mengarahkan umatnya menuju tatanan sosial Sejarah menunjukkan bahwa khalifah berfungsi Sejarah menunjukkan bahwa khalifah berfungsi Sejarah menunjukkan bahwa khalifah berfungsi budaya yang diridhai Allah Swt. Pemerintahan Nabi budaya yang diridhai Allah Swt. Pemerintahan Nabi budaya yang diridhai Allah Swt. Pemerintahan Nabi
sebagai pemimpin agama dan negara. Pada masa sebagai pemimpin agama dan negara. Pada masa sebagai pemimpin agama dan negara. Pada masa Muhammad di Madinah merupakan suatu negara Muhammad di Madinah merupakan suatu negara Muhammad di Madinah merupakan suatu negara
kepemimpinan khalifah empat pertama, sejarah kepemimpinan khalifah empat pertama, sejarah kepemimpinan khalifah empat pertama, sejarah yang memenuhi persyaratan-persyaratan negara yang memenuhi persyaratan-persyaratan negara yang memenuhi persyaratan-persyaratan negara
mencatat bahwa fungsi khalifah hanya sebagai mencatat bahwa fungsi khalifah hanya sebagai mencatat bahwa fungsi khalifah hanya sebagai dalam sistem pemerintahan dan ketatanegaraan di dalam sistem pemerintahan dan ketatanegaraan di dalam sistem pemerintahan dan ketatanegaraan di
pemimpin negara, terutama setelah munculnya pemimpin negara, terutama setelah munculnya pemimpin negara, terutama setelah munculnya zaman modern yang memiliki wilayah kekuasaan, zaman modern yang memiliki wilayah kekuasaan, zaman modern yang memiliki wilayah kekuasaan,
konsep sultan dan syaikh. konsep sultan dan syaikh. konsep sultan dan syaikh. 6 6 6
penduduk, pemerintahan, rakyat, dan konstitusi. penduduk, pemerintahan, rakyat, dan konstitusi. penduduk, pemerintahan, rakyat, dan konstitusi. 4 4 4
Pengertian Siyasah dan Macamnya Pengertian Siyasah dan Macamnya Pengertian Siyasah dan Macamnya
Fakta sejarah yang tidak dapat diingkari Fakta sejarah yang tidak dapat diingkari Fakta sejarah yang tidak dapat diingkari
oleh siapa pun adalah setelah timbulnya dakwah oleh siapa pun adalah setelah timbulnya dakwah oleh siapa pun adalah setelah timbulnya dakwah Siyasah berasal dari kata Siyasah berasal dari kata Siyasah berasal dari kata Islam, kemudian terbentuk bangunan masyarakat Islam, kemudian terbentuk bangunan masyarakat Islam, kemudian terbentuk bangunan masyarakat
(mengatur, mengendalikan, mengurus, atau (mengatur, mengendalikan, mengurus, atau (mengatur, mengendalikan, mengurus, atau baru yang mempunyai identitas independen yang baru yang mempunyai identitas independen yang baru yang mempunyai identitas independen yang
membuat keputusan), atau membuat keputusan), atau membuat keputusan), atau (mengatur (mengatur (mengatur membedakannya dari masyarakat lain. Mengakui membedakannya dari masyarakat lain. Mengakui membedakannya dari masyarakat lain. Mengakui
kaum, memerintah dan memimpinnya). Karena kaum, memerintah dan memimpinnya). Karena kaum, memerintah dan memimpinnya). Karena satu undang-undang, menjalankan kehidupannya satu undang-undang, menjalankan kehidupannya satu undang-undang, menjalankan kehidupannya
itu, berdasarkan pengertian bahasa, siyasah itu, berdasarkan pengertian bahasa, siyasah itu, berdasarkan pengertian bahasa, siyasah sesuai dengan sistem yang satu, menuju kepada sesuai dengan sistem yang satu, menuju kepada sesuai dengan sistem yang satu, menuju kepada
berarti pemerintahan, pengambilan keputusan, berarti pemerintahan, pengambilan keputusan, berarti pemerintahan, pengambilan keputusan, tujuan-tujuan yang sama, dan di antara individu- tujuan-tujuan yang sama, dan di antara individu- tujuan-tujuan yang sama, dan di antara individu-
pengurusan, pengawasan. Pengertian siyasah di pengurusan, pengawasan. Pengertian siyasah di pengurusan, pengawasan. Pengertian siyasah di individu masyarakat yang baru itu terdapat ikatan individu masyarakat yang baru itu terdapat ikatan individu masyarakat yang baru itu terdapat ikatan
atas secara tersirat berarti: atas secara tersirat berarti: atas secara tersirat berarti: ras, bahasa, dan agama yang kuat, serta adanya ras, bahasa, dan agama yang kuat, serta adanya ras, bahasa, dan agama yang kuat, serta adanya
perasaan solidaritas secara umum. Bangunan perasaan solidaritas secara umum. Bangunan perasaan solidaritas secara umum. Bangunan masyarakat yang memiliki semua unsur-unsur masyarakat yang memiliki semua unsur-unsur masyarakat yang memiliki semua unsur-unsur
Memimpin sesuatu dengan cara yang membawa Memimpin sesuatu dengan cara yang membawa Memimpin sesuatu dengan cara yang membawa tadi itulah yang dinamakan sebagai bangunan tadi itulah yang dinamakan sebagai bangunan tadi itulah yang dinamakan sebagai bangunan
kemashlahatan kemashlahatan kemashlahatan
masyarakat politik . Atau yang dinamakan sebagai masyarakat politik . Atau yang dinamakan sebagai masyarakat politik . Atau yang dinamakan sebagai Sedangkan pengertian siyasah secara istilah Sedangkan pengertian siyasah secara istilah Sedangkan pengertian siyasah secara istilah negara . negara . negara .
menurut Ibn `Aqil sebagaimana dikutip Ibn al- menurut Ibn `Aqil sebagaimana dikutip Ibn al- menurut Ibn `Aqil sebagaimana dikutip Ibn al- Peristiwa-peristiwa sejarah yang terjadi Peristiwa-peristiwa sejarah yang terjadi Peristiwa-peristiwa sejarah yang terjadi
Qayyim mendefinisikan: Qayyim mendefinisikan: Qayyim mendefinisikan:
setelah Rasulullah menetap di Madinah me- setelah Rasulullah menetap di Madinah me- setelah Rasulullah menetap di Madinah me-
3 3 3 A. Djazuli, Fiqh Siyasah, h. 48. A. Djazuli, Fiqh Siyasah, h. 48. A. Djazuli, Fiqh Siyasah, h. 48. 4 4 4 Juhaya S. Praja, Filsafat Hukum Islam, (Bandung: Lathifah Juhaya S. Praja, Filsafat Hukum Islam, (Bandung: Lathifah Juhaya S. Praja, Filsafat Hukum Islam, (Bandung: Lathifah
5 5 5 A. Djazuli, Fiqh Siyasah, h. 27. A. Djazuli, Fiqh Siyasah, h. 27. A. Djazuli, Fiqh Siyasah, h. 27. Press, 2009), h. 84. Press, 2009), h. 84. Press, 2009), h. 84.
6 6 6 Juhaya S, Praja, Filsafat Hukum Islam, h. 84 Juhaya S, Praja, Filsafat Hukum Islam, h. 84 Juhaya S, Praja, Filsafat Hukum Islam, h. 84
Mustofa Hasan: Aplikasi Teori Politik Islam Perspektif Kaidah-Kaidah Fikih Mustofa Hasan: Aplikasi Teori Politik Islam Perspektif Kaidah-Kaidah Fikih Mustofa Hasan: Aplikasi Teori Politik Islam Perspektif Kaidah-Kaidah Fikih
Sedangkan pembidangan yang diajukan Sedangkan pembidangan yang diajukan Sedangkan pembidangan yang diajukan oleh Hasbi Ash Shiddieqy oleh Hasbi Ash Shiddieqy oleh Hasbi Ash Shiddieqy 10 10 10 membaginya menjadi membaginya menjadi membaginya menjadi delapan bidang, yaitu Siyasah Dusturiyyah, Siyasah delapan bidang, yaitu Siyasah Dusturiyyah, Siyasah delapan bidang, yaitu Siyasah Dusturiyyah, Siyasah
Siyasah adalah segala perbuatan yang membawa Siyasah adalah segala perbuatan yang membawa Siyasah adalah segala perbuatan yang membawa Tasyri`iyyah, Siyasah Qadha iyyah, Siyasah Maliyah, Tasyri`iyyah, Siyasah Qadha iyyah, Siyasah Maliyah, Tasyri`iyyah, Siyasah Qadha iyyah, Siyasah Maliyah, manusia lebih dekat kepada kemaslahatan dan manusia lebih dekat kepada kemaslahatan dan manusia lebih dekat kepada kemaslahatan dan
Siyasah Idariyyah, Siyasah Kharijiyyah atau Siyasah Siyasah Idariyyah, Siyasah Kharijiyyah atau Siyasah Siyasah Idariyyah, Siyasah Kharijiyyah atau Siyasah lebih jauh dari kemafsadatan, sekalipun Rasulullah lebih jauh dari kemafsadatan, sekalipun Rasulullah lebih jauh dari kemafsadatan, sekalipun Rasulullah
Dawliyyah, Siyasah Tanfiziyyah, Siyasah Harbiyyah. Dawliyyah, Siyasah Tanfiziyyah, Siyasah Harbiyyah. Dawliyyah, Siyasah Tanfiziyyah, Siyasah Harbiyyah. tidak menetapkannya dan Allah Swt. tidak me- tidak menetapkannya dan Allah Swt. tidak me- tidak menetapkannya dan Allah Swt. tidak me-
nentukannya . nentukannya . nentukannya . 7 7 7 Siyasah Dusturiyah Siyasah Dusturiyah Siyasah Dusturiyah
Dari pengertian siyasah di atas, baik secara Dari pengertian siyasah di atas, baik secara Dari pengertian siyasah di atas, baik secara Permasalahan di dalam siyasah dusturiyah Permasalahan di dalam siyasah dusturiyah Permasalahan di dalam siyasah dusturiyah
bahasa maupun istilah, maka dapat diketahui bahasa maupun istilah, maka dapat diketahui bahasa maupun istilah, maka dapat diketahui adalah hubungan antara pemimpin di satu pihak adalah hubungan antara pemimpin di satu pihak adalah hubungan antara pemimpin di satu pihak
bahwa objek kajian siyasah meliputi aspek bahwa objek kajian siyasah meliputi aspek bahwa objek kajian siyasah meliputi aspek dan rakyatnya di pihak lain serta kelembagaan dan rakyatnya di pihak lain serta kelembagaan dan rakyatnya di pihak lain serta kelembagaan
pengaturan hubungan antara warga negara pengaturan hubungan antara warga negara pengaturan hubungan antara warga negara dalam masyarakatnya. Ruang lingkup pembahasan dalam masyarakatnya. Ruang lingkup pembahasan dalam masyarakatnya. Ruang lingkup pembahasan
dengan warga negara, warga negara dengan dengan warga negara, warga negara dengan dengan warga negara, warga negara dengan siyasah dusturiyah itu sendiri dibatasi hanya dalam siyasah dusturiyah itu sendiri dibatasi hanya dalam siyasah dusturiyah itu sendiri dibatasi hanya dalam lembaga negara, lembaga negara dengan lembaga lembaga negara, lembaga negara dengan lembaga lembaga negara, lembaga negara dengan lembaga
pembahasan tentang pengaturan dan perundang- pembahasan tentang pengaturan dan perundang- pembahasan tentang pengaturan dan perundang- negara, baik yang bersifat intern suatu negara negara, baik yang bersifat intern suatu negara negara, baik yang bersifat intern suatu negara
undangan yang dituntut oleh hal ihwal kenegaraan undangan yang dituntut oleh hal ihwal kenegaraan undangan yang dituntut oleh hal ihwal kenegaraan atau yang bersifat ekstern suatu negara dalam atau yang bersifat ekstern suatu negara dalam atau yang bersifat ekstern suatu negara dalam
dari segi persesuaian dengan prinsip-prinsip dari segi persesuaian dengan prinsip-prinsip dari segi persesuaian dengan prinsip-prinsip berbagai bidang. Sedangkan menurut Abdul berbagai bidang. Sedangkan menurut Abdul berbagai bidang. Sedangkan menurut Abdul
8 8 8 agama dan merupakan realisasi kemaslahatan agama dan merupakan realisasi kemaslahatan Wahab Khallâf: agama dan merupakan realisasi kemaslahatan Wahab Khallâf: Wahab Khallâf: manusia serta memenuhi kebutuhanya. manusia serta memenuhi kebutuhanya. manusia serta memenuhi kebutuhanya. 11 11 11 Kata Kata Kata
Yang termasuk objek pembahasan siyasah Yang termasuk objek pembahasan siyasah Yang termasuk objek pembahasan siyasah dusturi dusturi dusturi berasal dari bahasa Persia. Semula berasal dari bahasa Persia. Semula berasal dari bahasa Persia. Semula adalah pengaturan dan perundang-undangan adalah pengaturan dan perundang-undangan adalah pengaturan dan perundang-undangan
artinya adalah seorang yang memiliki otoritas, artinya adalah seorang yang memiliki otoritas, artinya adalah seorang yang memiliki otoritas, yang dituntut oleh hal ihwal kenegaraan dari yang dituntut oleh hal ihwal kenegaraan dari yang dituntut oleh hal ihwal kenegaraan dari
baik dalam bidang politik maupun agama. baik dalam bidang politik maupun agama. baik dalam bidang politik maupun agama. segi persesuaiannya dengan pokok-pokok agama, segi persesuaiannya dengan pokok-pokok agama, segi persesuaiannya dengan pokok-pokok agama,
Adapun sumber-sumber siyasah dusturiyah Adapun sumber-sumber siyasah dusturiyah Adapun sumber-sumber siyasah dusturiyah dan merupakan realisasi kemaslahatan manusia dan merupakan realisasi kemaslahatan manusia dan merupakan realisasi kemaslahatan manusia
di antaranya ialah Alquran yaitu ayat-ayat yang di antaranya ialah Alquran yaitu ayat-ayat yang di antaranya ialah Alquran yaitu ayat-ayat yang serta memenuhi kebutuhanya. serta memenuhi kebutuhanya. serta memenuhi kebutuhanya.
