Hasil Perhitungan Waste
Hasil Perhitungan Waste
25.00 Assessment Quesionnaire (WAQ) 21.35
Jenis Waste
Gambar 18 . Persentase Hasil Akhir Waste Assessment Quesionnaire (WAQ)
3.5 Identifikasi Penyebab Pemborosan
Identifikasi penyebab pemborosan diawali dengan mengelompokkan aktivitas pada lini produksi kedalam 3 kelompok yaitu Value Added, Necessary but Non Value Added, dan Non Value Added , sehingga diketahui persentase aktivitas pada lini produksi yang dapat dilihat pada Gambar 4.
Persentase Aktivitas pada Lini Produksi
Waktu Value Added
Waktu Necessary but Non Value Added (menit)
Gambar 19. Persentase Aktivitas pada Lini Produksi
Selanjutnya berdasarkan aktivitas yang dilakukan diketahui jenis waste untuk setiap aktivitas berdasarkan pengelompokan waste menurut Harrison dan Hoek (2005). Tabel 6 menunjukkan penjumlahan waktu jenis waste yang terdapat pada lini produksi.
Tabel 14. Total Waktu pada Jenis Waste
Jenis Waste
Total Waktu (menit)
3.6 Usulan Tindakan Perbaikan
Setelah diketahui pemborosan (waste) apa saja yang terdapat pada proses produksi pembuatan kaos kaki, selanjutnya dilakukan penetapan usulan tindakan perbaikan dengan menggunakan metode 5W+1H untuk mengetahui pemborosan apa yang terjadi (what), sumber terjadinya pemborosan (where), penanggung jawab (who), waktu terjadinya pemborosan (when), alasan terjadi (why), serta saran perbaikan yang perlu dilakukan (how). Berikut usulan tindakan perbaikan dengan menggunakan metode 5W+1H dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 15. Usulan Tindakan Perbaikan dengan Menggunakan Pendekatan 5W+1H
Pemborosan
S umber
Penanggung
Waktu
Jenis Waste yang Terjadi
S aran Perbaikan ( What )
Alasan Terjadi
Operator melakukan
Tidak melakukan
pengecekkan mesin
sebelum dan sedang berlangsungnya proses produksi Cacat patah
pengecekan mesin
M elakukan perawatan jarum dan cacat
M esin rajut
Operator
Pada saat
mesin rajut
berlangsungnya
Tidak melakukan
secara rutin terhadap putus benang
(manual dan
otomatis)
(manual dan
proses
perawatan secara rutin
otomatis)
produksi
sehingga sering
mesin dengan
terjadinya kerusakan
menerapkan prinsip
pada mesin
TPM
Kurang telitinya
Adanya prosedur
operator dalam
produksi dalam bentuk
mengatur mesin
visual
M enjaga standar Defect
Bagian
Operator
Pada saat
Cacat potong
Operator kurang teliti
sehingga kain kaos kaki
kualitas dan lakukan
knitting dan
knitting dan
pembuangan
tanpa sengaja kepotong
pekerjaan sesuai
balikan
balikan
sisa benang
prosedur
M enjaga standar Cacat setting
Operator kurang teliti
kualitas dan lakukan (oven )
Stasiun
Operator
Pada saat
sehingga proses
kerja setting
setting
melakukan
pengovenan lebih lama
pekerjaan sesuai
atau tidak sesuai
prosedur
dengan ketentuan
M embuat alarm
M enjaga standar Cacat obras
Operator kurang teliti
M esin
Operator
Pada saat
sehingga penempatan
kualitas dan lakukan
obras
mesin obras
melakukan pengobrasan
kaus kaki tidak pas
pekerjaan sesuai
pada saat dijahit
prosedur
M enjaga standar Cacat som
Pada saat
Operator kurang teliti
M esin som
Operator
sehingga penempatan
kualitas dan lakukan
mesin som
melakukan pengesoman
kaus kaki tidak pas
pekerjaan sesuai
pada saat dijahit
prosedur
Lanjutan Tabel 7. Usulan Tindakan Perbaikan dengan Menggunakan Pendekatan 5W+1H
Pemborosan
S umber
Penanggung
Waktu
Jenis Waste yang Terjadi
S aran Perbaikan ( What )
Alasan Terjadi
M enjadwalkan M esin som M esin obras WIP dari mesin ditransfer lebih banyak Jumlah WIP pengiriman WIP sesuai obras ke mesin dibandingkan dengan dengan kebutuhan yang ditransfer
Proses transfer
Jumlah WIP yang
mesin Inventory
som
kapasitas mesin
tidak sama dengan kapasitas
M enjadwalkan dalam proses
Jumlah WIP yang
Setting
Quality
