Jumlah Siswa dan Penyebarannya

G. Jumlah Siswa dan Penyebarannya

Berdasarkan data rekap dari SMK Negeri 2 Surakarta yang dilakukan sampai bulan Mei 2009, maka jumlah siswa di sekolah tersebut dapat dilihat pada tebel 2.5 dan 2.6.

Tabel 2.5 Jumlah Siswa Dan Jumlah Kelas

Di SMK Negeri 2 Surakarta Berdasarkan Tingkatan Kelas Tahun Pelajaran 2008/2009

No

Jumlah Siswa Tingkatan Kelas .

Jumlah

Kelas

P Jumlah

1. Kelas X (sepuluh)

2. Kelas XI (sebelas)

3. Kelas XII (dua belas)

27 503 Dari tabel 2.5 dapat diketahui bahwa jumlah siswa SMK Negeri 2 Jumlah 53 1605 125 1730

Sumber: SMK Negeri 2 Surakarta

Surakarta tahun pelajaran 2008/2009 berjumlah 1730 orang. Jumlah tersebut Surakarta tahun pelajaran 2008/2009 berjumlah 1730 orang. Jumlah tersebut

XI (sebelas), dan XII (dua belas) menggantikan tahun-tahun sebelumnya yang lazim disebut dengan kelas 1, kelas 2, dan kelas 3. Jumlah siswa kelas X ada 634 orang dengan jumlah siswa laki-laki 586 orang dan siswa perempuan 48 orang, kelas XI ada 593 orang yaitu 543 siswa laki-laki dan 50 siswa perempuan. Sedangkan siswa kelas XII ada 503 orang yang terdiri dari 476 siswa laki-laki dan

27 siswa perempuan. Jumlah siswa dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan. Jumlah siswa laki-laki di tiap tingkatan kelas lebih banyak daripada siswa perempuan. Adapun jumlah siswa berdasarkan program keahlian dapat dilihat pada tabel 2.6.

Tabel 2.6 Jumlah Siswa dan Jumlah Kelas Di SMK Negeri 2 Surakarta Berdasarkan Program Keahlian Tahun Pelajaran 2008/2009

Jumlah Siswa N Program Keahlian

Jumlah Kelas

Jumlah o.

X (se-

XI (se-

XII (dua

1. Teknik Gambar

1 1 1 92 5 97 Bangunan (TGB)

88 Bangunan (TKB)

2. Teknik Konstruksi

3. Teknik Perkayuan

75 (TP)

4. Teknik Listrik

1 1 1 96 3 99 Pemakaian (TLP)

5. Teknik Audio Visual

21 372 (TAV)

6. Teknik Pemesin

1 361 (TPM)

7. Teknik Mekanik

1 366 Otomotif (TMO)

Jaringan (TKJ) Jumlah

Sumber: SMK Negeri 2 Surakarta

Dari tabel 2.6 dapat dilihat bahwa jumlah kelas pada teknik audio, teknik pemesinan dan teknik mekanik otomotif ada 4 kelas dengan jumlah siswa masing- masing 372 orang, 361 orang dan 366 orang. Jumlah kelas dan siswa pada program keahlian ini lebih banyak dibanding jumlah kelas dan siswa di program keahlian lain dikarenakan program keahlian ini merupakan program keahlian yang diunggulkan di SMK Negeri 2 Surakarta. Adapun jumlah kelas pada teknik gambar bangunan, teknik konstruksi bangunan, teknik perkayuan dan teknik listrik pemakaian masing-masing ada 1 kelas. Sedangkan jumlah siswa pada teknik komputer dan jaringan ada 3 kelas dengan 272 siswa. Siswa yang diterima di SMK Negeri 2 Surakarta langsung masuk pada program keahlian yang dipilih oleh siswa. Maksud dari penggolongan program keahlian ini adalah agar siswa lebih mampu mengembangkan kompetensinya lebih dini sesuai dengan bakat dan kemampuannya.

H. Kegiatan Siswa

Siswa atau pelajar adalah warga negara yang terdidik, oleh sebab itu, siswa seharusnya merupakan warga negara yang baik, loyal, tertib, dan pantas dicontoh. Kehidupan pelajar merupakan masa yang paling baik dalam membentuk fisik, mental, dan karakter untuk menjadi manusia pembangunan yang ber- Pancasila. Berhubung dengan hal tersebut, maka SMK Negeri 2 Surakarta Siswa atau pelajar adalah warga negara yang terdidik, oleh sebab itu, siswa seharusnya merupakan warga negara yang baik, loyal, tertib, dan pantas dicontoh. Kehidupan pelajar merupakan masa yang paling baik dalam membentuk fisik, mental, dan karakter untuk menjadi manusia pembangunan yang ber- Pancasila. Berhubung dengan hal tersebut, maka SMK Negeri 2 Surakarta

Kegiatan intra sekolah merupakan kegiatan utama yang secara langsung berkaitan dengan proses belajar mengajar di sekolahan. Kegiatannya meliputi Organisasi Intra Sekolah (OSIS) yang wajib diikuti tiap siswa. Sedangkan kegiatan ekstrakulikuler adalah kegiatan tambahan yang tidak secara langsung berkaitan dengan proses belajar mengajar, meliputi:

1. Keolahragaan: semua kegiatan untuk peningkatan kesehatan dan kesegaran jasmani.

2. Kesenian/ Kebudayaan: karawitan, musik dance, teater.

3. Bakti masyarakat: Palang Merah Remaja (PMR).

4. Rekreasi dan pembinaan generasi muda: Perkemahan, pecinta alam, pramuka.

5. Kegiatan Publikasi: kliping, majalah dinding, berita kegiatan.

6. Kegiatan Ilmiah: Karya Ilmiah Remaja (KIR), diskusi kelompok, study tour.

7. Ketrampilan: semua aspek yang mencakup ketrampilan siswa. Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) yang merupakan organisasi yang wajib diikuti oleh tiap siswa dan mempunyai struktur organisasi seperti berikut:

Gambar 2.2

BAB III

HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

Dalam rangka mendekatkan kesesuaian mutu tamatan yang meliputi kemampuan kerja dan sikap professional dengan kebutuhan lapangan kerja, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menempuh kebijakan untuk menyelenggarakan kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dengan model Pendidikan Sistem Ganda (PSG). Program ini terdiri dari dua sistem yaitu kegiatan belajar mengajar di sekolah dan praktek kerja di industri yang disebut dengan praktek kerja industri (prakerin). Prakerin adalah kegiatan magang di dunia usaha/industri dalam waktu tertentu untuk mengenal lebih dini dunia kerja sebelum mereka menamatkan pendidikan di SMK.

Penelitian ini mencakup satuan pengamatan pelaksanaan praktek kerja industri di SMK Negeri 2 Surakarta. Sedangkan analisis penelitian berdasarkan hasil wawancara mendalam, observasi langsung, dokumen-dokumen dan laporan- laporan yang ada kaitannya dengan permasalahan yang akan diteliti. Pada bab ini, data-data yang telah diperoleh akan disusun, disajikan dan dianalisis secara sistematis sesuai dengan perumusan masalah yang ada. Susunan analisis data akan nampak sebagai berikut:

A. Pelaksanaan Praktek Kerja Industri di SMK Negeri 2 Surakarta

Secara lebih jelas pembahasan tentang pelaksanaan praktik kerja industri di SMK Negeri 2 Surakarta dapat dilihat pada pembahasan berikut ini:

1. Persiapan praktek kerja industri

Persiapan praktek kerja industri merupakan kegiatan-kegiatan yang dilakukan sebelum praktik kerja industri dimulai. Tujuannya adalah untuk menyiapkan segala kebutuhan praktek kerja industri yang akan diselenggarakan oleh Sekolah Menengah Negeri 2 Surakarta di dunia usaha/ industri sebagai institusi pasangan. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan saat persiapan tersebut antara lain:

1.1 Penentuan waktu pelaksanaan praktek kerja industri

Penentuan waktu pelaksanaan prakerin ini harus tepat agar tidak mengganggu proses belajar mengajar yang telah ditentukan oleh bagian kurikulum. Waktu pelaksanaan prakerin adalah jangka waktu siswa sebagai peserta prakerin dari awal pelaksanaan di dunia usaha/ industri sebagai institusi pasangan sampai penarikan oleh pihak sekolah. Dalam penentuan waktu pelaksanaan prakerin ini, Wakil Kepala Sekolah Hubungan Masyarakat SMK Negeri 2 Surakarta melakukan koordinasi dengan bagian kurikulum dalam penentuan waktu pelaksanaan praktek kerja industri. Hal ini diungkapkan oleh Wakil Kepala Selokah hubungan masyarakat SMK Negeri 2 Surakarta sebagai berikut:

“Waktu pelaksanaan prakerin sudah ditentukan oleh WKS 4 SMK Negeri

2 Surakarta yang berkoordinasi dengan bagian kurikulum. Keduanya berkoordinasi dalam penentuan waktu prakerin agar tidak mengganggu kegiatan belajar mengajar yang telah ditetapkan sebelumnya.” (Wawancara dengan Drs. Sarmanto, 07-07-09).