berhubungan dengan prinsip-prinsip kehidupan berhubungan dengan prinsip-prinsip kehidupan berhubungan dengan prinsip-prinsip kehidupan Berkenaan dengan luasnya objek kajian fikihh Berkenaan dengan luasnya objek kajian fikihh Berkenaan dengan luasnya objek kajian fikihh
masyarakat; Hadis, terutama yang berhubungan masyarakat; Hadis, terutama yang berhubungan masyarakat; Hadis, terutama yang berhubungan siyasah, maka dalam tahap perkembangannya, siyasah, maka dalam tahap perkembangannya, siyasah, maka dalam tahap perkembangannya,
dengan imamah dan kebijaksanaan Rasulullah dengan imamah dan kebijaksanaan Rasulullah dengan imamah dan kebijaksanaan Rasulullah dikenal beberapa pembidangan fikih siyasah yang dikenal beberapa pembidangan fikih siyasah yang dikenal beberapa pembidangan fikih siyasah yang
dalam menerapkan hukum negara; Kebijakan- dalam menerapkan hukum negara; Kebijakan- dalam menerapkan hukum negara; Kebijakan- berkenaan dengan pola hubungan antar manusia berkenaan dengan pola hubungan antar manusia berkenaan dengan pola hubungan antar manusia
kebijakan khulafaur rasyidin dalam mengendalikan kebijakan khulafaur rasyidin dalam mengendalikan kebijakan khulafaur rasyidin dalam mengendalikan yang menuntut pengaturan siyasah, dalam hal ini yang menuntut pengaturan siyasah, dalam hal ini yang menuntut pengaturan siyasah, dalam hal ini
pemerintahan; Ijtihad para ulama; adat kebiasaan pemerintahan; Ijtihad para ulama; adat kebiasaan pemerintahan; Ijtihad para ulama; adat kebiasaan siyasah dibedakan menjadi tiga yaitu: siyasah dibedakan menjadi tiga yaitu: siyasah dibedakan menjadi tiga yaitu:
suatu bangsa yang tidak bertentangan dengan suatu bangsa yang tidak bertentangan dengan suatu bangsa yang tidak bertentangan dengan
1. 1. 1. Siyasah Dusturiyyah adalah siyasah yang Siyasah Dusturiyyah adalah siyasah yang Siyasah Dusturiyyah adalah siyasah yang prinsip-prinsip Alquran dan hadis. prinsip-prinsip Alquran dan hadis. prinsip-prinsip Alquran dan hadis. mengatur hubungan warga negara dengan mengatur hubungan warga negara dengan mengatur hubungan warga negara dengan lembaga negara yang satu dengan warga lembaga negara yang satu dengan warga lembaga negara yang satu dengan warga
Kepemimpinan dalam Siyasah Kepemimpinan dalam Siyasah Kepemimpinan dalam Siyasah
negara dan lembaga negara yang lain dalam negara dan lembaga negara yang lain dalam negara dan lembaga negara yang lain dalam Pada masterpiece-nya yang bertitel al-Ahkâm Pada masterpiece-nya yang bertitel al-Ahkâm Pada masterpiece-nya yang bertitel al-Ahkâm batas-batas administrasi suatu negara. batas-batas administrasi suatu negara. batas-batas administrasi suatu negara.
al-Sulthâniyyah, al-Mawardi menyatakan bahwa al-Sulthâniyyah, al-Mawardi menyatakan bahwa al-Sulthâniyyah, al-Mawardi menyatakan bahwa
2. 2. 2. Siyasah Dauliyyah ialah siyasah yang mengatur Siyasah Dauliyyah ialah siyasah yang mengatur Siyasah Dauliyyah ialah siyasah yang mengatur kepemimpinan (imâmah) dibentuk untuk tujuan kepemimpinan (imâmah) dibentuk untuk tujuan kepemimpinan (imâmah) dibentuk untuk tujuan antara warga negara dengan lembaga negara antara warga negara dengan lembaga negara antara warga negara dengan lembaga negara
menjaga agama dan mengatur persoalan dunia. menjaga agama dan mengatur persoalan dunia. menjaga agama dan mengatur persoalan dunia. dari negara yang satu dengan warga negara dari negara yang satu dengan warga negara dari negara yang satu dengan warga negara
Karena itulah, bagi al-Mawardi membentuk Karena itulah, bagi al-Mawardi membentuk Karena itulah, bagi al-Mawardi membentuk dan lembaga negara dari negara lain. dan lembaga negara dari negara lain. dan lembaga negara dari negara lain.
sebuah pemerintahan merupakan sesuatu yang sebuah pemerintahan merupakan sesuatu yang sebuah pemerintahan merupakan sesuatu yang
3. 3. 3. Siyasah Maliyyah ialah siyasah yang mengatur Siyasah Maliyyah ialah siyasah yang mengatur Siyasah Maliyyah ialah siyasah yang mengatur fardhu kifâyah secara syara` dan tidak hanya fardhu kifâyah secara syara` dan tidak hanya fardhu kifâyah secara syara` dan tidak hanya tentang pemasukan, pengelolaan, dan tentang pemasukan, pengelolaan, dan tentang pemasukan, pengelolaan, dan
secara rasional. secara rasional. secara rasional. 12 12 12
pengeluaran uang milik negara. pengeluaran uang milik negara. pengeluaran uang milik negara. 9 9 9 Kepemimpinan dalam negara menurut para Kepemimpinan dalam negara menurut para Kepemimpinan dalam negara menurut para
10 10 10 Hasbi Ash Shiddieqy, Asas-Asas Hukum Tata Negara Hasbi Ash Shiddieqy, Asas-Asas Hukum Tata Negara Hasbi Ash Shiddieqy, Asas-Asas Hukum Tata Negara 7 7 7 Ibnu Qayyim al-Jauziyah, I`lâm al-Muwaqqi`în `an Rabb al- Ibnu Qayyim al-Jauziyah, I`lâm al-Muwaqqi`în `an Rabb al- Ibnu Qayyim al-Jauziyah, I`lâm al-Muwaqqi`în `an Rabb al-
Menurut Syari at Islam, (Jakarta: Matahari Masa, 1976), h. 8. Menurut Syari at Islam, (Jakarta: Matahari Masa, 1976), h. 8. Menurut Syari at Islam, (Jakarta: Matahari Masa, 1976), h. 8. `Âlamîn (Beirut: Dâr al-Jayl. t.th), h. 16. `Âlamîn (Beirut: Dâr al-Jayl. t.th), h. 16. `Âlamîn (Beirut: Dâr al-Jayl. t.th), h. 16.
11 11 11 A. Djazuli, Fiqh Siyasah, h. 47 A. Djazuli, Fiqh Siyasah, h. 47 A. Djazuli, Fiqh Siyasah, h. 47
8 8 8 Abdul Wahab Khallâf, al-Siyâsah wa al-Syarî`ah, (Kairo: Abdul Wahab Khallâf, al-Siyâsah wa al-Syarî`ah, (Kairo: Abdul Wahab Khallâf, al-Siyâsah wa al-Syarî`ah, (Kairo: 12 12 12 Abu al-Hasan Ali ibn Muhammad ibn Muhammad Abu al-Hasan Ali ibn Muhammad ibn Muhammad Abu al-Hasan Ali ibn Muhammad ibn Muhammad Dâr Anshar, 1977), h. 5. Dâr Anshar, 1977), h. 5. Dâr Anshar, 1977), h. 5.
ibn Habîb al-Bashri al-Baghdadi (al-Mawardi), al-Ahkâm al- ibn Habîb al-Bashri al-Baghdadi (al-Mawardi), al-Ahkâm al- ibn Habîb al-Bashri al-Baghdadi (al-Mawardi), al-Ahkâm al- 9 9 9 A. Djazuli, Fiqh Siyasah, h. 48. A. Djazuli, Fiqh Siyasah, h. 48. A. Djazuli, Fiqh Siyasah, h. 48.
Sulthâniyah, (Mesir: Musthafâ al-Babiy al-Halabiy. t.th) h. 3. Sulthâniyah, (Mesir: Musthafâ al-Babiy al-Halabiy. t.th) h. 3. Sulthâniyah, (Mesir: Musthafâ al-Babiy al-Halabiy. t.th) h. 3.
MADANIA Vol. XVIII, No. 1, Juni 2014 MADANIA Vol. XVIII, No. 1, Juni 2014 MADANIA Vol. XVIII, No. 1, Juni 2014 ulama bahwa khalifah atau kepala negara haruslah ulama bahwa khalifah atau kepala negara haruslah ulama bahwa khalifah atau kepala negara haruslah
harus memenuhi tujuh syarat yaitu: harus memenuhi tujuh syarat yaitu: harus memenuhi tujuh syarat yaitu: 17 17 17 dari suku Quraisy. Selama berabad-abad suku dari suku Quraisy. Selama berabad-abad suku dari suku Quraisy. Selama berabad-abad suku
1. 1. 1. Adil yang meliputi segala aspeknya. Adil yang meliputi segala aspeknya. Adil yang meliputi segala aspeknya. Quraisy adalah suku terpilih di antara bangsa Quraisy adalah suku terpilih di antara bangsa Quraisy adalah suku terpilih di antara bangsa
2. Berilmu pengetahuan sehingga mampu 2. Berilmu pengetahuan sehingga mampu 2. Berilmu pengetahuan sehingga mampu Arab dan non Arab. Hadis yang menyatakan hak Arab dan non Arab. Hadis yang menyatakan hak Arab dan non Arab. Hadis yang menyatakan hak
membuat keputusan yang tepat (berijtihad) membuat keputusan yang tepat (berijtihad) membuat keputusan yang tepat (berijtihad) kepemimpinan suku Quraisy itu adalah sebagai kepemimpinan suku Quraisy itu adalah sebagai kepemimpinan suku Quraisy itu adalah sebagai
terhadap berbagai peristiwa dan hukum yang terhadap berbagai peristiwa dan hukum yang terhadap berbagai peristiwa dan hukum yang berikut: berikut: berikut:
timbul. timbul. timbul.
3. Sehat inderanya, seperti penglihatan, pen- 3. Sehat inderanya, seperti penglihatan, pen- 3. Sehat inderanya, seperti penglihatan, pen- Pemerintahan itu masih harus dipegang oleh orang Pemerintahan itu masih harus dipegang oleh orang Pemerintahan itu masih harus dipegang oleh orang
dengaran, dan lisannya agar ia mampu me- dengaran, dan lisannya agar ia mampu me- dengaran, dan lisannya agar ia mampu me- Quraisy walaupun hanya tinggal dua orang . (H.R. Quraisy walaupun hanya tinggal dua orang . (H.R. Quraisy walaupun hanya tinggal dua orang . (H.R.
ngetahui langsung persoalan yang dihadapi. ngetahui langsung persoalan yang dihadapi. ngetahui langsung persoalan yang dihadapi. Bukhari) Bukhari) Bukhari)
4. 4. 4. Anggota tubuhnya normal dan tidak cacat. Anggota tubuhnya normal dan tidak cacat. Anggota tubuhnya normal dan tidak cacat. Dalam sejarah penguasa yang menyebut Dalam sejarah penguasa yang menyebut Dalam sejarah penguasa yang menyebut
Karena jika cacat, hal itu akan meng- Karena jika cacat, hal itu akan meng- Karena jika cacat, hal itu akan meng- dirinya sebagai khalifah dan ia bukan dari suku dirinya sebagai khalifah dan ia bukan dari suku dirinya sebagai khalifah dan ia bukan dari suku
halanginya untuk bergerak dan bertindak halanginya untuk bergerak dan bertindak halanginya untuk bergerak dan bertindak Quraisy tidak pernah diakui keberadaannya. Quraisy tidak pernah diakui keberadaannya. Quraisy tidak pernah diakui keberadaannya.
dengan cepat. dengan cepat. dengan cepat.
