Evaluasi Pelaksanaan Program Therapeutic Community (TC) terhadap Residen Penyalahgunaan Narkoba di Rehabilitasi Al-Kamal Sibolangit Centre

(1)

108

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku :

Arikunto, Suharsimi. 2010. Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Arikunto, Suharsimi dan Cepi Safruddin Abdul Jabar. 2009. Evaluasi Program

Pendidikan. Pedoman Teoritis Praktis Bagi Mahasiswa dan Praktisi Pendidikan. Edisi Kedua. Jakarta: Bumi Aksara.

BNN. 2004. Pedoman Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba Bagi Pemuda. Jakarta.

BNN. 2004. Komunikasi Penyuluhan Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba. Jakarta.

BNN. 2003. Bahaya Penyalahgunaan Narkoba. Jakarta.

Direktorat Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Korban NAPZA. 2002. Metode “Therapeutic Community” (Komunitas Terapeutik) dalam Rehabilitasi Sosial Penyalahgunaan NAPZA. Jakarta.

Jurnal Data P4GN (Pemberantasan, Pencegahan, Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba) Edisi 2013. Jurnal.

Moeleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda Karya.

Nugroho, Riant. 2009. Public Policy. Jakarta: PT Elex Kamputindo. Silalahi, Ulber. 2009. Metode Penelitian Sosial. Bandung: Refika Utama.

Siagian, Matias.2011. Metode Penelitian Sosial: Pedoman Praktis penelitian bidang ilmu-ilmu sosial dan kesehatan. Medan: PT Grasindo Monaratama. Siagian, Matias dan Suriadi, Agus. 2012. CSR Perspektif Pekerjaan Sosial.


(2)

109

Sumarsono, Sonny. 2004. Metode Riset Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Tayibnapis, Yusuf dan Farida. 2000. Evaluasi Program. Jakarta: Rineka Cipta. Widoyoko, Eko Putro, 2011. Evaluasi Program Pembelajaran. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Wahab, Solichin. 2002. Analiza Kebijakan dan Formulasi Keimplementasian Kebijakan Negara. Jakarta: Bumi Aksara.

Sumber Lain :

Undang – Undang No. 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika Undang – Undang No. 22 Tahun 1997 Tentang Narkotika Undang – Undang No. 5 Tahun 1997 Tentang Psikotropika Sumber Internet :

http://www.medanbisnisdaily.com/news/read/2014/12/27/137795/penyelundupan-dan peredaran-narkoba-meningkat/.Diakses pada tanggal 21 Mei 2015

http://e-journal.uajy.ac.id/2232/3/2TA12681.pdf. diakses pada tanggal 28 mei 2015, pukul 19.35 wib

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/30547/1/Reference.pdf (diakses pada tgl 21 mei 2015 pukul 16 55)


(3)

59 BAB III

METODE PENELITIAN III.1. Tipe Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini termasuk tipe penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang menggambarkan secara tepat sifat-sifat suatu keadaan subjek atau objek yang diteliti. Termasuk didalamnya bagaimana unsur-unsur yang ada dalam variabel penelitian itu berinteraksi satu sama lain dan ada pula produk interaksi yang berlangsung ( Siagian,2011:52 ).

Dalam jenis penelitian deskriptif dengan metode kualitatif, data yang dikumpulkan adalah berupa kata kata, gambar dan bukan angka-angka. Dari hal tersebut, maka jelas bahwa penelitian deskriptif bersifat menggambarkan dan melukiskan gambar yang didapat dari data lapangan yang kemudian dijelaskan dengan kata kata. Melalui penelitian deskriptif ini, penulis ingin menggambarkan sejauh mana pelaksanaan program Therapeutic Community (TC) terhadap korban penyalahgunaan narkoba direhabilitasi Al-Kamal Sibolangit centre.

III.2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Panti Rehabilitasi Narkoba Al-Kamaal Sibolangit Center yang berada di Jl. Medan – Berastagi Km.45 Desa Suka Makmur. Alasan peneliti memilih lokasi tersebut adalah karena Panti Rehabilitasi Narkoba Al-Kamaal Sibolangit Center juga sebagai salah satu panti rehabilitasi yang menjalankan program Therapeutic Community di provinsi Sumatera Utara. Panti Rehabilitasi Narkoba Al-Kamal Sibolangit Center ini juga memiliki program Therapeutic Community yang sedikit berbeda dengan panti rehabilitasi


(4)

60

penanggulangan narkoba lainnya, yaitu dengan memberikan minuman tradisional jamu dan juga pemandian uap dari hasil pengolahan jamu tersebut (oukup) bagi para residen. Sehingga peneliti tertarik untuk meneliti ditempat tersebut guna untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan program tersebut berjalan.

III.3. Populasi

Populasi diartikan sebagai sekumpulan objek, benda, peristiwa ataupun individu yang dikaji dalam suatu penilitian. Berdasrkan pengertian ini dapat dipahami bahwa mengenal populasi termasuk langkah awal dan sangat penting dalam proses penelitian (Siagian,2011:155).

Populasi dalam penelitian ini berjumlah 28 orang. Jadi, karena populasi kurang dari 100 maka penelitian ini termasuk penelitian populasi.

III.4. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang diperlukan, maka peneliti menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :

1. Studi kepustakaan, yaitu teknik pengumpulan data atau informasi menyangkut masalah yang akan diteliti melalui dengan menelaah dan mempelajari buku buku ilmiah, surat kabar, artikel, karya tulis yang ada kaitannya terhadap masalah yang diteliti dan referensi kepustakaan lainnya.

2. Studi lapangan, yaitu pengumpulan data atau informasi melalui penilaian kegiatan penelitian dengan turun langsung ke lokasi penelitian untuk mencari fakta-fakta yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Menurut Sugiyono (2004:156) teknik pengumpulan data dapat dilakukan melalui :


(5)

61

1) Kuesioner, yaitu: penyebaran daftar pertanyaan untuk dijawab oleh responden, sehingga peneliti memproleh data dan informasi yang diperlukan dalam penelitian (Siagian,2011:206-207).

2) Observasi, yaitu: pengamatan langsung terhadap objek dan fenomena yang berkaitan dengan penelitian.

3) Wawancara, yaitu: percakapan atau tanya jawab yang dilakukan dengan responden untuk pengumpulan data, sehingga responden memberikan data atau informasi yang diperlukan dalam penelitian. III.5. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data pada penelitian ini adalah teknik analisis data deskriptif dengan pendekatan kualitatif, yaitu mengkaji data yang dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber data yang dikumpulkan, mempelajari data, menelaah data, menyusun dalam suatu satuan, yang kemudian dikategorikan pada tahap berikutnya dan memeriksa keabsahan data serta mendefenisikannya dengan analisis sesuai kemampuan daya peneliti untuk membuat kesimpulan penelitian (Moeleong,2007).

