PENDAHULUAN dr. Ria Masniari Lubis, M.Si

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan berdasarkan perikemanusiaan, pemberdayaan dan kemandirian, adil dan merata, serta pengutamaan dan manfaat dengan perhatian khusus pada penduduk rentan antara lain ibu, bayi, anak, manusia usia lanjut manula, dan keluarga miskin Depkes RI, 2009. Masalah kesehatan utama yang dihadapi bangsa Indonesia adalah masalah kesehatan yang terjadi pada kelompok ibu dan anak, yang ditandai masih tingginya angka kematian ibu AKI dan angka kematian bayi AKB. Kematian pada maternal dan bayi yang tinggi mencerminkan kemampuan negara dalam memberikan pelayanan kesehatan pada masyarakat belum baik. Salah satu indikator yang digunakan untuk mengukur kesejahteraan suatu negara dan kesehatan masyarakat dan peningkatan derajat kesehatan adalah penurunan Angka kematian bayi AKB. Angka kematian bayi merupakan indikator yang penting untuk mencerminkan keadaan derajat kesehatan di suatu masyarakat, karena bayi yang baru lahir sangat sensitif terhadap keadaan lingkungan tempat orang tua si bayi tinggal dan sangat erat kaitannya dengan status sosial orang tua si bayi. Kemajuan yang dicapai dalam 1 Universitas Sumatera Utara bidang pencegahan dan pemberantasan berbagai penyakit penyebab kematian akan tercermin secara jelas dengan menurunnya tingkat AKB. Dengan demikian angka kematian bayi merupakan tolok ukur yang sensitif dari semua upaya intervensi yang dilakukan oleh pemerintah khususnya di bidang kesehatan BPS, 2007 Indikator kematian untuk bayi dibagi dalam beberapa tahapan, yaitu kematian neonatal AKN dan angka kematian bayi AKB. Kematian neonatal terdiri atas kematian neonatal dini atau disebut juga perinatal dan kematian neonatal lanjut. Kematian neonatal dini merupakan kematian seorang bayi yang dilahirkan hidup dalam 7 hari setelah kelahiran, sedangkan kematian neonatal lanjut merupakan kematian seorang bayi yang dilahirkan hidup lebih dari 7 hari sampai 28 hari. Angka kematian neonatal adalah jumlah kematian neonatal per 1.000 kelahiran hidup. Kematian neonatal bayi umur 0–28 hari merupakan 23 dari kematian bayi. Kematian neonatal diniperinatal bayi umur 0–7 hari merupakan 23 dari kematian neonatal WHO, 2001. Program kesehatan di Indonesia telah difokuskan untuk menurunkan tingkat kematian bayi dan anak, upaya penurunan kematian bayi dan ibu telah menjadi tujuan utama untuk mencapai tujuan 4 dan 5 dari Millennium Development Goals MDGs. Untuk mencapai tujuan tersebut, pada tahun 2011 Pemerintah Indonesia meluncurkan program Jaminan Persalinan JAMPERSAL. Program ini menyediakan pelayanan gratis untuk wanita hamil yang tidak mempunyai asuransi kesehatan untuk pemeriksaan kehamilan, persalinan, perawatan masa nifas, serta perawatan bayi lahir sampai umur 28 hari Kemenkes RI, 2012. Universitas Sumatera Utara Secara global kematian bayi tertinggi ada pada periode neonatal yaitu sekitar 3,3 juta bayi pada tahun 2009. Dalam bulan pertama, seperempat sampai setengah dari semua kematian terjadi dalam 24 jam pertama kehidupan, dan 75 terjadi pada minggu pertama. Pada tahun 2012, hampir 5 juta 73 dari semua kematian balita terjadi dalam tahun pertama kehidupan. Kematian tertinggi di wilayah Afrika 63 per 1.000 kelahiran hidup, enam kali lebih tinggi daripada di kawasan Eropa 10 per 1.000 kelahiran hidup. Di dunia, angka kematian bayi 35 kematian per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2012, sedangkan kematian