Khalifah seperti itu menurut para ulama bukanlah Khalifah seperti itu menurut para ulama bukanlah Khalifah seperti itu menurut para ulama bukanlah
5. Memiliki kecerdasan yang membuatnya 5. Memiliki kecerdasan yang membuatnya 5. Memiliki kecerdasan yang membuatnya khalifah dalam arti kepala negara yang disebut khalifah dalam arti kepala negara yang disebut khalifah dalam arti kepala negara yang disebut
mampu mengatur rakyat dan mengelola mampu mengatur rakyat dan mengelola mampu mengatur rakyat dan mengelola al-Imâmah. al-Imâmah. al-Imâmah. 13 13 13 Kata-kata khalifah dalam Alquran Kata-kata khalifah dalam Alquran Kata-kata khalifah dalam Alquran
kepentingan publik (al-mashlahah). kepentingan publik (al-mashlahah). kepentingan publik (al-mashlahah). lebih menunjukkan kepada fungsi manusia secara lebih menunjukkan kepada fungsi manusia secara lebih menunjukkan kepada fungsi manusia secara
6. Keberanian dan ketegasan sehingga mampu 6. Keberanian dan ketegasan sehingga mampu 6. Keberanian dan ketegasan sehingga mampu keseluruhan dari pada seorang kepala negara. keseluruhan dari pada seorang kepala negara. keseluruhan dari pada seorang kepala negara.
melindungi pihak yang lemah dan menghadapi melindungi pihak yang lemah dan menghadapi melindungi pihak yang lemah dan menghadapi Kata khalifah sebagai kepala negara adalah kepala Kata khalifah sebagai kepala negara adalah kepala Kata khalifah sebagai kepala negara adalah kepala
musuh. musuh. musuh.
negara pengganti Nabi di dalam memelihara negara pengganti Nabi di dalam memelihara negara pengganti Nabi di dalam memelihara
7. 7. 7. Keturunan dari suku Quraisy, berdasarkan Keturunan dari suku Quraisy, berdasarkan Keturunan dari suku Quraisy, berdasarkan agama dan mengatur dunia. Dia adalah manusia agama dan mengatur dunia. Dia adalah manusia agama dan mengatur dunia. Dia adalah manusia
hadis Para pemimpin berasal dari Quraisy . hadis Para pemimpin berasal dari Quraisy . hadis Para pemimpin berasal dari Quraisy . 18 18 18 biasa yang dipercaya umat karena baik dalam biasa yang dipercaya umat karena baik dalam biasa yang dipercaya umat karena baik dalam
Ibnu Khaldun juga menguraikan syarat- Ibnu Khaldun juga menguraikan syarat- Ibnu Khaldun juga menguraikan syarat- menjalankan agamanya, bersifat adil seperti yang menjalankan agamanya, bersifat adil seperti yang menjalankan agamanya, bersifat adil seperti yang syarat kepemimpinan (imamah) dalam kitab syarat kepemimpinan (imamah) dalam kitab syarat kepemimpinan (imamah) dalam kitab tampak pada pribadi Abu Bakar dan khalifah tampak pada pribadi Abu Bakar dan khalifah tampak pada pribadi Abu Bakar dan khalifah Muqaddimah-nya. Syarat-syarat itu adalah: Muqaddimah-nya. Syarat-syarat itu adalah: Muqaddimah-nya. Syarat-syarat itu adalah: 19 19 19 setelahnya. setelahnya. setelahnya. 14 14 14
a. Pengetahuan tentang hukum-hukum Tuhan a. Pengetahuan tentang hukum-hukum Tuhan a. Pengetahuan tentang hukum-hukum Tuhan Para ulama Ahlussunnah menyamakan pe- Para ulama Ahlussunnah menyamakan pe- Para ulama Ahlussunnah menyamakan pe-
dan dapat menerapkan dan menguasai hukum dan dapat menerapkan dan menguasai hukum dan dapat menerapkan dan menguasai hukum ngertian imamah dan khlilafah. Karena keduanya ngertian imamah dan khlilafah. Karena keduanya ngertian imamah dan khlilafah. Karena keduanya
tersebut b. Keadilan c. Kesanggupan (capability) tersebut b. Keadilan c. Kesanggupan (capability) tersebut b. Keadilan c. Kesanggupan (capability) lebih mendahulukan masalah-masalah agama dan lebih mendahulukan masalah-masalah agama dan lebih mendahulukan masalah-masalah agama dan
d. Sehat jasmani dan rohani e. Keturunan d. Sehat jasmani dan rohani e. Keturunan d. Sehat jasmani dan rohani e. Keturunan memelihara agama dari pada duniawi. Sedangkan memelihara agama dari pada duniawi. Sedangkan memelihara agama dari pada duniawi. Sedangkan
Quraisy. Quraisy. Quraisy.
di kalangan Syi`ah, imam ialah shâhib al-haq al- di kalangan Syi`ah, imam ialah shâhib al-haq al- di kalangan Syi`ah, imam ialah shâhib al-haq al- Al-Mawardi menjelaskan bahwa imamah Al-Mawardi menjelaskan bahwa imamah Al-Mawardi menjelaskan bahwa imamah syar`i yang di dalam undang-undang modern syar`i yang di dalam undang-undang modern syar`i yang di dalam undang-undang modern merupakan hal yang wajib dalam umat Islam merupakan hal yang wajib dalam umat Islam merupakan hal yang wajib dalam umat Islam dikatakan de jure baik yang langsung memerintah dikatakan de jure baik yang langsung memerintah dikatakan de jure baik yang langsung memerintah berdasarkan ijmâ`. Sedangkan alasan yang berdasarkan ijmâ`. Sedangkan alasan yang berdasarkan ijmâ`. Sedangkan alasan yang ataupun tidak. Adapun lafadz khalifah, mula-mula ataupun tidak. Adapun lafadz khalifah, mula-mula ataupun tidak. Adapun lafadz khalifah, mula-mula menjadikan wajibnya imamah tersebut, menurut menjadikan wajibnya imamah tersebut, menurut menjadikan wajibnya imamah tersebut, menurut
menunjukkan kepada yang mempunyai kekuasaan menunjukkan kepada yang mempunyai kekuasaan menunjukkan kepada yang mempunyai kekuasaan al-Mawardi terdapat dua pendapat di kalangan al-Mawardi terdapat dua pendapat di kalangan al-Mawardi terdapat dua pendapat di kalangan
dalam kenyataan, walaupun tidak berhak, yang dalam kenyataan, walaupun tidak berhak, yang dalam kenyataan, walaupun tidak berhak, yang umat Islam, yakni sebagian mengemukakan umat Islam, yakni sebagian mengemukakan umat Islam, yakni sebagian mengemukakan
pada masa sekarang disebut de facto. pada masa sekarang disebut de facto. pada masa sekarang disebut de facto. 15 15 15
Al-Mawardi menyebutkan dua hak bagi Al-Mawardi menyebutkan dua hak bagi Al-Mawardi menyebutkan dua hak bagi
17 17 imamah, yaitu hak untuk ditaati dan hak untuk 17 imamah, yaitu hak untuk ditaati dan hak untuk imamah, yaitu hak untuk ditaati dan hak untuk Al-Mawardi, al-Ahkâm al-Sulthâniyah, h. 5. Al-Mawardi, al-Ahkâm al-Sulthâniyah, h. 5. Al-Mawardi, al-Ahkâm al-Sulthâniyah, h. 5. dibantu. dibantu. dibantu. 16 16 16
18 18 Adapun ketentuan bagi seseorang 18 Adapun ketentuan bagi seseorang Adapun ketentuan bagi seseorang H.R. Nasa i, Ahmad, Hakim, Baihaqi, Thabrani, dan H.R. Nasa i, Ahmad, Hakim, Baihaqi, Thabrani, dan H.R. Nasa i, Ahmad, Hakim, Baihaqi, Thabrani, dan
Abu Ya`la. Lihat misalnya, hadis riwayat Nasâ i no. 5942 pada Abu Ya`la. Lihat misalnya, hadis riwayat Nasâ i no. 5942 pada Abu Ya`la. Lihat misalnya, hadis riwayat Nasâ i no. 5942 pada
untuk menjadi pemimpin, menurut al-Mawardi untuk menjadi pemimpin, menurut al-Mawardi untuk menjadi pemimpin, menurut al-Mawardi
Ahmad ibn Syu aib Abu Abdurrahman al-Nasa i, Musnad al- Ahmad ibn Syu aib Abu Abdurrahman al-Nasa i, Musnad al- Ahmad ibn Syu aib Abu Abdurrahman al-Nasa i, Musnad al- Nasâ î al-Kubrâ, (Beirut: Dâr al-Kutub al-`Ilmiyyah, 1991), juz III, Nasâ î al-Kubrâ, (Beirut: Dâr al-Kutub al-`Ilmiyyah, 1991), juz III, Nasâ î al-Kubrâ, (Beirut: Dâr al-Kutub al-`Ilmiyyah, 1991), juz III,
13 13 13 Juhaya S, Praja, Filsafat Hukum Islam, h. 89. Juhaya S, Praja, Filsafat Hukum Islam, h. 89. Juhaya S, Praja, Filsafat Hukum Islam, h. 89. h. 467. Redaksi hadisnya sebagai berikut: h. 467. Redaksi hadisnya sebagai berikut: h. 467. Redaksi hadisnya sebagai berikut: 14 14 14 Moh. Yusuf Musa, Nizh m al-Hukmi fi al-Islâm (Kairo: Dâr Moh. Yusuf Musa, Nizhâm al-Hukmi fi al-Isl m (Kairo: D r Moh. Yusuf Musa, Nizh m al-Hukmi fi al-Isl m (Kairo: D r
al-Kitab al-`Araby, 1963), h.133 al-Kitab al-`Araby, 1963), h.133 al-Kitab al-`Araby, 1963), h.133 15 15 15 Hasbi Ash-Shiddieqy, Ilmu Kenegaraan dalam Fiqh Islam, Hasbi Ash-Shiddieqy, Ilmu Kenegaraan dalam Fiqh Islam, Hasbi Ash-Shiddieqy, Ilmu Kenegaraan dalam Fiqh Islam,
(Jakarta: Bulan Bintang, 1971), h. 37. (Jakarta: Bulan Bintang, 1971), h. 37. (Jakarta: Bulan Bintang, 1971), h. 37. 16 16 16 Al-Mawardi, al-Ahkâm al-Sulthâniyah, (Mesir: Musthaf Al-Mawardi, al-Ahk m al-Sulth niyah, (Mesir: Musthaf Al-Mawardi, al-Ahk m al-Sulth niyah, (Mesir: Musthafâ
19 19 19 Ibnu Khaldun, Muqaddimah, h. 98-100. Program kitab Ibnu Khaldun, Muqaddimah, h. 98-100. Program kitab Ibnu Khaldun, Muqaddimah, h. 98-100. Program kitab al-Babiy al-Halabiy. t.th), h.17. al-Babiy al-Halabiy. t.th), h.17. al-Babiy al-Halabiy. t.th), h.17.
digital al-Maktabah al-Sy milah, versi 2.09. digital al-Maktabah al-Syâmilah, versi 2.09. digital al-Maktabah al-Sy milah, versi 2.09.
Mustofa Hasan: Aplikasi Teori Politik Islam Perspektif Kaidah-Kaidah Fikih
wajib dengan akal (rasio). Akal memandang
Wilayah Negara
kewajiban imamah ini untuk keselamatan manusia Wilayah negara ini meliputi bumi, udara, dari tindakan zalim pertikaian (tanâzu`) dan
lautan. Dalam hal ini, para fukaha membagi permusuhan (takhâsum). Segolongan yang lain
dunia menjadi dua bagian yaitu Darul Islam dan berpendapat bahwa kewajiban imamah dengan
Darul Harbi. Adanya pembedaan Darul Islam alasan syar`i karena seorang imam bertugas untuk
dan Darul Harbi ini, menurut Wahbah al-Zuhaili menegakkan urusan-urusan syari`ah (umûr al-
adalah disebabkan oleh peperangan yang terjadi syarî`ah). 20
antara umat Islam dengan non muslim. Karena banyaknya di antara Darul Islam dan Darul Harbi
Kedudukan, Hak-hak dan Kewajiban Rakyat
yang muncul melalui peperangan. Meskipun Dalam hal ini, rakyat dalam suatu negara
demikian, pendapat Zuhaili ini tidak sepenuhnya terdiri dari muslim dan non muslim, yang non
benar. Ada di antara negara yang lahir secara muslim ada yang disebut dzimmi dan musta`în.
alami dan damai. Oleh sebab itu, perlu diamati Kafir dzimmi adalah warga non muslim yang
pandangan ulama lain dalam hal ini. Mayoritas ahli menetap selamanya, serta dihormati tidak boleh
fikih memandang pembagian negara atau wilayah diganggu jiwanya, kehormatannya dan hartanya.
kepada Darul Islam dan Darul Harbi didorong Sedang musta`in adalah orang asing yang menetap
oleh beberapa faktor berikut: sementara dan juga harus dihormati jiwanya,
1. Untuk menata dan mengatur kepentingan kehormatannya dan hartanya.
muslim secara umum sebagai pemimpin Kafir dzimmi memiliki hak-hak kemanusiaan,
dan yang dipimpin di suatu wilayah dalam hak-hak sipil, dan hak-hak politik. Sedangkan
hubungannya dengan non muslim yang musta`in tidak memiliki hak-hak politik. Mengenai
berada di wilayah atau negara yang sama; hak-hak rakyat, menurut Abu al-A`la al-Maududi
dan dengan negara atau wilayah yang meliputi perlindungan terhadap hidupnya,
berdampingan dengannya; hartanya dan kehormatannya, perlindungan
2. Sebagai upaya untuk menerapkan hukum terhadap kebebasan pribadi, kebebasan me-
Islam, baik bagi umat Islam sendiri maupun nyatakan pendapat dan berkeyakinan, dan
non-muslim yang berada di wilayah yang terjamin kebutuhan pokok hidupnya, dengan
berdampingan dengannya; tidak membedakan kelas dan kepercayaan.