Data data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis secara kualitatif, dimana analisis data tidak diperlukan model uji statistik dengan menggunakan rumus rumus tertentu, lebih ditujukan sebagai penelitian deskriptif. Kutipan hasil wawancara, observasi dan kuesioner akan ditampilkan untuk mendukung analisis yang disampaikan, sehingga pada akhirnya dapat ditarik kesimpulan dari hasil penelitian tersebut.

Adapun tahap-tahap analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah :


(6)

62

a. Editing, yaitu meneliti kualitas data yang diperoleh selama penelitian berlangsung (dalam Sumarsono, Sonny 2004:97).

b. Koding, yaitu mengklasifikasikan jawaban-jawaban menurut macamnya. c. Membuat kategori seluruh data agar mudah dianalisis, mudah disimpulkan

dan untuk menjawab masalah masalah yang titemukan didalam penelitian sehingga jawaban yang beraneka ragam dapat disingkat sesuai dengan kategori masing-masing.

d. Menghitung frekuensi, yaitu menghitung besar frekuensi pada masing masing kategori.


(7)

63 BAB IV

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

4.1 Sejarah Al-Kamal Sibolangit Centre

Sibolangit Centre merupakan tempat rehabilitasi bagi orang yang ketergantungan narkoba. Berdiri pada tanggal 05 Februari 2001, di atas lahan seluas 4 Hektare, terletak di Jl. Medan - Berastagi Km 45, Desa Suka Makmur Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara. Sibolangit Centre dibangun atas dasar pemikiran Bapak HM. Kamaluddin Lubis bahwa pecandu narkoba harus diselamatkan. Pecandu Narkoba bukan hanya mengalami sakit fisik saja, tetapi juga jiwanya. Mengobati fisik saja, tanpa memulihkan jiwanya, tidak akan membuahkan hasil. Jadi, tidak tepat jika mereka harus dipenjarakan. Mereka bukanlah penjahat, tetapi korban yang perlu dibantu agar terlepas dari ketergantungannya terhadap narkoba.

Ada beberapa dasar pemikiran yang melatarbelakangi berdirinya Panti Rehabilitasi Al-Kamal Sibolangit Centre, yaitu:

1. Adanya keprihatinan terhadap jumlah penyalahguna narkoba, dimana diperlukan suatu sistem yang mencakup seluruh aspek, baik fisik maupun mental.

2. Diperlukan upaya untuk mencegah bertambahnya jumlah penyalahgunaan narkoba dan upaya merawat orang orang yang terlibat kasus penyalahgunaan narkoba.


(8)

64

3. Keprihatinan terhadap bangsa Indonesia terhadap penderita pengguna narkoba yang jumlahnya cukup besar yang sebagian besar pengguna narkoba adalah remaja. Apabila hal ini dibiarkan dapat menyebabkan hilangnya generasi muda.

4. Diperlukan upaya untuk mengubah pandangan masyarakat terhadap korban penyalahguna narkoba, bahwa mereka bukan sampah masyarakat, tetapi mereka juga manusia yang masih punya harapan dan masa depan. Sibolangit Centre didesain mirip tempat wisata dan rumah besar tempat keluarga tinggal, hal ini berguna agar residen merasa betah di dalam rehabilitasi. Ada penginapan, rumah ibadah, gajebo (tempat beristirahat dan bersantai), kolam tempat memancing, kantin khusus, lapangan olah raga, lahan perkebunan, dan sedang disiapkan bengkel keterampilan. Selain itu, Sibolangit Centre juga didukung oleh suasana alamnya, dan udaranya yang sejuk. Mengenai pembiayaan, di Sibolangit Centre menggunakan metode subsidi silang. Oleh karena itu Sibolangit Centre tidak menetapkan secara khusus berapa yang harus dibayar. Bagi mereka yang mampu diharapkan membayar sesuai dengan standart yang ditetapkan, sedang residen yang kurang mampu disesuaikan dengan kemampuannya untuk membayar biaya pemulihan. Sibolangit Centre lebih menekankan sisi sosial daripada sisi bisnisnya.

4.2 Visi dan Misi Panti Rehabilitasi Narkoba Al-Kamal Sibolangit Centre 4.2.1 Visi Panti Rehabilitasi Narkoba Al-Kamal Sibolangit Centre

Memulihkan anak bangsa dari Penyalahgunaan Narkoba dari ketergantungan narkoba secara berkesinambungan.


(9)

65

4.2.2 Misi Panti Rehabilitasi Narkoba Al-Kamal Sibolangit Centre

1. Membantu Residen agar pulih dari ketergantungan terhadap narkoba dengan metode berobat, bertobat dan bersobat.

2. Meningkatkan iman dan taqwa sebagai benteng untuk mencegah kembalinya tindakan penyalahgunaan narkoba.

3. Membantu pasien untuk bisa bersosialisasi ditengah – tengah masyarakat pada umumnya.

4. Menumbuhkan kembali rasa percaya diri Residen, demi mencapai masa depan yang lebih cerah.

4.3 Struktur Organisasi

Adapun yang menjadi struktur organisasi dari Panti Rehabilitasi Al-Kamal Sibolangit Centre adalah sebagai berikut:


(10)

66

Bagan 4.1 Sruktur Organisasi Panti Rehabilitas Narkoba Al-Kamal Sibolangit Centre

DIREKTUR

MANAGER

Site Manager

Ass. Site Manager

Dokter Psikolog Tradisional Rohani Foremen Logistik Maintenac

Perawat

Pasien

Keamanan Kebersihan Perawat Tradisionalll


(11)

67

Berikut ini adalah paparan struktur Organisasi social Panti Rehabilitasi Sosial Al-Kamal Sibolangit Centre:

1. Direktur

Direktur adalah penanggung jawab utama Panti rehabilitasi Al-Kamal Sibolangit Centre. Direktur merupakan jabatan tertinggi dilembaga ini. 2. Manager

Jabatan ini berperan untuk menjalankan proses Rehabilitasi terhadap residen didalam Panti Rehabilitasi Al-Kamal Sibolangit Centre. Mulai dari hal administrasi, komsumsi, aktivitas terapi dan lain – lain. Manager bertanggung jawab penuh terhadap direktur yang dibantu oleh Site Manager dan Ass. Site Manager.

