Perbedaan Antara Bertanya dengan Meminta Fatwa

E. Perbedaan Antara Bertanya dengan Meminta Fatwa

Meminta fatwa adalah meminta keterangan tentang hal-hal yang musykil dan sangat tersembunyi, baik berupa hukum maupun hakekat alamiah. Di dalam Al-Qur’ân, kata istifta’ dalam arti permintaan fatwa yang berupa hukum hanya terdapat pada dua tempat dalam surat Al-Nisa ayat 127 dan 176 yaitu: ﻲﺗﺎﱠﻠﻟﺍ ِﺀﺎﺴﻨﻟﺍ ﻰﻣﺎﺘﻳ ﻲﻓ ﹺﺏﺎﺘﻜﹾﻟﺍ ﻲﻓ ﻢﹸﻜﻴﹶﻠﻋ ﻰﹶﻠﺘﻳ ﺎﻣﻭ ﻦﹺﻬﻴﻓ ﻢﹸﻜﻴ ﺘﹾﻔﻳ ﻪﱠﻠﻟﺍ ﹺﻞﹸﻗ ِﺀﺎﺴﻨﻟﺍ ﻲﻓ ﻚﻧﻮﺘﹾﻔﺘﺴﻳﻭ ﻰﻣﺎﺘﻴﹾﻠﻟ ﺍﻮ ﻣﻮﹸﻘﺗ ﹾﻥﹶﺃﻭ ﻥﺍﺪﹾﻟﹺﻮﹾﻟﺍ ﻦﻣ ﲔﻔﻌﻀﺘﺴﻤﹾﻟﺍﻭ ﻦﻫﻮﺤﻜﻨﺗ ﹾﻥﹶﺃ ﹶﻥﻮﺒﹶﻏﺮﺗﻭ ﻦﻬﹶﻟ ﺐﺘﹸﻛ ﺎﻣ ﻦﻬﻧﻮﺗﺆﺗ ﺎﹶﻟ

Artinya: Dan mereka meminta fatwa kepadamu tentang para wanita. Katakanlah: "Allah memberi fatwa kepadamu tentang mereka, dan apa yang dibacakan kepadamu dalam Al Qur'an (juga memfatwakan) Artinya: Dan mereka meminta fatwa kepadamu tentang para wanita. Katakanlah: "Allah memberi fatwa kepadamu tentang mereka, dan apa yang dibacakan kepadamu dalam Al Qur'an (juga memfatwakan)

Artinya: Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah: "Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu): jika seorang

meninggal dunia, dan ia tidak mempunyai anak dan mempunyai saudara perempuan, maka bagi saudaranya yang perempuan itu seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki- laki mempusakai (seluruh harta saudara perempuan), jika ia tidak mempunyai anak; tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan oleh yang meninggal. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara- saudara laki dan perempuan, maka bahagian seorang saudara laki- laki sebanyak bahagian dua orang saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, supaya kamu tidak sesat. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.

Selain kedua ayat di atas kata – kata istifta dalam al-Qur’an juga mengandung arti menanyakan sesuatu tapi tidak berhubungan dengan hukum. seperti pada ayat berikut :

Artinya: “…. Dan jangan kamu menanyakan tentang mereka (pemuda-pemuda itu) kepada seorangpun di antara mereka. (Q.S. al-Kahfi [18]: 22).

Artinya: “Maka tanyakanlah kepada mereka (musyrik Mekah): "Apakah mereka yang lebih kukuh kejadiannya ataukah apa yang telah Kami ciptakan itu?" Sesungguhnya Kami telah menciptakan mereka dari tanah liat (QS. al-Shâffât [18]: 11).

Artinya: “Tanyakanlah (ya Muhammad) kepada mereka (orang-orang kafir Mekah): "Apakah untuk Tuhanmu anak-anak perempuan dan untuk mereka anak laki-laki, (Q.S. al-Shâffât [37]: 149).

Artinya: “… Terangkanlah kepada kami tentang tujuh ekor sapi betina yang gemuk-gemuk yang dimakan oleh tujuh ekor sapi betina yang kurus- kurus dan tujuh bulir (gandum) yang hijau dan (tujuh) lainnya…(Q.S. Yusuf [12]: 46).

Artinya: “Berkata dia (Balqis): "Hai para pembesar berilah aku pertimbangan dalam urusanku (ini) aku tidak pernah memutuskan sesuatu persoalan sebelum kamu berada dalam majelis (ku)” (Q.S. al-Naml [27]: 32).

Artinya: “Raja berkata (kepada orang-orang terkemuka dari kaumnya): "Sesungguhnya aku bermimpi melihat tujuh ekor sapi betina yang gemuk-gemuk dimakan oleh tujuh ekor sapi betina yang kurus-kurus dan tujuh bulir (gandum) yang hijau dan tujuh bulir lainnya yang kering”. Hai orang-orang yang terkemuka: "Terangkanlah kepadaku tentang ta`bir mimpiku itu jika kamu dapat mena`birkan mimpi” (Q.S. Yusuf [12]: 43).

Artinya: “Hai kedua penghuni penjara, "Adapun salah seorang di antara kamu berdua, akan memberi minum tuannya dengan khamar; adapun yang seorang lagi maka ia akan disalib, lalu burung memakan sebagian dari kepalanya. Telah diputuskan perkara yang kamu berdua menanyakannya (kepadaku)” (Q.S. Yusuf [12]: 41).

Dari beberapa ayat di atas dapat diketahui dengan jelas, Lafad ifta’ (memberi fatwa) kebanyakan tidak berhubungan dengan hukum dan tidak mengikat. Sedangkan bertanya adalah meminta keterangan tentang yang tidak diketahui agar ia tahu atau meminta keterangan tentang hal-hal yang mengandung keraguan antara berbagai tafsiran agar dapat diketahui dengan pasti tafsiran yang dikehendaki. Selain itu pula, ayat-ayat tersebut diatas memiliki kaitan erat dengan dengan al-su’al karena berlangsung proses dialog antara peminta fatwa dan pemberi fatwa yang merupakan suatu kegiatan

belajar mengajar yang berujung pada pemberian pemahaman dan dan penjelasan terhadap persoalan-persoalan yang belum diketahui oleh pihak peminta fatwa.