Arry Darmawan *1) , Bertha Maya Sopha *2) ,
Arry Darmawan *1) , Bertha Maya Sopha *2) ,
1) Pasca Sarjana Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, Bulaksumur, Sleman D.I.Yogyakarta, 55281, Indonesia
2) Teknik Industri, Universitas Gadjah Mada, Bulaksumur, Sleman D.I.Yogyakarta, 55281, Indonesia Email: [email protected], [email protected]
ABSTRAK
IKM Sedyo Lestari memiliki dua produk dengan aliran proses produksi yang berbeda dan kurang efisien dimana antara produksi benih dan baglog dikerjakan pada tempat yang memiliki alur produksi sendiri. Dari latarbelakang ini perlu adanya sebuah penelitian dengan metode usulan perbaikan sistem menggunakan Nawaz Enscore Ham dan Shortes Procesing Time yang bertujuan untuk meminimumkan makespan. Hasil dari penelitian ini pada tahap proses pengerjaan benih, metode NEH yaitu sebesar 3124 menit dan 2367 menit sedangkan metode SPT sebesar 1857 menit dan 1448 menit. Metode SPT dan FCFS yaitu sebesar 1732 menit dan 1170 menit. Pada tahap proses pengerjaan benih dan baglog, Metode FCFS menghasilkan makespan sebesar 4362 menit dan 2436 menit, metode NEH menghasilkan makespan sebesar 4204 menit dan 2138 menit, dan metode SPT sebesar 4501 menit dan 3436 menit.
Kata kunci : Produksi, NEH, SPT, FCFS
1. Pendahuluan
Pertanian merupakan salah satu sektor penting pembangunan ekonomi Indonesia di mana di dalamnya termasuk kegiatan budidaya jamur. Salah satu provinsi dengan luas panen jamur terbesar ke tiga di pulau jawa adalah D.I.Yogyakarta luas panen jamur di provinsi D.I.Yogyakarta
mencapai 236.368 m 2 . Adapun produksi jamur ini mencapai 1.396.296 kg (Direktorat Hortikultura, 2014). Kegiatan industri agro komoditi jamur pada umumnya tidak terlepas dari aktivitas produksi dalam menghasilkan produk berupa bibit atau benih jamur dan baglog (media tanam dan tumbuh jamur) aktivitas ini meliputi perencanaan, produksi dan penjualan. Salah satu perusahaan agro pada komoditi jamur yang berkembang di Bantul D.I.Yogyakarta adalah IKM sedyo lestari, dimana industri agro ini memproduksi benih jamur dan baglog jamur. IKM Sedyo Lestari menggunakan metode First Come First Serve (FCFS) dengan pola kedatangan statis pada setiap produknya. Semua job akan datang pada saat bersamaan ketika mesin dalam keadaan siap untuk diproses. Menurut Penelitian yang dilakukan oleh Hapsari (2012) metode FCFS memiliki beberapa kelemahan antara lain, memiliki waiting time yang tinggi dan order yang memiliki waktu proses kecil harus menunggu terlalu lama. Kondisi aktual yang terjadi dari system FCFS ini terlihat bebrapa kekurangan seperti waktu pekerjaan yang tidak tepat waktu dan banyaknya wasting time akibat pola pekerjaan setiap order.
Berdasarkan latarbelakang yang telah dipaparkan, dalam penelitian ini sangat perlu adanya beberapa metode untuk perbaikan penjadwalan yang tepat dalam menata kembali perpindahan aliran proses dan menentukan urutan jadwal yang terbaik sehingga waktu proses dapat dioptimalkan dan juga mempertimbangkan efektifitas dan efisiensi baik dari sisi produktifitas dan metode. Usulan penjadwalan ini diharapkan akan menghasilkan penjadwalan dengan waktu yang optimal dan dapat mengatur order sequence dengan tujuan agar utilitas mesin stasiun dapat meningkatkan degan minimasi makespan.
2. Metode
Metode penelitian yang dilakukan menggunakan NEH (Nawaz Enscore Ham) dan SPT (Shortes Procesing Time) dalam melakukan usulan perbaikan minimasi makespan pada tiap unit produksi IKM Sedyo Lestari adapun Objek Penelitian yaitu proses produksi benih dan baglog.