3. Sebagai usaha ahli fikih untuk merespons dan Akibat hak-hak yang diterima oleh rakyat,
menata hukum Islam, terutama dalam bidang maka warga mempunyai tugas tertentu atas hak-
muamalat dan munakahat, serta menetapkan hak negara. Tugas warga negara yang harus dan
hukum hubungan antara negara Islam dengan wajib ditunaikan menurut Abu al-A`la al-Maududi
negara non-Islam dalam berbagai lapangan adalah patuh dan taat kepada pemerintah dalam
kehidupan. 21
batas yang tidak bertentangan dengan agama, Perbedaan antara Darul Islam dan Darul setia kepada negara, rela berkorban untuk
Harbi bukan hanya terletak pada sisi hukum membela negara dari bermacam ancaman, dan
yang berlaku di masing-masing negara tersebut, bersedia memenuhi kewajiban materiil yang
melainkan juga karena perbedaan penguasaan/ dibebankan padanya oleh negara.
pemimpin negara tersebut. Oleh sebab itu, Demikian kewajiban rakyat dan menyerahkan
dalam Darul Islam dan Darul Harbi juga terdapat pelaksanaannya pada negara untuk menjamin
perbedaan kategori. Berdasarkan prinsip-prinsip keseimbangan antara dua pihak, yakni rakyat dan
ini, maka suatu Darul Harbi dapat dibagi ke dalam negara agar masing-masing hak tidak terlanggar
tiga kategori: 22
atau mendominasi pihak lainnya.
21 Abdul Aziz Dalan, Ensiklopedia Hukum Islam, (Jakarta: Ikhtiar van Hoeve, 1995), Jilid. 1, h. 255.
20 Al-Mawardi, al-Ahkâm al-Sulthâniyah, h. 5. 22 Muhammad Iqbal, Fiqh Siyasah; Kontekstualisasi Doktrin
MADANIA Vol. XVIII, No. 1, Juni 2014
Pertama, wilayah atau negara yang di Azerbaijan bangkit kembali menunjukkan dalamnya tidak terpenuhi unsur pokok sebagai
identitas keislamannya. Darul Islam, yaitu pemberlakuan hukum Islam
c. Wilayah atau negara yang dipimpin oleh dan kekuasaan politik yang berada di tangan
orang-orang ahli bidah yang menyatakan non-muslim.
secara langsung dan tidak langsung keluar Kedua, wilayah atau negara yang hanya
dari barisan umat Islam yang berpegang memenuhi salah satu unsur pokok untuk disebut
kepada Alquran dan Sunah. Dalam bentuk sebagai Darul Islam, meskipun tidak utuh.
lain, wilayah ini dipimpin oleh orang-orang Wilayahnya dikuasai oleh non-muslim dan hukum
fasik. Mereka masih mengaku sebagai muslim, yang berlaku pun bukan hukum Islam. Namun,
tetapi tidak menjadikan hukum Islam dalam umat Islam yang menetap di negara tersebut
pemerintahannya. Mereka menempatkan diberi kelonggaran untuk melaksanakan sebagian
hukum ciptaan manusia sebagai aturan yang hukum Islam, sehingga dapat disebut Darul Islam
berlaku. Pemerintahan Darul Harbi ketiga ini (menurut Abu Hanifah). Negara dalam bentuk
membiarkan orang-orang Islam menjalankan ini dapat berupa:
hukum Islam yang berhubungan dengan
a. Darul Harbi yang dipimpin dan dikuasai non masalah ahwâl al-syakhshiyah (pernikahan, muslim, namun umat Islam di negara ini
perceraian, dan kewarisan). Ibn Taimiyah (w. diizinkan melaksanakan kewajiban agamanya
729 H) mengidentikkan negara ini dengan dan sebagian syiar Islam, seperti salat, zakat,
dâr al-fasiq, karena dipimpin dan didiami oleh haji, pernikahan dan kewarisan. Kondisi inilah
orang-orang fasik. 24
yang dijadikan alasan oleh al-Mawardi (w. Ketiga, wilayah atau negara yang dikategori- 450 H) untuk mengelompokkannya ke dalam
kan sebagai Darul Harbi. Wilayah ini dikuasai Darul Islam. 23 Muhammad Rasyid Ridha
oleh pemerintahan yang non muslim dan tidak memperkuat pendapat ini. Berdasarkan
memberlakukan hukum Islam. Penduduk muslim pengamatannya terhadap negara-negara
yang menetap di sini tidak mendapat kesempatan Eropa dan Amerika, ia melihat umat Islam di
untuk menjalankan ajaran agamanya. Darul Harbi wilayah ini dapat dengan aman menjalankan
dalam bentuk ini terbagi dua: kewajiban agamanya.
a. Darul Harbi yang menjadi tempat harbiyûn
b. Wilayah atau negara yang pada mulanya dan tidak terikat perjanjian atau hubungan dikuasai umat Islam, tetapi kemudian
diplomatik dengan negara Islam. diambil alih oleh orang-orang non muslim
b. Dâr al-Muwada`ah atau Dâr al-Muhadarah, yaitu (kafir), sehingga umat Islam setempat
negara yang dikuasai oleh non muslim dan terpaksa tunduk pada mereka, tetapi sesuai
mempunyai ikatan kerja sama atau hubungan dengan kemampuan dan kondisi yang
diplomatik dengan negara Islam. Mereka mereka hadapi. Mereka tetap berjuang
tidak tunduk ke dalam kekuasaan Islam untuk memperoleh hak-hak mereka dari
dan berdaulat penuh terhadap negaranya, orang-orang kafir tersebut. Termasuk dalam
namun telah mengadakan perjanjian damai. kategori ini adalah negara-negara di Asia
Perjanjian ini bisa saja terjadi sejak semula, Tengah yang pernah dicaplok oleh Uni
atau sebagai alternatif bagi mereka untuk Soviet. Setelah negara Beruang Merah ini
menghindarkan terjadinya peperangan antara bubar pada akhir 1980-an, negara-negara
mereka dengan umat Islam. Kategori negara muslim tersebut, seperti Uzbekistan,
ini disebut juga dengan dâr al-shulh atau dâr Turkmenistan, Kazakhstan, Tajikistan dan
al-aman.
Politik Islam, (Jakarta: Grafindo Media Persada, 2001), h. 225. 23 Ahmad ibn Hajr al-Asqalâni, Fath al-Bârî, (Riyad:
24 Ibn Taimiyah, Al-Fatâwâ al-Kubrâ, (Kairo: Dâr al-Ma`rifah, Muhammmad ibn Su`ud al-Islâmiyah, t.th.), Jilid VII, h. 229.
t.th), Jilid XVIII, h. 382.
Mustofa Hasan: Aplikasi Teori Politik Islam Perspektif Kaidah-Kaidah Fikih
Siyasah Dauliyah
Hubungan internasional dalam peperangan Siyasah dauliyah mengatur hubungan antara
juga diatur dalam siyasah dauliyah ini. Dalam warga negara dengan lembaga negara dari negara
kondisi perang, keadaan darurat itu sangat nyata yang satu dengan warga negara dan lembaga
pilihannya hanya dua membunuh dan dibunuh.
Itulah hukum perang yang nyata, hanya saja internasional, asas damai merupakan asas
negara dari negara lain. 25 Dalam hubungan
kaum muslimin yang berjihad fisabilillah tahu hubungan internasional, alasanya adalah perang
persis sesuai dengan pandangan hidupnya, untuk itu diperkenankan karena ada sebabnya, yaitu
agama dia berperang, dan apa makna syahid di menolak kezaliman, menghilangkan fitnah, dalam
medan perang, karena itu sangat penting untuk rangka mempertahankan diri. Konsekuensi dari
diketahui kenapa perang harus terjadi, apakah asas damai sebagai hukum asal dalam hubungan
perang dalam Islam untuk mempertahankan diri, internasional adalah perdamaian saling membantu
perang dalam rangka dakwah atau perang untuk dalam kebaikan. Oleh sebab itu, perang tidak
melindungi hak negara yang sah yang dilanggar dilakukan kecuali dalam keadaan darurat, orang
oleh suatu negara lainnya tanpa sebab yang dapat yang tidak ikut berperang tidak boleh diperlakukan
diterima.
sebagai musuh, segera menghentikan perang Perang yang tidak sah menurut Ali Manshûr apabila salah satu pihak cenderung kepada damai,
adalah suatu peperangan yang bermaksud untuk memperlakukan tawanan perang dengan cara
memperluas wilayah, perluasan pengaruh, dan manusiawi.
keinginan untuk menduduki dan menguasai negara lain. Subjek hukum dalam siyasah dauliyah adalah 27 Peperangan dalam siyasah dauliyah
negara, setiap negara mempunyai kewajiban. disertai dengan aturan aturan yang dibenarkan Kewajiban terpenting adalah menghormati hak-
dalam Islam, di antaranya yaitu: hak negara lain dan melaksanakan perjanjian yang
a. Adanya pengumuman perang yang me- telah dibuat. Semua negara yang ada di dunia ini
mungkinkan sampainya berita itu kepada adalah bertetangga, karena itu dalam hubungan
musuh.
antar negara diterapkan kewajiban menghormati
b. Adanya etika dan aturan dalam peperangan negara sebagai tetangga negara. Landasan dari
seperti dilarang membunuh anak-anak, kewajiban tersebut adalah:
dilarang membunuh wanita-wanita yang tidak Sembahlah Allah dan janganlah kamu mem-
ikut berperang, dilarang juga memperkosa. persekutukan-Nya dengan sesuatu pun, dan
c. Dilarang membunuh orang yang sudah berbuat baiklah kepada dua orang ibu bapak,
tua apabila orang-orang tua itu tidak ikut karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang
berperang.
miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh dan teman sejawat, ibnu sabil dan
d. Tidak merusak pohon, sawah, dan ladang. hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak
e. Tidak merusak binatang ternak. menyukai orang-orang yang sombong dan
f. Tidak menghancurkan rumah-rumah per- membangga-banggakan diri.
ibadatan.
Sedangkan mengenai perjanjian antar negara
g. Dilarang mencincang mayat musuh. yang diistilahkan dengan al-ittifaq (kesepakatan)
terdapat syarat-syarat tertentu yang mengikat
h. Dilarang membunuh pemuka agama. suatu perjanjian seperti yang mengadakan
i. Tidak melampaui batas. 28 perjanjian memiliki kewenangan, kerelaan dari
Peperangan bisa dihentikan dengan upaya- kedua belah pihak, isi perjanjian dan objeknya
upaya untuk segera menghentikan peperangan. tidak dilarang oleh syariat Islam, penulisan
perjanjian, menaati perjanjian. 26 27
Ali Manshûr, al-Syarî`ah al-Islâmiyah wa al-Qânûn al- Duwali al-`âm, (al-Qâhirah: Majlis al-A`la li al-Syu ûn al-Islâmiyah, 25 A. Djazuli, Fiqh Siyasah, h. 31.
1971), h. 371.
26 A. Djazuli, Fiqh Siyasah, h. 137-139. 28 A. Djazuli, Fiqh Siyasah, h. 149-150.
MADANIA Vol. XVIII, No. 1, Juni 2014 MADANIA Vol. XVIII, No. 1, Juni 2014 MADANIA Vol. XVIII, No. 1, Juni 2014 Penghentian peperangna bisa terjadi dengan Penghentian peperangna bisa terjadi dengan Penghentian peperangna bisa terjadi dengan
dari empat bagian, yaitu bagian yang mengurusi dari empat bagian, yaitu bagian yang mengurusi dari empat bagian, yaitu bagian yang mengurusi berbagai kemungkinan, antara lain peperangan berbagai kemungkinan, antara lain peperangan berbagai kemungkinan, antara lain peperangan
data diri tentara dan besaran gajinya, bagian data diri tentara dan besaran gajinya, bagian data diri tentara dan besaran gajinya, bagian bisa dihentikan karena tercapainya tujuan perang, bisa dihentikan karena tercapainya tujuan perang, bisa dihentikan karena tercapainya tujuan perang,
pencatatan wilayah-wilayah yang berada dalam pencatatan wilayah-wilayah yang berada dalam pencatatan wilayah-wilayah yang berada dalam atau peperangan dihentikan dengan adanya atau peperangan dihentikan dengan adanya atau peperangan dihentikan dengan adanya
kekuasaan negara Islam, bagian pencatatan kekuasaan negara Islam, bagian pencatatan kekuasaan negara Islam, bagian pencatatan perjanjian damai. Sedangkan perjanjian dapat perjanjian damai. Sedangkan perjanjian dapat perjanjian damai. Sedangkan perjanjian dapat
pegawai negara dan bagian pencatatan baitul pegawai negara dan bagian pencatatan baitul pegawai negara dan bagian pencatatan baitul dibatalkan apabila musuh mengkhianati janji yang dibatalkan apabila musuh mengkhianati janji yang dibatalkan apabila musuh mengkhianati janji yang
mal. mal. mal. 31 31 31
telah dibuat dan disetujui. telah dibuat dan disetujui. telah dibuat dan disetujui. Pengaturan harta dalam siyasah maliyah Pengaturan harta dalam siyasah maliyah Pengaturan harta dalam siyasah maliyah mengacu pada prinsip-prinsip yang digali dari mengacu pada prinsip-prinsip yang digali dari mengacu pada prinsip-prinsip yang digali dari
Siyasah Maliyah Siyasah Maliyah Siyasah Maliyah
Alquran dan hadis. Prinsip-prinsip tersebut Alquran dan hadis. Prinsip-prinsip tersebut Alquran dan hadis. Prinsip-prinsip tersebut Pengaturan dalam siyasah maliyah diorientasi- Pengaturan dalam siyasah maliyah diorientasi- Pengaturan dalam siyasah maliyah diorientasi-
adalah: adalah: adalah:
kan untuk mengatur kemaslahatan masyarakat. kan untuk mengatur kemaslahatan masyarakat. kan untuk mengatur kemaslahatan masyarakat.
