Definisi Nilai Anak Di Dalam Keluarga

9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Nilai Anak Di Dalam Keluarga

Nilai anak adalah fungsi-fungsi yang dilakukan atau dipenuhinya kebutuhan orangtua oleh anak Esphenshade,1977. Nilai anak bagi orangtua dalam kehidupan sehari-hari dapat diketahui antara lain dari adanya kenyataan bahwa anak menjadi tempat orangtua mencurahkan kasih sayang, anak merupakan sumber kebahagiaan keluarga, anak sering dijadikan pertimbangan oleh sepasang suami istri untuk membatalkan keinginannya bercerai, kepada anak nilai-nilai dalam keluarga disosialisasikan dan harta kekayaan keluarga diwariskan, dan anak juga menjadi tempat orangtua menggantungkan berbagai harapan Ihromi, 1999. Penelitian yang dilakukan Puspasari 2014 menyimpulkan bahwa jumlah anak yang ingin dimiliki oleh PUS dipengaruhi oleh nilai anak yang dianut dalam masyarakat, dan penentuan jumlah anak oleh PUS tersebut akan mempengaruhi PUS untuk menggunakan atau tidak menggunakan alat kontrasepsi. Nilai anak berhubungan erat dengan kebudayaan yang hidup dalam suatu masyarakat, dimana setiap masyarakat memiliki nilai tertentu mengenai sesuatu yang mereka miliki. Nilai itu umumnya tidak mudah berubah, karena setiap individu telah disosialisasikan dengan nilai-nilai tersebut. Melalui proses sosialisasi, setiap individu anggota masyarakat telah diresapi dengan nilai-nilai budaya yang hidup didalam masyarakat itu, mulai dari kecil sampai dewasa, sehingga konsep-konsep nilai tersebut berakar dalam jiwanya. Universitas Sumatera Utara Koentjaraningrat 1981 melihat sistem nilai budaya terdiri dari konsepsi- konsepsi yang hidup dalam alam pikiran sebagian besar warga masyarakat mengenai hal-hal yang mereka anggap bernilai dalam hidup, dan biasanya berfungsi sebagai pedoman tertinggi bagi individu dalam bertingkah laku. Nilai anak adalah bagian dari nilai budaya dalam suatu masyarakat. Nilai anak merupakan suatu penilaian individu atau masyarakat terhadap arti dan fungsi anak dalam keluarga. Anak secara umum dianggap sebagai salah satu kebutuhan orang-tua, baik sebagai kebutuhan ekonomi, sosial maupun psikologis. Ihromi 1999 berpendapat bahwa nilai anak bagi orang tua dalam kehidupan sehari-hari dapat diketahui dari adanya kenyataan bahwa anak menjadi tempat bagi orang tua untuk mencurahkan kasih sayangnya, anak sebagai sumber kebahagiaan keluarga, anak sebagai bahan pertimbangan pasangan suami-istri ketika ingin bercerai, anak sebagai tempat untuk mensosialisasikan nilai –nilai dalam keluarga dan harta kekayaan keluarga diwariskan, dan anak sebagai tempat orang tua dalam menggantungkan berbagai harapannya. Serupa dengan Koentjaraningrat dan Ihromi, Hoffman 1973 menyampaikan bahwa nilai anak berkaitan dengan fungsi anak bagi orang-tua. Nilai-nilai ini terikat pada struktur sosial dan dipengaruhi oleh perbedaan budaya dan perubahan sosial. Maksudnya bahwa nilai yang dianut oleh suatu masyarakat akan tercermin dalam kehidupan dan kebiasaan mereka sehari- hari. Begitu juga kebutuhan orang-tua akan perhatian anak kebutuhan psikologis. Kebutuhan tersebut sudah tentu akan dipengaruhi pula oleh aturannorma yang berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan. Salah satu Universitas Sumatera Utara contoh adanya pengaruh budaya dalam penentuan jumlah anak nilai anak adalah adanya pandangan dalam masyarakat yang mengatakan bahwa Banyak Anak Banyak Rezeki. Pandangan tersebut berkembang akibat adanya anggapan bahwa pasangan yang memiliki jumlah anak yang banyak akan lebih mudah kehidupannya karena terbantu oleh karena adanya anak- anak mereka. Disamping itu banyaknya jumlah anak juga akan memberi anggapan bahwa pasangan suami istri tersebut akan terbantu kehidupannya saat dihari tua nanti. Pandangan masyarakat tersebut dipengaruhi oleh pola kebudayaan zaman dahulu yang masih tradisional. Nilai anak dalam kehidupan sosial, tampak dalam hal anak berperan sebagai penerus keturunan dan sebagai ahli waris. Dalam peranannya sebagai ahli waris, anak tidak semata-mata mewarisi harta peninggalan orang tua warisan yang bersifat material, akan tetapi juga mewarisi kewajiban adat warisan yang bersifat immaterial Ihromi, 1999.

2.2 Kategori Nilai Anak

Dokumen yang terkait

Hubungan Nilai Anak Pada Pasangan Usia Subur Akseptor dan Non Akseptor Keluarga Berencana di Kelurahan Pekan Gebang Kecamatan Gebang Kabupaten Langkat Tahun 2015

1 49 94

Faktor-faktor Ketidakikutsertaan Pasangan Usia Subur menjadi Akseptor KB di Desa Bandar Klippa Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang

6 62 58

Hubungan Nilai Anak Pada Pasangan Usia Subur Akseptor dan Non Akseptor Keluarga Berencana di Kelurahan Pekan Gebang Kecamatan Gebang Kabupaten Langkat Tahun 2015

0 0 15

Hubungan Nilai Anak Pada Pasangan Usia Subur Akseptor dan Non Akseptor Keluarga Berencana di Kelurahan Pekan Gebang Kecamatan Gebang Kabupaten Langkat Tahun 2015

0 0 2

Hubungan Nilai Anak Pada Pasangan Usia Subur Akseptor dan Non Akseptor Keluarga Berencana di Kelurahan Pekan Gebang Kecamatan Gebang Kabupaten Langkat Tahun 2015

0 0 8

Hubungan Nilai Anak Pada Pasangan Usia Subur Akseptor dan Non Akseptor Keluarga Berencana di Kelurahan Pekan Gebang Kecamatan Gebang Kabupaten Langkat Tahun 2015

0 0 3

Hubungan Nilai Anak Pada Pasangan Usia Subur Akseptor dan Non Akseptor Keluarga Berencana di Kelurahan Pekan Gebang Kecamatan Gebang Kabupaten Langkat Tahun 2015

0 0 12

Determinan Ketidakikutsertaan Pasangan Usia Subur Menjadi Akseptor Keluarga Berencana Di Kecamatan Arongan Lambalek Kabupaten Aceh Barat Tahun 2015

0 0 18

Determinan Ketidakikutsertaan Pasangan Usia Subur Menjadi Akseptor Keluarga Berencana Di Kecamatan Arongan Lambalek Kabupaten Aceh Barat Tahun 2015

0 0 2

Determinan Ketidakikutsertaan Pasangan Usia Subur Menjadi Akseptor Keluarga Berencana Di Kecamatan Arongan Lambalek Kabupaten Aceh Barat Tahun 2015

3 6 9