Rekomendasi dan Saran Kebijakan
6. Rekomendasi dan Saran Kebijakan
Rekomendasi dan saran kebijakan lebih ditujukan kepada SKPD dalam fungsinya mengayomi dan memfasilitasi kebutuhan masyarakat, membina dan
memberdayakannya sebagai kelompok komunitas yang bermanfaat secara berkelanjutan bagi kemajuan masyarakat, antara lain seperti: hendaknya penentuan kelompok dalam setiap perencanaan dan pelaksanaan pembangunan untuk dapat mempertimbangan ciri kelompok yang bakal di intervensi untuk dibina atau diberdayakan.
Kelompok tersebut hendaknya memiliki basis sosio geografis. Sehingga memungkinkan kelompok dapat disebut memilki kapasitas. Unit tersebut seperti unit ketetanggaan, unit kedekatan lahan atau sawah, unit kekerabatan, unit kekeluargaan, dan unit kedekatan sosiologis lainnya.
Model peningkatan kemampuan dan penguatan kelembagaan Rumah tangga miskin pedesaan yang telah dirancang dalam penelitian ini merupakan model yang dapat disdrankan untuk diterapkan dengan langkah yang bergerak secara Model peningkatan kemampuan dan penguatan kelembagaan Rumah tangga miskin pedesaan yang telah dirancang dalam penelitian ini merupakan model yang dapat disdrankan untuk diterapkan dengan langkah yang bergerak secara
Kondisi dan karakteristik masyarakat miskin pedesaan sebagaimana dicontohkan pada rumah tangga petani miskin di Jeneponto, umumnya mengelola lahan kering sesuai karunia alam di sekitarnya, dengan membudidayakan jagung dan padi. Jagung ditanam 2 kali setahun sedangkan padi hanya 1 kali setahun .Umumnya petani adalah penggarap dan sebahagian di antararnya memiliki lahan sendiri yang sangat sempit. Sedangkan Pada rumah tangga nelayan miskin di Pangkep yang terbanyak adalah nelayan pencari ikan dengan pancing. Penangkap kepiting dan pembudidaya rumput laut. Sumber daya utama yang digunakan adalah pancing dan perahu, bubu untuk untuk menangkap kepiting dan tali bentangan untuk budidaya rumput laut.
Modal usaha dari setiap rumah tangga miskin umumnya milik pihak lain, diperoleh dengan di pinjam dan pengembaliannya berupa penyetoran hasil Modal usaha dari setiap rumah tangga miskin umumnya milik pihak lain, diperoleh dengan di pinjam dan pengembaliannya berupa penyetoran hasil
Kelembagaan di kalangan masyarakat (rumah tangga) tani dan nelayan miskin dari segi kelembagaan produksi, terbentuk alamiah berupa hubungan
kelembagaan patron-klien dengan aturan bagi hasil yang diatur umumnya oleh patron. Ada bentukan kelembagaan yang berhubungan dengan pembangunan atau pemberdayaan tetapi masih mencari bentuk dan sebahagian besar belum menampakkan keswadayaannya. Namun demikian, program yang dilakukan pemerintah terhadap masyarakat, dirasakan manfaatnya oleh rumah tangga miskin, walaupun masih bersifat jangka pendek. Warga miskin berharap ada bantuan berupa pelatihan atau pemberian pengetahuan dan ketrampilan tertentu baik yang berhubungan dengan dunia pertanian maupun ketrampilan lainnya.