neonatal 21 per 1000 kelahiran hidup. Kematian neonatal di beberapa negara-negara berkembang berdasarkan laporan Levels Trends in Child Mortality tahun 2012, Bangladesh 24 per 1.000 kelahiran hidup, India 31 per 1.000 kelahiran hidup, Pakistan 42 per 1.000 kelahiran hidup, Myanmar 26 per 1.000 kelahiran hidup. Sedangkan angka kematian neonatal di Indonesia 15 per 1000 kelahiran hidup. UNICEF, WHO, The World Bank, UN, 2012. Peningkatan pelayanan kesehatan terhadap ibu dan anak dalam upaya untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi di Indonesia telah dilakukan sejak beberapa tahun terakhir. Angka kematian di Indonesia menunjukkan kecenderungan penurunan yang sangat lambat dalam kurun waktu 12 tahun bila dibandingkan dengan angka bayi kematian dan balita. Angka Kematian Neonatal AKN pada tahun 1997 sebesar 26 per 1000 kelahiran hidup menurun menjadi 20 per 1000 kelahiran hidup SDKI 2002-2003 dan 19 per 1000 kelahiran hidup SDKI 2007 dan hasil SDKI 2012 angka Universitas Sumatera Utara kematian neonatal tetap, yaitu 19 per 1.000 kelahiran hidup BKKBN, BPS, Kemenkes RI, Measure DHS International, 2013. Penyebab utama kematian bayi baru lahir di dunia, 80 disebabkan ; prematur dan berat lahir rendah, infeksi, asfiksia kekurangan oksigen saat lahir dan trauma kelahiran UNICEF,WHO,The World Bank,UN, 2012. Di Indonesia menurut hasil Riset Kesehatan Dasar Riskesdas tahun 2007, menunjukkan 78,5 dari kematian neonatal ini terjadi pada umur 0-6 hari. Penyebab utama kematian terbesar 2007 untuk umur 0-6 hari adalah gangguan pernafasanasfiksia 35,9 dan prematuritas dan BBLR 32,4 dan sepsis 12. Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia SDKI tahun 2012 diperoleh beberapa fakta yang didapat terkait kematian bayi di Indonesia, enam puluh persen kematian bayi terjadi pada umur 0 bulan, dan delapan puluh persen kematian balita terjadi pada umur 0-11 bulan. Kematian bayi tertinggi selama periode 10 tahun sebelum survei terdapat pada bayi yang tinggal di pedesaan, serta bayi yang ibunya tidak sekolah dan pada kuintil kekayaan terendah. Kematian bayi tertinggi selama periode 10 tahun sebelum survei juga didapati pada wanita yang melahirkan pada umur 40 tahun atau lebih, wanita dengan paritas tinggi 3 anak atau lebih, serta selang kelahiran yang pendek kurang dari 24 bulan. Kematian perinatal tertinggi ditemui pada wanita yang melahirkan anak dengan selang kelahiran kurang dari 15 bulan 45 kematian per 1.000 kehamilan BKKBN, BPS, Kemenkes RI,USAID, 2013. Kematian neonatal dini berkaitan dengan status kesehatan ibu pada saat hamil, pengetahuan ibu dan keluarga tentang pentingnya pemeriksaan kehamilan dan Universitas Sumatera Utara peranan tenaga kesehatan serta ketersediaan fasilitas kesehatan. Penyebab utama kematian neonatal tidak selalu diketahui. Diperlukan data tentang neonatal dan riwayat obstetrik ibu. Faktor ibu sangat menentukan keselamatan janin selama dalam kandungan ibu sampai bayi tersebut lahir. Faktor-faktor ibu yang memengaruhi keselamatan bayi antara lain yaitu umur, paritas dan jarak kelahiran. Penyebab utama kematian neonatus berhubungan secara intrinsik dengan kesehatan ibu dan perawatan yang diterima sebelum, selama dan setelah melahirkan. Telah diketahui bahwa hampir tiga per empat dari semua kematian neonatal dapat dicegah apabila wanita mendapatkan nutrisi yang cukup dan mendapatkan perawatan yang sesuai pada saat kehamilan, kelahiran dan periode pasca persalinan. Kematian