Hubungan Zending C&MA dan Pemerintah dalam Perspektif Orang Mee

4.2. Hubungan Zending C&MA dan Pemerintah dalam Perspektif Orang Mee

Zending C&MA menjadi bagian dari pekerjaan dan program pemerintah kolonial Belanda di Wisselmeren. Dengan mengintegrasikan diri dan melibatkan diri mereka dalam program pemerintah, C&MA sudah memposisikan diri mereka sebagai ISA. Dalam kerja mereka, C&MA berada di bawah kendali dan perlindungan pemerintah Belanda, namun untuk menjawab bagaimana orang Mee memandang mereka, konsep birokrasi yang tidak kelihatan itu saja tidak cukup.

Hubungan antara lembaga-lembaga penginjilan dengan pemerintah kolonial sudah berlangsung lama. Hubungan ini tidaklah sama dalam semua kasus, dalam beberapa kasus pemerintah memiliki posisi yang lebih tinggi (seperti dalam kasus pemerintah kolonial Belanda dengan C&MA di Wisselmeren), bisa saja keduanya memiliki hubungan yang relatif setara (seperti di dalam hubungan misi Katolik dengan pemerintah kolonial Spanyol di Amerika Latin) atau dalam kasus tertentu Hubungan antara lembaga-lembaga penginjilan dengan pemerintah kolonial sudah berlangsung lama. Hubungan ini tidaklah sama dalam semua kasus, dalam beberapa kasus pemerintah memiliki posisi yang lebih tinggi (seperti dalam kasus pemerintah kolonial Belanda dengan C&MA di Wisselmeren), bisa saja keduanya memiliki hubungan yang relatif setara (seperti di dalam hubungan misi Katolik dengan pemerintah kolonial Spanyol di Amerika Latin) atau dalam kasus tertentu

‘entente cordiale’ antara dua pendatang itu.’ 183 Seperti dijelaskan di Bab III, hal yang sama berlaku di Wisselmeren.

Hubungan antara pemerintah kolonial dengan (pekerja) C&MA yang sebenarnya penting untuk menjernihkan suasana dan menguji benar tidaknya perspektif masyarakat tentang hakikat hubungan mereka. Namun dalam menjelaskan serangan yang kemudian terjadi terhadap C&MA, persepsi masyarakat tentang hubungan mereka lebih relevan. Perspektif orang Mee tentang hubungan pemerintah Belanda dengan C&MA terungkap dalam pernyataan Gad

Boma, ‘Ah, itu mereka sama.’ 184 Benar atau salahnya pernyataan ini tidak relevan; yang relevan adalah bahwa masyarakat menerima opini tersebut sebagai realita.

Kesimpulan yang diambil oleh masyarakat ini memiliki dasar. C&MA dan pemerintah kolonial dilihat oleh masyarakat sebagai satu entitas tunggal bisa dijelaskan dengan setidaknya empat cara, yakni posisi mereka sebagai ogai, kedatangan mereka secara bersamaan, program kerja keduanya yang saling

183 Lihat Horst Gründer, Christian Mission and Colonial Expansion – Historical and Structural Connections dimuat dalam Mission Studies: Journal of

the IAMS, Vol. XII-1, 1995, hlm. 18-29. Hlm. 21, tekanan berasal dari sumber asli.

184 Gad Boma dalam wawancara, op.cit., 184 Gad Boma dalam wawancara, op.cit.,

4.2.1. Pemerintah dan Zending C&MA: Orang Asing dan Pembawa Perubahan

Cara termudah untuk mengerti mengapa C&MA dan pemerintah dipandang sebagai satu unit adalah dengan melihat hakikat mereka sebagai orang asing di Wisselmeren. C&MA dan pemerintah Belanda merupakan perkenalan pertama orang Mee dengan dunia yang asing, yang jauh berbeda dengan dunia dan keadaan yang selama ini dikenal orang Mee. Dalam pemikiran orang Mee, baik pemerintah maupun C&MA dimasukkan ke dalam satu kotak: orang asing. Menjadi orang asing di Wisselmeren bukanlah hal yang membuat nyaman, karena dalam budaya orang Mee orang asing dihadapi dengan ramah namun sikap was- was. Seperti telah diuraikan di BAB I dan II, bahwa orang asing menjadi pihak yang disalahkan atas masalah yang kemudian terjadi dalam masyarakat.

Selain masalah yang muncul karena status sebagai orang asing, ada juga komplikasi karena perubahan yang dibawa oleh kehadiran pemerintah Belanda dan zending C&MA. Dalam kerja mereka (yang merupakan inner-pacification) mereka memecah masyarakat Mee yang mendukung C&MA serta Belanda, serta mereka yang menolak kedua pihak itu. Masyarakat yang mendukung C&MA diuntungkan oleh kehadiran pihak asing ini dan karena itu tidak mendukung maupun terlibat dalam Perang Obano. Kelompok yang menolak kehadiran C&MA dan perubahan yang mereka bawa terlibat dalam Perang Obano.

Perubahan dan masalah yang dibawa oleh kehadiran pihak asing ini sudah dijelaskan di BAB I, yang menjadi hal-hal yang disebut Keiya sebagai faktor penyebab Perang Obano. Bagi orang Mee yang menolak C&MA, semua perubahan yang terjadi dan masalah yang muncul berhubungan dengan satu pihak: orang asing, yang berarti zending C&MA dan pemerintah Belanda.

