Serangan Obano sebagai Konsekuensi

4.3. Serangan Obano sebagai Konsekuensi

Dalam bagian ini diuraikan bagaimana kedekatan C&MA dengan pemerintah Belanda dipakai untuk menjelaskan serangan yang dialami oleh para pekerja C&MA bahkan ketika mereka pernah dipuji oleh seorang pegawai Belanda karena ‘berkomunikasi dengan baik’ serta bekerja dengan ‘sangat

190 Gründer, op.cit., hlm. 20 191 Ibid. 192 Smalley, op.cit., hlm. 56 190 Gründer, op.cit., hlm. 20 191 Ibid. 192 Smalley, op.cit., hlm. 56

dalam posisinya sebagai ISA.

4.3.1. Hubungan C&MA dengan Orang Mee

Pernyataan Inauri tentang hubungan baik C&MA-orang Mee perlu dibedah, terutama ketika ia menyatakan bahwa zending dan personalnya memiliki hubungan yang baik dengan masyarakat dan kemampuan berkomunikasi dengan masyarakat. Setidaknya ada dua hal yang bisa ditangkap dari pernyataan Inauri, yakni pertama bahwa masyarakat memiliki kecenderungan untuk lebih peduli pada pernyataan dan pendapat zending daripada pemerintah. Hal kedua yang bisa ditangkap ialah bahwa demi pemenuhan kepentingan masing-masing pihak akhirnya pemerintah dan zending perlu bekerja sama. Hal ini secara otomatis membuat mereka makin dekat.

Sehubungan dengan keyakinan Inauri bahwa para pekerja C&MA memiliki hubungan yang baik dengan masyarakat, hal ini lebih merupakan hasil dari kesan yang ditangkap dan tidak sepenuhnya sesuai dengan kenyataan. Dalam bab III telah dijelaskan bahwa cara kerja zending merupakan cara kerja yang bersifat difusi (berdasarkan konsepsi Cavalcanti). Cara kerja yang demikian membuat orang-orang Mee yang menjadi Kristen menjauhi dan mengutuk tradisi lama mereka. Tindakan ini membuat mereka tidak disukai oleh orang-orang yang belum masuk Kristen dan menolak kehadiran C&MA serta membuat para pekerja

193 Lihat Gerrit dalam Visser, op.cit., hlm. 119

C&MA. Secara umum hubungan antara C&MA dengan masyarakat sebelum Perang Obano diingat sebagai hubungan yang jauh. 194

Bagi para pegawai Belanda mungkin saja hubungan ini tampak baik. Namun seperti sudah dinyatakan oleh Cavalcanti, sphere of influence C&MA hanya terbatas pada orang-orang Mee yang sudah menjadi Kristen dan karenanya menjadi bagian dari ‘pulau’ yang telah dibentuk oleh C&MA. Di luar ‘pulau’ (atau sphere of influence) itu, C&MA tidak memiliki banyak pengaruh dan hubungan baik dengan masyarakat bahkan walaupun mereka terlibat dengan

pelayanan kesehatan, 195 karena untuk mau meletakkan nyawa ke dalam perawatan C&MA dibutuhkan kepercayaan dari masyarakat.

Manfaat C&MA sebagai ISA ada namun terbatas pada lingkungan masyarakat yang menerimanya. Seiring dengan meningkatnya jumlah pekerja zending meningkat pula cakupan masyarakat yang berada dalam lingkar pengaruhnya dan posisi C&MA sebagai ISA pun semakin terkonfirmasi. Hubungan para pekerja C&MA dengan orang Mee merupakan hubungan berjarak, menjadi lancar dan lebih dekat ketika seseorang menjadi Kristen. Mayoritas masyarakat masih menolak agama Kristen dan orang C&MA serta pemerintah

C&MA, ini merupakan kondisi yang baru berubah setelah Perang Obano. 196 Bagi masyarakat yang sebelum menolak kehadiran C&MA, arus perubahan

yang dibawa oleh kehadiran C&MA dan orang asing di daerah mereka tetap saja terasa. Mengacuhkan keberadaan C&MA dan pemerintah Belanda bukan lagi

194 Isak Boma dalam wawancara, op.cit. 195 Gerrit dalam Visser, loc.cit. 196 Paulus Boma dalam wawancara, op.cit.

merupakan opsi yang dapat diambil setelah melihat dampak dari kehadiran mereka bagi kehidupan orang Mee. C&MA dengan catatan sebagai pihak yang memiliki hubungan yang (lebih) baik dengan orang Mee sangat dibutuhkan oleh pemerintah kolonial untuk memastikan bahwa program-program mereka berjalan dengan lancar.

4.3.2. Relevansi C&MA sebagai ISA

Teori Althusser menyatakan bahwa untuk menjamin kestabilan dan keberlangsungan kekuasaan diperlukan RSA dan ISA. Administrasi pemerintah Belanda dan pegawai-pegawainya (termasuk polisi yang merupakan lembaga utama pelaksana kekerasan negara) dibenci oleh masyarakat Mee. Administrasi pemerintah dan polisi merupakan RSA, lembaga yang bertugas untuk memastikan kekuasaan orang asing dan mereka tidak disukai. Untuk bisa menguasai Onderafdeling Wisselmeren dan orang-orang Mee yang ada perlu ada jalan lain.