Seminar dan Konferensi Nasional DEC ISSN: 2579-6429 2018 Surakarta, 7-8 Mei 2018
3. Hasil dan Pembahasan
Karakteristik sistem dari proses produksi baglog dan benih jamur IKM Sedyo Lestari memiliki alur flowshop dengan melewati station kerja yang terdiri atas beberapa job, adapun alur produksi dapat di lihat pada gambar 1 sedangkan untuk produk benih dapat dilihat pada gambar
2. Skema analisis penjadwalan dihitung dari beberapa job yang dilakukan pada tiap mesin.
a. Produk Baglog
Stasiun 1 Stasiun 2
Stasiun 3
a. Pengayakan
a. Packing plastik
Mulai
b. Pencampuran
b. Press baglog
Sterilisasi
c. Pengomposan c. Pemberian cincin
Gambar 1. Proses Produksi Baglog Jamur
Tabel 1. Perhitungan waktu antar job
Mesin
Job
Durasi
Mulai
Siap
M1
M1
M1
M1
M1
M2
M2
M2
M2
M2
M3
M3
M3
M3
M3
M4
Seminar dan Konferensi Nasional DEC ISSN: 2579-6429 2018 Surakarta, 7-8 Mei 2018
Tabel 1. (Lanjutan)
Tabel 2. Pengurutan waktu antar job Job 2 Job 1 Job 3 Job 5 Job 4
Proses pengurutan yang dilakukan job 2 memiliki waktu proses terbesar yaitu sebesar 2579 menit kemudian job 1 waktu proses terbesar kedua sebesar 1401 menit, pengurutan job dilakukan secara descending untuk mengetahui makespan mana yang mempunyai waktu proses terkecil. Berdasarkan dari pengolahan data yang telah dilakukan, maka job pada mesin terakhir mesin i untuk job urutan 2-1 memiliki makespan sebesar 3129 menit dengan mean flowtime 2854 menit. Selanjutnya menentukan makespan dengan job urutan 1-2. Job pada mesin terakhir mesin 5 untuk urutan job 1-2 memiliki makespan sebesar 3126 menit dengan flowtime sebesar 2263 menit. Hasil yang telah didapat dari urutan job 2-1 dan urutan job 1-2 makespan yang memiliki waktu yang lebih kecil yaitu job 1-2 sebesar 3126 menit. Mengacu peraturan metode NEH metode ini diasumsikan job yang memiliki total proses paling besar akan dikerjakan terlebih dahulu daripada job dengan total proses yang lebih kecil serta apabila terdapat hasil makespan sama maka hal yang perlu dipertimbangkan yaitu dengan melihat hasil mean flowtime yang dimiliki oleh kedua pengurutan job tersebut kemudian dilakukan urutan parsial baru dengan mengambil waktu proses terbesar ketiga (Nawaz, 1993). Waktu terbesar ketiga yaitu job 3 yang memiliki waktu proses 1156 menit. Setelah mengetahui urutan job dengan makespan terkecil dari urutan job 2-1 dan 1-
2 maka langkah selanjutnya menambah satu job baru berdasarkan urutan proses yang terbesar ketiga. Job yang diambil yaitu job 3. Penjadwalan produksi dengan urutan job 1-2-3. Berdasarkan dari pengolahan data dengan langkah metode NEH, job pada mesin terakhir memiliki makespan sebesar 3593 menit dengan flowtime 1197 menit. Selanjutnya menentukan makespan dengan job urutan 1-3-2 sekaligus membandingkan makespan yang memiliki waktu proses yang paling kecil untuk kemudian urutan makespan yang paling besar dihilangkan dari pengurutan job dan dilakukan urutan parsial baru. Penjadwalan untuk urutan job 1-3-2. Hasil menunjukkan bahwa job pada stasiun kerja terakhir terakhir yaitu pada urutan 1-3-2 memiliki makespan sebesar 3895 menit dengan mean flowtime sebesar 2379 menit. Tahap selanjutnya menentukan makespan dengan job urutan 3-1-2 setelah itu pada tahap selanjutnya menentukan makespan mana yang memiliki waktu proses yang paling kecil untuk kemudian urutan makespan yang paling besar dihilangkan dari pengurutan job dan dilakukan urutan parsial baru. Penjadwalan untuk urutan job 3-1-2. Job pada stasiun kerja terakhir untuk urutan 3-1-2 memiliki makespan sebesar 3706 menit dengan mean flowtime 2281 menit. Dari hasil yang telah didapat maka urutan job yang memiliki
Seminar dan Konferensi Nasional DEC ISSN: 2579-6429 2018 Surakarta, 7-8 Mei 2018
makespan dan flowtime terkecil yaitu urutan job 1-2-3 yaitu sebesar 3593 menit dengan flowtime sebesar 1197 dan kemudian dilakukan urutan parsial baru dengan mengambil waktu proses terbesar keempat yaitu job 5 yaitu 850 menit. Penjadwalan untuk urutan job 1-2-3-5. Job pada mesin terakhir mesin i untuk urutan 1-2-3-5 memiliki makespan sebesar 4005 menit dengan mean flowtime 3031 menit. Masing-masing pengurutan job diproses melalui mesin pertama sampai mesin terakhir yang dilakukan secara berurutan. Tahap selanjutnya menentukan makespan dengan job urutan 1-2-3-5 sekaligus membandingkan makespan mana yang memiliki waktu proses yang paling kecil untuk kemudian urutan makespan yang paling besar dihilangkan dari pengurutan job dan dilakukan urutan parsial baru. Penjadwalan untuk urutan job 1-2-5-3. Job pada mesin terakhir mesin i untuk urutan 1-2-5-3 memiliki makespan sebesar 3980 menit dan flowtime 2942 menit. Tahap selanjutnya menentukan makespan dengan job urutan 1-5-2-3 sekaligus membandingkan makespan mana yang memiliki waktu proses yang paling kecil untuk kemudian urutan makespan yang paling besar dihilangkan dari pengurutan job dan dilakukan urutan parsial baru penjadwalan untuk urutan job 1-5-2-3. Berdasarkan dari pengolahan data yang telah dilakukan, job pada mesin terakhir mesin i untuk urutan 1-5-2-3 memiliki makespan sebesar 3980 menit dengan flowtime 2608 menit. Tahap selanjutnya menentukan makespan dengan job urutan 5-1-2-3 sekaligus membandingkan makespan mana yang memiliki waktu proses yang paling kecil untuk kemudian urutan makespan yang paling besar dihilangkan dari pengurutan job dan dilakukan urutan parsial baru. Penjadwalan untuk urutan job 5-1-2-3. Job pada mesin terakhir mesin i untuk urutan 1-5-2-3 memiliki makespan sebesar 3842 menit dengan flowtime sebesar 2429 menit. Dari hasil yang telah didapat, maka dari urutan job yang memiliki makespan terkecil yaitu urutan job 2-3-4-1 yaitu dengan makespan sebesar 1207 menit dan kemudian dilakukan urutan parsial baru dengan mengambil waktu proses terbesar kelima yaitu job 4. Penjadwalan untuk urutan job 5-1-2-3-4. Job pada mesin terakhir mesin i untuk urutan 5-1-2-3-4 memiliki makespan sebesar 4229 dengan flowtime sebesar 845 menit. Tahap selanjutnya menentukan makespan dengan job urutan 5-1-2-4-3 sekaligus membandingkan makespan mana yang memiliki waktu proses yang paling kecil untuk kemudian urutan makespan yang paling besar dihilangkan dari pengurutan job dan dilakukan urutan parsial baru. Penjadwalan untuk urutan job 5-1-2-4-3. Berdasarkan dari pengolahan data yang telah dilakukan menggunakan Excel, maka job pada mesin terakhir mesin i untuk urutan 5-1-2-4-3 memiliki makespan sebesar 4204 menit dengan flowtime sebesar 2713 menit.
Tahap selanjutnya menentukan makespan dengan job urutan 5-1-4-2-3 sekaligus membandingkan makespan mana yang memiliki waktu proses yang paling kecil untuk kemudian urutan makespan yang paling besar dihilangkan dari pengurutan job dan dilakukan urutan parsial baru. Penjadwalan untuk urutan job 5-1-4-2-3. Berdasarkan dari pengolahan data yang telah dilakukan menggunakan Excel, maka job pada mesin terakhir mesin i untuk urutan 5-1-4-2-3 memiliki makespan sebesar 4204 menit dengan flowtime sebesar 2440 menit. Masing-masing pengurutan job diproses melalui mesin pertama sampai mesin terakhir yang dilakukan secara berurutan. Tahap selanjutnya menentukan makespan dengan job urutan 5-4-1-2-3 sekaligus membandingkan makespan mana yang memiliki waktu proses yang paling kecil untuk kemudian urutan makespan yang paling besar dihilangkan dari pengurutan job dan dilakukan urutan parsial baru. Penjadwalan untuk urutan job 5-4-1-2-3. job pada mesin terakhir mesin i untuk urutan 5-4- 1-2-3 memiliki makespan sebesar 4204 menit dengan mean flowtime sebesar 2403 menit. Tahap selanjutnya menentukan makespan dengan job urutan 4-5-1-2-3 sekaligus membandingkan makespan mana yang memiliki waktu proses yang paling kecil untuk kemudian urutan makespan yang paling besar dihilangkan dari pengurutan job dan dilakukan urutan parsial baru. Penjadwalan untuk urutan job 4-5-1-2-3. Berdasarkan dari pengolahan data yang telah dilakukan menggunakan Excel, maka job pada mesin terakhir mesin i untuk urutan 4-5-1-2-3 memiliki makespan sebesar
Seminar dan Konferensi Nasional DEC ISSN: 2579-6429 2018 Surakarta, 7-8 Mei 2018
4227 menit dengan flowtime sebesar 2416 menit. Urutan job telah selesai dilakukan. Setelah mengetahui hasil dari semua waktu proses maka untuk urutan job terbaik yang memiliki makespan terkecil untuk waktu proses pada stasiun kerja terakhir yaitu urutan job 5-4-1-2-3 dengan makespan sebesar 4204 menit dengan mean flowtime sebesar 2403 menit. Penjadwalan dengan menggunakan metode SPT dengan urutan job 4-5-3-1-2. Metode SPT dilakukan dengan job dengan waktu proses terpendek akan diproses lebih dahulu, kemudian berlanjut untuk job yang memiliki waktu proses terpendek kedua. Aturan SPT ini tidak memperdulikan due date maupun kedatangan order baru (Ginting, 2007). Berdasarkan dari pengolahan data yang telah dilakukan, job pada mesin terakhir mesin i untuk urutan 4-5-3-1-2 memiliki makespan sebesar 4501 menit. Masing-masing pengurutan job diproses melalui mesin pertama sampai mesin terakhir yang dilakukan secara berurutan.
b. Produk Benih
Mulai
Stasiun 3 a. Pemilahan bahan baku
Stasiun 1
Stasiun 2
a. Mencuci botol b. Pencampuran bahan baku
a. Perebusan bahan
b. Memasukan bahan ke botol
b. Mengeringkan bahan
Stasiun 5
Stasiun 4
Pembibitan
Sterilisasi
Stasiun 6
Selesai
Inkubasi
Gambar 2. Proses produksi benih jamur
Penjadwalan jenis flowshop untuk algoritma NEH membutuhkan sebuah solusi awal sebagai acuan dalam perhitungan sebelum dilakukan pengurutan (Ginting, 2009). Dalam penelitian ini solusi awal yang digunakan merupakan jadwal yang sebelumnya pernah digunakan dalam proses produksi yakni job urutan 1-2-3-4-5.
Tabel 3. Perhitungan Job Benih
Tabel 4. Pengurutan Waktu Proses Pada Tiap Job (menit) Job 3 Job 4 Job 5 Job 1 Job 2 684
Seminar dan Konferensi Nasional DEC ISSN: 2579-6429 2018 Surakarta, 7-8 Mei 2018
Hasil pengurutan job diperoleh dari penerapan penjadwalan semua job dengan produk benih menghasilkan nilai makespan sebesar 3123 menit. Penjadwalan untuk urutan job 3 dan job 4 yang melalui stasiun kerja 1 (M1) sampai stasiun kerja 4 (M4) secara berurutan. Job urutan 3-4 dimulai dikarenakan dari 5 job yang telah diterima, job 3 memiliki waktu proses terbesar pertama yaitu sebesar 684 menit dan job 4 memiliki waktu proses terbesar kedua sebesar 676 menit, maka pada tahap selanjutnya pengurutan job dilakukan secara descending dengan membandingkan antara job
3 dan job 4 untuk mengetahui makespan mana yang mempunyai waktu proses terkecil. Masing-masing pengurutan job diproses melalui mesin pertama sampai mesin terakhir yang dilakukan secara berurutan. Berdasarkan dari pengolahan data yang telah dilakukan menggunakan Excel, maka job pada mesin terakhir mesin i untuk job urutan 3-4 memiliki makespan sebesar 976 menit dengan mean flowtime 830 menit. Tahap selanjutnya menentukan makespan dengan job urutan 4-3. Penjadwalan untuk urutan job 4-3. Berdasarkan dari pengolahan data yang telah dilakukan, job pada mesin terakhir mesin 4 untuk urutan job 4-3 memiliki makespan sebesar 1001 menit dengan mean flowtime sebesar 838 menit. Masing-masing pengurutan job diproses melalui mesin pertama sampai mesin terakhir yang dilakukan secara berurutan. Dari hasil yang telah didapatkan dari urutan job 3-4 dan urutan job 4-3, makespan yang memiliki waktu yang lebih kecil yaitu urutan job 3-4 sebesar 830 menit. Berdasarkan dari peraturan metode NEH, apabila terdapat hasil makespan sama maka hal yang perlu dipertimbangkan yaitu dengan melihat hasil flowtime yang dimiliki oleh kedua pengurutan job tersebut dan jika makespan dan flowtime diantara job yang dibandingkan memiliki waktu yang sama maka untuk tahap selanjutnya job akan dipilih secara acak. Setelah mengetahui makespan yang terpilih, kemudian akan dilakukan urutan baru dengan mengambil waktu proses terbesar ketiga yaitu job 5 yang memiliki waktu proses sebesar 609 menit. Penjadwalan produksi dengan urutan job 3-4-5. Setelah mengetahui urutan job dengan makespan terkecil dari urutan job 3-4 dan 4-3 maka langkah selanjutnya menambah satu job baru berdasarkan urutan proses yang terbesar ketiga. Untuk hal ini job yang diambil yaitu job 5. Berdasarkan dari pengolahan data dengan langkah metode NEH, job pada mesin terakhir memiliki makespan sebesar 1226 menit dengan mean flowtime 962 menit. Pada tahap selanjutnya pengurutan job dilakukan secara descending dengan membandingkan antara job 3, job 4 dan job 5 untuk mengetahui makespan mana yang mempunyai waktu proses terkecil. Masing-masing pengurutan job diproses melalui mesin pertama sampai mesin terakhir yang dilakukan secara berurutan. Setelah itu membandingkan makespan dengan job urutan 3-5-4 dan urutan 3-5-4 sekaligus membandingkan makespan yang memiliki waktu proses yang paling kecil untuk kemudian urutan makespan yang paling besar dihilangkan dari pengurutan job dan dilakukan urutan job baru. Penjadwalan untuk urutan job 3- 5-4. Berdasarkan dari pengolahan data dengan metode NEH, job pada mesin terakhir menunjukkan bahwa job pada stasiun kerja terakhir memiliki makespan sebesar 1251 menit dengan mean flowtime sebesar 948 menit. Tahap selanjutnya menentukan makespan dengan job urutan 5-3-4 setelah itu pada menentukan makespan mana yang memiliki waktu proses yang paling kecil untuk kemudian urutan makespan yang paling besar dihilangkan dari pengurutan job dan dilakukan urutan job baru. Penjadwalan untuk urutan job 5-3-4. Berdasarkan dari pengolahan data, maka job pada stasiun kerja terakhir untuk urutan 5-3-4 memiliki makespan sebesar 1251 menit dengan flowtime 939 menit. Masing-masing pengurutan job diproses melalui mesin pertama sampai mesin terakhir. Dari hasil yang telah didapat maka urutan job yang memiliki makespan dan mean flowtime terkecil yaitu urutan job 3-4-5 yaitu sebesar 1226 menit dengan mean flowtime sebesar 962 dan kemudian dilakukan urutan parsial baru dengan mengambil waktu proses terbesar keempat yaitu job 1 yaitu 598 menit. Setelah mengetahui makespan terpilih yaitu job dengan urutan 3-4-5, maka hasil pengurutan job yang memiliki makespan terkecil ditambahkan dengan urutan job baru yaitu job 1. Berdasarkan dari pengolahan data yang telah dilakukan, job
Seminar dan Konferensi Nasional DEC ISSN: 2579-6429 2018 Surakarta, 7-8 Mei 2018
pada mesin terakhir mesin i untuk urutan 3-4-5-1 memiliki makespan sebesar 1490 menit dengan mean flowtime 1094 menit.. Tahap selanjutnya menentukan makespan dengan job urutan 3-4-1-5 sekaligus membandingkan makespan mana yang memiliki waktu proses yang paling kecil untuk kemudian urutan makespan yang paling besar dihilangkan dari pengurutan job dan dilakukan urutan parsial baru. Penjadwalan untuk urutan job 3-4-1-5. Berdasarkan dari pengolahan data yang telah dilakukan, job pada mesin terakhir mesin i untuk urutan 3-4-1-5 memiliki makespan sebesar 1515 menit dan mean flowtime 1097 menit. Masing-masing pengurutan job diproses melalui mesin pertama sampai mesin terakhir yang dilakukan secara berurutan. Tahap selanjutnya menentukan makespan dengan job urutan 3-1-4-5 sekaligus membandingkan makespan mana yang memiliki waktu proses yang paling kecil untuk kemudian urutan makespan yang paling besar dihilangkan dari pengurutan job dan dilakukan urutan parsial baru. Penjadwalan untuk urutan job 3-1-4-5. Berdasarkan dari pengolahan data yang telah dilakukan menggunakan Excel, maka job pada mesin terakhir mesin i untuk urutan 3-1-4-5 memiliki makespan sebesar 1515 menit dengan mean flowtime 1090 menit..Tahap selanjutnya menentukan makespan dengan job urutan 1-3-4-5 sekaligus membandingkan makespan mana yang memiliki waktu proses yang paling kecil untuk kemudian urutan makespan yang paling besar dihilangkan dari pengurutan job dan dilakukan urutan parsial baru. Urutan job 1-3-4-5. Berdasarkan dari pengolahan data yang telah dilakukan, job pada mesin terakhir mesin i untuk urutan 1-3-4-5 memiliki makespan sebesar 1815 menit dengan mean flowtime sebesar 1387 menit. Masing-masing pengurutan job diproses melalui mesin pertama sampai mesin terakhir yang dilakukan secara berurutan. Dari hasil yang telah didapat, maka dari urutan job yang memiliki makespan terkecil yaitu urutan job 3-4-5-1 yaitu dengan makespan sebesar 1490 menit dan kemudian dilakukan urutan job baru dengan mengambil waktu proses terbesar kelima yaitu job 2. Penjadwalan untuk urutan job 3-4-5-1-2. maka job pada mesin terakhir mesin i untuk urutan 3-4-5-1-2 memiliki makespan sebesar 1732 menit dengan mean flowtime sebesar 1225 menit..Tahap selanjutnya menentukan makespan dengan job urutan 3-4-5-2-1 sekaligus membandingkan makespan mana yang memiliki waktu proses yang paling kecil untuk kemudian urutan makespan yang paling besar dihilangkan dari pengurutan job dan dilakukan urutan parsial baru. Berdasarkan dari pengolahan data yang telah dilakukan, job pada mesin terakhir mesin i untuk urutan 3-4-5-2-1 memiliki makespan sebesar 1782 menit dengan mean flowtime sebesar 1222 menit. Masing-masing pengurutan job diproses melalui mesin pertama sampai mesin terakhir yang dilakukan secara berurutan. Tahap selanjutnya menentukan makespan dengan job urutan 3-4-5-2-1 sekaligus membandingkan makespan mana yang memiliki waktu proses yang paling kecil untuk kemudian urutan makespan yang paling besar dihilangkan dari pengurutan job dan dilakukan urutan parsial baru. Penjadwalan untuk urutan job 3-4-2-5-1. Berdasarkan dari pengolahan data yang telah dilakukan, job pada mesin terakhir mesin i untuk urutan 3-4-2-5-1 memiliki makespan sebesar 1782 menit dengan mean flowtime sebesar 1225 menit. Tahap selanjutnya menentukan makespan dengan job urutan 3-2-4- 5-1 sekaligus membandingkan makespan mana yang memiliki waktu proses yang paling kecil untuk kemudian urutan makespan yang paling besar dihilangkan dari pengurutan job dan dilakukan urutan parsial baru. Penjadwalan untuk urutan job 3-2-4-5-1. Berdasarkan dari pengolahan data yang telah dilakukan, job pada mesin terakhir mesin i untuk urutan 3-2-4-5-1 memiliki makespan sebesar 1782 menit dengan flowtime sebesar 1220 menit. Masing-masing pengurutan job diproses melalui mesin pertama sampai mesin terakhir yang dilakukan secara berurutan. Tahap selanjutnya menentukan makespan dengan job urutan 2-3-4-5-1 sekaligus membandingkan makespan mana yang memiliki waktu proses yang paling kecil untuk kemudian urutan makespan yang paling besar dihilangkan dari pengurutan job dan dilakukan urutan parsial baru. Penjadwalan untuk urutan job 2-3-4-5-1. Berdasarkan dari pengolahan data yang telah dilakukan menggunakan Excel, maka job pada mesin terakhir mesin i untuk urutan 2-3-4-5-1
Seminar dan Konferensi Nasional DEC ISSN: 2579-6429 2018 Surakarta, 7-8 Mei 2018
memiliki makespan sebesar 1782 menit dengan flowtime sebesar 1219 menit. Setelah mengetahui hasil dari semua waktu proses maka untuk urutan job terbaik yang memiliki makespan terkecil untuk waktu proses pada stasiun kerja terakhir yaitu urutan job 3-4-5-1-2 dengan makespan sebesar 1732 menit dengan flowtime sebesar 1221 menit.
Tabel 5. Penyelesaian Menggunakan Metode SPT
Penjadwalan dengan menggunakan metode SPT dengan urutan job 2-1-5-4-3. Metode SPT memprioritaskan waktu proses terkecil akan dipilih dalam pengurutan job kemudian diikuti dengan waktu proses terkecil kedua dan seterusnya sampai job yang ingin dikerjakan secara bersamaan. Job pada mesin terakhir mesin i untuk urutan 2-1-5-4-3 memiliki makespan sebesar 1857 menit.
4. Simpulan
Pada tahap proses pengerjaan benih, Penerapan yang diterapkan oleh Sedyo Lestari yaitu sebesar 3123 menit dan 2367 menit sedangkan metode SPT sebesar 1857 menit dan 1448 menit. Metode SPT dan FCFS yaitu sebesar 1732 menit dan 1170 menit. Pada tahap proses pengerjaan benih dan baglog, penjadwalan dengan menggunakan metode NEH lebih baik dari hasil makespan dibandingkan dengan metode SPT dan begitu juga dengan penerapan yang dilakukan oleh perusahaan yang menggunakan metode FCFS. Metode FCFS menghasilkan makespan sebesar 4362 menit dan 2436 menit, metode NEH menghasilkan makespan sebesar 4204 menit dan 2138 menit, dan metode SPT sebesar 4501 menit dan 3436 menit. Tidak terdapat hasil yang signifikan antara metode FCFS, NEH dan SPT. Pada tahap proses pengerjaan benih, metode yang memiliki makespan paling kecil yaitu metode NEH. Pada tahap proses pengerjaan benih dan baglog, metode yang memiliki makespan paling kecil yaitu metode NEH, akan tetapi penerapan metode FCFS masih dapat digunakan oleh perusahaan karena tidak terdapat perbedaan hasil yang signifikant antara metode FCFS, NEH dan SPT.
Daftar Pustaka
Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jendral. 2015. Statistik dan Produksi Hortikultura Tahun 2009-2013. Kementrian Pertanian Republik Indonesia. Ginting. 2007. Sistem Produksi. Medan. Graha Ilmu. Ginting, R. 2009. Penjadwalan Mesin. Graha Ilmu. Jawa Timur. Hapsari. 2009. Perbaikan Penjadwalan Percetakan di PT. Hamudha Prima Media. Tesis Teknik
Industri. Institut Teknologi Surabaya. Surabaya. Nawaz, Muhammad, Enscore, E. Emory Jr., dan Ham, Inyong. 1993. A Heuristic Algorithm for m-Machine, n-Job Flow Shop Sequencing Problem . Journal Omega. Vol. 11.
Seminar dan Konferensi Nasional DEC ISSN: 2579-6429 2018 Surakarta, 7-8 Mei 2018