Proses transfer
WIP dari QC
ditransfer lebih banyak pengiriman WIP sesuai
(Oven)
Control
balikan ke
dibandingkan dengan
Balikan
dengan kebutuhan
Setting (Oven)
kapasitas Setting
(Oven)
Setting (Oven) Tata tempat
penyimpanan sesuai jenis bahan baku dan
M emilih bahan
waktu kedatangan baku
Bahan baku tidak
bahan baku Lakukan pemeriksaan kualitas bahan baku Terapkan proses FIFO Setting mesin
bahan baku
bahan baku
bahan baku untuk diproses
tertata baik
M empersingkat waktu rajut (manual)
M esin rajut
Operator
Ketika
setting dengan Setting mesin
(manual dan
mesin rajut
melakukan
menggunakan metode Motion
Waktu setting lama
SM ED Setting mesin
otomatis)
(manual dan
setup time dan
rajut (otomatis)
otomatis)
change over
M esin
M empersingkat waktu som
obras
mesin obras
melakukan
Setting mesin
M esin som
Operator mesin som
setup time dan
change over
Waktu setting lama
setting dengan menggunakan metode
Setting awal mesin oven
M esin oven
mesin oven
setup time
M enata kebutuhan plastik
M engambil
stasiun
Operator
Pada saat mau
kerja
stasiun kerja
melakukan
M engambil plastik ke
bahan untuk packing
di dekat stasiun kerja
packing
packing
M enunggu WIP
M esin
Operator
Pada saat
Waktu proses QC
Knitting
dari QC Knitting
Obras
mesin QC
melakukan
lebih lama
Knitting
pengobrasan
dibandingkan mesin obras
M enunggu WIP M elakukan hal lain dari proses Som QC Balikan
Pada saat
Waktu proses mesin
Operator melakukan QC M esin Som som lebih lama
balikan
dibandingkan QC
seperti menjaga
kerja M enunggu WIP
Balikan
kebersihan stasiun
Jumlah WIP yang
Stasiun
dari QC Balikan kerja setting
Operator QC
Pada saat
ditransfer lebih sedikit
Balikan
proses
dibandingkan dengan
kapasitas setting
(oven)
M enunggu kaos kaki kering dari
M enambah mesin hasil proses
Stasiun
Operator
Operator QC
kerja setting
setting
lipatan
Tidak adanya mesin
pengeringan setting (oven )
(oven )
(oven )
menunggu kaos
pengering
kaki kering
M elakukan perawatan
secara rutin terhadap mesin yang
Break down
M esin rajut (manual dan
Operator
M enunggu
mesin tinggi
M esin rajut
ketika terjadi
Tidak melakukan
otomatis)
(manual dan
kerusakan
perawatan secara rutin
otomatis)
mesin
M enerapkan prinsip TPM
Hasil rancangan tersebut kemudian dipetakan ke dalam VSM Future State Map yang dapat dilihat pada Gambar 5, sehingga dapat ditunjukkan perkiraan perubahan pengurangan lead time dari 707,958 menit pada VSM Current State Map menjadi 466,221 menit.
ar ar ra enye ot
te ta ion,
Citra Iqra Pratama
n a at enguku
h Polyester
be Nilon
N ory i w l pe ak d ast
a April : 2660 ting. ap Karet id Mei : 3029 enye r Departemen Produksi
ise nal igun
Mesin Rajut
Quality Control
, Jumlah Mesin= - tin
Packing ro dom
Jumlah Mesin= 8
CT= 7,500 menit
h la se se
ad le w
d F C/O= 10 menit
CT=4,867 menit
Mesin Obras
Mesin Som
Quality Control
Setting (Oven)
Quality Control
s C/O= - ast e at
Set Up Time = 13 menit
Set Up Time = -
uture State Map
Asse in
ope Jumlah Mesin= - roduksi tim e a y
Uptime = 94 %
a Utilitas = 94%
Uptime = -
IP CT= 1,8 menit ng a CT= 5,965 menit n CT=65,8menit/12 lusin
Utilitas = -
Jumlah Mesin= 1
Jumlah Mesin= 1
Jumlah Mesin= -
Jumlah Mesin= 1
Jumlah Mesin= -
Working Time= 1 shift
Working Time= 1 shift
CT= 1,040 menit
CT= 1,3 menit
CT= 1,4 menit
y C/O= - ra
y e y a ss
Set Up Time=3,47menit
Set Up Time = 3 menit
Set Up Time = -
Set Up Time = 32 menit
Set Up Time = -
to Uptime = - ia m er te
ng
C/O= 11,13 menit
C/O= 6,23 menit
C/O= -
C/O= -
C/O= -
ang Utilitas = - la r ku
d Working Time= 1 shift ia
Mesin Rajut
h (Otomatis)
Working Time= 1 shift
Working Time= 1 shift
Working Time= 1 shift
Working Time= 1 shift
Working Time= 1 shift
st 1 rk an Jumlah Mesin= 12 ng
sf CT=11,250 menit egi