a. a. a. Prinsip tauhid dan isti`mâr, yaitu pandangan Prinsip tauhid dan isti`mâr, yaitu pandangan Prinsip tauhid dan isti`mâr, yaitu pandangan Di dalam siyasah maliyah di antaranya mengatur Di dalam siyasah maliyah di antaranya mengatur Di dalam siyasah maliyah di antaranya mengatur
bahwa hanya Allah yang menciptakan alam bahwa hanya Allah yang menciptakan alam bahwa hanya Allah yang menciptakan alam hubungan dengan masyarakat yang menyangkut hubungan dengan masyarakat yang menyangkut hubungan dengan masyarakat yang menyangkut
semesta dan disediakan untuk manusia. semesta dan disediakan untuk manusia. semesta dan disediakan untuk manusia. harta. Konsep tentang sumber-sumber pemasukan harta. Konsep tentang sumber-sumber pemasukan harta. Konsep tentang sumber-sumber pemasukan
b. b. b. Prinsip distribusi rizki, yaitu pandangan bahwa Prinsip distribusi rizki, yaitu pandangan bahwa Prinsip distribusi rizki, yaitu pandangan bahwa dan kaidah-kaidah dalam pembelanjaan keuangan dan kaidah-kaidah dalam pembelanjaan keuangan dan kaidah-kaidah dalam pembelanjaan keuangan
harta kekayaan adalah rizki dari Allah. harta kekayaan adalah rizki dari Allah. harta kekayaan adalah rizki dari Allah. negara ini merupakan salah satu butir pemikiran negara ini merupakan salah satu butir pemikiran negara ini merupakan salah satu butir pemikiran
c. c. c. Prinsip mendahulukan kemaslahatan umum, Prinsip mendahulukan kemaslahatan umum, Prinsip mendahulukan kemaslahatan umum, fukaha yang cukup penting. fukaha yang cukup penting. fukaha yang cukup penting. yaitu pandangan bahwa harta kekayaan itu yaitu pandangan bahwa harta kekayaan itu yaitu pandangan bahwa harta kekayaan itu
Dalam buku al-Siyâsah, Ibnu Taimiyah banyak Dalam buku al-Siyâsah, Ibnu Taimiyah banyak Dalam buku al-Siyâsah, Ibnu Taimiyah banyak hakikatnya milik Allah. hakikatnya milik Allah. hakikatnya milik Allah. 32 32 32 menyoroti tentang perekonomian negara yang menyoroti tentang perekonomian negara yang menyoroti tentang perekonomian negara yang
secara gamblang membahas tentang sumber secara gamblang membahas tentang sumber secara gamblang membahas tentang sumber
Kaidah-kaidah Fikih dalam al-Nazhariyah Kaidah-kaidah Fikih dalam al-Nazhariyah Kaidah-kaidah Fikih dalam al-Nazhariyah
pemasukan dan pendistribusian keuangan negara. pemasukan dan pendistribusian keuangan negara. pemasukan dan pendistribusian keuangan negara.
al-Siyâsiyah al-Siyâsiyah al-Siyâsiyah
Menurutnya, sumber keuangan negara terdiri Menurutnya, sumber keuangan negara terdiri Menurutnya, sumber keuangan negara terdiri Seperti diketahui bahwa fikih siyasah adalah Seperti diketahui bahwa fikih siyasah adalah Seperti diketahui bahwa fikih siyasah adalah dari zakat, ghanimah, dan fai . Sumber-sumber dari zakat, ghanimah, dan fai . Sumber-sumber dari zakat, ghanimah, dan fai . Sumber-sumber hukum Islam yang objek bahasannya tentang hukum Islam yang objek bahasannya tentang hukum Islam yang objek bahasannya tentang lainnya yang tidak termasuk kategori zakat lainnya yang tidak termasuk kategori zakat lainnya yang tidak termasuk kategori zakat kekuasaan. Apabila disederhanakan, fikih siyasah kekuasaan. Apabila disederhanakan, fikih siyasah kekuasaan. Apabila disederhanakan, fikih siyasah dan ghanimah, dimasukkan dalam istilah fai . dan ghanimah, dimasukkan dalam istilah fai . dan ghanimah, dimasukkan dalam istilah fai . meliputi hukum tata negara, administrasi negara, meliputi hukum tata negara, administrasi negara, meliputi hukum tata negara, administrasi negara, Sedangkan prinsip dalam pembelanjaan keuangan Sedangkan prinsip dalam pembelanjaan keuangan Sedangkan prinsip dalam pembelanjaan keuangan hukum internasional, dan hukum ekonomi. Apabila hukum internasional, dan hukum ekonomi. Apabila hukum internasional, dan hukum ekonomi. Apabila negara berpijak pada skala prioritas menurut negara berpijak pada skala prioritas menurut negara berpijak pada skala prioritas menurut dilihat dari sisi hubungan, fikih siyasah berbicara dilihat dari sisi hubungan, fikih siyasah berbicara dilihat dari sisi hubungan, fikih siyasah berbicara tingkat kemaslahatan yang paling tinggi bagi tingkat kemaslahatan yang paling tinggi bagi tingkat kemaslahatan yang paling tinggi bagi tentang hubungan antara rakyat dan pemimpin- tentang hubungan antara rakyat dan pemimpin- tentang hubungan antara rakyat dan pemimpin- rakyat, yang alokasinya diberikan dalam bentuk rakyat, yang alokasinya diberikan dalam bentuk rakyat, yang alokasinya diberikan dalam bentuk pemimpinnya sebagai penguasa yang konkrit di pemimpinnya sebagai penguasa yang konkrit di pemimpinnya sebagai penguasa yang konkrit di
gaji, subsidi, pembangunan, dan lain-lain. gaji, subsidi, pembangunan, dan lain-lain. gaji, subsidi, pembangunan, dan lain-lain. 29 29 29
dalam ruang lingkup satu negara atau antarnegara dalam ruang lingkup satu negara atau antarnegara dalam ruang lingkup satu negara atau antarnegara Berbeda dengan pandangan Ibnu Taimiyah Berbeda dengan pandangan Ibnu Taimiyah Berbeda dengan pandangan Ibnu Taimiyah
atau dalam kebijakan-kebijakan ekonominya atau dalam kebijakan-kebijakan ekonominya atau dalam kebijakan-kebijakan ekonominya di atas, pandangan al-Mawardi relatif lebih detil di atas, pandangan al-Mawardi relatif lebih detil di atas, pandangan al-Mawardi relatif lebih detil
baik nasional maupun internasional. Di antara baik nasional maupun internasional. Di antara baik nasional maupun internasional. Di antara dan operasional. Bagi al-Mawardi, sumber-sumber dan operasional. Bagi al-Mawardi, sumber-sumber dan operasional. Bagi al-Mawardi, sumber-sumber
beberapa kaidah fikih di bidang fikih siyasah yang beberapa kaidah fikih di bidang fikih siyasah yang beberapa kaidah fikih di bidang fikih siyasah yang pemasukan keuangan negara sangat beragam, pemasukan keuangan negara sangat beragam, pemasukan keuangan negara sangat beragam,
dianggap penting untuk diketahui: dianggap penting untuk diketahui: dianggap penting untuk diketahui: baik yang bersifat normatif seperti zakat, baik yang bersifat normatif seperti zakat, baik yang bersifat normatif seperti zakat,
ghanimah, dan fai , maupun yang ijtihadi, seperti ghanimah, dan fai , maupun yang ijtihadi, seperti ghanimah, dan fai , maupun yang ijtihadi, seperti
Kebijakan seorang pemimpin terhadap Kebijakan seorang pemimpin terhadap Kebijakan seorang pemimpin terhadap rakyatnya bergantung kepada kemaslahatan rakyatnya bergantung kepada kemaslahatan rakyatnya bergantung kepada kemaslahatan 33 33 yang operasional terlihat dalam penjelasan al- 33 yang operasional terlihat dalam penjelasan al- yang operasional terlihat dalam penjelasan al- Mawardi bahwa seluruh kegiatan pemasukan Mawardi bahwa seluruh kegiatan pemasukan Mawardi bahwa seluruh kegiatan pemasukan
jizyah, kharaj, `usyr dan lain-lain. jizyah, kharaj, `usyr dan lain-lain. jizyah, kharaj, `usyr dan lain-lain. 30 30 30 Pemaparan Pemaparan Pemaparan
Memperkuat kaidah ini, apa yang dikatakan Memperkuat kaidah ini, apa yang dikatakan Memperkuat kaidah ini, apa yang dikatakan dan pembelanjaan keuangan negara dilakukan dan pembelanjaan keuangan negara dilakukan dan pembelanjaan keuangan negara dilakukan
oleh Umar bin Khattab yang diriwayatkan oleh oleh Umar bin Khattab yang diriwayatkan oleh oleh Umar bin Khattab yang diriwayatkan oleh dengan sistem pengadministrasian (diwan) yang dengan sistem pengadministrasian (diwan) yang dengan sistem pengadministrasian (diwan) yang
Sa`id bin Manshûr: Sa`id bin Manshûr: Sa`id bin Manshûr:
ketat dalam hubungannya dengan kedudukan ketat dalam hubungannya dengan kedudukan ketat dalam hubungannya dengan kedudukan baitul mal. Menurutnya, adminitrasi negara terdiri baitul mal. Menurutnya, adminitrasi negara terdiri baitul mal. Menurutnya, adminitrasi negara terdiri
31 31 31 Abu Hasan al-Mawardi, al-Ahkâm al-Sulthâniyah, h. 389. Abu Hasan al-Mawardi, al-Ahkâm al-Sulthâniyah, h. 389. Abu Hasan al-Mawardi, al-Ahkâm al-Sulthâniyah, h. 389. 29 29 29 Ibnu Taimiyah, Al-Siyâsah al-Syar`iyyah fi Ishlâh al-Râ`i wa Ibnu Taimiyah, Al-Siyâsah al-Syar`iyyah fi Ishlâh al-Râ`i wa Ibnu Taimiyah, Al-Siyâsah al-Syar`iyyah fi Ishlâh al-Râ`i wa
32 32 32 A. Djazuli, Lembaga-lembaga Perekonomian, (Jakarta: A. Djazuli, Lembaga-lembaga Perekonomian, (Jakarta: A. Djazuli, Lembaga-lembaga Perekonomian, (Jakarta: al-Ra`iyyah, (Beirut: Dâr al-Kutub al-`Ilmiyyah, 1988), h. 256. al-Ra`iyyah, (Beirut: Dâr al-Kutub al-`Ilmiyyah, 1988), h. 256. al-Ra`iyyah, (Beirut: Dâr al-Kutub al-`Ilmiyyah, 1988), h. 256.
PT Raja Grafindo Persada, 2002), h. 287-288. PT Raja Grafindo Persada, 2002), h. 287-288. PT Raja Grafindo Persada, 2002), h. 287-288. 30 30 30 Abu Hasan al-Mawardi, al-Ahkâm al-Sulthâniyah, h. Abu Hasan al-Mawardi, al-Ahkâm al-Sulthâniyah, h. Abu Hasan al-Mawardi, al-Ahkâm al-Sulthâniyah, h.
33 33 33 Imam Tajjuddin Abd al Wahab al-Subki, al-Asybâh wa al- Imam Tajjuddin Abd al Wahab al-Subki, al-Asybâh wa al- Imam Tajjuddin Abd al Wahab al-Subki, al-Asybâh wa al- 248-300. 248-300. 248-300.
Nazhâ ir, (Beirut: Dâr al-Kutub al-`Ilmiyah, 1991), h. 137. Nazhâ ir, (Beirut: Dâr al-Kutub al-`Ilmiyah, 1991), h. 137. Nazhâ ir, (Beirut: Dâr al-Kutub al-`Ilmiyah, 1991), h. 137.
Mustofa Hasan: Aplikasi Teori Politik Islam Perspektif Kaidah-Kaidah Fikih
Sungguh aku menempatkan diri dalam mengurus harta Allah seperti kedudukan seorang wali anak yatim, jika aku membutuhkan, aku mengambil daripadanya, jika aku dalam kemudahan, aku mengembalikannya, dan jika aku berkecukupan, aku menjauhinya .
Kaidah ini menegaskan bahwa seorang pemimpin harus berorientasi kepada kemaslahat- an rakyat, bukan mengikuti keinginan hawa nafsunya dan keinginan keluarga atau kelompok- nya. Kaidah ini juga dikuatkan oleh surat al- Nisâ ayat 58. Banyak contoh yang berhubungan dengan kaidah tersebut yaitu setiap kebijakan yang maslahat dan manfaat bagi rakyat, maka itulah yang harus direncanakan, dilaksanakan, diorganisasikan, dan dinilai atau dievaluasi kemajuan nya. Sebalikn ya, kebijakan yang mendatangkan mafsadah dan memudaratkan rakyat, itulah yang harus disingkirkan dan dijauhi. Dalam upaya-upaya pembangunan misalnya, membuat irigasi kepada para petani, membuka lapangan kerja yang padat karya, melindungi hutan lindung, menjaga lingkungan, mengangkat pegawai-pegawai yang amanah dan professional, dan lain sebagainya.
Sebab melanggar salah satunya berarti melanggar keseluruhannya.
Seorang pemimpin itu salah dalam memberi maaf lebih baik daripada salah dalam meng- hukum .
Kaidah ini sama dengan ungkapan hadis yang diriwayatkan oleh al-Tirmidzi. Maksud kaidah tersebut di atas menegaskan bahwa kehati-hatian dalam mengambil keputusan sangatlah penting. Jangan sampai akibat dari keputusan pemimpin mengakibatkan kemunduran kepada rakyat dan bawahannya. Apabila seorang pemimpin masih ragu karena belum ada bukti yang meyakinkan antara memberi maaf atau menjatuhkan hukuman, maka yang terbaik adalah memberi maaf. Tetapi apabila sudah jelas dan meyakinkan bukti-buktinya, maka seorang pemimpin harus berani dan tegas mengambil keputusan sesuai dengan kaidah:
Didahulukan dalam setiap kekuasaan, orang yang berani menegakkan hak atau kebenaran atau kemaslahatan .
Ibnu Taimiyah menyimpulkan dengan:
Perbuatan khianat itu tidak terbagi-bagi 34
Apabila seseorang tidak melaksanakan atau khianat terhadap salah satu amanah yang di- bebankan kepadanya, maka ia harus dipecat dari keseluruhan amanah yang dibebankan kepadanya. Contohnya, seorang kepala daerah memiliki banyak amanah yang dibebankan kepadanya, baik tentang keuangan, kepegawaian, maupun tentang kebijakan yang arif dan bijaksana. Apabila ia menyalahgunakan wewenangnya, misalnya dibidang keuangan dengan melakukan korupsi, maka ia harus di hukum dan dipecat. Artinya seluruh amanah lain yang dibebankan kepadanya, karena jabatannya itu menjadi lepas semuanya.
Memilih yang representatif atau yang lebih
representatif lagi . 35
Kekuasaan yang khusus lebih kuat (kedudukan- nya) dari pada kekuasaan yang umum . 36
Dalam fikih siyasah ada pembagian kekuasaan sejak zaman kekhalifahan. Pembagian kekuasaan itu terus berkembang, maka muncul berbagai lembaga kekuasaan dalam suatu negara. Ada khalifah sebagai lembaga kekuasaan eksekutif, ada lembaga legislatif dan lembaga yudikatif. Bahkan ada lembaga pengawasan.Maksud kaidah tersebut tersebut di atas bahwa lembaga-lembaga
34 Asymuni A Rahman, Qaidah-qaidah Fiqh, (Jakarta: Bulan Bintang, 1976), h. 75
35 Ibnu Taimiyah, al-Siyâsah al-Syar`iyah , h. 14. 36 Asymuni A. Rahman, Qaidah-qaidah Fiqh, h. 132.
Mustofa Hasan: Aplikasi Teori Politik Islam Perspektif Kaidah-Kaidah Fikih
Sungguh aku menempatkan diri dalam mengurus harta Allah seperti kedudukan seorang wali anak yatim, jika aku membutuhkan, aku mengambil daripadanya, jika aku dalam kemudahan, aku mengembalikannya, dan jika aku berkecukupan, aku menjauhinya .
Kaidah ini menegaskan bahwa seorang pemimpin harus berorientasi kepada kemaslahat- an rakyat, bukan mengikuti keinginan hawa nafsunya dan keinginan keluarga atau kelompok- nya. Kaidah ini juga dikuatkan oleh surat al- Nisâ ayat 58. Banyak contoh yang berhubungan dengan kaidah tersebut yaitu setiap kebijakan yang maslahat dan manfaat bagi rakyat, maka itulah yang harus direncanakan, dilaksanakan, diorganisasikan, dan dinilai atau dievaluasi kemajuan nya. Sebalikn ya, kebijakan yang mendatangkan mafsadah dan memudaratkan rakyat, itulah yang harus disingkirkan dan dijauhi. Dalam upaya-upaya pembangunan misalnya, membuat irigasi kepada para petani, membuka lapangan kerja yang padat karya, melindungi hutan lindung, menjaga lingkungan, mengangkat pegawai-pegawai yang amanah dan professional, dan lain sebagainya.
Sebab melanggar salah satunya berarti melanggar keseluruhannya.
Seorang pemimpin itu salah dalam memberi maaf lebih baik daripada salah dalam meng- hukum .
Kaidah ini sama dengan ungkapan hadis yang diriwayatkan oleh al-Tirmidzi. Maksud kaidah tersebut di atas menegaskan bahwa kehati-hatian dalam mengambil keputusan sangatlah penting. Jangan sampai akibat dari keputusan pemimpin mengakibatkan kemunduran kepada rakyat dan bawahannya. Apabila seorang pemimpin masih ragu karena belum ada bukti yang meyakinkan antara memberi maaf atau menjatuhkan hukuman, maka yang terbaik adalah memberi maaf. Tetapi apabila sudah jelas dan meyakinkan bukti-buktinya, maka seorang pemimpin harus berani dan tegas mengambil keputusan sesuai dengan kaidah:
Didahulukan dalam setiap kekuasaan, orang yang berani menegakkan hak atau kebenaran atau kemaslahatan .
Ibnu Taimiyah menyimpulkan dengan:
Perbuatan khianat itu tidak terbagi-bagi 34
Apabila seseorang tidak melaksanakan atau khianat terhadap salah satu amanah yang di- bebankan kepadanya, maka ia harus dipecat dari keseluruhan amanah yang dibebankan kepadanya. Contohnya, seorang kepala daerah memiliki banyak amanah yang dibebankan kepadanya, baik tentang keuangan, kepegawaian, maupun tentang kebijakan yang arif dan bijaksana. Apabila ia menyalahgunakan wewenangnya, misalnya dibidang keuangan dengan melakukan korupsi, maka ia harus di hukum dan dipecat. Artinya seluruh amanah lain yang dibebankan kepadanya, karena jabatannya itu menjadi lepas semuanya.
Memilih yang representatif atau yang lebih
representatif lagi . 35
Kekuasaan yang khusus lebih kuat (kedudukan- nya) dari pada kekuasaan yang umum . 36
Dalam fikih siyasah ada pembagian kekuasaan sejak zaman kekhalifahan. Pembagian kekuasaan itu terus berkembang, maka muncul berbagai lembaga kekuasaan dalam suatu negara. Ada khalifah sebagai lembaga kekuasaan eksekutif, ada lembaga legislatif dan lembaga yudikatif. Bahkan ada lembaga pengawasan.Maksud kaidah tersebut tersebut di atas bahwa lembaga-lembaga
34 Asymuni A Rahman, Qaidah-qaidah Fiqh, (Jakarta: Bulan Bintang, 1976), h. 75
35 Ibnu Taimiyah, al-Siyâsah al-Syar`iyah , h. 14. 36 Asymuni A. Rahman, Qaidah-qaidah Fiqh, h. 132.
Mustofa Hasan: Aplikasi Teori Politik Islam Perspektif Kaidah-Kaidah Fikih
Sungguh aku menempatkan diri dalam mengurus harta Allah seperti kedudukan seorang wali anak yatim, jika aku membutuhkan, aku mengambil daripadanya, jika aku dalam kemudahan, aku mengembalikannya, dan jika aku berkecukupan, aku menjauhinya .
Kaidah ini menegaskan bahwa seorang pemimpin harus berorientasi kepada kemaslahat- an rakyat, bukan mengikuti keinginan hawa nafsunya dan keinginan keluarga atau kelompok- nya. Kaidah ini juga dikuatkan oleh surat al- Nisâ ayat 58. Banyak contoh yang berhubungan dengan kaidah tersebut yaitu setiap kebijakan yang maslahat dan manfaat bagi rakyat, maka itulah yang harus direncanakan, dilaksanakan, diorganisasikan, dan dinilai atau dievaluasi kemajuan nya. Sebalikn ya, kebijakan yang mendatangkan mafsadah dan memudaratkan rakyat, itulah yang harus disingkirkan dan dijauhi. Dalam upaya-upaya pembangunan misalnya, membuat irigasi kepada para petani, membuka lapangan kerja yang padat karya, melindungi hutan lindung, menjaga lingkungan, mengangkat pegawai-pegawai yang amanah dan professional, dan lain sebagainya.
Sebab melanggar salah satunya berarti melanggar keseluruhannya.
Seorang pemimpin itu salah dalam memberi maaf lebih baik daripada salah dalam meng- hukum .
Kaidah ini sama dengan ungkapan hadis yang diriwayatkan oleh al-Tirmidzi. Maksud kaidah tersebut di atas menegaskan bahwa kehati-hatian dalam mengambil keputusan sangatlah penting. Jangan sampai akibat dari keputusan pemimpin mengakibatkan kemunduran kepada rakyat dan bawahannya. Apabila seorang pemimpin masih ragu karena belum ada bukti yang meyakinkan antara memberi maaf atau menjatuhkan hukuman, maka yang terbaik adalah memberi maaf. Tetapi apabila sudah jelas dan meyakinkan bukti-buktinya, maka seorang pemimpin harus berani dan tegas mengambil keputusan sesuai dengan kaidah:
Didahulukan dalam setiap kekuasaan, orang yang berani menegakkan hak atau kebenaran atau kemaslahatan .
Ibnu Taimiyah menyimpulkan dengan:
Perbuatan khianat itu tidak terbagi-bagi 34
Apabila seseorang tidak melaksanakan atau khianat terhadap salah satu amanah yang di- bebankan kepadanya, maka ia harus dipecat dari keseluruhan amanah yang dibebankan kepadanya. Contohnya, seorang kepala daerah memiliki banyak amanah yang dibebankan kepadanya, baik tentang keuangan, kepegawaian, maupun tentang kebijakan yang arif dan bijaksana. Apabila ia menyalahgunakan wewenangnya, misalnya dibidang keuangan dengan melakukan korupsi, maka ia harus di hukum dan dipecat. Artinya seluruh amanah lain yang dibebankan kepadanya, karena jabatannya itu menjadi lepas semuanya.
Memilih yang representatif atau yang lebih
representatif lagi . 35
Kekuasaan yang khusus lebih kuat (kedudukan- nya) dari pada kekuasaan yang umum . 36
Dalam fikih siyasah ada pembagian kekuasaan sejak zaman kekhalifahan. Pembagian kekuasaan itu terus berkembang, maka muncul berbagai lembaga kekuasaan dalam suatu negara. Ada khalifah sebagai lembaga kekuasaan eksekutif, ada lembaga legislatif dan lembaga yudikatif. Bahkan ada lembaga pengawasan.Maksud kaidah tersebut tersebut di atas bahwa lembaga-lembaga
34 Asymuni A Rahman, Qaidah-qaidah Fiqh, (Jakarta: Bulan Bintang, 1976), h. 75
35 Ibnu Taimiyah, al-Siyâsah al-Syar`iyah , h. 14. 36 Asymuni A. Rahman, Qaidah-qaidah Fiqh, h. 132.
MADANIA Vol. XVIII, No. 1, Juni 2014 MADANIA Vol. XVIII, No. 1, Juni 2014 MADANIA Vol. XVIII, No. 1, Juni 2014 yang khusus lebih kuat kekuasaannya dari pada yang khusus lebih kuat kekuasaannya dari pada yang khusus lebih kuat kekuasaannya dari pada
melakukan riba dan sebagainya. Selain itu, dia melakukan riba dan sebagainya. Selain itu, dia melakukan riba dan sebagainya. Selain itu, dia lembaga yang umum. Contohnya Camat lebih lembaga yang umum. Contohnya Camat lebih lembaga yang umum. Contohnya Camat lebih
harus tetap salat, puasa, memegang amanah, harus tetap salat, puasa, memegang amanah, harus tetap salat, puasa, memegang amanah, kuat kekuasaannya dalam wilayahnya daripada kuat kekuasaannya dalam wilayahnya daripada kuat kekuasaannya dalam wilayahnya daripada
dan lain sebagainya. dan lain sebagainya. dan lain sebagainya.
kepala desa; wali nasab lebih kuat kekuasaannya kepala desa; wali nasab lebih kuat kekuasaannya kepala desa; wali nasab lebih kuat kekuasaannya
terhadap anaknya dari pada lembaga peradilan terhadap anaknya dari pada lembaga peradilan terhadap anaknya dari pada lembaga peradilan agama, dan seterusnya. agama, dan seterusnya. agama, dan seterusnya.
Setiap perjanjian dengan orang non muslim Setiap perjanjian dengan orang non muslim Setiap perjanjian dengan orang non muslim harus dihormati seperti dihormatinya perjanjian harus dihormati seperti dihormatinya perjanjian harus dihormati seperti dihormatinya perjanjian
semua muslim . semua muslim . semua muslim . 40 40 40
Tidak dterima di negeri muslim pernyataan Tidak dterima di negeri muslim pernyataan Tidak dterima di negeri muslim pernyataan Kaidah ini berlaku dalam akad, perjanjian, Kaidah ini berlaku dalam akad, perjanjian, Kaidah ini berlaku dalam akad, perjanjian, tidak tahu hukum . tidak tahu hukum . tidak tahu hukum . 37 37 37 atau transaksi antara individu muslim dan non atau transaksi antara individu muslim dan non atau transaksi antara individu muslim dan non Sudah tentu yang dimaksud tidak tahu Sudah tentu yang dimaksud tidak tahu Sudah tentu yang dimaksud tidak tahu
muslim dan antara negeri muslim dan non muslim muslim dan antara negeri muslim dan non muslim muslim dan antara negeri muslim dan non muslim hukum di sini adalah hukum yang bersifat umum hukum di sini adalah hukum yang bersifat umum hukum di sini adalah hukum yang bersifat umum
secara bilateral atau unilateral. secara bilateral atau unilateral. secara bilateral atau unilateral. karena mesyarakat mestinya mengetahui, seperti karena mesyarakat mestinya mengetahui, seperti karena mesyarakat mestinya mengetahui, seperti
hukum mentaati ulil amri adalah wajib, zakat itu hukum mentaati ulil amri adalah wajib, zakat itu hukum mentaati ulil amri adalah wajib, zakat itu wajib, dan lain sebagainya. wajib, dan lain sebagainya. wajib, dan lain sebagainya.