3. Dokter

Dokter di Panti Rehabilitasi Al-Kamal Sibolangit Centre ini berfungsi untuk memberikan perawatan dan pengobatan medis kepada pasien. Dokter bertanggung jawab penuh kepada Manager Panti. Dokter di Panti Rehabilitasi ini tidak sebagai Dokter tetap, kunjungan Dokter bersifat rutinitas, artinya dalam waktu dua hari sekali dokter berkunjung ke Sibolangit Centre untuk memeriksa kondisi pasien. Dokter membawahi kepala perawat. Kepala perawat berfungsi untuk memimpin 5 asisten perawat yang membantu dokter dalam memberikan perawatan medis kepada pasien.

4. Kepala Pengobatan Tradisional

Jabatan ini bertugas memberikan pengobatan tradisional kepada pasien. Pengobatan tradisional yang diberikan kepada pasien di Sibolangit Centre


(12)

68

adalah dengan memberikan jamu dan ramuan-ramuan tradisional tanah karo. Pengobatan tradisional juga termasuk dengan mengoperasionalkan mandi uap ( okup ) kepada pasien.

5. Spiritual

Tenaga spiritual di Panti Rehabilitasi Al-Kamal Sibolangit Centre terdiri atas:

a. Tenaga pengajar mengaji bagi pasien yang beragama Islam.

b. Tenaga penceramah, baik yang bersifat harian atau mingguan. Tugas tenaga ini adalah memberikan materi-materi ajaran keIslaman kepada pasien sehingga pengetahuan dan penghayatan pasien akan Islam dapat ditingkatkan.

c. Pendeta Kristiani

Pendeta yang berkunjung sekali seminggu yakni pada hari minggu sore untuk memberikan materi-materi keKristenan bagi pasien yang beragama Kristen.

d. Pendeta Budha

Pendeta dari agama Budha ini juga berkunjung sekali seminggu pada hari minggu sore untuk memberikan materi-materi agama Budha.

e. Pelatih tenaga dalam pernapasan

Pelatih ini bertugas memberikan latihan pernapasan dan gerak tubuh kepada pasien.


(13)

69 6. Kepala Keamanan

Kepala keamanan berperan untuk menjaga keamanan di Panti Rehabilitasi Al-Kamal Sibolangit Centre. Disamping itu juga, tugas kepala keamanan adalah untuk menjaga pasien agar tidak melarikan diri dari Panti Rehabilitasi. Kepala keamanan membawahi 6 anggota keamanan. Mereka bertugas secara bergiliran dan terbagi dua pembagian tugas, yaitu pagi dimulai dari pukul 07.00 sampai pukul 18.00 wib dan tugas malam dimulai dari pukul 18.00 samapai pukul 07.00 wib. Dengan demikian Sibolangit Centre dijaga 24 jam selama 7 hari kerja.

7. Logistik

Tugas dari kepala logistic adalah bertanggung jawab dalam memenuhi kebutuhan makan sehari – hari warga Sibolangit Centre, mulai dari pasien hingga pengelola Sibolangit Centre.

8. Maintenance

Bagian ini berfungsi untuk merawat segala fasilitas yang digunakan di Sibolangit Centre ini. Diantaranya fasilitas listrik, air, telepon, dan lain lain.

9. Konselor

Konselor merupakan petugas yang banyak berinteraksi langsung dengan pasien. Konselor inilah petugas yang membina langsung proses Rehabilitasi dan aktifitas sehari – hari pasien. Konselor dibantu oleh:

a. Intern Staff

Petugas dalam administrasi yang mencatat langsung perkembangan–perkembangan dan administrasi pasien. Misalnya


(14)

70

pencatatan masa hukuman bagi pasien yang melanggar aturan Sibolangit Centre.

10. Asisten Konselor

Para pembantu utama konselor dalam memberikan bimbingan dan layanan kepada pasien dalam aktifitas sehari-hari. Dibawah asisten konselor terdapat koordinator departemen yang mengkoordinasi departemen-departemen yang anggotanya terdiri dari para pasien. Koordinator departemen adalah para pasien yang mengkoordinasi dan bertanggung jawab terhadap departemen departemen yang ada. Departemen – departemen itu adalah:

a. Departemen House Keeping

Bertugas dalam menciptakan dan memelihara kebersihan pondok. Diketahui oleh pasien yang bertanggung jawab terhadap operasional departemen ini.

b. Departemen Laundry

Bertugas mencuci sprey, telapak meja dan sebagainya. Diketahui oleh pasien yang bertanggung jawab terhadap operasional departemen.

c. Departemen Maintenance

Bertugas dalam memelihara dan memperbaiki sarana dan prasarana panti seperti lampu, listrik, kursi, meja dan sebagainya. Diketahui oleh pasien yang bertanggung jawab terhadap operasional departemen ini.

d. Departemen Gastronomy

Bertugas menyiapkan dan menghidangkan makanan. Diketahui oleh pasien yang bertanggung jawab terhadap operasional departemen ini.


(15)

71 e. Departemen Ekspeditor

Bertugas dalam pelaksanaan program untuk melatih keseimbangan emosi pasien dengan cara memberikan rangsangan untuk membangkitkan emosi pasien. Misalnya menggangu tanpa berteriak maupun membentak pasien lain yang sedang bekerja. Anggota masing-masing departemen disebut dengan crew yang juga pasien yang bekerja untuk departemennya.

4.4 Fasilitas Panti Rehabilitasi Narkoba Al-Kamal Sibolangit Centre Panti Rehabilitasi Al-Kamal Sibolangit Centre terletak di jalan Medan Berastagi Km, 12,5 Desa Suka Makmur Kecamatan Sbolangit Centre Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara. Panti ini dirancang dengan nuansa alamiah yang bertujuan untuk memberikan ketenangan serta merubah pikiran para korban narkoba agar mereka bertobat sekaligus untuk mendidik para korban kembali kepada alam.

Adapun sarana yang disediakan oleh pengelolah Panti Rehabilitasi Al-Kamal Sibolangit Centre meliputi:

1. Ruang medis dan obat-obatan standar

Fasilitas ini diperuntukan bagi pasien selama dalam proses detoksifikasi yaitu proses pengobatan yang memberikan obat-obatan medis guna menghancurkan racun-racun dari bahan narkoba itu sendiri.

Ruang dan obat-obatan ini memang diperuntukan bagi proses detoksifikasi. Pasien diberi berbagai jenis obat-obatan medis yang berfungsi menghilangkan zat-zat beracun yang ada didalam tubuh mereka. Sebagaimana kita ketahui bahwasannya narkoba itu sendiri banyak mengandung zat-zat beracun, oleh karena itu salah satu penyembuhnya adalah dengan memberikan penawarnya,


(16)

72

disinilah dihilangkan berbagai jenis racun yang ada didalam tubuh pasien atau pecandu narkoba.

