Variabel Minat Beli Konsumen

4.3.2 Variabel Minat Beli Konsumen

Minat beli konsumen merupakan sesuatu pribadi yang berhubungan dengan sikap dan perilaku khusus untuk mencapai tujuan tertentu. Variabel minat beli konsumen memiliki lima indikator, yaitu: tertarik untuk mencari informasi tentang produk, mempertimbangkan untuk membeli, tertarik untuk mencoba, ingin mengetahui produk, ingin memiliki produk. Nilai mean dari dimensi cognition ditampilkan pada tabel 4.12 di bawah ini.

Tabel 4.12

Nilai Mean dari Variabel Minat Beli Konsumen

1 Saya tertarik untuk mencari informasi lebih lanjut

4.62 Tinggi

mengenai restoran holycowsteak

2 Saya mempertimbangkan untuk membeli salah satu

4.55 Tinggi

menu di restoran holycowsteak

3 Saya tertarik untuk mencoba menu di restoran

4.93 Tinggi

holycowsteak

4 Saya ingin mengetahui lebih lanjut tentang restoran

4.74 Tinggi

holycowsteak

4.87 Tinggi Total X rata-rata

5 Saya ingin bersantap di restoran holycowsteak

4.74 Tinggi Sumber: hasil pengolahan data menggunakan spss 17

Gambar 4.11

Histogram Frekuensi Dimensi Minat beli Konsumen

40 35 32 Sangat Tidak Setuju

30 27 26 Tidak Setuju

24

25 Agak Tidak Setuju

20 18 17 19 Agak Setuju

14

15 12 13

Setuju 10 6 7 6 7 Sangat Setuju

Sumber: hasil pengolahan data peneliti

Gambar 4.12

Diagram Total Nilai Mean Variabel Minat Beli Konsumen

Total Rata-­‐Rata Nilai Mean Variabel Minat Beli Konsumen

.9

4 .8 4

4.5 2 .7

.6

4.4 4 5

4.

4.3 1 2 3 4 5 B K

Sumber: hasil pengolahan data peneliti

Tabel 4.12 memperlihatkan bahwa nilai mean dari seluruh indikator berkategori tinggi, hal ini dapat dilihat dari mean yang memiliki rentang nilai sebesar 4.55 sampai dengan 4.93. Minat responden terhadap restoran holycowsteak cenderung tinggi. Hal ini didukung oleh tingginya nilai mean tertinggi yang terdapat pada indikator ke-3 yang memiliki nilai mean 4.93 dengan kategori tinggi mengenai, “saya tertarik untuk mencoba menu di restoran holycowsteak”. Selanjutnya disusul dengan indikator ke-5 dengan nilai mean 4.87 mengenai, “saya ingin bersantap di restoran holycowsteak”. Sementara itu, indikator ke-4 menyusul dengan nilai mean 4.74 mengenai, “saya ingin mengetahui lebih lanjut tentang restoran holycowsteak”. Kemudian indikator ke-1 dengan nilai mean 4.62 mengenai, “saya tertarik untuk mencari informasi lebih lanjut mengenai restoran holycowsteak”. Dan posisi terakhir ditempati oleh indikator ke-2 dengan nilai mean 4.55 mengenai, “saya mempertimbangkan untuk membeli salah satu menu di restoran holycowsteak”. Berdasarkan data tersebut dapat terlihat bahwa minat responden terhadap restoran holycowsteak cenderung tinggi.

Berdasarkan data pada tabel 4.12 dapat terlihat bahwa electronic word-of-mouth (eWOM) di social media twitter positif mempengaruhi minat beli konsumen. Responden tertarik mencari informasi lebih lanjut, mencoba menu, dan ingin bersantap di restoran holycowsteak. Hal ini tidak terlepas dari positifnya eWOM yang beredar melalui twitter. Hal ini didukung oleh penjelasan (Simamora, 2002) mengenai, minat adalah sesuatu yang pribadi dan berhubungan dengan sikap. Individu yang berminat terhadap suatu obyek akan mempunyai kekuatan atau dorongan untuk melakukan serangkaian tingkah laku untuk mendekati atau mendapatkan objek tersebut.

Pada gambar 4.11 dapat dilihat bahwa sebagian besar jawaban responden cenderung mengarah ke persetujuan. Sementara itu, Pada gambar 4.12 mengenai diagaram total rata- rata nilai mean pada variabel minat beli konsumen, dapat dilihat bahwa indikator ke-3 memiliki total rata-rata nilai mean paling besar, yaitu 4.93. Kemudian disusul oleh indikator ke-5, ke-4, ke-1, dan terakhir disusul oleh indikator ke-2. Berdasarkan hal ini dapat terlihat bahwa sebagian besar responden tertarik untuk mencoba menu dan ingin Pada gambar 4.11 dapat dilihat bahwa sebagian besar jawaban responden cenderung mengarah ke persetujuan. Sementara itu, Pada gambar 4.12 mengenai diagaram total rata- rata nilai mean pada variabel minat beli konsumen, dapat dilihat bahwa indikator ke-3 memiliki total rata-rata nilai mean paling besar, yaitu 4.93. Kemudian disusul oleh indikator ke-5, ke-4, ke-1, dan terakhir disusul oleh indikator ke-2. Berdasarkan hal ini dapat terlihat bahwa sebagian besar responden tertarik untuk mencoba menu dan ingin

Hasil penelitian (Sean Sands et al., 2011) mengenai “Customer-to-noncustomer interactions: Extending the ‘social’ dimension of the store environment” ini menemukan bahwa teknologi new media, khususnya social media interactive, memungkinkan customer suatu toko untuk 'bersosialisasi' dengan non-customer toko tersebut. Analisis dari peneliti menemukan bahwa social media interactive (misalnya, twitter) berdampak pada keputusan pemilihan toko; namun, penemuan lebih lanjut menemukan bahwa efek ini bergantung pada akeses individu kepada smart-phone. Pemilik smart-phone akan dimudahkan mengakses toko pilihan mereka melalui berbagai kemudahan teknologi. Selain itu, kehadiran social media interactive juga memiliki efek yang signifikan terhadap shopping value perceptions. Oleh karena itu, enabling dari customer ke non-customer melalui social media interactive dapat mempengaruhi pilihan toko oleh konsumen dan evaluasi subyektif mereka pada toko.

Dengan demikian, dapat terlihat bahwa komunikasi elektronik peer-to-peer merupakan sarana yang efektif untuk mengubah jaringan komunikasi (elektronik) ke jaringan pengaruh, menangkap perhatian penerima, memicu ketertarikan, dan akhirnya mendorong penjualan, dan hal ini otomatis mempengaruhi perilaku konsumen. Hal ini didukung oleh penjelasan (Ward dan Ostrom, 2003) dalam (Jason Q Zhang et al., 2010) yang menyatakan bahwa internet saat ini telah sangat diberdayakan konsumen untuk melakukan berbagi informasi yang saat ini dapat dengan mudah diakses dan sebagian besar konsumen dapat memberitahukan pengalamannya melalui internet. Dan mempengaruhi konsumen lainnya melalui electronic word of mouth (eWOM).