Kondisi Umum Rumah Tangga Miskin di Dua Komunitas
C. Kondisi Umum Rumah Tangga Miskin di Dua Komunitas
uraian tersebut sebelumnya bahwa kondisi dan karakteristik rumah tangga miskin pedesaan baik petani maupun nelayan dari sudut pandang pembangunan sosial lokal partisipatoris, keadaannya tidak berbeda jauh. Perbedaannya hanya pada penggunaan asset (sumberdaya) yang berkenaan dengan aktivitas produksi pisik yang digunakan oleh kedua kelompok masyarakat tersebut. Namun demikian keadaan sumberdaya atau asset tersebut masing-masing kondisinya terbatas. Sedangkan elemen sumberdaya lain seperti sumberdaya manusia, finansial untuk aktivitas produksi pada dasarnya sama yakni jumlahnya dibatasi oleh tenaga yang produktif, modal kerja yang sebahagian besar dipinjam dari pihak
Berdasarkan
seluruh
yang syarat pengembaliannya memposisikan rumah tangga miskin pada keadaan yang cukup sulit. Demikian pula halnya dengan asset atau sumber daya yang berkenaan dengan aktivitas konsumsi, kedaaanya tidak
lain atau
perlengkapan dapur
(piring,gelas), jirigen air, perabot seadanya, rumah berdinding dan lantai bambu, listrik dari tetangga dan peralatan konsumsi lain yang seadanya. Dari sisi manusia yang berkonsumsi di perlihatkan dalam jumlah tanggungan yang banyak rata-rata 3-5 oarang bahkan sampai 7 orang dan umumnya kurang produkstif. Dari segi fiansial yang menonjol yakni ketiadaan tabungan, dan kecenderungan memilki utang dan tidak mampu menyekolahkan anak ke jenjang yang lebih tinggi. Keadaan tersebut menyebabkan rumah tangga miskin tidak mampu tumbuh dan berkembang. Sehingga dari aspek aktivitas manajerial untuk berbagai tujuan terutama yang menguntungkan secara ekonomi tidak mampu dilakukan.
Selanjutnya dari sisi penguatan kelembagaan, baik pada petani maupun pada nelayan memiliki tata hubungan yang hampir sama. Keduanya hanya dibedakan oleh jenis komoditas yang dikelola. Bentuk kelompok alamiah seperti gotong royong dan arisan tetap saja ada pada masing-masing komunitas tersebut. Awalnya kegiatan ini lebih bersifat mempererat hubungan sosial, tetapi bersamaan Selanjutnya dari sisi penguatan kelembagaan, baik pada petani maupun pada nelayan memiliki tata hubungan yang hampir sama. Keduanya hanya dibedakan oleh jenis komoditas yang dikelola. Bentuk kelompok alamiah seperti gotong royong dan arisan tetap saja ada pada masing-masing komunitas tersebut. Awalnya kegiatan ini lebih bersifat mempererat hubungan sosial, tetapi bersamaan
kelembagaan tersebut dapat digambarkan seperti pada Gambar 9.
Pada Gambar 9 diperlihatkan dua lingkaran kecil. Lingkaran yang satu masih berada di sekitar system komunitas komunitas, itu berarti kelompok yang ada di masyarakat umumnya melaksanakan aktivitasnya untuk tujuan sosial. tetapi lambat laun bergeser ketengah mendekati ke administrasi lokal seperti pada lingaran ke dua. Posisi tersebut dapat berarti keadaan kelompok dalam masyarakat terutama pada saat dilakukan pemberdayaan dan pendampingan masih bergantung pada pendanaan dari pemerintah. Dalam perspektif jangka panjang diharapkan berubah mendekati sistem pasar, dan menjadi kelompok atau kelembagaan mandiri.
membawa banyak konsekuensi dari sudut pandang kelembagaan. Selanjutnya hal-hal tersebut menjadi pengamatan pada penelitian selanjutnya. Berdasarkan seluruh uraian dan pembahasan maka dapat disimpulkan: (1) rumah tangga petani miskin di Jeneponto umumnya mengelola lahan kering sesuai karunia alam di sekitarnya, dengan membudidayakan jagung dan padi. Jagung ditanam 2 kali setahun sedangkan padi hanya 1 kali setahun .Umumnya petani adalah penggarap dan sebahagian di antararnya memiliki lahan sendiri yang sangat sempit. Pada Masyarakat nelayan di Pangkep yang terbanyak adalah nelayan pancing. Sumberdaya utama adalah pancing dan perahu. (2) modal usaha dari setiap rumah tangga miskin umumnya milik pihak
Posisi-posisi
tersebut
lain, diperoleh dengan di pinjam dan pengembalian- nya berupa penyetoran hasil produksi dan selanjutnya bagi hasil yang seluruhnya diatur oleh pemilik modal. Dikalangan petani maupun nelayan, budaya menabung belum ada. Hal itu disebabkan karena pendapatan yang terbatas, juga disebabkan karena kebutuhan hidup keluarga yang mendesak (3) Kelembagaan di kalangan masyarakat (rumah tangga) tani miskin dan nelayan miskin dari segi kelembagaan produksi, terbentuk alamiah berupa hubungan
kelembagaan patron-klien dengan aturan bagi hasil yang diatur umumnya oleh patron. Ada bentukan kelembagaan yang diinisiasi melalui pemberdayaan tetapi masih mencari bentuk dan belum menampakkan keswadayaannya. Namun demikian, program yang dilakukan pemerintah terhadap masyarakat, dirasakan manfaatnya oleh rumah tangga miskin, walaupun masih bersifat jangka pendek. Warga miskin berharap ada bantuan berupa pelatihan atau pemberian pengetahuan dan ketrampilan tertentu baik yang berhubungan dengan dunia pertanian maupun ketrampilan lainnya. Adapun Saran yang dapat dikemukakan adalah (1) upaya pemberdayaan yang dilakukan pemerintah kelembagaan patron-klien dengan aturan bagi hasil yang diatur umumnya oleh patron. Ada bentukan kelembagaan yang diinisiasi melalui pemberdayaan tetapi masih mencari bentuk dan belum menampakkan keswadayaannya. Namun demikian, program yang dilakukan pemerintah terhadap masyarakat, dirasakan manfaatnya oleh rumah tangga miskin, walaupun masih bersifat jangka pendek. Warga miskin berharap ada bantuan berupa pelatihan atau pemberian pengetahuan dan ketrampilan tertentu baik yang berhubungan dengan dunia pertanian maupun ketrampilan lainnya. Adapun Saran yang dapat dikemukakan adalah (1) upaya pemberdayaan yang dilakukan pemerintah