bayi dapat pula diakibatkan dari kurangnya kesadaran akan kesehatan ibu. Banyak faktor yang memengaruhinya, diantaranya, Ibu jarang memeriksakan kandungannya ke bidan; hamil diusia muda; jarak yang terlalu dekat; hamil diusia tua; kurangnya asupan gizi bagi ibu dan bayinya; makanan yang dikonsumsi ibu tidak bersih; fasilitas sanitasi dan higienitas yang tidak memadai Sulistiyawati, 2009; Latifah, 2012. Penyebab kematian neonatal ada dua macam yaitu endogen dan eksogen. Kematian neonatal endogen disebabkan oleh faktor-faktor yang dibawa anak sejak lahir, yang diperoleh dari orang tuanya pada saat konsepsi. Kematian bayi yang disebabkan dari kondisi bayinya sendiri yaitu BBLR, bayi prematur, dan kelainan kongenital. Sedangkan kematian bayi eksogen atau kematian post-neonatal Universitas Sumatera Utara disebabkan oleh faktor-faktor yang bertalian dengan pengaruh lingkungan luar Wandira dkk, 2012. Dalam kurun reproduksi sehat dikenal bahwa usia aman untuk kehamilan dan persalinan adalah 20-34 tahun. Kehamilan pada usia yang terlalu muda dan tua termasuk dalam kriteria kehamilan risiko tinggi dimana keduanya berperan meningkatkan morbiditas dan mortalitas pada ibu maupun janin. Salah satu faktor risiko dalam selama kehamilan, persalinan adalah usia ibu. Usia ibu pada saat kehamilan hamil kurang dari 20 tahun dapat merugikan kesehatan ibu maupun pertumbuhan dan perkembangan janin karena belum matangnya alat reproduksi untuk hamil. Penyulit pada kehamilan remaja 20 tahun lebih tinggi dibandingkan kurun waktu reproduksi sehat antara 20-35 tahun. Primi muda adalah ibu hamil pada usia 20 tahun, sedangkan primi tua adalah ibu hamil pada usia 35 tahun Mahmudah dkk, 2011. Paritas adalah jumlah kehamilan yang menghasilkan janin yang mampu hidup di luar rahim. Paritas terdiri atas 3 kelompok : primipara paritas 1, multipara paritas 2-6 dan grande multipara paritas 6, selain berisiko tinggi pada kehamilan ibu juga berpengaruh pada persalinan. Tingkat paritas telah menarik perhatian para peneliti dalam hubungannya dengan kesehatan ibu maupun bayi. Ada kecenderungan kesehatan ibu yang berparitas rendah lebih baik dari yang berparitas tinggi. Ibu dengan jumlah persalinan ≥ 3 kali mempunyai peluang 2,6 kali untuk mengalami kematian neonatal jika dibanding dengan ibu yang pernah mengalami proses persalinan 1-2 kali Mahmudah dkk, 2011. Universitas Sumatera Utara Kesehatan neonatal yang dilahirkan erat kaitannya dengan jarak kelahiran. Neonatal yang dilahirkan dengan jarak kelahiran yang pendek kurang dari 24 bulan mempunyai risiko tinggi untuk sakit atau meninggal. Pada saat hamil dan bersalin terjadi perubahan pada tubuh terutama kandungan ibu. Untuk itu dibutuhkan waktu pemulihan kondisi. Jarak kelahiran turut memberikan kontribusi terhadap kelahiran anak berikutnya. Jarak kelahiran ≥ 24 bulan merupakan jarak kelahiran yang baik bagi seorang ibu. Jarak kelahiran 18 bulan mempunyai risiko 6,13 kali untuk mengalami kematian neonatal dibandingkan dengan jarak kelahiran dari 36 bulan Sharifzadeh et.el, 2011 Persalinan yang ibu yang lalu berhubungan dengan kondisi persalinan ibu yang berikutnya, jarak kelahiran yang 24 bulan akan berpengaruh pada proses persalinan ibu, sehingga dapat memberikan risiko pada persalinan yang berikutnya Bila pada riwayat persalinan ibu yang lalu mengalami kondisi-kondisi seperti perdarahan, partus prematur, kematian janin dalam kandungan, preeklamsiaeklamsia, Ketuban Pecah Dini KPD, kelainan letak pada hamil tua serta semua persalinan tidak normal yang pernah dialami ibu merupakan risiko tinggi untuk persalinan berikutnya. Keadaan-keadaan tersebut perlu diwaspadai karena kemungkinan ibu akan mendapatkan kesulitan dalam kehamilan dan saat akan melahirkan dan secara langsung memengaruhi kondisi neonatal dini perinatal, kematian neonatal dini dengan dikondisi persalinan yang abnormal mempunyai risiko 2,5 kali lebih besar untuk terjadi kematian neonatal Dwi dkk, 2001. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan laporan pendahuluan SDKI tahun 2012 angka kematian neonatal di provinsi Aceh adalah 28 per 1.000 kelahiran hidup, angka ini masih di atas angka kematian neonatal nasional yaitu 19 per 1.000 kelahiran hidup. Kabupaten Aceh Tengah merupakan salah satu kabupaten yang ada di provinsi Aceh BKKBN, BPS, Kemenkes RI, USAID, 2013. Survei pendahuluan yang dilakukan di Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Tengah, berdasarkan laporan kematian maternal dan neonatal diperoleh, pada tahun 2011 kematian neonatal dini 111000 kelahiran hidup, tahun 2012 kematian neonatal dini 101000 kelahiran hidup, sejalan dengan perbaikan sistim pencatatan dan pelaporan melalui penelusuran kematian maternal dan neonatal, pada tahun 2013 kematian neonatal dini 221000 kelahiran hidup. Penelusuran kematian melalui hasil autopsi verbal kematian neonatal yang ada pada Dinas Kesehatan Kab. Aceh Tengah, diperoleh gambaran dari 6 kematian neonatal, umur ibu yang mengalami kematian neonatal tertinggi ada pada kelompok umur 20-34 tahun sebanyak 4 orang 33. Kematian neonatal pada ibu dengan paritas anak pertama sebanyak 3 orang 50. Pemeriksaan antenatal lengkap 4 kali sebanyak 5 orang 87 mengalami kematian neonatal. Data mengenai penolong persalinan 5 orang 83 melahirkan di praktek swasta bidan dan 1 orang 17 ditolong oleh bidan di desa Dinkes Aceh Tengah, 2013. Survei awal menggambarkan tingginya kasus kematian neonatal dini di Kabupaten Aceh Tengah sehingga penelitian ini mencoba untuk menganalisis pengaruh faktor ibu terhadap kematian neonatal di Kabupaten Aceh Tengah. Universitas Sumatera Utara

1.2 Permasalahan

Masih ada kematian neonatal dini di Kabupaten Aceh Tengah yaitu sebesar 221000 kelahiran hidup pada tahun 2013. Berdasarkan keadaan tersebut, maka perlu dilakukan analisis tentang pengaruh faktor ibu terhadap kematian neonatal. 1.3 Tujuan Penelitian Untuk menganalisis pengaruh faktor ibu umur, paritas dan jarak kelahiran, terhadap kematian neonatal di Kabupaten Aceh Tengah.

1.4 Hipotesis

Ada pengaruh faktor ibu umur, paritas dan jarak kelahiran dengan kematian neonatal dini di di Kabupaten Aceh Tengah tahun 2013.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah: 1. Memberikan masukan pada Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Tengah terkait faktor ibu yang dominan dari kematian neonatal dan menjadi salah satu acuan dalam membuat perencanaan upaya meningkatkan kesehatan ibu dan anak sehingga dapat mengurangi kematian neonatal dini. 2. Penelitian ini dapat bermanfaat dalam memperkaya khasanah keilmuan dalam bidang kesehatan reproduksi dan pengembangan pengetahuan tentang faktor ibu yang memengaruhi kematian neonatal dini. Universitas Sumatera Utara 3. Sebagai bahan informasi bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian mengenai pengaruh faktor ibu terhadap kematian neonatal dini. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA