Penelitian Sebelumnya

D. Penelitian Sebelumnya

Penelitian yang dilakukan oleh Ana Dwi Kurniawati (2004: 11) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Kemampuan Keuangan Daerah di Kabupaten Sukoharjo (Perbandingan Era Sebelum dan Sesudah Otonomi Daerah)menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi Kabupaten Sukoharjo mengalami peningkatan. Jika dilihat dari analisis kuantitatif menunjukkan bahwa Kabupaten Sukoharjo belum mampu secara keuangan dalam pelaksanaan Otonomi Daerah, bila dilihat dari Derajat Desentralisasi Fiskal, Kebutuhan Fiskal, Kafasitas Fiskal, Upaya atau Posisi Fiskal, Matrik Potensi Pendapatan Asli Daerah, Rasio Aktivitas dan Efektifitas Pendapatan Asli Daerah. Selanjutnya

penyelenggaraan Otonomi Daerah jika diukur dengan rasio kemandirian dan pola hubungannya. Kemudian Kabupaten Sukoharjo belum siap dalam penyelenggaraan Otonomi Daerah jika dilihat dari Rasio Pendapatan Asli Daerah terhadap Pengeluaran Total, Rasio Pendapatan Asli Daerah dan bagi hasil terhadap Pengeluaran Rutin. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Kabupaten Sukoharjo dari sisi keuangannya belum mampu untuk melaksanakan Otonomi Daerah. Hal ini terlihat dengan proporsi Pendapatan Asli Daerah terhadap total penerimaan daerah yang rendah sekali baik pada era sebelum dan sesudah otonomi daerah. Tingkat kemandirian Kabupaten Sukoharjo hanya sebesar 12,65% dengan pola hubungan yang instruktif. Sedangkan rasio Pendapatan asli daerah dan bagi hasil terhadap total pendapatan rutin baik pada era sebelum dan sesudah otonomi daerah masih sangat kecil.

Penelitian oleh Harmanto Yuandhi Wibowo (2006) yang berjudul Analisis Kinerja Keuangan Daerah sebelum dan pada masa Otonomi Daerah (Studi Kasus di Kabupaten Sragen tahun Anggaran 1996/97-2005). Tujuan penelitan tersebut adalah untuk mengetahui kemampuan keuangan daerah Kabupaten Sragen baik sebelum dan pada masa Otonomi daerah. Data yang digunakan adalah data APBD sepuluh tahun anggaran dari tahun 1996/97-2005. Tekhnik analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis kuantitatif. Hasil dari analisis deskriptif menunjukan bahwa APBD kabupaten Sragen mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Hasil dari analisis kuantitatif menunjukan bahwa Kabupaten Sragen belum mampu dan mandiri secara keuangan dalam membiayai penyelenggaraan kegiatan pemerintahan. Hasil Penelitian oleh Harmanto Yuandhi Wibowo (2006) yang berjudul Analisis Kinerja Keuangan Daerah sebelum dan pada masa Otonomi Daerah (Studi Kasus di Kabupaten Sragen tahun Anggaran 1996/97-2005). Tujuan penelitan tersebut adalah untuk mengetahui kemampuan keuangan daerah Kabupaten Sragen baik sebelum dan pada masa Otonomi daerah. Data yang digunakan adalah data APBD sepuluh tahun anggaran dari tahun 1996/97-2005. Tekhnik analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis kuantitatif. Hasil dari analisis deskriptif menunjukan bahwa APBD kabupaten Sragen mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Hasil dari analisis kuantitatif menunjukan bahwa Kabupaten Sragen belum mampu dan mandiri secara keuangan dalam membiayai penyelenggaraan kegiatan pemerintahan. Hasil

Penelitian oleh Fatima Zahra (2008) yang berjudul Analisis Keuangan Daerah Di Kabupaten Karanganyar Perbandingan Sebelum Dan Selama Otonomi Daerah (Periode 1994/1995-2006). Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa Kontribusi PAD terhadap APBD Kabupaten Karanganyar cenderung menurun selama Otonomi Daerah. Begitu juga dengan Proporsi Pengeluaran Daerah terhadap APBD selama Otonomi Daerah mengalami penurunan. Hasil analisis Kuantitatif menunjukkan bahwa Kabupaten Karanganyar belum mampu secara keuangan dalam melaksanakan Otonomi Daerah. Jika dilihat dari Derajat Desentralisasi Fiskal, Kebutuhan Fiskal, Kapasitas Fiskal, Upaya/Posisi Fiskal, Matrik Potensi PAD, Rasio Aktivitas (Keserasian) serta Efektivitas PAD. Kabupaten Karanganyar belum mandiri terhadap pelaksanaan Otonomi Daerah, diukur dari rasio kemandirian dan pola hubungannya. Dimana besar rasio kemandirian keuangan daerah Kabupaten Karanganyar adalah 21,49% sebelum Otonomi Daerah dan 9,47% selama Otonomi Daerah. Berdasarkan nilai tersebut dapat dikatakan Kabupaten Karanganyar cenderung memiliki ketergantungan finansial yang sangat tinggi terhadap Pemerintah Pusat dan berpola Instruktif karena besar Rasio Kemandirian Keuangan Daerah hanya sebesar 0%-25%. Disimpulkan Pemerintah Kabupaten Karanganyar belum siap dalam menghadapi Otonomi Daerah.