Yurisdiksi Berkaitan dengan Pesawat Udara

hal ini pada dasarnya untuk mempermudah bagi para pihak sekiranya terjadi perbedaan penafsiran terhadap pelaksanaan persetujuan atau perjanjian tersebut.

E. Yurisdiksi Berkaitan dengan Pesawat Udara

Salah satu akibat meningkatnya volume, jangkauan dan frekuensi lalu lintas udara internasional, yang dibarengi dengan meningkatnya jumlah negara dinama pesawat uadara perusahaan penebangan didaftarkan telah menimbulkan peningkatan persoalan yurisdiksi yang pelit berkaitan dengan tindak pidana yang dilakkan di dalam pesawat uadara dalam penerbangan. Apabila hal ini belum cukup, perkembangan lain telah menjadi ancaman besar terhadap keselamatan dan kepecayaan terhadap penerbangan sipil internasional karena meningkatnya peristiwa pembajakan dan tindakkan terorisme terhadap pesawat yang akan tinggal landas. 93 Upaya penting pertama untuk menanggulangi persoalan ini dilakukan oleh konvensi Tokyo 14 September 1963, tentang tindak pidana dan tindakan lain tertentu yang dilakukan dalam pesawat udara. Tujuan-tujuan utama konvensi tersebut adalah : 94 1. Untuk menjamin bahwa orang-orang yang melakukan kejahatan di dalam pesawat udara dalam penerbangan, yang membahayakan keselamatan penerbangan tidak akan terlepas dari penghukuman hanya karena tidak ada Negara yang dianggap memliki yurisfiksi untuk menangkap mereka. 93 http:ujangnaser.wordpress.com20090105yurisdiksidiakses tanggal 1 Oktober 2013 94 Ibid Universitas Sumatera Utara 2. Untuk tujuan perlindungan dan disipliner, untuk memberikan kewenangan dan kekuasaan khusus, pada komandan pesawat udara, para anggota awak pesawat dan juga kepada para penumpang. Konvensi Tokyo itu memuat ketentuan rinci yang berlaku terhadap tujuan dan memungkinkan komandan pesawat udara untuk menurunkan pelaku serta jika perlu menyertakan kepada otoritas yang berwenang dari Negara peserta konvensi . namun ketentuan it tidak berlaku dalam ruang udara yang bersangkutan dan berlaku terhadap penerbangan melintasi laut lepas di kawasan suatu Negara hanya : titik akhir landas dalam wilayah suatu Negara yang bukan Negara tempat pendaftaran, atau pesawar udara selanjutnya terbang ke dalam ruang udara suatu Negara yang bukan tenpat pendaftarannya, dengan pelaku dalam pesawat. Berkenaan dengan pembajakan peswat udara, cukuplah mengatakan bahwa konvessi Tokyo tidak menghadapi tindak pidana ini secara langsung, tetapi hanya menanganinya dengan cara terbatas terhadap pelaku pembajakan, misalnya dengan memungkinkan para pembajak ditahan atau diamankan dengan cara yang sama seperti terhadap pelaku-pelaku tindak pidana lain dan dengan pengembalian kontrol.

F. Status Yurisdiksi Ruang Udara