Rangsangan perubahan yang dilakukan melalui pembangunan atau pemberdayaan masyarakat
secara menyeluruh di wilayah yang diteliti baik dikalangan rumah tangga petani maupun pada rumah tangga nelayan miskin untuk beberapa program mendapat respon positif dari petani maupun nelayan. Namun demikian, komitmen kolektif pada pembedayaan relatif lemah, karena kelompok yang dibentuk pada setiap program tidak dilakukan melalui perencanaan dan konsep yang baik. Umumnya kelompok di bentuk hanya sekedar sebagai wadah mendapat bantuan. Kecuali pada kelompok yang terbentuk alamiah di kalangan petani maupun nelayan sendiri. Terdapat dua bentukan kelompok yang dapat disimpulkan berdasarkan pengamatan dan pada kedua pola bentukan kelompok tersebut, bentukan kelompok yang
cenderung lebih melembaga dan memilki ciri seperti interaksi yang intens dan relative rutin, saling percaya yang kuat, dan memiliki kesepakatan atau mekanisme yang di ta‘ati bersama untuk tujuan bersama
terbentuk
alamiah
Untuk tujuan pemberdayaan dikemukakan model peningkatan kemampuan dan penguatan kelembaagaan rumah tangga miskin perpatokan pada prinsip peningkatan kesadaran atau kepekaan, Untuk tujuan pemberdayaan dikemukakan model peningkatan kemampuan dan penguatan kelembaagaan rumah tangga miskin perpatokan pada prinsip peningkatan kesadaran atau kepekaan,
sumberadaya serta penguatan kelembagaan untuk mengembangkan partisipasi, otonomi dan pengambilan keputusan.
Saran yang dapat dikemukakan seperti: pada upaya pemberdayaan yang dilakukan pemerintah, sudah dirasakan manfaatnya oleh rumah tangga miskin pedesaan, walaupun manfaatnya masih bersifat
Selanjutnya perlu ditingkatkan melalui pemberian pengetahuan dan ketrampilan yang memungkinkan mereka dapat meningkatkan lesejahteraan dalam jangka panjang. Peningkatan kapasitas setiap warga miskin haruslah dimulai dari inisiatif dan pastisipasi rumah tangga miskin sendiri, pihak luar seyogiannya hanya memberi dukungan.
jangka
pendek.
Perlu petani dan nelayan di beri tambahan wawasan
dirinya, sehingga mengembangkan diri dan keluarganya. Dalam melakukan pemberdayaan perlu setiap SKPD mengkaji terlebih dahulu kelompok yang akan dijadikan target dengan mempertimbangkan unit sosiogeografis di mana kelompok tersebut berada. Unit tersebut dapat berupa kedekatan rumah tangga
tetang
potensi potensi
ketetanggaan, kedekatan lahan dan air sebagai sumberdaya utama, serta kesamaan lain yang membentuk kebersamaan di antara mereka.
kekerabatan,
Bagi para pihak yang melakukan pember- dayaan masyarakat perlu menekankan pada upaya “power whit in” dengan membangkinkan kesadaran kritis dan potensi diri kelompok target yang diberdayakan, memahami masalah dan kebutuhan yang benar-benar dirasakannya dan merumuskan gambaran alternatif tentang masa depan bersama yang akan dituju sehingga proses pemberdayaan dapat
target pada kemampuan mengorganisir diri dan menciptakan kelembagan yang kuat pada kelompoknya.
mengantar
kelompok
Kepada kelompok rumah tangga miskin pedesaan hendaknya menyadari bahwa perubahan yang terjadi pada kelompok atau komunitasnnya sangat
keyakinan dan kepercayaan bersama yang terbangun pada diri mereka sendiri. Hendaknya disadari bahwa Tuhan tidak mengubah nasib manusia baik induvidu maupun kelompok kecuali bila maanusia tersebut mau mengubah dirinya. Modal sosial, kearifan serta
tergantung
pada pada
Anderson, L.W, D.R. Khatwohl, P.W. Airasian, K.A. Cruikshank, R.E Mayer, P.R.Pintrich, J. Raths, M.C.. Wittrock 2001. A Taxonomy for Learning, Teaching and Assessing: A Revision of Bloom’s, Taxonomi of Educational Objectives, United States: Addison Wesley Longman
Gulo, 1996, Strategi Belajar Pengajar, Jakarta: Grasindo
Hayami, Yujiro dan Masao Kikuchi. 1987. Dilema Ekonomi Desa: Suatu Pendekatan Ekonomi Terhadap Perubahan Kelembagaan di Asia. Yayasan Obor Indonesia, Jakarta.