2. Mandi Uap (Oukup)

Fasilitas mandi uap adalah untuk menghilangkan racun-racun dengan cara pemanasan melalui uap sehingga pori-pori akan terbuka dan keluar keringat. Dengan mandi uap, rancun-racun yang ada didalam tubuh akan keluar melalui pori-pori kulit pasien. Disini pasien diharuskan memasuki ruangan yang tertutup rapat. Kemudian disalurkan uap rebusan berbagai jenis tanaman-tanaman atau tumbuh-tumbuhan atau rempah-rempah. Ramuan ini memang di adopsi dari tradisi orang karo yang ada disini. Jadi uap akan merangsang keluarnya racun dari tubuh.

Fasilitas mandi uap tersedia dalam dua ruangan yang berukur 2 x 1 m, dalam setiap ruangan terdapat satu bangku panjang dan dua lubang yang terletak di bawah bangku. Dua lubang ini dihubungkan dengan pipa ke dalam dandang tempat merebus ramuan. Setelah mendidih nantinya uapnya tersalur ke kamar ruang mandi uap tersebut dan pasien dipanggil.

tiga orang sekaligus untuk masuk selama 15 menit baru kemudian mereka mandi dengan air bersih.

Ramuan yang digunakan untuk mandi uap adalah terdiri berbagai jenis ramuan yang telah tersimpan dalam toples berukuran besar dalam sebuah ruang ramuan. Adapun ramuannya antara lain: rempah ratus, serai wangi, sirih hutan, benalu, daun pandan, kencur, bawang putih, bawang merah, jeruk purut dan jintan. Setiap pasien mendapatkan giliran mandi uap 2 kali seminggu dan ini dilakukan secara rutin.


(17)

73 3. Tempat Ibadah

Panti Rehabilitasi Narkoba Al-Kamal Sibolangit Centre juga menyediakan tempat ibadah bagi pasiennya. Ibadah dilaksanakan secara teratur dan para pasien dididik untuk dapat hidup secara disiplin. Jadi, dengan rutinitas ibadah ini diharapkan mereka dapat dididik dengan baik untuk berdisiplin dengan waktu juga untuk ibadah. Di sekitar kompleks Sibolangit Centre ini terdapat sebuah mesjid. Luas mesjid ini adalah 10 x 15 m dengan dilengkapi 30 buah terjemahan Al-Qur’an dan 2 buah tempat berwudhu. Satu untuk pria dan satu untuk wanita dan masing-masing dilengkapi dengan kamar mandi.

4. Asrama Putra

Ruangan ini merupakan kamar tidur pasien. Di dalam ruangan ini terdapat lima belas kamar. Setiap kamar terdapat lima buah tempat tidur. Masing-masing pasien diberi satu lemari. Kamar mandi ditempatkan dalam masing-masing kamar. Bagian depan kamar mereka berjeruji besi seperti dipenjara. Pada ujung gedung asrama di lantai 1, terdapat sebuah kamar kecil yang berfungsi sebagai ruang isolasi bagi pasien baru. Jadi, kalau ada pasien yang baru masuk, pasien tersebut dimasukkan ke ruang isolasi ini . biasanya pecandu ini akan mengalami masa sakau kalau tidak menggunakan narkoba, biasanya pasien akan sakau selama seminggu. Untuk itu mereka dimasukkan dalam ruangan tersebut selama seminggu dan tidak boleh keluar. Disitulah nanti pasien yang baru akan diajak untuk merenungi jalan hidupnya yang selama ini dilaluinya dengan dibantu oleh senior mereka.

Dalam kamar tersebut terdapat 2 buah kasur dan 1 kamar mandi, akan tetapi disesuaikan dengan jumlah pasien yang masuk. Ruang tersebut berukuran 2


(18)

74

x 10 m. Bedanya dengan kamar lain. Kamar ini lebih sempit dan pasien yang baru masuk tidak bisa keluar buat makan atau kegiatan lain seperti pasien yang lain dan kedua kaki mereka dirantai.

Disebelah ruang isolasi ini terdapat ruang hukuman, ruangan ini dikhususkan bagi pasien yang melanggar peraturan yang berat dan sebagai hukumannya, mereka dimasukkan ke dalam ruangan ini. Salah satu contoh kesalahan yang berat dan tergolong besar misalnya berkelahi, dan biasanya berkelahi gara-gara saling mengejek. Jadi hukuman bagi mereka adalah dikamar seperti ini. Masa hukumannya relatif, variatif tergantung dari kesalahan yang mereka buat.

Ruangan ini terdapat lima kamar tidur dan satu kamar mandi. Ruangan ini sama seperti ruangan isolasi pasien yang baru yang juga berjeruji. Ukuran kamar tersebut 7 x 10 m.

5. Kantin

Kantin terletak disebelah ruang makan. Dalam kantin ini terlihat adanya 10 meja panjang berikut dengan kursinya, etalase yang menjual berbagai kebutuhan sehari-hari pasien., serta sebuat pesawat televisi. Pasien dipersilahkan untuk menonton , dan diruangan inilah si pasien diharapkan dapat bersosialisasi antar sesama warga binaan Sibolangit Centre. Jadi mereka akan merasakan kebersamaan dan solidaritas antar sesama.

6. Kolam Memancing

Kolam mini dengan lebar 10 x 10 m. Disisi kolam terdapat lima buah bangku panjang yang berfungsi sebagai tempat duduk saat memancing. Dapat merangsang pasien untuk memikirkan kembali apa yang telah mereka lakukan dan


(19)

75 apa yang akan mereka lakukan.

Sambil memancing, konselor akan mendampingi mereka karena biasanya sambil memancing seseorang akan memikirkan sesuatu. Disinilah konselor akan mengiring mereka untuk memikirkan diri mereka ke depannya. Hal ini dapat disimpulkan bahwa kegiatan memancing dijadikan sebagai salah satu terapi mental untuk merenungi kembali hidup pasien dan bagaimana memperbaiki kondisi tersebut.

7. Pendopo

Fungsi pendopo ini dapat dijadikan tempat untuk berdiskusi bagi para pasien yan di dampingi konselor. Dengan berdiskusi pasien akan lebih bebas mengeluarkan pendapat. Dan pasien diminta untuk saling menghargai pendapat orang lain dan tak boleh memaksakan kehendak. Disinilah pasien bisa memupuk dan menumbuhkan rasa saling menghargai antar sesama warga. Jadi pasien akan merasa dihargai dan layak di dengar pendapatnya. Di samping itu tentunya untuk mengasah kembali daya pikir mereka yang selama ini banyak tak berfungsi karena obat.

Dengan diskusi ini juga dijadikan sebagai salah satu terapi psikologis bagi pasien. Dalam diskusi ini pasien dirangsang untuk memiliki kepercayaan diri dan merasa dihargai dan harus saling menghargai.

Pendopo ini berukuran 12 x 13 m. Jadi cukup luas untuk menampung jumlah seluruh pasien yang ada. Dindingnya terbuka dengan lantai yang berbentuk panggung.


(20)

76 8. Lapangan Olahraga

Lapangan olahraga yang disediakan di Sibolangit Centre ini terdiri atas lapangan bola kaki, bulu tangkis, tenis meja dan basket. Dengan berolahraga ini diharapkan pasien dapat memperbaiki fungsi tubuh mereka agar kembali normal seperti sedia kala, karena dengan berolahraga yang teratur badan akan berkeringat, tubuh akan lentur dan berotot. Jadi kegiatan ini memang difungsikan untuk terapi fisik pasien. Karena fisik pasien pecandu narkoba selama ini dalam kondisi yang tidak normal, dengan fasilitas ini pasien dirangsang untuk terus memiliki aktifitas. Dengan tubuh bergerak, maka pikiran juga bergerak seiring gerak tubuh. Ini dapat meminimalisir pasien pasien melamun yang dapat mengingat kembali narkoba yang pernah mereka konsumsi.

9. Laboratorium Komputer

Sibolangit Centre juga menyediakan fasilitas laboratorium komputer, tujuan utama penyediaan fasilitas ini adalah agar pasien dididik dan dilatih untuk menggunakan komputer guna mempersiapkan mereka untuk dapat bermanfaat bagi masyarakat dimana mereka tinggal.

Pasien disini memang tidak hanya disembuhkan tapi juga dididik dan dilatih agar nantinya bila mereka keluar dari sibolangit Centre ini dapat bermanfaat bagai amsyarakat dan dunia kerja. Mereka dapat memanfaatkan keterampilan komputer mereka untuk kerja tentunya. Sehingga mereka akan dapat bersosialisasi dengan baik dan akan timbul rasa percaya diri bahwa mereka juga bisa berbuat dan tidak menjadi beban selama ini.

Materi komputer yang diberikan kepada pasien adalah menggunakan MS Office seperti Words, Excel, Access, Power Point serta Internet. Karena


(21)

program-77

program ini menurut pengelolah rahabilitasi banyak digunakan di dunia kerja, agar pasien nantinya memang benar-benar kembali ke masyarakat, dalam arti tidak hanya ke dalam keluarganya saja, namun juga ke dunia kerja sehingga mereka tidak menjadi beban keluarnya dan bisa mandiri.


(22)

78

Laboratorium ini memiliki 10 buah komputer yang berkapasitas Pentium IV. Dengan kapasitas seperti ini memang akan sangat mendukung upaya Panti Rehabilitasi Sibolangit Centre untuk memberikan keterampilan kepada pasien.

10. Ruang Bimbingan Konseling

Ruang ini terdapat disebelah ruang medis. Fungsi ruang ini adalah sebagai tempat konsultasi dan evaluasi perkembangan psikologis pasien. Ruang ini khususnya digunakan oleh konselor untuk memberikan bimbingan dan penyuluhan bagi pasien. Sehingga pasien dapat memperoleh terapi psikologi dari ahlinya. Disini juga nantinya perkembangan psikologi pasien diamati dan di evaluasi. Misalnya pasien pencandu shabu-shabu mengalami penurunan mental, jadi perkembangan mentalnya dapat di evaluasi secara terus menerus.

11. Kolam Renang

Kolam renang terletak di depan asrama. Kolam berukuran 10 x 15 m ini memiliki kedalaman 150 cm. Kolam mini ini digunakan untuk merendam pasien di tengah malam. Memang terasa dingin pada saat direndam ditengah malam. Dengan dingin itulah syaraf-syaraf mereka yang rusak dapat dirangsang bekerja kembali. Mereka tidak akan masuk angin karena begitu kedinginan sekali mereka diangkat dan disuruh berlari mengelilingi kolam sampai mengeluarkan keringat, kemudian dimasukkan kembali kedalam kolam. Jangka waktu berendam adalah sekitar 1 samapi 2 jam.

Alasan kenapa direndam di kolam pada saat tengah malam merupakan sebagai salah satu terapi psikologi untuk lepas dan pulih dari ketergantunga narkoba, sehingga begitu keluar dari Sibolangit Centre diharapkan mereka akan jera dan tidak akan mengulangi kecanduan terhadap obat-obatan.


(23)

79 12. Kolam Mandi Air Panas

Kolam mandi air panas ini terletak di sidebu-debu yang memang lokasinya tak jauh dari Sibolangit Center. Kolam air panas ini digunakan untuk mandi pasien. Dengan mandi disini makan akan dirangsang syaraf-syaraf mereka yang rusak untuk pulih kembali. Mereka sebulan sekali pada minggu pagi mandi di sidebu-debu di kolam air panas. Sekitar setengah jam mandi air panas, kemudian kepala mereka diguyur dengan air panas yang dicampur garam, gunanya adalah untuk merangsang syaraf-syaraf yang ada dikepala mereka, sebab kerusakan syaraf yang terbanyak bagi pencandu ada di kepala.

13. Lokasi Praktek Pertanian

Lahan praktek pertanian ini terletak di dalam kompleks Sibolangit Centre. Lahan ini seluas ± 2500m. Lahan ini digunakan pasien untuk belajar bertani. Pada pagi hari mereka bekerja di lahan ini, tujuannya bukan hanya sebagai aktifitas fisik, namun juga bisa digunakan sebagai terapi fisik bagi pasien. Sinar matahari pagi bagus bagi tubuh. Syaraf-syaraf bisa dipulihkan dengan cara bertani. Disini mereka juga diajarkan untuk menaman cabai, sayur-sayuran dan beternak. Kalau beternak, para pasien diajari cara beternak kambing.

4.5 Metode Pengobatan di Panti Rehabilitasi Narkoba Al-Kamal Sibolangit Centre

Seorang pecandu narkoba sangat tergantung pada narkoba, dimana semakin lama mereka menggunakan narkoba, maka semakin besar pula ketergantungannya terhadap narkoba. Apabila keinginan mereka terhadap narkoba tidak terpenuhi, maka mereka akan merasa kedinginan, sakit kepala, gelisah, meronta-ronta. Hal ini yang disebut dengan sakau.


(24)

80

Pecandu narkoba yang dirawat dipanti, maka pada saat itulah terjadi proses sosialisasi dan resosialisasi dalam kehidupannya. Dikatakan sebagai proses desosialisasi, karena pada tahap awal, seorang pasien itu diasingkan dan ditempatkan disuatu kamar khusus yang terpisah dari pasien lainnya. Selain merupakan proses pencabutan diri, juga untuk menghilangkan sakaunya. Apabila datang sakaunya, maka tangan dan kaki pasien akan diikat. Selama masa sakau ini pasien dijaga ketat oleh dokter dan perawat serta tidak dibenarkan berinteraksi dengan siapapun baik sesama pasien maupun keluarganya. Hal ini terjadi selama ± 1 minggu (tergantung dari tingkat kecanduannya pada narkoba). Setelah 1 minggu dan sakaunya telah hilang, maka pasien dipindahkan ke kamar biasa dan telah dapat berinteraksi dengan pasien lainnya, dapat mengikuti aktivitas sehari-hari bersama dengan pasien yang lainnya, serta sudah diperbolehkan dikunjungi oleh orangtua atau keluarga pada saat waktu kunjungan yang telah ditetapkan pihak panti. Pada saat inilah berlangsung proses resosialisasi, dimana pasien ditanamkan sesuatu nilai-nilai baru.

Selama di dalam panti, aktivitas sehari-hari yang dilakukan pasien adalah pada pagi hari biasanya mereka sholat subuh, lalu dilanjutkan dengan olahraga. Setelah olahraga, mereka mandi, sarapan lalu mengikuti kegiatan program pengobatan yang telah ditentukan oleh pihak panti. Pada sore hari, mereka dapat melakukan beberapa kegiatan seperti menonton tv, bermain game dan lain-lain. Disela-sela aktivitasnya, mereka tetap diingatkan untuk melakukan sholat pada waktunya. Malam harinya, mereka tidak diperkenankan berada dilur kamar melebihi jam 11 malam.


(25)

81

Di Panti Rehabilitasi Sibolangit Centre terdapat berbagai metode pengobatan yaitu:

1. Pengobatan Medis

Pada metode medis ini, dokter memeriksa kondisi tubuh pasien untuk mengetahui apakah pasien memiliki penyakit bawaan atau tidak, sehingga dalam perawatan selanjutnya dapat diantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan.

2. Pengobatan Tradisional

Pengobatan tradisional yang dilakukan adalah dengan mandi uap (oukup) sebanyak 2 kali dalam seminggu selama pasien masih di rawat di dalam panti. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mengeluarkan racun-racun narkoba yang terdapat di dalam tubuh si pasien, sehingga nafsu makan pasien akan bertambah, badan terasa segar, tidur pun enak serta bersemangat dalam melakukan kegiatan di dalam panti. Selain itu sebanyak 2 kali sehari pasien diberikan minuman jamu yang terbuat dari rempah-rempah dan daun-daun.

3. Pengobatan Rohani (Spiritual)

Selama dalam panti, para pasien diberikan pelajaran dan pengetahuan tentang agama sesuai dengan agama masing-masing. Pasien diajarkan untuk sembahyang, membaca kitab suci dan belajar mengenal diri sendiri sesuai dengan agamanya. Metode ini dilakukan agar pasien lebih mendekatkan diri dengan Tuhan, memiliki iman yang kuat sehingga tidak lagi terpengaruh pada penggunaan narkoba.


(26)

82 4. Pengobatan Fisik dan Psikis

Metode pengobatan fisik di panti ini dilakukan dengan cara olahraga setiap hari, seperti basket, renang, tenis meja, bulu tangkis, sepak bola dan lain-lain. Selain itu juga dilakukan cross country pada waktu-waktu tertentu. Melalui kegiatan ini para pasien dapat melihat langsung kondisi masyarakat di sekitar mereka, sehingga mereka dapat membuka pemikiran mereka bahwa mereka juga bagian dari masyarakat.

Metode psikis dilakukan dengan cara konsultasi dengan psikolog yang bertugas di panti, dimana psikolog bertugas membantu pasien mempersiapkan dirinya untuk kembali ke tengah-tengah masyarakat.


(27)

83 BAB V

ANALISA DATA

Pada bab ini penulis akan menguraikan data-data hasil penelitian di lapangan yang diperoleh dari kuesioner. Penelitian ini dilakukan di panti rehabilitasi al-kamal sibolangit centre, dengan responden adalah residen yang menerima program pemulihan. Adapun data-data yang disajikan dalam bab ini akan diinterpretasikan secara deskriptif. Penyajian data kuesioner akan disajikan dalam bentuk tabulasi tunggal dan kemudian digabung dengan data hasil wawancara. Adapun data-data yang dianalisis dalam bab ini sebagai berikut : 5.1. Identitas Umum Responden

5.1.1. Distribusi Responden Berdasarkan Usia

Sumber : Kuesioner September 2015

Pada diagram 1 dapat kita lihat sebanyak 11 responden atau 39,28% berusia 26 – 30 tahun, 8 responden atau 18,58% berusia 31 – 35 tahun, 5 responden atau 17,86 % berusia 16 – 20 tahun, dan 4 responden atau 17,86% berusia 21 – 25 tahun. Berdasarkan data diagram tersebut responden yang berusia

17,86 %

14,28%

39,28%

28,58%

0 2 4 6 8 10 12

16-20 Tahun 21-25 Tahun 26-30 Tahun 31-35 Tahun Diagram 1


(28)

84

26 – 30 tahun mendominasi usia keseluruhan responden dalam penggunaan Narkotika yang sedang mengikuti program pemulihan.

5.1.2. Distribusi Responden Berdasarkan Agama

Sumber : Kuesioner September 2015

Pada diagram 2 dapat dilihat sebanyak 23 responden atau 82,14% beragama islam, 3 responden atau 10,72% beragaman budha, sedangkan 2 responden beragama Kristen. Jadi dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden beragama islam.

Menurut seorang staf saat Peneliti wawancarai, meskipun agama responden didominasi islam namun sifat toleransi dan saling menghargai sangat besar diantara responden yang berbeda agama. Dalam rehabilitasi ini, semua responden memiliki tujuan yang sama yaitu keinginan untuk sembuh dari pengaruh narkoba.

82,14%

7,14% 10,72%

0 5 10 15 20 25

Islam Kristen Budha

Re

sp

on

d

en

Agama

Diagram 2


(29)

85

5.1.3. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Menurut sumber seorang staff di Panti Rehabilitasi Al-Kamal ini, laki-laki merupakan mayoritas residen yang pada umumnya menggunakan narkoba. Untuk itu semua populasi dalam penelitian ini adalah responden dengan jumlah 28 orang atau 100%. Tidak ada perempuan sebagai residen dalam rehabilitasi ini.

5.1.4. Distribusi Responden Berdasarkan Suku

Sumber : Kuesioner September 2015

Responden dalam penelitian ini didominasi oleh suku batak, dimana sebanyak 10 atau 35,72% suku batak toba, 2 responden atau 7,15% suku batak mandailing, 5 responden atau 17,86% suku tionghoa, 6 responden atau 21,42% suku jawa, sedangkan masing-masing suku batak karo, batak simalungun, melayu, minang dan karoja ada 1 orang atau 3,57%.

35,72%

7,15%

3,57% 3,57% 3,57% 3,57%

17,86% 21,42%

3,57% 0

2 4 6 8 10 12

Re

sp

on

d

en

Suku

Diagram 3


(30)

86

5.1.5. Distribusi Responden Berdasarkan Status

Sumber : Kuesioner September 2015

Seperti yang kita ketahui bahwa narkoba bisa digunakan oleh siapa saja tanpa memandang usia, suku, gender, kedudukan, pendidikan bahkan status. Pada diagram 3 diketahui bahwa sebanyak 14 responden atau 50% sudah berstatus menikah, 13 responden atau 46,43% berstatus belum menikah yang dimana termasuk masih dalam pendidikan sebagai Pelajar yaitu 2 orang dan sebagai mahasiswa 2 orang, sedang 1 responden atau 3,57% menjawab sudah bercerai (duda).

Residen yang direhabilitasi ini merupakan kepala keluarga (suami) yang bertanggungjawab menafkahi keluarga, namun residen ini menggunakan narkoba dan tidak menjalankan tanggungjawabnya maka pihak keluarga mengantar mereka ke Rehabilitasi Al-Kamal berharap bisa dipulihkan dan tidak berkegantungan dengan obat-obatan haram tersebut.

50%

3,57%

46,43%

0

2 4 6 8 10 12

14

16

Menikah Duda Belum menikah

Re

sp

on

d

en

Status

Diagram 4


(31)

87 5.2. Proses Pengenalan Program.

5.2.1. Pengetahuan Responden Tentang Informasi Program Therapeutic Community (TC).

Sumber : Kuesioner September 2015

Therapeutic Community atau terapi komunitas adalah grup atau sekelompok orang yang memiliki prinsip interpersonal yang cukup tinggi, sehingga mampu mendorong orang lain untuk belajar berinteraksi di suatu kemunitas. Pada diagaram 5 menunjukkan sebanyak 21,43% responden menjawab mengetahui Program Therapeutic Community alasannya karena responden telah menjalani program ini selama lebih dari 3 bulan dan ada juga responden yang telah menjalani program TC lebih dari satu tahun, sedangkan sebanyak 78,57% responden menjawab tidak mengetahui Program Therapeutic Community alasannya bahwa responden masih baru mengikuti program TC.

21,43%

78,57%

0 5 10 15 20 25

Ya Tidak

Re

sp

on

d

en

Jawaban Responden

Diagram 5

Pengetahuan Responden Tentang Informasi Program Therapeutic Community (TC)


(32)

88

5.2.2. Sumber Informasi Program Therapeutic Community (TC)

Sumber : Kuesioner September 2015

Pada diagram 6 menunjukkan lebih 46% responden menjawab mengetahui Program Therapeutic Community TC) dari saudara maupun keluarga yang telah mengetahui program Therapeutic community sebelumnya, sebanyak 42% menjawab mengetahui program TC langsung dari staff saat responden menjadi residen dalam rehasnilitasi ini, sedangkan 10% lebih responden menjawab mengetahui Program Therapeutic Community TC) dari teman.

42,86%

46,43%

10,71%

0

2 4 6 8 10 12 14

Staff Saudara Teman

Re

sp

on

d

en

Jawaban Responden

Diagram 6


(33)

89

5.2.3. Pemahaman Responden Mengenai Tujuan Penerapan Program Therapeutic Community (TC)

Sumber : Kuesioner September 2015

Pada diagram 7 diketahui bahwa sebanyak 20 responden atau 71,43% menjawab memahami tujuan penerapan program TC, sedangkan 8 responden atau 28,57% menjawab tidak memahami program tersebut. Alasannya : responden yang menjawab (Ya) dalam diagram diatas adalah responden yang telah mengikuti program TC lebih dari 3 bulan, sedangkan responden yang menjawab (TIDAK) adalah responden yang baru mengikuti program TC.

71,43%

28,57%

0 5 10 15 20 25

Ya Tidak

Re

sp

on

d

en

Jawaban Responden

Diagram 7

Pemahaman Responden Mengenai Tujuan Penerapan Program Therapeutic Community (TC)


(34)

90

5.2.4. Kerumitan Responden Mendaftarkan Diri Sebagai Residen Untuk Mengikuti Program Program Therapeutic Community (TC)

Sumber : Kuesioner September 2015

Pemulihan residen yang didiagnosis dengan gangguan mental dan perilaku akibat dari penyalahgunaan narkoba tidaklah semudah yang dibayangkan banyak orang. Penanganan terhadap mereka tidak seperti pasien yang terkena penyakit infeksi yang jika diterapi dengan antibiotika yang tepat maka akan segera sembuh. Namun hal tersebut berbeda dengan residen pengguna narkoba. Bahkan sebelum memulai program TC, calon residen harus melewati proses pendaftaran diri.

Pada diagram 8 diketahui bahwa sebanyak 25 responden atau 89,29% menjawab bahwa tidaklah rumit proses pendaftaran untuk menjadi responden program TC alasannya karena yang mendaftarkan responden menjadi residen diRehabilitasi adalah saudara atau keluarga, sedangkan 3 orang atau 10,71% menjawab rumit proses pendaftaran dirinya, karena responden dtg sendiri ke Panti Rehabilitasi guna mengikuti program pemulihan.

10,71%

89,29%

0 5 10 15 20 25 30

Ya Tidak

Re

sp

on

d

en

Jawaban Respoden

Diagram 8

Kerumitan Responden Mendaftarkan Diri Sebagai Residen Untuk Mengikuti Program Therapeutic Community (TC)


(35)

91

5.2.5. Pengetahuan Responden Mengenai Pengumpulan Data Diri Untuk Bahan Pertimbangan Kelayakan Mengikuti Program Therapeutic Community

Sumber : Kuesioner September 2015

Meskipun sudah mendaftar sebagai residen, namun untuk mengikuti program TC harus melewati proses bahan pertimbangan. Meski terlihat jelas dimana sebanyak 21 responden atau 75% menjawab tidak mengetahui proses bahan pertimbangan sebagai kelayakan untuk mengikuti program TC dikarenakan residen mengiktui program TC desakan dari keluarga, sedangkan 7 responden atau 25% menjawab mengetahui proses tersebut telah pernah mengikuti program TC sebelumnya dan merupakan keinginan untuk sembuh.