4.2.2. Kedatangan pemerintah kolonial Belanda dan C&MA

Kerja C&MA di Wisselmeren dimulai segera setelah masuknya pemerintah Belanda di Wisselmeren. Pos pemerintah Belanda, bangunan yang menunjukkan

niat Belanda untuk menguasai daerah itu, didirikan pada bulan Mei 1938. 185 Pada tahun yang sama Robert Jaffray mengurus ijin masuk C&MA ke wilayah

Wisselmeren. Walter Post, pekerja C&MA tiba di Enarotali pada tanggal 13 Januari 1939. Pada tahun 1939, pos pemerintah di Enarotali baru mulai didatangi oleh para pekerja Belanda. Sulit untuk melihat dua unit sebagai unit yang berbeda jika kedua unit itu muncul dalam waktu yang hampir bersamaan. Hal tersebut dialami orang Mee. Kesatuan ini makin tampak di mata orang Mee ketika kemudian masing-masing lembaga mulai bekerja.

4.2.3. Program Kerja C&MA dan Pemerintah Belanda

Datang bersama, dalam kerja pun saling mendukung. Demikianlah pekerjaan pemerintah dan C&MA tampak saling membantu. Telah disebutkan di bagian-bagian sebelumnya bahwa pemerintah Belanda tidak disukai oleh orang

185 Lihat Benny, op.cit., hlm. 26

Mee karena kecenderungan mereka untuk campur tangan dalam konflik-konflik lokal. C&MA tidak berbicara banyak maupun ikut membahas masalah ini, hanya berkali-kali menunjukkan kelegaan bahwa konflik yang ada sudah berhasil diatasi pemerintah dan kerja mereka bisa dilanjutkan kembali. Dengan demikian, ditambah dengan kecenderungan para pekerja misi untuk melapor kepada polisi Belanda jika ada masalah (seperti kasus pencurian di Obano yang telah dijelaskan di Bab II), posisi C&MA di hadapan orang Mee makin tidak tertolong.

C&MA sendiri ini bukannya murni tidak bersalah. Mereka menjadi sasaran kedongkolan orang Mee bukan hanya karena kerja mereka yang mengguncang struktur masyarakat, namun juga karena tuntutan mereka pada masyarakat yang mengikuti mereka. Tuntutan yang dimaksud adalah bantuan yang mereka minta. Sekolah C&MA di Obano, didirikan dengan bantuan orang Mee di sekitar, terutama anak-anak yang mengikuti pendidikan.

Bahan bangunan yang kemudian dipakai untuk membangun VVS (Vervolgschool, setingkat SMP) merupakan bahan yang dibawa oleh para murid. Bahan ini berupa papan kayu, yang harus dibawa dan dipotong oleh orang tua

para murid untuk dibawa ke sekolah. 186 Ketika papan yang dibawa tidak sesuai, para murid disuruh membawa papan lagi ke sekolah. 187 Ketika itu alat-alat yang

dimiliki masyarakat masih terbatas, dan karenanya kerja mengubah kayu menjadi papan merupakan pekerjaan yang melelahkan dan mendongkolkan orang tua. 188

Ada orang-orang Obano yang dibayar untuk turut mengerjakan sekolah ini, namun 186 Isak Boma dan Paulus Boma dalam wawancara, op.cit.

187 Ibid., 188 Ibid., 187 Ibid., 188 Ibid.,

Obano merupakan pusat kerja zending C&MA di daerah Paniai Barat, namun di daerah ini pun mereka tidak begitu populer. Ini bukan hanya karena mereka ogai, atau karena asosiasi mereka dengan pemerintah Belanda (yang tidak disenangi) tetapi juga karena tindakan mereka sendiri. Program C&MA di Wisselmeren, termasuk dalam usaha pemerintah Belanda untuk menjalankan kekuasaannya.

4.2.4. Tidak Adanya Usaha Pihak C&MA untuk Membedakan Diri

Begitu banyak faktor bisa saja sudah membuat orang Mee memiliki ide bahwa baik C&MA dan pemerintah Belanda adalah satu kesatuan, sebuah unit tunggal. Pemikiran ini bisa bertahan dan makin dipertegas dengan stance yang diambil oleh para pekerja C&MA. Program pendidikan mereka (yang dijalankan atas ijin dan pengaturan pemerintah Belanda) menunjukkan bahwa dalam sebuah masyarakat yang tengah diguncang oleh perebutan hegemoni, mereka menjadi Ideological State Apparatus (ISA) dari pemerintah, pihak yang tengah berkuasa.

Alasan menjadi ISA pemerintah Belanda, dan tidak dirasa perlunya membuat jelas perbedaan antara kedua pihak ini telah dijelaskan di Bab III. Selain ijin tinggal dan bekerja di Wisselmeren yang perlu dijaga keberlangsungannya, masih ada satu kebutuhan yang turut mendorong para pekerja misi dan zending

189 Ibid., 189 Ibid.,

zending yang menghadapi ide meninggal di tanah asing dengan antusias. 191 Mempertahankan kedekatan dengan pemerintah dan memelihara hubungan baik

penting untuk memperoleh backing ketika menghadapi masyarakat. Ini turut berlaku bagi para pekerja C&MA, menghadapi masyarakat Mee yang memiliki

kecenderungan menjaga jarak dan sangat curiga. 192 Kelompok masyarakat yang menjaga jarak bukan sekutu yang bisa diandalkan, dan karenanya jaminan

perlindungan dari pemerintah tetap diperlukan. Kebutuhan para pekerja C&MA membuat mereka tidak berusaha dan tidak merasa perlu menciptakan jarak dengan pemerintah Belanda. Dengan demikian mereka menjadi bagian dari inner-pacification orang Mee, menjadi ISA untuk pemerintah Belanda. C&MA tidak mempertimbangkan posisi mereka dan bagaimana hal ini kemudian malah berbalik menjadi senjata makan tuan dalam Perang Obano.