Honrby, A.S. 1995 Oxford Learner’s Dictionary of Current English, Oxford University Press
Karsidi, R. 2000 Pemberdayaan Masyarakat Petani dan Nelayan Kecil, Makalah Semiloka Pemberdayaan
Masyarakat. Semarang: Badan Pemberdayaan Masyarakat Jawa Tengah, 4-6 juni 2002
-------------- 2001 Paradigma baru penyuluhan pembangunan
dalam perspektif pemberdayaan masyarakat, Jurnal Mediator Vol. 2 No 1, 2001. p. 115-125
Mubyarto, 1989 Pengantar Ekonomi Pertanian, Jakarta: LP3ES
Murjanayasa, I.G.W
Penanggulangan Kemiskinan
berbasis
Masyarakat, Jurnal
Ekonomi dan Sosial Vol 1 No 2, tahun 2008, p. 86-91
Ohama, Y, 2001 The Participatory Local Social Development(PLSD) Concept and Frame Work. Nagoya: Nihon Fukushi University-The Government of Japan.
Ekoprasetyo, P., Maisyaroh, 2009 Model Strategi Pemberdayaan Ekonomi Rakyat sebagai Upaya
Pengentasan Kemiskinan. Jurnal Trikonomi Vol 8 No 2 Desember 2009, p 103- 125
Ostorm , E, 1985 Formulating the Element of Institutional Analysis. Paper presented to Confrence on Institutional Analysis and Development. Washington D.C.
Rusastra, I.W. , T.A. Napitupulu, 2007 Karakeristik Nelayan dan Keluarga Miskin di Pedesaan. Bogor: Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan
Rusastra I.W. 2011 Reorientasi Pandangan dan Strategi Pengentasan Kemiskinan dalam Mengatasi Dampak Krisis Ekonomi Global, Jurnal Inovasi Pertanian Vol 4 no 2, 2011 , p.87- 102
Rosyada, A. 2004 Paradigma Pendidikan Demokratis, Sebuah model Pelibatan Masyarakat dalam Penyelenggaraan Pendidikan, Prenada Media Indonesia
Sarlito, 1995, Psikologi Lingkunga, Jakarta: Grasindo
Sharma, P.N, Y. Ohama, 2007 Participatory Local Development, An Emerging Discipline, Delhi: Bharat Book Centre.
Soesarsono, 2002 Pengantar Kewirausahaan, Bogor: Jurusan Teknlogi Industri Pertanian, IPB
Spencer, L.M., S.M. Spencer, 1993 Competence at Work, New York, Chishter, Brisbane Toronto Singapore: John Wiley & Sons Inc.
Sudaryanto, T , I. W. Rusastra , 2006 Kebijakan Strategis Pemberdayaan Kelembagaan Petani, Jurnal Litbang Pertanian Vol 25 no 4, 2006, p. 115-122
Sukanto, 2000 Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Rajawali Pers.
Suman, A. 2007 Pemberdayaan Perempuan dan Kemiskinan; sebuah Studi Empiris. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan Vol 9 no 1, Maret 2007 , p.62-72
Suparno, S. 2002 Membangun Kompetensi Belajar, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional
Suradisastra, K. 2008 Strategi Pemberdayaan Kelembagaan
Forum Penelitian Agroekonomi Vol 26 No 2, tanggal 2 Desember 2008, p. 82-91
Petani,
Syafiuddin, 2013
Penaggulangan kemiskinan
Optimalisasi
menggunakan Pendekatan Participatory Assesment and Monitoring (PPAM) di Kota Makassar. Laporan Hasil Penelitian Bappeda Kota Makassar- Lembaga
dengan
Universitas Muhammadiyah Makassar
Penelitian
Syahyuti, 2006 Konsep Penting dalam Pembangunan Pedesaan dan Pertanian. Jakarta: Bina Rena Pariwara
Tjitropranoto, P
Pemahaman Diri, Potensi/Kesiapan Diri dan Pengenalan Inovasi, Jurnal Penyuluhan, Bogor: PPN IPB
2005
Uphoff , N., 1986 Local Intitutional Development an Analytical Source Book with Case, Kumarian Press, West Hardford
Jjjjjjj
LAMPIRAN Lampiran 1. INTRUMEN PENELITIAN
a. Instrumen Penelitian Tahun I PEDOMAN WAWANCARA/PENGAMATAN MENDALAM