Pungutan harus disertai dengan perlindungan . Pungutan harus disertai dengan perlindungan . Pungutan harus disertai dengan perlindungan . Kaidah ini menegaskan bahwa setiap pungut- Kaidah ini menegaskan bahwa setiap pungut- Kaidah ini menegaskan bahwa setiap pungut-
6. 6. 6. an berupa harta dari rakyat, baik berupa zakat, an berupa harta dari rakyat, baik berupa zakat, an berupa harta dari rakyat, baik berupa zakat, Hukum asal dalam hubungan antar negara Hukum asal dalam hubungan antar negara Hukum asal dalam hubungan antar negara
rikaz, ma`dun, kharaj, wajib disertai dengan rikaz, ma`dun, kharaj, wajib disertai dengan rikaz, ma`dun, kharaj, wajib disertai dengan adalah perdamaian . adalah perdamaian . adalah perdamaian . 38 38 38 perlindungan dari pemerintah kepada warga perlindungan dari pemerintah kepada warga perlindungan dari pemerintah kepada warga
Ajaran Islam baik dalam hubungan antara Ajaran Islam baik dalam hubungan antara Ajaran Islam baik dalam hubungan antara yang sudah mengeluarkannya. Pemerintah tidak yang sudah mengeluarkannya. Pemerintah tidak yang sudah mengeluarkannya. Pemerintah tidak manusia maupun antara negara adalah perdamaian. manusia maupun antara negara adalah perdamaian. manusia maupun antara negara adalah perdamaian.
punya hak untuk memungut tanpa melindungi punya hak untuk memungut tanpa melindungi punya hak untuk memungut tanpa melindungi Perang hanya dilakukan untuk melakukan Perang hanya dilakukan untuk melakukan Perang hanya dilakukan untuk melakukan
rakyatnya. Apabila tidak ada perlindungan rakyatnya. Apabila tidak ada perlindungan rakyatnya. Apabila tidak ada perlindungan pertahanan diri. Perang bersifat temporer dan pertahanan diri. Perang bersifat temporer dan pertahanan diri. Perang bersifat temporer dan
dari pemerintah terhadap rakyatnya, maka dari pemerintah terhadap rakyatnya, maka dari pemerintah terhadap rakyatnya, maka dilakukan ketika satu-satunya penyelesaian dilakukan ketika satu-satunya penyelesaian dilakukan ketika satu-satunya penyelesaian
pemerintah tidak berhak memungut apa pun dari pemerintah tidak berhak memungut apa pun dari pemerintah tidak berhak memungut apa pun dari adalah perang. Perang itu karena darurat. Oleh adalah perang. Perang itu karena darurat. Oleh adalah perang. Perang itu karena darurat. Oleh
rakyatnya. Yang dimaksud dengan perlindungan rakyatnya. Yang dimaksud dengan perlindungan rakyatnya. Yang dimaksud dengan perlindungan sebab itu, harus memenuhi persyaratan darurat. sebab itu, harus memenuhi persyaratan darurat. sebab itu, harus memenuhi persyaratan darurat.
ini adalah rakyat harus dilindungi hartanya, ini adalah rakyat harus dilindungi hartanya, ini adalah rakyat harus dilindungi hartanya, Apabila terpaksa terjadi perang, harus diupayakan Apabila terpaksa terjadi perang, harus diupayakan Apabila terpaksa terjadi perang, harus diupayakan
darahnya dan kehormatannya. Termasuk di darahnya dan kehormatannya. Termasuk di darahnya dan kehormatannya. Termasuk di kembali kepada perdamaian, baik dengan cara kembali kepada perdamaian, baik dengan cara kembali kepada perdamaian, baik dengan cara
dalamnya menciptakan kondisi keamanan yang dalamnya menciptakan kondisi keamanan yang dalamnya menciptakan kondisi keamanan yang penghentian sementara, perjanjian, dan dengan penghentian sementara, perjanjian, dan dengan penghentian sementara, perjanjian, dan dengan
menyeluruh agar bisa berusaha, bekerja dalam menyeluruh agar bisa berusaha, bekerja dalam menyeluruh agar bisa berusaha, bekerja dalam melalui lembaga arbitrase. melalui lembaga arbitrase. melalui lembaga arbitrase.
lapangan kerja yang halal, serta membangun lapangan kerja yang halal, serta membangun lapangan kerja yang halal, serta membangun sarana dan prasarana untuk kesejahteraan sarana dan prasarana untuk kesejahteraan sarana dan prasarana untuk kesejahteraan
rakyatnya. rakyatnya. rakyatnya.
Setiap barang yang tidak sah dijual belikan Setiap barang yang tidak sah dijual belikan Setiap barang yang tidak sah dijual belikan di negeri Islam, maka tidak sah pula dilakukan di negeri Islam, maka tidak sah pula dilakukan di negeri Islam, maka tidak sah pula dilakukan
di negeri harbi . di negeri harbi . di negeri harbi . 39 39 39 Keluar dari perbedaan pendapat adalah Keluar dari perbedaan pendapat adalah Keluar dari perbedaan pendapat adalah Negara harbi adalah negara yang sedang Negara harbi adalah negara yang sedang Negara harbi adalah negara yang sedang
disenangi disenangi disenangi 41 41 41 . . .
berperang dengan negara Islam. Kaidah ini berperang dengan negara Islam. Kaidah ini berperang dengan negara Islam. Kaidah ini Dalam kehidupan bersama sering terjadi Dalam kehidupan bersama sering terjadi Dalam kehidupan bersama sering terjadi dipakai oleh mazhab Maliki dan Syafi`i. Kaidah dipakai oleh mazhab Maliki dan Syafi`i. Kaidah dipakai oleh mazhab Maliki dan Syafi`i. Kaidah
perbedaan pendapat. Perbedaan pendapat ini perbedaan pendapat. Perbedaan pendapat ini perbedaan pendapat. Perbedaan pendapat ini ini berkaitan dengan nasionalitas. Artinya, dimana ini berkaitan dengan nasionalitas. Artinya, dimana ini berkaitan dengan nasionalitas. Artinya, dimana
penting dalam memberi alternatif pemecahan penting dalam memberi alternatif pemecahan penting dalam memberi alternatif pemecahan pun berada, barang-barang yang haram tetap pun berada, barang-barang yang haram tetap pun berada, barang-barang yang haram tetap
masalah. Tetapi, kembali kepada kesepakatan masalah. Tetapi, kembali kepada kesepakatan masalah. Tetapi, kembali kepada kesepakatan haram hukumnya. Jadi seorang muslim yang haram hukumnya. Jadi seorang muslim yang haram hukumnya. Jadi seorang muslim yang
itu disenangi, setelah terjadi terjadi perbedaan itu disenangi, setelah terjadi terjadi perbedaan itu disenangi, setelah terjadi terjadi perbedaan pergi ke luar negeri, tetap haram baginya makan pergi ke luar negeri, tetap haram baginya makan pergi ke luar negeri, tetap haram baginya makan
pendapat tadi, ini agar kehidupan masyarakat pendapat tadi, ini agar kehidupan masyarakat pendapat tadi, ini agar kehidupan masyarakat daging babi, minum minuman yang memabukkan, daging babi, minum minuman yang memabukkan, daging babi, minum minuman yang memabukkan,
menjadi tenang kembali. menjadi tenang kembali. menjadi tenang kembali.
37 37 37 Abd. al-Qadîr Audah, al-Islâm wa Awdhâ unâ al-Siyâsah, Abd. al-Qadîr Audah, al-Islâm wa Awdhâ unâ al-Siyâsah, Abd. al-Qadîr Audah, al-Islâm wa Awdhâ unâ al-Siyâsah, (Kairo: Dâr al-Kutub al-`Arabi, 1957), h. 431. (Kairo: Dâr al-Kutub al-`Arabi, 1957), h. 431. (Kairo: Dâr al-Kutub al-`Arabi, 1957), h. 431.
40 40 40 Ali Ahmad al-Nadwi, al-Qawâ`id al-Fiqhiyah, (Beirut: Dâr Ali Ahmad al-Nadwi, al-Qawâ`id al-Fiqhiyah, (Beirut: Dâr Ali Ahmad al-Nadwi, al-Qawâ`id al-Fiqhiyah, (Beirut: Dâr 38 38 38 Ali Manshûr, al-Syari ah al-Islamiyah , h. 137-138 Ali Manshûr, al-Syari ah al-Islamiyah , h. 137-138 Ali Manshûr, al-Syari ah al-Islamiyah , h. 137-138
al-Qalam, 1998), h. 113. al-Qalam, 1998), h. 113. al-Qalam, 1998), h. 113.
39 39 39 Abdul Wahab Khallâf, al-Siyâsah al-Syar`iyah, (Kairo: Dâr Abdul Wahab Khallâf, al-Siyâsah al-Syar`iyah, (Kairo: Dâr Abdul Wahab Khallâf, al-Siyâsah al-Syar`iyah, (Kairo: Dâr 41 41 41 Al-Suyûthî, Al-Asybâh wa al-Nazhâ ir fi Qawâ`id wa Furu` Al-Suyûthî, Al-Asybâh wa al-Nazhâ ir fi Qawâ`id wa Furu` Al-Suyûthî, Al-Asybâh wa al-Nazhâ ir fi Qawâ`id wa Furu` al-Anshâr, 1977), h. 264. al-Anshâr, 1977), h. 264. al-Anshâr, 1977), h. 264.
Fiqh al-Syâfi`î, (Beirut: Dâr al-Kutub al-Islâmiyah, 1979), h. 151. Fiqh al-Syâfi`î, (Beirut: Dâr al-Kutub al-Islâmiyah, 1979), h. 151. Fiqh al-Syâfi`î, (Beirut: Dâr al-Kutub al-Islâmiyah, 1979), h. 151.
Mustofa Hasan: Aplikasi Teori Politik Islam Perspektif Kaidah-Kaidah Fikih
Apa yang tidak bisa dilaksanakan seluruhnya, jangan ditinggalkan seluruhnya .
Kaidah ini menyatakan bahwa apabila suatu
kriteria yang sesuai dengan sosio historis yang ada.
Melihat kebijakan dan kebijaksanaan rasulullah saw dan sahabat tersebut, fikih siyasah menjadi disiplin ilmu yang sangat penting dalam rangka
keputusan yang baik sudah diambil tetapi dalam pelaksanaannya banyak hambatan, maka tidak berarti harus ditinggalkan seluruhnya. Akan tetapi, apa yang dapat dilaksanakan itulah yang dikerjakan sesuai dengan kesempatan dan kemampuan yang ada.
Bagi mereka ada hak seperti hak-hak yang ada pada kita dan terhadap mereka dibebani kewajiban seperti beban kewajiban terhadap kita 42
Kaidah di atas tersebut menegaskan adanya persamaan hak dan kewajiban di antara sesama warga negara yang dilandasi oleh moral ukhuwah wathaniyah, meskipun mereka berbeda warna kulit, bahasa, dan budaya, serta kekayaannya. Ulama menggunakan kaidah di atas dalam konteks hubungan antar negara muslim dan dzimmi. Mereka berkedudukan sama di depan penguasa dan hukum.
Penutup
Sejarah telah membuktikan bahwa perilaku Nabi Muhammad saw merupakan hukum Islam yang berjalan. Peristiwa-peristiwa sejarah yang terjadi setelah Rasulullah menetap di Madinah merupakan nilai dasar fikih siyasah. Dalam kedudukanya sebagai kepala negara, kebijakan Rasulullah saw. merupakan pelaksanaan siyâsah syar`iyyah. Salah satu contohnya adalah kebijakan yang dibuat rasululllah saw. berkenaan dengan persaudaraan intern kaum muslimin antara kelompok Muhajirin dengan kelompok Anshar. Kemudian perjanjian ekstern antara komunitas muslim dengan komunitas non muslim. Persoalan siyasah yang pertama dihadapi kaum muslimin setelah rasulullah wafat adalah suksesi politik. Pada masa Khulafaur rasyidin dikenal berbagai mekanisme penetapan kepala negara yang dikenal dengan sebutan khalifah dan dengan berbagai
42 Abd. al-Qadîr Audah, al-Islâm wa Awdhâ unâ , h. 196.
mengelola kehidupan berbangsa dan bernegara yang adil dan sejahtera. Dari sini lah kemudian para ulama fikih memformulasikan kaidah- kaidah fikih yang berhubungan dengan siyasah ini; kaidah-kaidah siyasah yang mementingkan kemaslahatan umum yang berhubungan dengan hukum tata negara, administrasi negara, hukum internasional, dan hukum ekonomi.
