Pemerintah Belanda dalam Ingatan

2.4.2. Pemerintah Belanda dalam Ingatan

Dalam ingatan kolektif masyarakat, sulit untuk mengingat pemerintah Belanda dengan melihat kebijakan yang dibuat pemerintah. Belanda diingat dalam hubungan mereka dengan masyarakat, apa saja yang mereka bawa, bagaimana mereka memperlakukan orang Mee, dan perubahan apa yang mereka bawa dalam kehidupan orang Mee. Pemerintah Belanda dan aparaturnya percaya akan kebenaran tindakan dan kehadiran mereka. Orang Mee di pihak lain, mengabaikan klaim itu karena pemahaman bahwa lahan yang mereka tinggali merupakan milik mereka, dan selamanya demikian.

Pemerintah Belanda memiliki visi yang jelas tentang apa yang mereka inginkan untuk Nieuw Guinea Belanda dan Wisselmeren. Program ini (umumnya Pemerintah Belanda memiliki visi yang jelas tentang apa yang mereka inginkan untuk Nieuw Guinea Belanda dan Wisselmeren. Program ini (umumnya

99 memaksa orang untuk bekerja. 100 Pemerintah Belanda bersikap kasar dan karena itu memiliki hubungan yang tidak baik dengan masyarakat.

Pemerintah Belanda dikatakan pernah memaksa masyarakat Obano untuk membuat perahu dari pohon. 101 Masyarakat dikumpulkan untuk menebang pohon

dan kemudian membawa batangnya ke pinggir danau untuk mengerjakan perahu itu. 102 Hal ini sangat mengganggu masyarakat Obano, karena melawan dengan

tradisi orang Mee. Menurut tradisi, sebuah perahu dalam pengerjaannya harus diselesaikan di tempat kayu tersebut diambil dan dibawa ke danau setelah

pengerjaan ini selesai. 103 Di bawah pemerintah Belanda, ketentuan-ketentuan adat yang ada terbuka untuk dikontestasi dan kemudian kalah dalam nama program

pembangunan pemerintah. Pelanggaran ini sangat tidak menyenangkan hati orang Mee, 104 karena

pelanggaran ini tidak hanya membuat mereka melanggar tradisi, tetapi juga karena local wisdom Mee yang berkeras bahwa selalu ada alasan di balik sebuah

99 Gerrit dalam Visser, op.cit., hlm. 119 100 Ibid. 101 Paulus Boma, dalam wawancara tanggal 1 Mei 2011 di rumah Ance

Boma, Kotomoma, Obano 102 Ibid.

103 Yafet Tetobi Pigay, dalam Ibid., 104 Isak Boma, dalam Ibid., 103 Yafet Tetobi Pigay, dalam Ibid., 104 Isak Boma, dalam Ibid.,

Dari sudut pandang ini, kehadiran Belanda dan programnya pada skala minimal dibenci karena program yang mereka jalankan mencabut orang dari kehidupan sehari-hari mereka. Paksaan yang dipakai untuk memperoleh tenaga terbukti tidak membantu. Program ini membuat orang Mee melanggar tradisi, membuat Belanda dibenci, dan semua masalah yang kemudian ada (terutama ketika muncul bertubi-tubi seperti sebelum tahun 1956) dihubungkan dengan para ogai.

Polisi juga memainkan peranan yang penting dalam menentukan hubungan masyarakat Mee dengan pemerintah Belanda. Seperti telah disebut sebelumnya, para polisi Belanda inilah yang mengakhiri semua konflik antar masyarakat Mee dan juga memadamkan pemberontakan yang terjadi di Kebo, pemberontakan

Pupubago dan kemudian, pemberontakan di Obano. 105 Mekanisme penanganan pemberontakan yang dimiliki oleh pemberontakan Belanda kurang lebih sama,

dan mekanisme ini bergantung pada polisi. Pasifikasi orang Mee oleh pemerintah Belanda dalam bentuknya yang paling efektif bukanlah campur tangan dalam konflik lokal, tapi penghentian secara efektif semua upaya untuk melawan ogai. Dalam kasus di Kebo dan pemberontakan Pupubago semua pemberontakan itu berakhir dengan kehancuran

105 Lihat Benny, op.cit., hlm. 47-51 105 Lihat Benny, op.cit., hlm. 47-51

bergantung pada budaya oral, berita-berita ini beredar dan terbentuklah pemahaman kolektif tentang pemerintah Belanda dan aparatnya.