Set Up Time=20,3 menit er ISSN el je i l h C/O= 10 menit
n a Uptime = 91 %
(W
2579- : k el
a d an
de rse A p l
d Utilitas = 91 %
a pe
ipe Working Time= 1 shift
se 1,417 n ng
c 466,221 menit
Lead Time =
su Value Added = ju t, se
a 2018 a e e ng un n
de ek
ar an
b The Value To Waste Ratio
Gambar 20 VSM Future State Map
nkn , nkn ,
c. Usulan perbaikan ke empat jenis waste disusun dengan menggunakan metode 5W-1H yaitu untuk waste jenis defect diusulkan operator melakukan pengecekan dan perawatan mesin, adanya prosedur produksi dalam bentuk visual, menjaga standar kualitas serta lakukan pekerjaan sesuai prosedur, dan membuat alarm untuk proses pengovenan. Selain itu untuk waste jenis inventory diusulkan untuk melakukan penjadwalan pengiriman sesuai dengan kebutuhan dengan cara memperkecil ukuran lot. Kemudian untuk waste jenis motion menggunakan pendekatan 5 S, FIFO, pemeriksaan kualitas bahan baku yang datang, dan mempersingkat waktu setting dengan menggunakan metode SMED. Usulan tindakan selanjutnya yang diberikan untuk waste jenis waiting ialah melakukan hal lain seperti menjaga kebersihan stasiun kerja, menambah mesin pengering, dan menerapkan prinsip TPM.
d. VSM Future State Map menunjukkan perkiraan perubahan pengurangan lead time dari 707,958 menit pada VSM Current State Map menjadi 466,221 menit. Hal tersebut menunjukkan bahwa terjadi penurunan lead time sebanyak 34,146 % dari sebelumnya.
Daftar Pustaka
Arif, M. 2017., Perancangan Tata Letak Pabrik. [e-book] Yogyakarta: Deepublish. Tersedia pada : Google books <https://books.google.co.id/books?id=NeYvDwAAQBAJ&printsec= frontcover&dq=Perancangan+Tata+Letak+Pabrik+Muhammad+Arif+2017&hl=id&sa=X &ved=0ahUKEwiVoZ34j4jXAhWGNI8KHQKTBxwQ6AEIJjAA> [Diakses 22 Oktober 2017]
Dailey, K. W., 2003, The Lean Manufacturing Pocket Handbook. United States of America: DW Publishing. Ehrlich, B. H., 2002. Transactional Six Sigma and Lean Servicing. United States of America: CRC Press Company Gaspersz, V., 2002. Pedoman Implementasi Program Six Sigma Terintegrasi dengan ISO 9001:2000, MBNQA, dan HACCP . Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Gaspersz, V., 2006. Contiuous Cost Reduction Through Lean-Sigma Approach.[e-book] Jakarta: PT
: Google books <https://books.google.co.id/books?id=1S287n-_eScC&pg=PT13&dq=Continuous+Cost+ Reduction+Through+LeanSigma+Approach&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwjl7uHalMTWA hUKuo8KHR0kBrIQ6AEIJjAA> [Diakses 17 Mei 2017]
Harrison, A., dan Hoek, R. V., 2005. Logistics Management and Strategy. 2nd. England: Pearson Education. Harry, M. J., Mann, P. S., Hodgins, O. D., Hulbert, R. L., dan Lacke, C. J., 2010. Practitioner’s Guide for Statistics and Lean Six Sigma for Process Improvements. [e-book] Canada: John Wiley & Sonc. Tersedia pada: Google books<https://books.google.co.id/books?id=wQsA2 dKzvQkC&printsec=frontcover&dq=The+Practitioner's+Guide+to+Statistics+and+Lean+S ix+Sigma+for+Process+...&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwjc_828yo_XAhXCGZQKHU1u DHMQ6AEIJjAA> [Diakses 26 Oktober 2017]
Purnawanto, B., 2010. Manajemen SDM Berbasis Proses. [e-book] eBookstore: Grasindo. Tersedia pada : Google books <https://books.google.co.id/books?is bn=9790812043> [Diakses 18 Juni 2017]
Rawabdeh, I. A., 2005. A model for the assessment of waste in job shop environments, International Journal of Operations & Production Manage- ment, [online] Tersedia pada: https://www.researchgate.net/publication/23526 4182 [Diakses 22 Agustus 2017]
Rother, M., dan Shook, J., 1999. Learning To See: Value Stream Mapping To Create Value and Eliminate Muda . Brookline, MA : The Lean Enterprise Institute.
Analisis Kepuasan Pelanggan dengan Menggunakan Integrasi