Penggolongan Subjek Pajak Kewajiban Pajak Subjektif

20 sosial politik, atau organisasi sejenis, lembaga, bentuk usaha tetap dan bentuk badan lainnya termasuk reksadana. 3. Bentuk Usaha Tetap BUT. Bentuk Usaha Tetap Permanent Establishment adalah bentuk usaha yang dipergunakan oleh Subjek Pajak luar negeri untuk menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia, yang dapat berupa:  Tempat kedudukan manajemen.  Cabang perusahaan.  Kantor perwakilan.  Gedung kantor.  Pabrik.  Bengkel.  Pertambangan dan penggalian sumber alam; wilayah kerja pengeboran yang digunakan untuk eksplorasi pertambangan.  Perikanan, peternakan, pertanian, perkebunan, atau kehutanan.  Proyek konstruksi, instalasi, atau proyek perakitan.  Pemberian jasa dalam bentuk apapun oleh pegawai atau oleh orang lain sepanjang dilakukan lebih dari 60 hari dalam jangka waktu 12 bulan.  Orang atau badan yang bertindak selaku agen yang kedudukannya tidak bebas.  Agen atau pegawai dari perusahaan asuransi yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia yang menerima premi asuransi atau menanggung risiko di Indonesia.

2.5.1.1 Penggolongan Subjek Pajak

Menurut Pasal 2 Ayat 2 UU PPh Subjek Pajak dibagi menjadi dua, yaitu: 1. Subjek Pajak Dalam Negeri Menurut Pasal 2 ayat 3 UU PPh yang termasuk Subjek Pajak Dalam Negeri adalah: Universitas Sumatera Utara 21 a. Orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia. b. Orang pribadi yang berada di Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan. c. Orang pribadi yang dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia. d. Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak. e. Badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia. 2. Subjek Pajak Luar Negeri Menurut Pasal 2 ayat 4 UU PPh yang termasuk dalam Subjek Pajak Luar Negeri adalah: a. Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan. b. Badan yang didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia.

2.5.1.2 Kewajiban Pajak Subjektif

Menurut Pasal 2A UU PPh beserta penjelasannya, kewajiban pajak diatur sebagai berikut: a. Subjek Pajak orang pribadi dalam negeri:  Dimulai pada saat orang pribadi tersebut dilahirkan, berada, atau berniat untuk bertempat tinggal di Indonesia. Universitas Sumatera Utara 22  Berakhir pada saat meninggal dunia atau meninggalkan Indonesia untuk selama – lamanya. b. Subjek Pajak badan dalam negeri:  Dimulai pada saat badan tersebut didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia.  Berakhir pada saat dibubarkan atau tidak lagi bertempat kedudukan di Indonesia. c. Warisan yang belum terbagi:  Dimulai pada saat timbulnya warisan yang belum terbagi tersebut.  Berakhir pada saat warisan tersebut selesai dibagi. d. Subjek Pajak orang pribadi atau badan luar negeri yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui BUT:  Dimulai pada saat orang pribadi atau badan tersebut menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui BUT.  Berakhir pada saat tidak lagi menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui BUT. e. Subjek Pajak orang pribadi atau badan luar negeri non- BUT:  dimulai pada saat orang pribadi atau badan tersebut menerima atau memperoleh penghasilan di Indonesia.  berakhir pada saat tidak lagi menerima atau memperoleh penghasilan tersebut Universitas Sumatera Utara 23

2.5.1.3 Tidak Termasuk Subjek Pajak

Dokumen yang terkait

Analisis Perbandingan Penerapan PPH 25 dengan Pajak Final Tarif 1% menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 46 Tahun 2013 (Studi Kasus Pada PT. Rumina Cahaya Kembar)

3 25 76

ANALISIS PENERAPAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN 2013 TERHADAP TINGKAT Analisis Penerapan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 Terhadap Tingkat Pertumbuhan Wajib Pajak Dan Penerimaan Pph Pasal 4 Ayat(2) ( Studi Kasus pada Kantor Pelayanan Pajak

0 2 21

ANALISIS PENERAPAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN 2013 TERHADAP TINGKAT Analisis Penerapan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 Terhadap Tingkat Pertumbuhan Wajib Pajak Dan Penerimaan Pph Pasal 4 Ayat(2) ( Studi Kasus pada Kantor Pelayanan Pajak

0 3 18

Analisis Penerapan Peraturan Pemerintah No 46 Tahun 2013 Pada Besarnya Pajak Penghasilan Di PT XYZ Tahun Pajak 2014 Dan 2015.

0 0 50

Analisis Perbandingan Penerapan PPH 25 dengan Pajak Final Tarif 1% menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 46 Tahun 2013 (Studi Kasus Pada PT. Rumina Cahaya Kembar)

0 3 11

Analisis Perbandingan Penerapan PPH 25 dengan Pajak Final Tarif 1% menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 46 Tahun 2013 (Studi Kasus Pada PT. Rumina Cahaya Kembar)

0 2 2

Analisis Perbandingan Penerapan PPH 25 dengan Pajak Final Tarif 1% menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 46 Tahun 2013 (Studi Kasus Pada PT. Rumina Cahaya Kembar)

0 3 6

Analisis Perbandingan Penerapan PPH 25 dengan Pajak Final Tarif 1% menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 46 Tahun 2013 (Studi Kasus Pada PT. Rumina Cahaya Kembar)

0 2 2

Analisis Perbandingan Penerapan PPH 25 dengan Pajak Final Tarif 1% menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 46 Tahun 2013 (Studi Kasus Pada PT. Rumina Cahaya Kembar)

0 4 3

PERBANDINGAN PAJAK PPH PASAL 25 dan PAJAK FINAL 1% MENURUT PERATURAN PEMERINTAH NO 46 TERHADAP PENGHASILAN YANG DITERIMA OLEH BADAN - Unika Repository

0 0 14