Polisi juga bertindak dalam kasus-kasus individual di mana terjadi pelanggaran hukum. Di Obano ada kasus di mana beberapa orang mencuri di

kebun seorang pastor. 107 Pastor ini melapor pada pemerintah lalu mengejar pelakunya, dan dalam usaha mereka untuk mengejar orang itu (sang pencuri

bernama Ewaidakebo Boma) aparat membunuh babi dan membuat warga lari meninggalkan rumah mereka. 108 Pemerintah Belanda memperkenalkan hukum

mereka dan mengupayakan ketaatan orang Mee terhadap hukum mereka. Pencurian merupakan pelanggaran hukum, dan adat orang Mee sepakat soal itu. Yang menjadi masalah adalah bagaimana masalah ini kemudian diselesaikan oleh pihak pemerintah Belanda. Adat Mee sudah memiliki mekanisme sendiri untuk menyelesaikan masalah seperti ini, dan sekali lagi mekanisme ini bertabrakan dengan mekanisme hukum yang dipegang oleh pemerintah Belanda.

Bloembergen mengungkapkan bahwa ‘upaya mengadabkan masyarakat yang diprakarsai pemerintah kolonial ditujukan untuk memenuhi kebutuhan

pemerintah akan pengawasan dan kontrol, artinya perolehan kekuasaan.’ 109 Pemerintah Belanda bertabrakan dengan orang Mee dalam usaha ‘mengadabkan’

106 Ibid. 107 Paulus dan Isak Boma dalam wawancara, op.cit 108 Ibid. 109 Bloembergen, op.cit., hlm. xxx

mereka demi kepentingan pemerintah Belanda. Dalam semua tabrakan sistem nilai yang kemudian terjadi karena perbedaan perspektif ini, Belanda menang karena ia secara militer superior dan wajah superioritas Belanda itu adalah lembaga kepolisian yang mereka miliki. Wajah dan keberlangsungan pemerintah Belanda di Wisselmeren ditentukan oleh kerja polisi. Kebencian terhadap polisi kuat, demikian juga kebencian terhadap pemerintah yang diwakili oleh polisi. Kekuasaan yang hanya ditopang oleh Repressive State Apparatus tidak dapat berlangsung lama, dan karenanya, diperlukan kehadiran Ideological State Apparatus, pihak yang menjamin akan terjadinya persetujuan akan keberlangsungan kekuasaan. Di tengah masyarakat Obano, posisi ini dipegang oleh kaum misi/ zending.

Hubungan masyarakat Mee dengan pemerintah Belanda merupakan hubungan yang tidak menyenangkan karena berbagai alasan. Belanda dibenci karena bertindak selayaknya penjajah, mengganggu semua siklus hidup yang sudah dijalani orang Mee selama berabad-abad sebelumnya. Kehadiran Jepang yang ketika berada di Wisselmeren menindas orang Mee juga menimbulkan ketidaksenangan pada orang asing dan pemerintah Belanda.

Kehadiran polisi memberikan Belanda kesempatan untuk memaksakan program-programnya di Wisselmeren, dan berperan melancarkan program- program pemerintah. Program pembangunan Belanda membuat orang Mee harus melawan apa yang selama ini dianggap sebagai ketentuan adat. Kenyataan bahwa program Belanda mendorong masyarakat melanggar ketentuan adat membuat masyarakat geram dan ketika ada masalah, pelanggaran ketentuan ini dianggap Kehadiran polisi memberikan Belanda kesempatan untuk memaksakan program-programnya di Wisselmeren, dan berperan melancarkan program- program pemerintah. Program pembangunan Belanda membuat orang Mee harus melawan apa yang selama ini dianggap sebagai ketentuan adat. Kenyataan bahwa program Belanda mendorong masyarakat melanggar ketentuan adat membuat masyarakat geram dan ketika ada masalah, pelanggaran ketentuan ini dianggap