Praktek kerja industri Teknik Mekanik Otomotif di SMK Negeri 2 Surakarta Tahun Pelajaran 2008/2009 ini dilaksanakan dalam 2 periode yaitu :

2. Periode ke 2: 1 September s.d. 31 Oktober 2009 Pelaksanaan prakerin dalam program keahlian Teknik Mekanik Otomotif dibagi dalam 2 kelompok yaitu kelompok pertama melakukan prakerin pada periode ke 1 dan kelompok kedua melakukan prakerin pada periode ke 2. Kegiatan prakerin ini dilaksanakan pada awal semester satu kelas XII (duabelas) selama waktu kerja 2 bulan atau lebih di dunia usaha/industri yang menjadi institusi pasangan. Lamanya prakerin ini tergantung pada kesepakatan antara pihak sekolah dengan institusi pasangan serta lokasi tempat prakerin. Sebagaimana dijelaskan oleh Wakil Kepala Selokah hubungan masyarakat SMK Negeri 2 Surakarta sebagai berikut:

“Untuk siswa yang melakukan prakerin pada perusahaan yang ada di Kota Surakarta, waktunya sekitar 2-3 bulan sedangkan siswa yang melakukan prakerin di luar Kota Surakarta bisa sampai 4 bulan”.(Wawancara dengan Drs. Sarmanto, 07-07-09).

Hal senada juga diungkapkan oleh salah satu siswa SMK Negeri 2 Surakarta sebagai berikut: “Pelaksanaan prakerin sudah ditentukan oleh pihak sekolah. Pelaksanaan

prakerin dibagi dalam dua periode yaitu periode ke 1 pada bulan Juli- Agustus dan periode ke 2 pada bulan September-Oktober. Tetapi untuk siswa yang melakukan prakerin di Luar Kota Solo, waktunya lebih lama mbak yaitu sekitar 4 bulan”.(Wawancara dengan Linggar Endra, 14-07- 09).

Hal ini dibenarkan oleh siswa jurusan Teknik Mekanik Otomotif yang lain yaitu Luthfi Al Hakim sebagai berikut: “Saya mengikuti prakerin pada tahap 1 yaitu bulan Juli-Agustus, dan

hanya 2 bulan saja mbak. Tetapi teman saya dari jurusan lain ada yang mengikuti prakerin sampai 4 bulan.” (Wawancara, 14-07-09).

Dari beberapa hasil wawancara dengan beberapa informan diatas dapat disimpulkan bahwa lamanya prakerin ditentukan oleh lokasi tempat prakerin dan kesepakatan antara pihak sekolah dengan pihak institusi pasangan.

Dunia usaha/ industri sebagai tempat pelaksanaan prakerin menjadi komponen yang penting dalam pelaksanaan prakerin, sehingga dalam penentuan waktu pelaksanaan prakerin juga perlu mempertimbangan kesanggupan pihak dunia usaha/ industri. Hal tersebut seperti yang diungkapkan oleh Bapak Sarmanto, wakil kepala sekolah hubungan masyarakat sebagai berikut:

“Prakerin dapat dilaksanakan sesuai dengan pembelajaran kompetensi yang direncanakan akan diberikan di dunia kerja. Di samping itu perlu juga mengadakan komunikasi dengan dunia kerja, dengan tujuan untuk memastikan kesiapan dunia kerja dan pembimbing, menerima peserta prakerin sesuai kompetensi yang diharapkan.”(wawancara,07-07-09)

Hal senada juga diungkapkan oleh Bapak Hari Agung, S.Pd, guru pembimbing prakerin sebagai berikut: “Rancangan prakerin sebagai bagian pembelajaran perlu memperhatikan

kesiapan dunia usaha/industri sebagai institusi pasangan dalam melaksanakan pembelajaran kompetensi siswa. Hal ini diperlukan agar dalam pelaksanaan dan penempatan peserta didik untuk prakerin tepat sasaran sesuai dengan kompetensi yang akan dipelajari.” (Wawancara, 06- 07-09).

Hampir semua dunia usaha/ industri yang bekerjasama dengan pihak SMK Negeri 2 Surakarta menyetujui jadwal waktu pelaksanaan prakerin. Adapun dunia usaha/ industri yang menolak penentuan waktu pelaksanaan prakerin mempunyai alasan bahwa kondisi kesibukan aktivitas pekerjaan yang tidak mendukung sehingga pihak dunia usaha/ industri kuatir tidak bisa melaksanakan tugas sebagai Hampir semua dunia usaha/ industri yang bekerjasama dengan pihak SMK Negeri 2 Surakarta menyetujui jadwal waktu pelaksanaan prakerin. Adapun dunia usaha/ industri yang menolak penentuan waktu pelaksanaan prakerin mempunyai alasan bahwa kondisi kesibukan aktivitas pekerjaan yang tidak mendukung sehingga pihak dunia usaha/ industri kuatir tidak bisa melaksanakan tugas sebagai

“Dalam penentuan waktu pelaksanaan prakerin, apabila terjadi ketidaksesuaian waktu yang mengakibatkan penolakan oleh institusi pasangan, maka siswa bisa mencari dunia usaha/ institusi lain sebagai institusi pasangan dalam prakerin”. (Wawancara dengan Hari Agung, S.Pd, 06-07-09)

Dari hasil wawancara tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa dalam penentuan waktu pelaksanaan praktek kerja industri, selain adanya koordinasi antara tim Pokja SMK Negeri 2 Surakarta dengan bagian kurikulum, penentuan waktu pelaksanaan prakerin juga harus memperhatikan kesanggupan dari pihak dunia usaha/ industri yang akan menjadi institusi pasangan. Pemilihan waktu ini harus tepat agar tidak mengganggu proses belajar mengajar di sekolah.

1.2 Pemetaan dunia usaha/ industri sebagai tempat praktek kerja industri

Pemetaan dunia usaha/industri merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh kejelasan tentang dunia usaha/industri yang akan menjadi tempat praktek kerja industri. Dunia usaha/ industri merupakan komponen terpenting karena posisinya sebagai institusi pasangan atau partner kerjasama dalam pelaksanaan praktek kerja industri. Pemetaan dunia usaha/industri sangat penting dilakukan sebelum program prakerin dirancang. Hal ini dimaksudkan agar dunia usaha/industri yang dijadikan institusi pasangan benar-benar sesuai dengan Pemetaan dunia usaha/industri merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh kejelasan tentang dunia usaha/industri yang akan menjadi tempat praktek kerja industri. Dunia usaha/ industri merupakan komponen terpenting karena posisinya sebagai institusi pasangan atau partner kerjasama dalam pelaksanaan praktek kerja industri. Pemetaan dunia usaha/industri sangat penting dilakukan sebelum program prakerin dirancang. Hal ini dimaksudkan agar dunia usaha/industri yang dijadikan institusi pasangan benar-benar sesuai dengan

Pelaksanaan praktek kerja industri hanya mungkin dapat dilaksanakan apabila ada kesediaan dan kemauan industri/perusahaan untuk menjadi pasangan SMK, karena itu dituntut kemauan dan kemampuan SMK untuk berinisiatif mendekati serta mendapatkan industri/perusahaan untuk menjdi pasangannya. Pelaksanaan prakerin sudah menjadi jadwal rutin dari sekolah sehingga dunia usaha/ industri yang menjadi institusi pasangan sebagian besar sama dengan tahun-tahun sebelumnya. Hal ini diungkapkan oleh Wakil Kepala Sekolah hubungan masyarakat SMK Negeri 2 Surakarta yaitu Bapak Sarmanto berikut ini:

“Berlangsungnya prakerin sudah menjadi kegiatan rutin dari sekolah sehingga pemetaan tempat prakerin baik yang ada di karesidenan Surakarta maupun yang ada di luar kota Surakarta dilakukan melalui proses prakerin yang sudah berlangsung pada tahun sebelumnya. Pemetaan dunia usaha/industri dilakukan melalui pengisian angket observasi pembimbingan yang dilakukan guru pembimbing di waktu pembimbingan di dunia usaha/ industri.”(Wawancara, 07-07-09).

Dari pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa pemetaan dunia/ industri dilakukan melalui pengisian angket observasi pembimbingan yang dilakukan oleh guru pembimbing selama pembimbingan di dunia usaha/ industri karena prakerin merupakan kegiatan rutin yang dilakukan tiap tahun. Dalam rangka melaksanakan prakerin untuk program keahlian Teknik Mekanik Otomotif, SMK Negeri 2 Surakarta telah menjalin kerjasama dengan beberapa perusahaan/ industri baik yang ada di karesidenan Surakarta maupun yang ada di luar kota. Untuk lebih jelasnya, berikut disajikan tabel 3.1 mengenai nama-nama dunia usaha/industri Dari pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa pemetaan dunia/ industri dilakukan melalui pengisian angket observasi pembimbingan yang dilakukan oleh guru pembimbing selama pembimbingan di dunia usaha/ industri karena prakerin merupakan kegiatan rutin yang dilakukan tiap tahun. Dalam rangka melaksanakan prakerin untuk program keahlian Teknik Mekanik Otomotif, SMK Negeri 2 Surakarta telah menjalin kerjasama dengan beberapa perusahaan/ industri baik yang ada di karesidenan Surakarta maupun yang ada di luar kota. Untuk lebih jelasnya, berikut disajikan tabel 3.1 mengenai nama-nama dunia usaha/industri

Tabel 3.1

Nama dan Alamat Dunia Usaha/ Industri Untuk Rogram Keahlian Teknik Mekanik Otomotif

SMK Negeri 2 Surakarta Tahun Pelajaran 2009/2010

NO. Lokasi Nama-nama Dunia usaha/ industri

1. Karesidenan Surakarta 1. Bengkel RPM Jl. Slamet Riyadi No. 108 Kartasura, Sukoharjo.

2. Bengkel Fajar Motor Jl. Pandanaran No. 266 Boyolali.

3. Bengkel Hero Auto Service Jl. Cokroaminoto No. 2 Surakarta.

4. Bengkel Exast Jl. Batik Keris No. 54 Cemani Surakarta.

5. Bengkel Nitro Speed Jl. Dr. Rajiman No. 452 Laweyan Ska.

6. Bengkel Sun Motor Jl. Ahmad Yani Km. 5 Pabelan Sukoharjo.

7. Bengkel Setia Prima Jl. Adi Sucipto No. 200 Surakarta.

8. Bengkel Mega Merapi Jl. Solo-Yogya Km. 11 Kartasura.

9. Bengkel Monte Carlo/ Otoclinic Jl. Soepomo No. 6A Surakarta.

10. Bengkel Otoclinik Jl. Raya Solo Tw Mangu Km. 7 Palur Kra.

11. Bengkel Anugerah Kasih Jl. Tangkuban Perahu No. 23a Surakarta.

12. Star Prima Jl. Suryo No. 147 Jagalan Surakarta.

13. PT. Astra Internasional Tbk. Daihatsu- Surakarta Jl. Raya Solo Permai Solo Baru Sukoharjo.

14. Honda Solo Baru Jl. Raya Solo Baru Sukoharjo.

15. Toyota Nascomo Solo Baru Jl. Raya Solo Permai Solo Baru.

16. Bengkel Purnomo Jl. Sumbing Tengah No. 1 Mojosongo, Surakarta

17. Bengkel Joko Respon Jl. Kumbang Moro RT.03/03 Danusuman Ska.

18. Bengkel Fajar Motor Jl. Pandanaran No. 266 Boyolali.

19. Bengkel Otomotif Tomo Jl. Kapten P. Tendean No. 2 Nusukan Surakarta.

20. Bengkel YN Jl. Kapten Muladi No. 335B Surakarta.

21. Bengkel Sahabat Jl. Slamet Riyadi No. 442 Makamhaji, Kartasura, Surakarta.

22. MAN Motor Madungan Jongke Karanganyar.

23. Bengkel Yanto Jl. Slamet Riyadi No. 421 Makamhaji, Kartasura, Surakarta.

24. Bengkel Isuzu Astra DSO Jl. Adi Sucipto Surakarta.

25. Bengkel Bintang Motor Mobilindo Jl. Slamet Riyadi No. 181 Surakarta

26. Bengkel Mobil Harjuna Jl. Yosodipuro No. 34 Solo.

27. Bengkel Hero Auto Service Jl. Cokroaminoto No. 2 Surakarta.

28. Bengkel Bapak Warono Kajen RT.25/VII Celep, Kedawung Sragen.

29. Bengkel Azhari Sangkrah Surakarta.

30. Bengkel Era 2000 Jl. Raya Palur Tawangmangu Km. 6,9.

31. PT. Solo Indonesia Utama Jl. Ahmad Yani Km. 8 Pabelan Kartasura Surakarta.

32. Bengkel Iwan Jl. Papangan Dukuh Makamhaji

2. Luar Kota

1. PT. Surya Putra Sarana Jl. Jend. Sudrman No. 776 Bandung.

2. PT. New Ratna Motor Jl. Raya Kaligawe Km. 5 Semarang.

Sumber: SMK Negeri 2 Surakarta

Dari beberapa dunia usaha/ industri tersebut, ada beberapa dunia usaha/ industri yang sama dengan tahun-tahun sebelumnya tetapi ada juga dunia usaha

industri yang baru. Perubahan dunia usaha/ industri tersebut dikarenakan ketidaksesuaian dengan kompetensi siswa. Dalam pemilihan dunia usaha/ industri sebagai tempat berlangsungnya prakerin adalah melalui 2 cara yaitu pertama, dunia usaha/ industri dipilihkan oleh pihak sekolah dan yang kedua adalah siswa mencari sendiri dunia usaha/ industri yang akan mereka jadikan sebagai tempat prakerin. Pada cara yang kedua ini, apabila setelah dilakukan survei oleh guru pembimbing ternyata dunia usaha/ industri yang dipilih siswa tidak sesuai dengan kompetensi siswa maka siswa disarankan untuk pindah ke dunia usaha/ industri lain atau mereka akan dicarikan dunia usaha/ industri oleh pihak sekolah. Hal ini sesuai dengan pernyataan Bapak Hari Agung sebagai berikut:

“Dalam pemilihan dunia usaha/ industri sebagai tempat prakerin, ada yang dicarikan oleh pihak sekolah dan ada juga siswa yang mencari sendiri yang penting dunia usaha/ industri yang dipilih sesuai dengan kompetensi siswa.”(Wawancara, 06-07-09). Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa dunia usaha/

industri yang menjadi tempat praktek kerja industri tidak seluruhnya dipilihkan oleh pihak sekolah. Siswa diberikan kebebasan untuk mencari dunia usaha/ industri sendiri tetapi dalam pemilihan dunia usaha/ industri tersebut harus sesuai dengan kompetensi yang dimiliki siswa sehingga diharapkan siswa bisa memperoleh pekerjaan yang sesuai dengan program keahlian yang dimiliki.

Pihak SMK Negeri 2 Surakarta mempunyai beberapa kriteria dalam pemilihan dunia usaha/ industri sebagai institusi pasangan. Kriteria pemilihan dunia usaha/ industri sebagai institusi pasangan antara lain kesesuaian pekerjaan di dunia usaha/ industri dengan kompetensi yang ada di sekolah. Oleh karena itu, dunia usaha/ industri harus bersedia menempatkan siswa pada bagian pekerjaan Pihak SMK Negeri 2 Surakarta mempunyai beberapa kriteria dalam pemilihan dunia usaha/ industri sebagai institusi pasangan. Kriteria pemilihan dunia usaha/ industri sebagai institusi pasangan antara lain kesesuaian pekerjaan di dunia usaha/ industri dengan kompetensi yang ada di sekolah. Oleh karena itu, dunia usaha/ industri harus bersedia menempatkan siswa pada bagian pekerjaan

“Dalam pemilihan dunia usaha/ industri sebagai institusi pasangan, kriteria yang paling utama yang harus ada adalah pekerjaan yang ada di dunia usaha/ industri harus sesuai dengan kompetensi yang ada di sekolah. Sehingga diperlukan adanya komunikasi antara sekolah dan institusi pasangan dalam pemetaan jenis pekerjaan di industri/ perusahaan yaitu mengidentifikasi jenis-jenis ketrampilan kerja dari pekerjaan-pekerjaan yang ada di dunia industri/usaha berikut kemampuan-kemampuan yang dipersyaratkan untuk dapat melaksanakan pekerjaan tersebut”. (Wawancara, 06-07-09).

Hal senada juga diungkapkan oleh Bapak Sarmanto sebagai berikut: “Kriteria penentuan DUDI itu harus sesuai dengan kompetensi

kemampuan siswa yaitu yang sesuai dengan program keahlian siswa sehingga DUDI yang akan dijadikan tempat prakerin harus bersedia memberikan pekerjaan kepada siswa sesuai dengan kompetensi keahliannya. Kami berharap dengan pemilihan dunia usaha/ industri sesuai dengan program keahlian siswa adalah agar siswa peserta prakerin dapat menerapkan teori yang diperoleh di sekolah”. (Wawancara, 07-07-09)

Dari hasil wawancara dengan kedua informan tersebut dapat disimpulkan bahwa SMK Negeri 2 Surakarta tidak sembarangan dalam memilih dunia usaha/industri sebagai institusi pasangannya. Salah satu kriteria dalam pemilihan dunia usaha/industri adalah adanya kesesuaian kompetensi siswa dengan jenis pekerjaan yang ada di dunia usaha/industri sebagai tempat prakerin. Pihak SMK Negeri 2 Surakarta harus berusaha memilih dunia usaha/industri yang sesuai dengan kompetensi tersebut. Hal ini perlu dilakukan agar jenis pekerjaan yang akan dilakukan siswa pada saat pelaksanaan praktek kerja industri adalah pekerjaan yang sesuai dengan kompetensinya sehingga ilmu dan pengetahuan di bidang keahlian siswa bisa semakin bertambah.

Dalam hal ini, Bapak Sarmanto menambahkan bahwa kriteria kedua dalam pemilihan dunia usaha/ industri adalah sebagai berikut: “Kesediaan dunia usaha/ industri untuk mengkomunikasikan hak dan

kewajiban siswa peserta prakerin juga harus diperhatikan. Hak dari siswa peserta prakerin antara lain memperoleh bimbingan dari instruktur di dunia usaha/ industri dan memperoleh suasana kerja yang. Sedangkan kewajiban dari siswa peserta prakerin adalah menaati peraturan yang ada di dunia usaha/ industri tentang jam kerja, sikap maupun kesopanan dalam berpakaian.” (Wawancara, 07-07-09).

Dan kriteria yang ketiga adalah penyediaan sarana dan prasarana yang memadai untuk prakerin. Penyelenggaraan praktek kerja industri sangat ditunjang keberhasilannya dengan tersedianya sarana dan prasarana pelatihan yang memadai, dalam arti cukup dalam jumlah dan lengkap jenisnya. Terlebih lagi dalam praktek kerja industri, siswa melakukan praktek setiap hari sehingga dalam hal ini sarana prasarana juga turut mendukung kelancaran proses praktek kerja industri. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Bapak Sarmanto sebagai berikut:

“Kelengkapan sarana dan prasarana yang ada di DUDI adalah penting. Tetapi masih ada beberapa DUDI yang belum memadai sarana dan prasarananya”(Wawancara, 07-07-09).

Dari hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam pemilihan dunia usaha/ industri juga harus memperhatikan sarana prasarana yang ada karena pihak sekolah mengharapkan peserta prakerin mempunyai pengetahuan dan penambahan ketrampilan dalam pengenalan dan penguasaan teknologi yang berlaku di dunia kerja.

Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa informan mengenai pemilihan dunia usaha/industri sebagai institusi pasangan, dapat disimpulkan Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa informan mengenai pemilihan dunia usaha/industri sebagai institusi pasangan, dapat disimpulkan

1. Kesesuaian bidang usaha yang ada di dunia usaha/ industri dengan program keahlian siswa peserta prakerin.

2. Kesediaan dunia usaha/ industri untuk mengkomunikasikan hak dan kewajiban peserta prakerin selama pelaksanaan prakerin.

3. Ketersediaan sarana dan prasarana sebagai alat pelatihan kerja.

1.3 Pemetaan siswa

Pemetaan siswa merupakan penentuan penempatan siswa di dunia usaha/ industri sesuai dengan program keahlian yang dimiliki siswa. Adapun yang bertanggung jawab terhadap pemetaan siswa adalah Kelompok Kerja (POKJA) prakerin, Ketua program keahlian, Kepala sekolah melalui Wakil Kepala Sekolah hubungan masyarakat. Hal ini dungkapkan oleh Bapak Sarmanto sebagai berikut:

“Dalam pemetaan siswa ini pembimbing sekolah melakukan koordinasi dengan POKJA prakerin di program keahlian dilanjutkan bersama-sama koordinasi di lini ketua program keahlian bersama dengan WKS 4 dengan kepala POKJA prakerin”.(Wawancara, 07-07-09).

Hal tersebut dibenarkan oleh Bapak Hari Agung, S.Pd., Guru Pembimbing prakerin sebagai berikut: “Pemetaan siswa dilakukan apabila siswa telah mendapatkan jawaban dari Hal tersebut dibenarkan oleh Bapak Hari Agung, S.Pd., Guru Pembimbing prakerin sebagai berikut: “Pemetaan siswa dilakukan apabila siswa telah mendapatkan jawaban dari

Dalam pemetaan siswa tersebut juga dilakukan seleksi terhadap siswa seleksi tersebut berkaitan dengan pretasi siswa di sekolah. Hal ini dilakukan karena ada beberapa dunia usaha/ industri yang menuntut diadakannya seleksi untuk menjaring siswa peserta prakerin. Berikut penjelasan Bapak Sarmanto selaku Wakil Kepala Sekolah hubungan masyarakat sebagai berikut:

“Adapun kriteria dalam pemetaan siswa di DUDI adalah berkaitan dengan prestasi siswa sebagai tuntutannya. Selain itu, dalam pemetaan siswa juga berdasarkan pada daya tampung yang ada di dunia usaha/ industri.” (Wawancara, 07-07-09).

Hal tersebut diperjelas lagi dengan pernyataan dari Bapak Hari Agung sebagai berikut: “Kriteria khusus dalam pemetaan siswa adalah tentang prestasi siswa dei

sekolah, yaitu mereka yang memperoleh peringkat 1-3. Selain itu juga berdasarkan daya tampung di DUDI.”(Wawancara, 06-07-09).

Dari kedua pendapat mengenai seleksi siswa peserta prakerin, dapat diambil kesimpulan bahwa dalam pemetaan siswa calon peserta prakerin tidak ada seleksi khusus kecuali apabila dunia usaha/ industri yang menuntut dilakukannya seleksi. Dalam pemetaan siswa berdasarkan pada daya tampung yang ada di dunia usaha/ industri sehingga siswa dalam satu program keahlian tidak ditempatkan dalam institusi yang sama, mereka dibagi dalam beberapa kelompok tergantung pada daya tampung yang disediakaan oleh dunia usaha/ industri. Seperti yang diungkapkan oleh Luthfi Al Hakim, peserta prakerin sebagai berikut:

“Pelaksanaan prakerin di program Teknik Mekanik Otomotif ini, siswa dibagi dalam beberapa kelompok. Tergantung pada dunia usaha/ industri yang membutuhkan.”(wawancara, 14-07-09).

Hal ini dibenarkan oleh peserta prakerin lain yaitu Wicaksono sebagai berikut: “Kami dalam satu program keahlian itu tidak ditempatkan dalam satu

industri yang sama. Saya prakerin di Bengkel Exast Jl. Batik Keris No.5 Cemani dengan 3 orang teman saya.”(wawancara, 14-07-09).

Pendapat lain juga diungkapkan oleh Agung Tri Wibowo sebagai berikut: “Dalam jurusan teknik mekanik otomotif, siswa tidak ditempatkan dalam

dunia usaha/ industri yang sama. Di bengkel Nitro ini, siswa teknik mekanik otomotif dari SMK Negeri 2 Surakarta yang melakukan prakerin ada 4 orang.”(Wawancara, 14-07-09).

Untuk lebih jelasnya, berikut ditampilkan tabel 3.3 mengenai pemetaan siswa peserta praktek kerja industri (prakerin) sebagai berikut:

Tabel 3.2 Pemetaan Siswa Praktek Kerja Industri (Prakerin) Periode 1 Program Keahlian Teknik Mekanik Otomotif SMK Negeri 2 Surakarta Tahun Pelajaran 2009/2010

N Nama dan Alamat DUDI

Nama Siswa O.

1. Andi Hariyanto Jl. Slamet Riyadi No. 108 Kartasura, Sukoharjo.

1. Bengkel RPM

2. Bengkel Fajar Motor

1. Danang Kurniawan Jl. Pandanaran No. 266 Boyolali.

3. Bengkel Hero Auto Service

1. Triyono Jl. Cokroaminoto No. 2 Surakarta.

2. Adimas Kusumo

4. Bengkel Exast

1. Wicaksono GP Jl. Batik Keris No. 54 Cemani Surakarta.

2. Luthfi Al Hakim

3. Arwi Siswinanto

4. Fian Metal AP

5. Bengkel Nitro Speed

1. Agung Tri W Dr. Rajiman No. 452 Laweyan Ska.

2. Linggar Endra R.

3. Linggar Singgih A.

4. Muhammad Iqbal

6. Bengkel Sun Motor

1. Adie Prasetyo Jl. Ahmad Yani Km. 5 Pabelan Sukoharjo.

2. Imam Lukmana

3. Johan Sugiyanto

7. Bengkel Setia Prima

1. Pebrian Sri S Jl. Adi Sucipto No. 200 Surakarta.

8. Bengkel Mega Merapi

1. Ari Setyawan Jl. Solo-Yogya Km. 11 Kartasura.

2. Muhammad Bachru

9. Bengkel Monte Carlo/ Otoclinic

1. Kusmantoro Jl. Soepomo No. 6A Surakarta.

1. Eko Prasetyo Jl. Raya Solo Tw Mangu Km. 7 Palur Kra.

10. Bengkel Otoclinik

1. Rohmad Susanto Jl. Tangkuban Perahu No. 23a Surakarta.

11. Bengkel Anugerah Kasih

2. Endri Ngadiyanto

3. Prastianto Wahyu

1. Jamaludin Jl. Suryo No. 147 Jagalan Surakarta.

12. Star Prima

1. Rohmad Jailani Jl. Sumpah Pemuda No. 145 Mojosongo Ska.

13. Kosti Solo

2. Ghofar Ismoyo A

3. Masna Wahyu H

4. Oktavianus Yuda K

5. Wisnu Dwi P

6. Muhammad Azia R

7. Iwan Kustia N

1. Ardi Prasetyo Jl. Raya Solo Permai Solo Baru Sukoharjo.

14. PT. Astra Internasional Tbk. Daihatsu-Surakarta

2. Hery Setiawan

1. Hendra Budi S Jl. Raya Solo Baru Sukoharjo.

15. Honda Solo Baru

2. Subur Widodo

1. Fajar Ari A Jl. Raya Solo Permai Solo Baru.

16. Toyota Nascomo Solo Baru

1. Surya Hari W Jl. Sumbing Tengah No. 1 Mojosongo, Surakarta.

17. Bengkel Purnomo

1. Agung Widiatmoko Jl. Kumbang Moro RT.03/03 Danusuman Ska.

18. Bengkel Joko Respon

2. Dedy Agung P

1. Karno Jl. Pandanaran No. 266 Boyolali.

19. Bengkel Fajar Motor

1. Pardiyanto Jl. Kapten P. Tendean No. 2 Nusukan Surakarta.

20. Bengkel Otomotif Tomo

1. Hamdani Sapto H Jl. Kapten Muladi No. 335B Surakarta.

21. Bengkel YN

1. Nursila Aminudin Jl. Slamet Riyadi No. 442 Makamhaji, Kartasura,

22. Bengkel Sahabat

Surakarta.

1. Galih Prasetyo Madungan Jongke Karanganyar.

23. MAN Motor

1. Bimo Sinugroho Jl. Slamet Riyadi No. 421 Makamhaji, Kartasura, 2. Radityo Ponco N Surakarta.

24. Bengkel Yanto

1. Bimo Sinugroho Jl. Adi Sucipto Surakarta.

25. Bengkel Isuzu Astra DSO

2. Radityo Ponco N

1. Friska Andi W Jl. Slamet Riyadi No. 181 Surakarta

26. Bengkel Bintang Motor Mobilindo

1. Agus Dwi S Jl. Yosodipuro No. 34 Solo.

27. Bengkel Mobil Harjuna

1. Deni Kristiyanto Kajen RT.25/VII Celep, Kedawung Sragen.

28. Bengkel Bapak Warono

2. Rachmat Adi F

1. Agus Santoso Sangkrah Surakarta.

29. Bengkel Azhari

2. Agus Triwahyono

1. Abdullah Ruyfasa Jl. Raya Palur Tawangmangu Km. 6,9.

30. Bengkel Era 2000

1. Fery Adi P Jl. Ahmad Yani Km. 8 Pabelan Kartasura Surakarta.

31. PT. Solo Indonesia Utama

1. Bastiyan Adinata Jl. Papangan Dukuh Makamhaji

32. Bengkel Iwan

2. Abdul malik

1. Yunatur Lestiana P Jl. Jend. Sudrman No. 776 Bandung.

33. PT. Surya Putra Sarana

1. Fajar Ari Jl. Raya Kaligawe Km. 5 Semarang. Sumber: SMK Negeri 2 Surakarta

34. PT. New Ratna Motor

Berdasarkan tabel 3.3 dapat dilihat bahwa siswa dalam satu program keahlian tidak ditempatkan pada institusi yang sama. Mereka dibagi dalam beberapa kelompok dan tiap kelompok terdapat 1-7 orang. Jumlah ini tergantung pada daya tampung yang disediakan oleh dunia usaha/ industri.

1.4 Pembekalan siswa calon peserta prakerin

Setelah dilakukan seleksi terhadap siswa peserta prakerin, kemudian siswa diberikan pembekalan. Sebelum siswa diterjunkan dan ditempatkan di institusi pasangan untuk melakukan praktek kerja industri, terlebih dahulu siswa diberi Setelah dilakukan seleksi terhadap siswa peserta prakerin, kemudian siswa diberikan pembekalan. Sebelum siswa diterjunkan dan ditempatkan di institusi pasangan untuk melakukan praktek kerja industri, terlebih dahulu siswa diberi

“Sebelum siswa melakukan prakerin, mereka diberi pembekalan terlebih dahulu. Pada wakti itu bertempat di Aula SMK Negeri 2 Surakarta. Pembekalan ini dilakukan selama 4-5 jam. Sedangkan yang bertanggung jawab dalam pemberian pembekalan ini adalah Pokja prakerin, dokter kesehatan, ketua program keahlian, WKS 4, serta ada perwakilan dari pihak dunia usaha/ industri yang datang ke sekolah.”(Wawancara, 07-07- 09).

Hal ini dibenarkan oleh Linggar Singgih, salah satu siswa peserta prakerin sebagai berikut: “Pada waktu sebelum kami melakukan prakerin, kami dikumpulkan di

Aula untuk memperoleh pembekalan. Pembicara dalam pembekalan tersebut antara lain WKS 4, QMR dan perwakilan dari DUDI. Pembekalan itu dilaksanakan pada tanggal 27 Juni 2009 selama kurang lebih 4 jam.”(wawancara, 14-07-09).

Pendapat tersebut diperkuat dengan pendapat peserta lain yaitu Arwi Siswinanto sebagai berikut: “Iya mbak, sebelum kami melakukan prakerin kami diberi pembekalan

terlebih dahulu. Kalau tidak salah dilakukan pada tanggal 27 Juni 2009. Pembekalan tersebut dimilai pukul 08.00 WIB hingga pukul 12.00 WIB.”(Wawancara, 14-07-09).

Selain dilakukan oleh pihak sekolah, pembekalan ini juga dilakukan oleh Selain dilakukan oleh pihak sekolah, pembekalan ini juga dilakukan oleh

“Agar siswa dapat melaksanakan prakerin dengan baik, maka sebelum pelaksanaan prakerin siswa diberi pembekalan terlebih dahulu. Pembekalan ini disampaikan oleh pihak sekolah melalui kepala sekolah, WKS 4, Pokja prakerin, dan ketua program keahlian maupun disampaikan oleh perwakilan dari dunia usaha/ industri. Materi dalam pembekalan ini antara lain tentang hiperkes yaitu tetang keselamatan kerja di perusahaan, etika dan perilaku di perusahaan, tata tertib di DUDI, beserta profil-profil kompetensi di DUDI dan tertib administrasi pengisisan buku jurnal.”(Wawancara, 07-07-09).

Hal senada diungkapkan oleh Bapak Hari Agung S,S.Pd. selaku guru pembimbing prakerin sebagai berikut: “Peserta didik yang akan melaksanakan prakerin harus diberikan

pembekalan terlebih dahulu tentang program yang akan dilaksanakan sehingga betul-betul memahami apa yang harus mereka lakukan di dunia usaha/industri sebagai tempat prakerin. Hal-hal yang menjadi fokus pembekalan antara lain: pelaksanaan program prakerin yang dituangkan di dalam jurnal yang mereka bawa, tata tertib/aturan yang berlaku di dunia usaha/industri dimana mereka berada, dan menjaga/memelihara nama baik sekolah.”(Wawancara, 06-07-09).

Hal tersebut dibenarkan oleh Linggar Endra, siswa peserta prakerin dari program keahlian Teknik Mekanik Otomotif sebagai berikut: “Sebelum kami diserahkan ke industri pasangan untuk melakukan

prakerin, kami diberikan pembekalan dulu oleh pihak sekolah. Dalam prakerin, kami diberikan pembekalan dulu oleh pihak sekolah. Dalam

Hal senada juga diungkapkan oleh Luthfi Al Hakim, peserta prakerin dari jurusan Teknik Mekanik Otomotif sebagai berikut: “Iya mbak, sebelum pelaksanaan prakerin, kami diberi pembekalan berupa

segala hal yang berkaitan dengan persiapan menghadapi prakerin serta cara pengisisn buku jurnal, sehingga pelaksanaan prakerin bisa lancar dan menghindari adanya kesalahan yang dapat dilakukan oleh siswa.”(Wawancara, 14-07-09).

Senada dengan pernyataan diatas, Linggar Singgih A. peserta prakerin dari program keahlian Teknik Mekanik Otomotif juga menyatakan: “Sebelum saya melakukan prakerin, saya memang diberi pembekalan dari

pihak sekolah maupun dari pihak dunia usaha/ industri. Menurut saya pembekalan itu cukup bermanfaat karena dengan pembekalan tersebut saya menjadi mempunyai gambaran tetang kondisi dunia usaha/ industri sebelum saya melakukan prakerin. Materi dalam pembekalan tersebut antara lain adalah tentang tata tertib di DUDI, sopan santun di DUDI dan cara pengisian buku jurnal prakerin.” (Wawancara, 14-07-09).

Dari hasil wawancara dengan beberapa informan mengenai pembekalan terhadap siswa dapat diketahui bahwa SMK Negeri 2 Surakarta memberikan pembekalan kepada siswa sebelum mereka melakukan praktek kerja industri, pembekalan tersebut dimaksudkan untuk menyiapkan siswa agar pelaksanaan prakerin bisa berjalan dengan lancar. Upaya SMK Negeri 2 Surakarta dalam mempersiapkan siswa sebelum penerjunan siswa ke dunia usaha/ industri sebagai institusi pasangan yaitu dengan melakukan pembekalan. Siswa dikumpulkan di aula sekolah untuk mengikuti pengarahan dari guru-guru dan perwakilan dari pihak dunia usaha/industri. Adapun materi dalam pembekalan tersebut antara lain Dari hasil wawancara dengan beberapa informan mengenai pembekalan terhadap siswa dapat diketahui bahwa SMK Negeri 2 Surakarta memberikan pembekalan kepada siswa sebelum mereka melakukan praktek kerja industri, pembekalan tersebut dimaksudkan untuk menyiapkan siswa agar pelaksanaan prakerin bisa berjalan dengan lancar. Upaya SMK Negeri 2 Surakarta dalam mempersiapkan siswa sebelum penerjunan siswa ke dunia usaha/ industri sebagai institusi pasangan yaitu dengan melakukan pembekalan. Siswa dikumpulkan di aula sekolah untuk mengikuti pengarahan dari guru-guru dan perwakilan dari pihak dunia usaha/industri. Adapun materi dalam pembekalan tersebut antara lain

2 Pelaksanaan praktek kerja industri

Tahap ini adalah inti dari pelaksanaan praktek kerja industri karena di dalamnya berlangsung proses transformasi materi pelatihan. Beberapa kegiatan yang dilakukan saat pelaksanaan praktek kerja industri tersebut adalah:

2.1 Penyerahan siswa ke dunia usaha/ industri (DU/DI)

Proses penyerahan siswa ke dunia usaha/ industri ini merupakan proses awal dari pelaksanaan praktek kerja industri. Pelaksanaan prakerin dimulai dengan penerjunan siswa ke institusi pasangan. Kegiatan penerjunan siswa untuk prakerin biasanya dilakukan pada awal tahun ajaran baru. Dalam penyerahan siswa ke dunia usaha/ industri seharusnya siswa didampingi oleh pembimbing dari sekolah. Siswa dan pembimbing bersama-sama datang ke dunia usaha/ industri dan kemudian siswa diserahkan ke dunia usaha/ industri untuk selanjutnya melakukan praktek kerja industri. Sebagaimana dijelaskan oleh Bapak Sarmanto, S.Pd. selaku Wakil Kepala Sekolah Hubungan masyarakat sebagai berikut:

“Idealnya dalam penyerahan siswa ke dunia usaha/ industri dilakukan bersama-sama antara siswa peserta prakerin dengan pembimbing dari sekolah. ” (Wawancara,07-07-09).

Berdasarkan penuturan di atas diketahui bahwa seharusnya siswa dan guru pembimbing bersama-sama datang ke dunia usaha/ industri yang menjadi institusi pasangan. Tetapi pada kenyataannya siswa datang sendiri ke dunia usaha/ industri tampa didampingi oleh guru pembimbing dari sekolah. Hal ini lebih diperjelas Berdasarkan penuturan di atas diketahui bahwa seharusnya siswa dan guru pembimbing bersama-sama datang ke dunia usaha/ industri yang menjadi institusi pasangan. Tetapi pada kenyataannya siswa datang sendiri ke dunia usaha/ industri tampa didampingi oleh guru pembimbing dari sekolah. Hal ini lebih diperjelas

“Pada hari pertama melakukan prakerin, kami tidak didampingi oleh guru pembimbing. Kami datang sendiri ke DUDI yang telah kami pilih.”(Wawancara,14-07-09).

Hal senada juga diungkapkan oleh Agung Tri Wibowo, peserta praktek kerja industri sebagai berikut: “Benar mbak, dulu pas pertama kami datang ke DUDI, kami datang

sendiri tidak didampingi oleh guru pembimbing. Dan untuk hari-hari selanjutnya kami sudah masuk sebagai peserta prakerin dan mengikuti peraturan yang ada di perusahaan/industri tersebut.”(Wawancara,14-07- 09).

Bedasarkan hasil wawancara dengan beberapa informan mengenai penyerahan siswa ke dunia usaha/industri dapat diketahui bahwa siswa datang ke dunia usaha/ industri tempat berlangsungnya praktek kerja industri sendiri tanpa diantar/ didampingi oleh guru pembimbing. Dan setelah hari-hari berikunya siswa mengikuti praktek kerja industri dalam waktu yang sudah disepakati bersama antara pihak sekolah dengan pihak dunia usaha/industri.

2.2 Pelaksanaan praktek kerja industri

Pada dasarnya praktek kerja industri ini dilaksanakan dan sudah menjadi tanggung jawab dari pihak dunia usaha/industri sebagai institusi pasangan tetapi pihak sekolah juga harus melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan praktek kerja industri tersebut. Pada dasarnya pelaksanaan praktek kerja industri ini diorientasikan pada praktek kerja yang ada di lapangan kerja yang sebenarnya. Sehingga materi yang diberikan dalam pelaksanaan praktek kerja industri adalah Pada dasarnya praktek kerja industri ini dilaksanakan dan sudah menjadi tanggung jawab dari pihak dunia usaha/industri sebagai institusi pasangan tetapi pihak sekolah juga harus melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan praktek kerja industri tersebut. Pada dasarnya pelaksanaan praktek kerja industri ini diorientasikan pada praktek kerja yang ada di lapangan kerja yang sebenarnya. Sehingga materi yang diberikan dalam pelaksanaan praktek kerja industri adalah

“Materi yang kami berikan berupa teori dan praktek. Untuk teori hanya sedikit karena siswa dapat belajar dari modul yang ada dan selebihnya siswa langsung praktek. Dalam praktek ini siswa dituntut untuk aktif, apabila siswa tidak mau bertanya maka kami juga menganggap bahwa mereka sudah paham.Untuk pekerjaan yang kami berikan pada peserta prakerin di sini antara lain tentang service mobil, penggantian dan penyetelan sepatu rem, prosedur pemeriksaan dan pengisian (Charging) baterai dan pekerjaan lain yang berkaiatan dengan perbaikan mobil”(Wawancara, 14-07-09).

Hal ini dibenarkan oleh Linggar Endra, peserta prakerin dari sebagai berikut: “Ditempat saya prakerin penyampaian materi oleh instruktur pembimbing

bisa diterima dengan baik.Instruktur pembimbing sangat menyenangkan dan baik. Instruktur pembimbing memberikan jawaban dengan baik dan jelas sampai kami paham dengan pekerjaan yang kami lakukan. Pekerjaan yang saya lakukan adalah seperti service, sending, ngompon, masking. Ada beberapa pekerjaan yang sesuai tetapi ada juga yang tidak sesuai dengan kompetensi saya.”(Wawancara, 14-07-09).

Hal tersebut diperjelas dengan ungkapan dari Fian Metal, peserta prakerin dari Teknik Mekanik Otomotif sebagai berikut: “Materi yang disampaikan oleh instruktur pembimbing mudah dicermati

dan mudah di nalar. Bila kita belum tahu dengan pekerjaan yang kita lakukan, bisa bertanya kepada instruktur pembimbing dan instruktur dan mudah di nalar. Bila kita belum tahu dengan pekerjaan yang kita lakukan, bisa bertanya kepada instruktur pembimbing dan instruktur

Hal serupa juga dinyatakan oleh Muhammad Iqbal, peserta prakerin sebagai berikut: “Prakerin disini enak mbak, lebih santai tidak tegang. Kalo tidak tahu

tinggal bertanya pada instruktur dan diberi penjelsan sehingga kami bisa menerima. Pekerjaan yang saya lakukan adalan service engine dan body repair.”(Wawancara,14-07-09).

Dari hasil wawancara dengan beberapa informan mengenai pelaksanaan prakerin dapat disimpulkan bahwa dalam pelaksanaan praktek kerja industri siswa dituntut untuk lebih aktif karena instruktur pembimbing tidak akan tahu apabila peserta tidak bertanya. Disini instruktur tidak hanya berfungsi sebagai pengajar, tetapi lebih luas lagi sebagai pembimbing peserta prakerin. Fungsi instruktur sebagai konsultan terutama jika peserta menemui kesulitan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tugas, fungsi dan peran instruktur telah berjalan dengan baik. Akan tetapi dalam suatu pelatihan terkait pula dengan faktor peserta sendiri yaitu terkait dengan sikap dari peserta. Mengenai sikap selama penyampaian materi, Wicaksono salah satu peserta prakerin dari Teknik Mekanik Otomotif menyatakan sebagai berikut:

“Kita harus aktif, kalau ada yang kurang jelas saya bertanya dan kalau masih kurang paham saya tanya ke teman saya yang sudah bisa. Kalau nggak kayak gitu ya saya nggak bisa terus nantinya.”(Wawancara,14-07- 09).

Hal senada juga dituturkan oleh Arwi Siswinanto, peserta prakerin dari sebagai berikut: “Ya untuk memdapatkan pengarahan yang baik kita juga harus aktif, tidak

hanya diam saja. Kalau untuk hasil yang maksimal kita harus berusaha dari diri kita sendiri juga, kalau kita bisa mahir kan berarti kita berhasil dalam prakerin ini.”(Wawancara,14-07-09).

Hal ini menunjukkan kesadaran peserta tentang pentingnya motivasi diri dalam melakukan prakerin agar setelah lulus, ilmu yang sudah diperoleh bisa diaplikasikan dalam keseharian maupun dunia kerja.

Selain penyampaian materi, dalam pelaksanaan praktek kerja industri juga diperlukan kelengkapan sarana dan prasarana. Mengenai kelengkapan fasilitas sendiri, berikut diuraikan hasil wawancara dengan Fian Metal, peserta prakerin dari Teknik Mekanik Otomotif sebagai berikut:

“Kalau untuk fasilitasnya bisa dikatakan sudah memadai, soalnya kan pekerjaan yang kita kerjakan itu langsung berhubungan dengan pelanggan sehingga peralatan yang digunakan juga sudah lengkap”(Wawancara, 14- 07-09).

Mengenai kondisi sarana pelatihan dan peralatan, peserta prakerin lain yaitu Fian Metal menyatakan sebagai berikut: “Masalah sarana prasarananya sudah lengkap, untuk failitasnya sendiri

disini juga sudah ada Mushola dan toilet, terus untuk peralatan prakteknya saya kira sudah lengkap.”(Wawancara,14-07-09).

Dari hasil wawancara mengenai sarana prasarana di dunia usaha/industri disimpulkan bahwa sarana dan prasarana yang digunakan siswa peserta prakerin sudah lengkap karena peralatan yang mereka gunakan adalah peralatan yang digunakan oleh karyawan di perusahaan/industri untuk melayani pelangannya.

Dengan demikian siswa bisa lebih paham tentang kegunaan dari peralatan-peratan yang mereka gunakan.

2.3 Pembimbingan siswa di dunia usaha/ industri (DU/DI)

Pembimbing terdiri dari pembimbing internal yaitu guru pembimbing yang bertanggung jawab terhadap pembelajaran kompetensi, dan pembimbing eksternal yaitu staf dari dunia usaha/industri yang sekaligus bertindak selaku instruktur pembimbing yang mengarahkan peserta didik dalam melakukan pekerjaannya. Kegiatan pembimbingan dilaksanakan dengan mengarahkan, memotivasi, melatih, menilai dan membimbing siswa selama pelaksanaan prakerin. Tujuan dari kegiatan pembimbingan ini adalah sebagai sarana pemantauan yang dapat berupa penemuan masalah sekaligus pemecahan masalah yang dialami oleh siswa peserta prakerin.

Kegiatan pembimbingan oleh guru pembimbing diawali dengan penyerahan siswa sebagai peserta prakerin secara langsung ke dunia usaha/industri sebagai institusi pasangan. Dalam memberikan bimbingan ini diserahkan sepenuhnya kepada pihak dunia usaha/industri, karena pihak sekolah menilai bahwa pihak dunia usaha/industri merupakan pihak yang mengetahui berbagai tugas yang menjadi tanggung jawab peserta prakerin sehingga guru pembimbing tidak melakukan pembimbingan setiap hari. Guru pembimbing hanya sebagai pengawas saja sedangkan pembimbingan prakerin selebihnya adalah tanggung jawab dari instruktur pembimbing. Berikut wawancara dengan Bapak Sarmanto, S.Pd. selaku wakil kepala sekolah hubungan masyarakat:

“Dalam proses pembimbingan ini guru pembimbing hanya sebagai “Dalam proses pembimbingan ini guru pembimbing hanya sebagai

Selanjutnya Bapak Sarmanto menambahkan pernyataan sebagai berikut: “Guru pembimbing bertanggungjawab pada saat penyerahan siswa ke

dunia usaha/industri kemudian melakukan monitoring setiap 1 bulan sekali. Namun, untuk siswa yang melakukan prakerin di luar kota, pembimbingan ini hanya dilakukan via telepon saja.”(Wawancara, 07-07- 09).

Hal senada juga diungkapkan oleh Agung Tri Wibowo, peserta prakerin di Bengkel Nitro Speed sebagai berikut: “Memang ada pembimbingan dari pihak sekolah. Kami sudah dimonitor

selama 3 kali oleh guru pembimbing. Guru pembimbing menengok ke tempat prakerin kami, bertanya tentang kegiatan prakerin yang kami jalani. Bahkan ada beberapa guru pembimbing yang tidak pernah menengok siswanya.”(Wawancara,14-07-09).

Hal senada diungkapkan oleh Hendri Cahyanto sebagai berikut: “Selama kami melakukan prakerin di sini, kami sudah dikunjungi oleh

guru pembimbing sebanyak 3 kali. Kami merasa senag karena ternyata pihak sekolah juga memeprhatikan kami.’(wawancara , 14-07-09).

Dari hasil wawancara mengenai pembimbingan dari guru pembimbing dapat disimpulkan bahwa pihak sekolah melakukan pembimbingan dalam pelaksanaan praktek kerja industri melalui guru pembimbing yang telah ditunjuk. Guru pembimbing tersebut bertanggung jawab melakukan memonitor kegiatan Dari hasil wawancara mengenai pembimbingan dari guru pembimbing dapat disimpulkan bahwa pihak sekolah melakukan pembimbingan dalam pelaksanaan praktek kerja industri melalui guru pembimbing yang telah ditunjuk. Guru pembimbing tersebut bertanggung jawab melakukan memonitor kegiatan

“Tiap dunia usaha/industri itu terdapat 1 guru pembimbing. Guru pembimbing ini bertanggung jawab atas semua siswa yang melakukan praktek kerja industri di perusahaan/industri tersebut.”(Wawancara,07-07- 09).

Pernyataan diatas dibenarkan oleh Muhammad Iqbal yang menyatakan sebagai berikut: “Saat prakerin kemarin kelompok saya terdiri dari 2 orang, tetepi di DUDI

tempat saya prakerin terdapat dua kelompok sehingga guru pembimbingnya juga ada 2 orang.”(Wawancara,14-07-09).

Hal senada juga diungkapkan oleh peserta prakerin lain, Linggar Rendra, sebagai berikut: “Dalam pelaksanaan prakerin di Bengkel Nitro ini, kami dibimbing oleh 2

orang guru pembimbing karena kami terdiri dari dua kelompok. Selama ini guru pembimbing sudah mengunjungi kami selama 3 kali.”(wawancara, 14-07-09).

Dari hasil wawancara dengan beberapa informan mengenai jumlah guru pembimbing diketahui bahwa dalam 1 dunia usaha/industri yang menjadi tempat praktek kerja industri terdapat 1 guru pembimbing dari sekolah. Para pembimbing diwajibkan untuk melakukan pengawasan dan pembinaan pada siswa yang dibimbingnya agar salama prakerin dapat melakukan kewajiban seperti yang diharapkan.

Adapun kriteria untuk menjadi guru pembimbing praktek kerja industri adalah seperti yang diungkapkan oleh Bapak Sarmanto berikut ini: “Pihak sekolah memilih guru pembimbing itu didasarkan pada kesesuaian

kompetensi yang dimiliki oleh guru pembimbing dengan kompetensi siswa di tempat praktek kerja industri. ”(Wawancara,07-07-09).

Berikut juga akan dipaparkan hasil wawancara dengan Bapak Hari Agung, selaku guru pembimbing sebagai berikut: “Dalam menentukan guru pembimbing, yang penting adalah mempunyai

kompetensi sesuai dengan program keahlian siswa yang akan dibimbing serta memiliki dedikasi yang tinggi sebagai pembimbing.”(Wawancara,06- 07-09).

Berdasarkan pernyataan-pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa dalam melakukan pembimbingan terhadap siswa peserta prakerin tidak semua guru bisa menjadi pembimbing karena ada beberapa syarat yang harus dimiliki oleh guru untuk menjadi pembimbing praktek kerja industri.

Berkaitan dengan proses pembimbingan, dalam pelaksanaan praktek kerja industri juga terdapat pembimbing dari dunia usaha/industri. Pembimbingan yang dilakukan oleh instruktur pembimbing dari dunia usaha/industri pada dasarnya merupakan upaya yang ditempuh oleh instruktur pembimbing dalam memperkenalkan siswa peserta praktek kerja industri dengan kondisi kerja yang meliputi keadaan lingkungan kerja tempat prakerin, karyawan, jenis pekerjaan, dan tanggung jawab serta berbagai hal yang berkaitan dengan peraturan yang berlaku di perusahaan/ industri tersebut. Pembimbingan ini dilakukan untuk mendidik dan melatih kerja peserta prakerin agar mampu bekerja, langkah ini ditempuh dengan pembelajaran sekaligus pelatihan. Langkah pembelajaran Berkaitan dengan proses pembimbingan, dalam pelaksanaan praktek kerja industri juga terdapat pembimbing dari dunia usaha/industri. Pembimbingan yang dilakukan oleh instruktur pembimbing dari dunia usaha/industri pada dasarnya merupakan upaya yang ditempuh oleh instruktur pembimbing dalam memperkenalkan siswa peserta praktek kerja industri dengan kondisi kerja yang meliputi keadaan lingkungan kerja tempat prakerin, karyawan, jenis pekerjaan, dan tanggung jawab serta berbagai hal yang berkaitan dengan peraturan yang berlaku di perusahaan/ industri tersebut. Pembimbingan ini dilakukan untuk mendidik dan melatih kerja peserta prakerin agar mampu bekerja, langkah ini ditempuh dengan pembelajaran sekaligus pelatihan. Langkah pembelajaran

“Pada hari pertama siswa datang ke perusahaan kami, pembimbingan langsung dilakukan. Siswa pada awalnya dijelaskan tentang kondisi kerja, peralatan yang digunakan dan melakukan pengamatan terhadap karyawan yang bekerja disini. Untuk selanjutnya, siswa bisa langsung ikut praktek bersama para karyawan. Apabila siswa mengalami kesulitan, kami langsung membantu mereka sampai mereka bisa paham.”(Wawancara,14- 07-09).

Hal senada diungkapkan oleh Linggar Singgih, peserta prakerin sebagai berikut: “Instruktur pembimbing membimbing kami dengan baik. Kami diajari

cara-cara melakukan pekerjaan dengan baik. Instruktur pembimbing mengarahkan pada saya dalam melakukan pekerjaan yang saya kerjakan dan mereka juga menjelaskan apabila ada kerusakan seperti ini maka yang harus diperbaiki adalah bagian yang ini.”(Wawancara,14-07-09).

Hal senada juga diungkapkan oleh Luthfi Al Hakim, peserta prakerin, sebagai berikut: “Menurut saya, sistem pembimbingan yang kami peroleh sudah cukup

baik dan para instruktur juga cukup bertanggung jawab. Dan instruktur pembimbing membimbing kami dengan cukup baik, mereka memberikan pengarahan dengan jelas.”(Wawancara,14-07-09).

Dari hasil wawancara dengan beberapa informan diatas dapat diketahui bahwa proses pembimbingan yang dilakukan oleh instruktur pembimbing sudah cukup baik. Siswa diberikan pembimbingan sampai mereka paham. Dalam proses

Efektivitas pelatihan akan sangat tergantung pada kemampuan instruktur dalam memberikan pengarahan kepada siswa. Adapun jumlah instruktur pembimbing di tiap dunia usaha/ industri berbeda-beda. Hal ini tergantung kepada penunjukan dari pihak dunia usaha/industri seperti yang dijelaskan oleh Bapak Hari Agung S.,S.Pd sebagai berikut:

“Untuk jumlah instruktur sendiri itu tergantung dari pihak dunia usaha/industri dalam menyediakan instruktur. Kami tidak mematokkan jumlah instruktur, yang penting siswa disana ada yang membimbing dan mengarahkan tentang pekerjaan yang mereka lakukan. Ada dunia usaha/industri yang menyediakan 1 instruktur untuk 1 siswa, tetapi ada juga dunia usaha/industri yang hanya menyediakan dua instruktur untuk semua siswa yang melakukan prakerin di perusahaannya.”(Wawancara,06- 07-09).

Seperti yang dijelaskan diatas bahwa jumlah instruktur di tiap dunia usaha/industri tidak sama. Hal ini juga dapat dilihat pada beberapa pernyataan dari siswa peserta prakerin sebagai berikut:

“Di tempat saya prakerin yaitu di Bengkel Nitro Speed ada 3 orang instruktur yaitu instruktur untuk bengkel, body repair dan untuk salon mobil. Mereka saling bergantian dalam memberikan pembimbingan kepada kami. Instruktur di sana juga merupakan karyawan jadi apabila instruktur ada yang sedang bekerja maka kami diberi pengarahan oleh instruktur yang satunya lagi.”(Wawancara dengan Linggar Endra,14-07- 09).

Sedangkan pernyataan dari Arwi Siswinanto, peserta prakerin di Bengkel Exast adalah sebagai berikut: “Waktu saya prakerin dulu, ada 5 instruktur pembimbing sedangkan dalam

kelompok saya ada 4 orang. Mereka bergantian dalam memeberikan pembimbingan kepada kami. Apabila ada pekerjaan yang belum kami pahami kami bisa bertanya kepada salah satu dari mereka, maka mereka akan menjelaskan dengan baik.”(Wawancara 14-07-09).

Dari hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa instruktur pembimbing jumlahnya berbeda di tiap perusahaan. Pihak instruktur pembimbing secara rutin dan berkelanjutan mengadakan pemantauan terhadap hasil pekerjaan peserta praktek kerja industri. Frekuensi pembimbingan yang intensif akan memudahkan instruktur pembimbing dalam mengarahkan dan memberikan solusi terhadap kesulitan yang dihadapi siswa.

2.4 Penarikan siswa

Proses penarikan siswa peserta praktek kerja industri ini dilakukan sesuai dengan jadwal waktu yang telah ditentukan. Untuk program keahlian Teknik Mekanik Otomotif, penarikan siswa dilakukan setelah siswa 2 bulan melakukan prakerin di dunia usaha/industri. Dalam proses ini seharusnya guru pembimbing datang ke dunia usaha/industri untuk meminta kembali siswa karena masa praktek kerja industri sudah berakhir tetapi dalam kenyataannya siswa tidak dijemput oleh guru pembimbing. Apabila waktu praktek kerja industri telah berakhir, siswa tidak lagi mengikuti prakerin pada hari berikutnya dan kembali ke sekolah untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar di sekolah. Hal ini seperti yang diungkapkan Luthfi Al Hakim, peserta prakerin Teknik Mekanik Otomotif sebagai berikut:

“Pada hari akhir kami melakukan prakerin, kami tidak dijemput oleh guru pembimbing. Setelah waktu 2 bulan berakhir, kami kembali masuk sekolah seperti biasa.”(wawancara, 14-07-09).

Hal senada juga diungkapkan oleh Muhammad Iqbal peserta prakerin di Bengkel Nitro Speed, sebagai berikut: “Setelah 2 bulan kami melaksanakan prakerin, keesokan harinya kami

masuk sekolah seperti biasa dan tidak melakukan prakerin lagi. Pada hari masuk sekolah seperti biasa dan tidak melakukan prakerin lagi. Pada hari

Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa informan mengenai penarikan siswa peserta prakerin dari dunia usaha/indusrtri dapat diketahui bahwa dalam proses penarikan siswa ini siswa tidak dijemput oleh guru pembimbing. Setelah waktu pelaksanaan praktek kerja industri selesai, siswa kembali masuk sekolah untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar seperi biasa.

3. Pengumpulan buku jurnal praktek kerja industri

Pada saat akan melaksanakan praktek kerja industri, setiap siswa diberikan buku jurnal praktek kerja industri (prakerin) untuk diisi dan ditandatangani oleh instrutur dari pihak dunia usaha/industri. Siswa harus selalu membawa buku jurnal prakerin ini setiap melakukan prakerin. Buku jurnal prakerin ini berisi tentang kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh siswa selama prakerin. Buku jurnal ini dapat digunakan sebagai sarana untuk mempermudah instruktur pembimbing mengetahui perkembangan penguasaan kompetensi dan ketrampilan dari peserta prakerin. Selain itu, buku jurnal prakerin ini juga digunakan oleh pihak sekolah untuk kegiatan yang dilakukan siswa peserta prakerin apakah sudah sesuai dengan yang diharapkan sehingga dapat menjadi acuan bagi pelaksanaan prakerin pada tahun berikutnya. Seperti yang dikatakan oleh Bapak Sarmanto, S.Pd sebagai berikut:

“Buku jurnal ini record dari pelaksanaan prakerin sehingga dapat diketahui kesesuaian jenis pekerjaan dengan kompetensi yang dimiliki siswa.Semua siswa harus mengumpulkan buku jurnal prakerin ini. “(wawancara,07-07-

Pernyataan lain juga diungkapkan oleh guru pembimbing prakerin, Bapak Hari Agung S, S.Pd sebagai berikut: “Seluruh siswa harus melengkapi buku jurnal, dimana seluruh kegiatan

selama masa prakerin harus tercatat dan ditandatangani oleh pembimbing di tempat kerja. Dan setelah selesai prakerin, seluruh siswa wajib mengumpulkan buku jurnal prakerin. Dengan buku jurnal tersebut dapat diketahui tentang jenis pekerjaan yang dilakukan siswa di dunia usaha/industri, apakah sudah sesuai dengan kompetensi siswa apa belum.”(wawancara, 06-07-09).

Hal senada juga diungkapkan oleh Linggar Endra sebagai berikut: “Setelah kami selesai melakukan prakerin, kami wajib mengumpulkan

buku jurnal prakerin kepada guru pembimbing. Semua siswa harus mengumpulakn buku jurnal tersebut sebagai bukti bahwa kami sudah selesai mengikuti prakerin”(wawancara, 14-07-09).

Hal ini dibenarkan juga oleh Wicaksono, salah seorang peserta prakerin sebagai berikut: “Buku jurnal dikumpulkan setelah selesai prakerin kepada guru

pembimbing. Semua siswa harus megumpulkan buku jurnal tersebut.”(wawancara,14-07-09).

Dari hasil wawancara dengan beberapa informan tersebut dapat diketahui bahwa setelah siswa selesai melaksanakan prakerin, siswa wajib mengumpulkan buku jurnal prakerin yang berguna untuk mengetahui kesesuaian jenis pekerjaan yang dilakukan siswa selama prakerin dengan kompetensi siswa. Buku jurnal ini memuat kegiatan yang dilakukan siswa selama prakerin. Dalam penulisan buku jurnal prakerin ini perlu adanya keaktifan siswa dalam melaporkan berbagai macam pekerjaan yang dilakukan secara tertulis mengingat bahwa proses Dari hasil wawancara dengan beberapa informan tersebut dapat diketahui bahwa setelah siswa selesai melaksanakan prakerin, siswa wajib mengumpulkan buku jurnal prakerin yang berguna untuk mengetahui kesesuaian jenis pekerjaan yang dilakukan siswa selama prakerin dengan kompetensi siswa. Buku jurnal ini memuat kegiatan yang dilakukan siswa selama prakerin. Dalam penulisan buku jurnal prakerin ini perlu adanya keaktifan siswa dalam melaporkan berbagai macam pekerjaan yang dilakukan secara tertulis mengingat bahwa proses

4. Penulisan surat keterangan praktek kerja industri

Pada tahap akkhir pelaksanaan praktek kerja industri adalah penulisan surat keterangan prakerin yang berisi keterangan bahwa siswa telah selesai melaksanakan prakerin kemudian siswa berhak atas sebuah pengakuan atau legalitas akademik dalam bentuk sertifikat. Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Sarmanto, S.Pd. sebagai berikut:

“Setelah siswa selesai melaksanakan prakerin, selanjutnya diadakan penilaian oleh dunia usaha/industri. Penilaian ini di buat dalam bentuk sertifikat. Dengan diberikannya sertifikat kepada siswa diharapkan ada pengakuan legalitas akademik atas keahlian yang dimiliki siswa. Sertifikat tersebut berupa keterangan bagi siswa dan sekolah telah melaksanakan prakerin dan untuk dasar pijakan anak melaksanakan tugas akhir.”(wawancara,07-07-09).

Hal senada juga diungkapkan oleh salah seorang peserta prakerin yaitu Agung Wibowo sebagai berikut: “Setelah kami selesai melakukan prakerin, kami memperoleh sertifikat.

Sertifikat tersebut bisa kami gunakan sebagai bukti bahwa kami pernah melakukan prakerin bisa juga digunakan untuk mencari pekerjaan setelah kami lulus nanti.”(wawancara,14-07-09).

Hal tersebut dibenarkan oleh Muhammad Iqbalsebagai berikut: “Sertikat prakerin dapat digunakan sebagai modal dalam mencari

pekerjaan di dunia kerja dan sebagai legalitas akademik bahwa kami pernah mengikuti prakerin di sebuah perusahaan.”(Wawancara, 14-07-09).

Berdasarkan hasil wawancara dengan kedua informan tersebut dapat disimpulkan bahwa siswa berhak memeproleh sertifikat setelah menyelesaikan praktek kerja industri. Sertifikat ini diberikan oleh dunia usaha/industri tempat prakerin berlangsung. Adapun tujuan dari pemberian sertifikat ini adalah:

a. memberi pengakuan atau legalitas akademik terhadap keahlian yang dimiliki siswa peserta praktek kerja industri.

b. mendorong peserta untuk meraih penguasaan terstandar sehingga sesuai dengan tuntutan dunia kerja dan mempermudah dalam memasarkan tamatan.

c. memacu dan memotivasi SMK untuk melaksanakan pendidikan dan pelatihan dengan mutu terstandar.

Penilaian ini berdasarkan pada pemantauan dari instruktur pembimbing. Kemudian hasil pemantauan tersebut diserahkan kepada pimpinan perusahaan sebagai pertimbangan dalam memberikan nilai pada lembar sertifikat. Adapun kriteria penilaian tersebut terdiri dari dua aspek yaitu 1) aspek kepribadian siswa yang meliputi disiplin waktu, kemauan kerja dan motivasi, kualitas kerja, inisiatif dan kreatifitas serta perilaku siswa, dan 2) jenis pekerjaan yaitu pemberian nilai yang berdasarkan pada kemampuan siswa dalam melaksanakan pekerjaan yang sudah diberikan kepadanya.