Pustaka Acuan
Asqalâni, Ahmad ibn Hajr al-, Fath al-Bârî, Riyad: Muhammmad ibn Su`ud al-Islâmiyah, t.th., Jilid VII.
Audah, Abd. al-Qadîr, al-Islâm wa Awdhâ unâ al- Siyâsah, Kairo: Dâr al-Kutub al-`Arabi, 1957.
Dahlan, Abdul Aziz, Ensiklopedia Hukum Islam, Jakarta: Ikhtiar van Hoeve, 1995, Jilid I.
Djazuli, A., Fiqh Siyasah, Jakarta: Prenada Media,
2003. Djazuli, A., Lembaga-lembaga Perekonomian,
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002. Iqbal, Muhammad, Fiqh Siyasah; Kontekstualisasi
Doktrin Politik Islam, Jakarta: Grafindo Media Persada, 2001.
Jauziyah, Ibnu Qayyim al-, I`lâm al-Muwaqqi`în `an Rabb al-`Âlamîn, Beirut: Dâr al-Jayl. t.th.
Khallâf, Abdul Wahab, al-Siyâsah al-Syar`iyah, Kairo: Dâr al-Anshâr, 1977, h. 264.
Khallâf, Abdul Wahab, al-Siyâsah wa al-Syarî`ah, Kairo: Dâr al-Anshâr, 1977.
Manshûr, Ali, Al-Syarî`ah al-Islâmiyah wa al-Qânûn al-Duwali al-`âm (al-Qâhirah: Majlis al-A`la li al-Syu ûn al-Islâmiyah, 1971.
Mawardi, Abu al-Hasan Ali ibn Muhammad ibn Muhammad ibn Habîb al-Bashri al-Baghdadi al-, al-Ahkâm al-Sulthâniyah, Mesir: Musthafâ al-Babiy al-Halabiy. t.th.
Musa, Moh. Yusuf, Nizhâm al-Hukmi fi al-Islâm, Kairo: Dâr al-Kitâb al-`Araby, 1963.
Nadwi, Ali Ahmad al-, al-Qawâ`id al-Fiqhiyah, 107 |
Mustofa Hasan: Aplikasi Teori Politik Islam Perspektif Kaidah-Kaidah Fikih
Apa yang tidak bisa dilaksanakan seluruhnya, jangan ditinggalkan seluruhnya .
Kaidah ini menyatakan bahwa apabila suatu
kriteria yang sesuai dengan sosio historis yang ada.
Melihat kebijakan dan kebijaksanaan rasulullah saw dan sahabat tersebut, fikih siyasah menjadi disiplin ilmu yang sangat penting dalam rangka
keputusan yang baik sudah diambil tetapi dalam pelaksanaannya banyak hambatan, maka tidak berarti harus ditinggalkan seluruhnya. Akan tetapi, apa yang dapat dilaksanakan itulah yang dikerjakan sesuai dengan kesempatan dan kemampuan yang ada.
Bagi mereka ada hak seperti hak-hak yang ada pada kita dan terhadap mereka dibebani kewajiban seperti beban kewajiban terhadap kita 42
Kaidah di atas tersebut menegaskan adanya persamaan hak dan kewajiban di antara sesama warga negara yang dilandasi oleh moral ukhuwah wathaniyah, meskipun mereka berbeda warna kulit, bahasa, dan budaya, serta kekayaannya. Ulama menggunakan kaidah di atas dalam konteks hubungan antar negara muslim dan dzimmi. Mereka berkedudukan sama di depan penguasa dan hukum.
Penutup
Sejarah telah membuktikan bahwa perilaku Nabi Muhammad saw merupakan hukum Islam yang berjalan. Peristiwa-peristiwa sejarah yang terjadi setelah Rasulullah menetap di Madinah merupakan nilai dasar fikih siyasah. Dalam kedudukanya sebagai kepala negara, kebijakan Rasulullah saw. merupakan pelaksanaan siyâsah syar`iyyah. Salah satu contohnya adalah kebijakan yang dibuat rasululllah saw. berkenaan dengan persaudaraan intern kaum muslimin antara kelompok Muhajirin dengan kelompok Anshar. Kemudian perjanjian ekstern antara komunitas muslim dengan komunitas non muslim. Persoalan siyasah yang pertama dihadapi kaum muslimin setelah rasulullah wafat adalah suksesi politik. Pada masa Khulafaur rasyidin dikenal berbagai mekanisme penetapan kepala negara yang dikenal dengan sebutan khalifah dan dengan berbagai
42 Abd. al-Qadîr Audah, al-Islâm wa Awdhâ unâ , h. 196.
mengelola kehidupan berbangsa dan bernegara yang adil dan sejahtera. Dari sini lah kemudian para ulama fikih memformulasikan kaidah- kaidah fikih yang berhubungan dengan siyasah ini; kaidah-kaidah siyasah yang mementingkan kemaslahatan umum yang berhubungan dengan hukum tata negara, administrasi negara, hukum internasional, dan hukum ekonomi.
Pustaka Acuan
Asqalâni, Ahmad ibn Hajr al-, Fath al-Bârî, Riyad: Muhammmad ibn Su`ud al-Islâmiyah, t.th., Jilid VII.
Audah, Abd. al-Qadîr, al-Islâm wa Awdhâ unâ al- Siyâsah, Kairo: Dâr al-Kutub al-`Arabi, 1957.
Dahlan, Abdul Aziz, Ensiklopedia Hukum Islam, Jakarta: Ikhtiar van Hoeve, 1995, Jilid I.
Djazuli, A., Fiqh Siyasah, Jakarta: Prenada Media,
2003. Djazuli, A., Lembaga-lembaga Perekonomian,
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002. Iqbal, Muhammad, Fiqh Siyasah; Kontekstualisasi
Doktrin Politik Islam, Jakarta: Grafindo Media Persada, 2001.
Jauziyah, Ibnu Qayyim al-, I`lâm al-Muwaqqi`în `an Rabb al-`Âlamîn, Beirut: Dâr al-Jayl. t.th.
Khallâf, Abdul Wahab, al-Siyâsah al-Syar`iyah, Kairo: Dâr al-Anshâr, 1977, h. 264.
Khallâf, Abdul Wahab, al-Siyâsah wa al-Syarî`ah, Kairo: Dâr al-Anshâr, 1977.
Manshûr, Ali, Al-Syarî`ah al-Islâmiyah wa al-Qânûn al-Duwali al-`âm (al-Qâhirah: Majlis al-A`la li al-Syu ûn al-Islâmiyah, 1971.
Mawardi, Abu al-Hasan Ali ibn Muhammad ibn Muhammad ibn Habîb al-Bashri al-Baghdadi al-, al-Ahkâm al-Sulthâniyah, Mesir: Musthafâ al-Babiy al-Halabiy. t.th.
Musa, Moh. Yusuf, Nizhâm al-Hukmi fi al-Islâm, Kairo: Dâr al-Kitâb al-`Araby, 1963.
Nadwi, Ali Ahmad al-, al-Qawâ`id al-Fiqhiyah, 107 |
Mustofa Hasan: Aplikasi Teori Politik Islam Perspektif Kaidah-Kaidah Fikih
Apa yang tidak bisa dilaksanakan seluruhnya, jangan ditinggalkan seluruhnya .
Kaidah ini menyatakan bahwa apabila suatu
kriteria yang sesuai dengan sosio historis yang ada.
Melihat kebijakan dan kebijaksanaan rasulullah saw dan sahabat tersebut, fikih siyasah menjadi disiplin ilmu yang sangat penting dalam rangka
keputusan yang baik sudah diambil tetapi dalam pelaksanaannya banyak hambatan, maka tidak berarti harus ditinggalkan seluruhnya. Akan tetapi, apa yang dapat dilaksanakan itulah yang dikerjakan sesuai dengan kesempatan dan kemampuan yang ada.
Bagi mereka ada hak seperti hak-hak yang ada pada kita dan terhadap mereka dibebani kewajiban seperti beban kewajiban terhadap kita 42
Kaidah di atas tersebut menegaskan adanya persamaan hak dan kewajiban di antara sesama warga negara yang dilandasi oleh moral ukhuwah wathaniyah, meskipun mereka berbeda warna kulit, bahasa, dan budaya, serta kekayaannya. Ulama menggunakan kaidah di atas dalam konteks hubungan antar negara muslim dan dzimmi. Mereka berkedudukan sama di depan penguasa dan hukum.
Penutup
Sejarah telah membuktikan bahwa perilaku Nabi Muhammad saw merupakan hukum Islam yang berjalan. Peristiwa-peristiwa sejarah yang terjadi setelah Rasulullah menetap di Madinah merupakan nilai dasar fikih siyasah. Dalam kedudukanya sebagai kepala negara, kebijakan Rasulullah saw. merupakan pelaksanaan siyâsah syar`iyyah. Salah satu contohnya adalah kebijakan yang dibuat rasululllah saw. berkenaan dengan persaudaraan intern kaum muslimin antara kelompok Muhajirin dengan kelompok Anshar. Kemudian perjanjian ekstern antara komunitas muslim dengan komunitas non muslim. Persoalan siyasah yang pertama dihadapi kaum muslimin setelah rasulullah wafat adalah suksesi politik. Pada masa Khulafaur rasyidin dikenal berbagai mekanisme penetapan kepala negara yang dikenal dengan sebutan khalifah dan dengan berbagai
42 Abd. al-Qadîr Audah, al-Islâm wa Awdhâ unâ , h. 196.
mengelola kehidupan berbangsa dan bernegara yang adil dan sejahtera. Dari sini lah kemudian para ulama fikih memformulasikan kaidah- kaidah fikih yang berhubungan dengan siyasah ini; kaidah-kaidah siyasah yang mementingkan kemaslahatan umum yang berhubungan dengan hukum tata negara, administrasi negara, hukum internasional, dan hukum ekonomi.
Pustaka Acuan
Asqalâni, Ahmad ibn Hajr al-, Fath al-Bârî, Riyad: Muhammmad ibn Su`ud al-Islâmiyah, t.th., Jilid VII.
Audah, Abd. al-Qadîr, al-Islâm wa Awdhâ unâ al- Siyâsah, Kairo: Dâr al-Kutub al-`Arabi, 1957.
Dahlan, Abdul Aziz, Ensiklopedia Hukum Islam, Jakarta: Ikhtiar van Hoeve, 1995, Jilid I.
Djazuli, A., Fiqh Siyasah, Jakarta: Prenada Media,
2003. Djazuli, A., Lembaga-lembaga Perekonomian,
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002. Iqbal, Muhammad, Fiqh Siyasah; Kontekstualisasi
Doktrin Politik Islam, Jakarta: Grafindo Media Persada, 2001.
Jauziyah, Ibnu Qayyim al-, I`lâm al-Muwaqqi`în `an Rabb al-`Âlamîn, Beirut: Dâr al-Jayl. t.th.
Khallâf, Abdul Wahab, al-Siyâsah al-Syar`iyah, Kairo: Dâr al-Anshâr, 1977, h. 264.
Khallâf, Abdul Wahab, al-Siyâsah wa al-Syarî`ah, Kairo: Dâr al-Anshâr, 1977.
Manshûr, Ali, Al-Syarî`ah al-Islâmiyah wa al-Qânûn al-Duwali al-`âm (al-Qâhirah: Majlis al-A`la li al-Syu ûn al-Islâmiyah, 1971.
Mawardi, Abu al-Hasan Ali ibn Muhammad ibn Muhammad ibn Habîb al-Bashri al-Baghdadi al-, al-Ahkâm al-Sulthâniyah, Mesir: Musthafâ al-Babiy al-Halabiy. t.th.
Musa, Moh. Yusuf, Nizhâm al-Hukmi fi al-Islâm, Kairo: Dâr al-Kitâb al-`Araby, 1963.
Nadwi, Ali Ahmad al-, al-Qawâ`id al-Fiqhiyah, 107 |
MADANIA Vol. XVIII, No. 1, Juni 2014
Beirut: Dâr al-Qalam, 1998, h. 113. Fiqh Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1971. Nasâ î, Ahmad ibn Syu aib Abu Abdurrahman al-,
Subki, Imam Tâjjuddîn Abd al-Wahâb al-, al-Asybâh Musnad al-Nasâ î al-Kubrâ, Beirut: Dâr al-Kutub
wa al-Nazhâ ir, Beirut: Dâr al-Kutub al-`Ilmiyah, al-`Ilmiyyah, 1991, juz III.
Praja, Juhaya S., Filsafat Hukum Islam, Bandung: Suyûthî, Al-Asybâh wa al-Nazhâ ir fi Qawâ`id wa Lathifah Press, 2009.
Furu` Fiqh al-Syâfi`î, Beirut: Dâr al-Kutub al- Rahman, Asymuni A., Qaidah-qaidah Fiqh, (Jakarta:
Islâmiyah, 1979.
Bulan Bintang, 1976. Taimiyah, Ibnu, Al-Fatâwâ al-Kubrâ, Kairo: Dâr Shiddieqy Hasbi Ash-, Asas-Asas Hukum Tata
al-Ma`rifah, t.th., Jilid XVIII. Negara Menurut Syari at Islam, Jakarta:
Taimiyah, Ibnu, Al-Siyâsah al-Syar`iyyah fi Ishlâh Matahari Masa, 1976.
al-Râ`i wa al-Ra`iyyah, Beirut: Dâr al-Kutub Shiddieqy, Hasbi Ash-, Ilmu Kenegaraan dalam
al-`Ilmiyyah, 1988.