Dalam usaha pemerintah Belanda menjalankan program-programnya dan mendominasi Onderafdelling Wisselmeren, posisi C&MA sebagai ISA jelas penting. Pada skala yang lebih luas C&MA memiliki peran yang lebih penting: pasifikasi agar kekuasaan Belanda (akhirnya) dapat berjalan dengan lancar. C&MA yang memiliki posisi sebagai ISA merupakan pilar yang akan memastikan bahwa kehadian dan tindakan RSA ini perlu dan dibenarkan oleh orang Mee. Sebelum tahun 1956, keberadaan lembaga ini sebagai ISA memiliki kemampuan yang terbatas dalam ‘menjinakkan’ orang Mee karena terbatasnya jumlah orang Dalam usaha pemerintah Belanda menjalankan program-programnya dan mendominasi Onderafdelling Wisselmeren, posisi C&MA sebagai ISA jelas penting. Pada skala yang lebih luas C&MA memiliki peran yang lebih penting: pasifikasi agar kekuasaan Belanda (akhirnya) dapat berjalan dengan lancar. C&MA yang memiliki posisi sebagai ISA merupakan pilar yang akan memastikan bahwa kehadian dan tindakan RSA ini perlu dan dibenarkan oleh orang Mee. Sebelum tahun 1956, keberadaan lembaga ini sebagai ISA memiliki kemampuan yang terbatas dalam ‘menjinakkan’ orang Mee karena terbatasnya jumlah orang

Salah satu indikasi utama bahwa kekuasaan Belanda telah diterima adalah kepatuhan orang Mee terhadap administrasi Belanda. Hingga tahun 1956, kepatuhan dan pengakuan akan kekuasaan Belanda masih belum diperoleh. Pengakuan ini baru diperoleh di Enarotali, di mana kehadiran pemerintah Belanda begitu terasa dan konstan hingga tak mungkin diabaikan lagi. Di daerah lain kehadiran Pemerintah Belanda kurang lebih hanya dirasakan melalui patroli rutin saja. Hal-hal yang kemudian dituduhkan kepada para orang asing di pihak lain dirasakan oleh daerah yang lebih luas. Termasuk di antaranya adalah penyakit yang mewabah dan gangguan pada struktur sosial tradisional masyarakat Mee.

Telah disebut sebelumnya bahwa salah satu hal utama yang menyebabkan konflik antara masyarakat Mee dengan pemerintah Belanda adalah perang antar kampung. Tuntutan pemerintah dan bagaimana tuntutan ini kemudian dipaksakan terhadap masyarakat berhubungan kuat dengan tujuan jangka panjang pemerintah yakni monopoli kekerasan oleh negara (yang merupakan bagian dari konsep negara Barat modern). Dalam pelaksanaannya, konsep ini bertabrakan dengan logika orang Mee, dan kekerasan dipakai untuk menunjukkan kekuatan. Kebencian dituai, bukan hanya karena gangguan terhadap cara hidup yang biasa, namun juga karena cara yang dipakai untuk mengakhiri yang biasa tersebut, yakni melibatkan pertumpahan darah dan penghancuran kampung.

Di saat-saat seperti itulah C&MA memiliki kesempatan untuk membedakan dirinya dengan pemerintah Belanda dengan menunjukkan sikap. Mereka bertindak Di saat-saat seperti itulah C&MA memiliki kesempatan untuk membedakan dirinya dengan pemerintah Belanda dengan menunjukkan sikap. Mereka bertindak

Keputusan untuk diam dan mengkonfirmasi anggapan orang Mee bahwa mereka sama dengan pemerintah Belanda menjadi keputusan yang dibayar oleh C&MA dengan nyawa beberapa pekerjanya. Mereka dianggap sebagai pembawa masalah dan turut bertanggung jawab atas masalah yang disebakan oleh pemerintah Belanda. Kebencian yang dialamatkan masyarakat kepada Pemerintah Belanda juga dialamatkan kepada pekerja C&MA. Setelah serangan direncanakan

di sebuah yuwo 197 di Wotai, pada 4 November rencana itu dijalankan. Yuwo merupakan event di mana orang-orang Mee dari sejumlah kampung berkumpul,

dan kenyataan bahwa pembantaian ini dirapatkan merupakan petunjuk akan

197 Yuwo merupakan pesta babi, salah satu event penting dalam budaya orang Mee, dilakukan dengan tujuan berdagang dan pertemuan antarkampung.

Sekitar tanggal 25 Oktober 1956, yuwo dilakukan di Wotai, dan semua masalah- masalah yang dialami oleh orang Mee dibahas. Diputuskan bahwa 10 hari setelah Yuwo itu selesai, yaitu tanggal 4 November 1956, secara serentak akan dilakukan pemberontakan di berbagai tempat. Di Obano-lah pemberontakan ini terjadi dengan tingkat keberhasilan yang besar dan mencabut nyawa para pekerja C&MA.

kolektifitas dan kekompakan masyarakat dalam kebencian mereka kepada para orang asing ini