25%

75%

0 5 10 15 20 25

Ya Tidak

Re

sp

on

d

en

Jawaban Responden Diagram 9

Pengetahuan Responden Mengenai Pengumpulan Data Diri Untuk Bahan Pertimbangan Kelayakan Mengikuti Program


(36)

92 5.3. Proses Pelaksanaan Program

5.3.1. Pengetahuan Residen Tentang Proses Pelaksanaan Program Therapeutic Community (TC)

Sumber : Kuesioner September 2015

Tidak semua residen mengetahui proses pelaksanaan program TC, dimana pada diagram 10 dapat kita lihat bahwa yang mengetahui proses pelaksanaan tersebut hanya 22 responden atau 78,57%, 5 responden atau 17,86% menjawab kurang mengetahui proses pelaksanaan tersebut, sedangkan 1 responden atau 3,57% menjawab sama sekali mengetahui proses pelaksanaan program TC. Alasannya : responden yang menjawab TAHU adalah yang telah menjalani pelaksanaan Program Tc dan memahami program TC, yang menjawab KURANG TAHU adalah yang baru menjalani program TC kurang dari 3 bulan dan belum sepenuhnya paham akan pelaksanaan program TC, dan yang menjawab TIDAK TAHU adalah residen yang baru masuk beberapa minggu dan masih dalam tahap pemeriksaan.

78,57%

17,86%

3,57% 0

5

10

15 20 25

Tahu Kurang tahu Tidak tahu

Re

sp

on

d

en

Jawaban Responden

Diagram 10

Pengetahuan Residen Tentang Proses Pelaksanaan Program Therapeutic Community (TC)


(37)

93

5.3.2. Kendala Yang Dihadapi Residen Saat Menjalani Program Therapeutic Community (TC)

Sumber : Kuesioner September 2015

Pada diagram 11 dapat dilihat sebanyak 18 responden atau 64,29% menjawab tidak mengalami kendala saat menjalani program TC, sedangkan 9 responden atau 32,14% menjawab kendala yang dialami residen rumit saat menghadapi program TC dan hanya 1 orang responden saja atau 3,57% menjawab mengalami kendala sangat rumit saat menjalani program TC ini. Alasannya : responden yang menjawab SANGAT RUMIT ialah residen yang tidak mengetahui sama sekali dengan kegiatan yang ada didalam Program TC, yang menjawab RUMIT ialah yang telah mengetahui program TC namun belum bisa Menerima sepenuhnya aktivitas yang dilaksanakan didalam program TC, sedangkan yang menjawab TIDAK RUMIT ialah residen yang telah mengetahui dan bisa menerima kegiatan yang dilaksanakan didalam program TC.

3,57%

32,14%

64,29%

0 5

10

15 20

Sangat rumit Rumit Tidak rumit

Re

sp

on

d

en

Jawaban Responden

Diagram 11

Kendala Yang Dihadapi Residen Saat Menjalani Program Therapeutic Community (TC)


(38)

94

5.3.3. Tingkat Kejenuhan Residen Selama Mengikuti Program Therapeutic Community (TC)

Sumber : Kuesioner September 2015

Merupakan satu keharusan program TC dilaksanakan selama 24 jam didalam panti (residential) dan 4 – 8 jam untuk program TC diluar panti (non residential). Program TC juga harus didasari oleh perawatan yang berkesinambungan (the continuum of care) yaitu tahap primer, tahap re-entry dan pembinaan lanjutan. Selama 24 jam menjalani proses TC tentu saja akan memberikan kejenuhan bagi residen. Hal tersebut dapat kita lihat dalam diagram 12 dimana 16 responden atau 57,14% menjawab merasa jenuh terjadap program TC, sedangkan 8 responden atau 28,57% menjawab tidak jenuh dan menikmati program TC yang dijalaninya dan 4 responden atau 14,29% menjawab sangat jenuh dengan program yang dijalaninya selama 24 jam sehari.

14,29%

57,14%

28,57%

0 5 10 15 20

Sangat jenuh Jenuh Tidak jenuh

Res

p

on

d

en

Jawaban Responden

Diagram 12

Tingkat Kejenuhan Residen Selama Mengikuti Program Therapeutic Community (TC)


(39)

95

5.3.4. Tingkat Ketahuan Residen Tentang Alasan Sibolangit Centre Melaksanakan Program Therapeutic Community (TC)

Sumber : Kuesioner September 2015

Therapeutic Community adalah suatu program yang membantu residen dalam proses pemulihan. Panti rehabilitasi al-kamal sibolangit centre merupakan salah satu panti rehabilitasi narkoba yang menerapkan program TC. Pada diagram 13 kita dapat melihat tingkat keingintahun residen akan alasan Rehabilitasi Al-Kamal menerapkan program TC ini. Sebanyak 23 responden atau 82,14% menjawab mengetahui alasan Sibolangit Centre memiliki program TC dilihat dari perubahan yang dialami responden selama mengikuti program TC, sedangkan 3 responden atau 10,72% menjawab kurang mengetahuinya karena responden belum terlihat adanya perubahan yang dialami responden dan sisanya 2 responden atau 7,14% menjawab tidak mengetahui sama sekali alasan Sibolangit Centre menjalankan program TC ini karena responden baru mengikuti program TC yang dijalankan Rehabilitasi Al-Kamal Sibolangit Centre.

82,14%

10,72% 7,14%

0 5 10 15

20

25

Tahu Kurang tahu Tidak tahu

Re

sp

on

d

en

Jawaban Responden

Diagram 13

Tingkat Ketahuan Residen Tentang Alasan Sibolangit Centre Melaksanakan Program Therapeutic Community


(40)

96

5.3.5. Pengetahuan Residen Tentang Sibolangit Centre Pernah Mengadakan Rapat/Musyawarah Dengan Residen Terkait Program Therapeutic Community (TC)

Sumber : Kuesioner September 2015

Keberhasilan dari program TC ini tidak lepas dari partisipasi residen yang merupakan pelaku dari program ini. Untuk itu melalui diagram 14 ini kita akan melihat apakah residen berperan dalam program TC ini. Sebanyak 25 responden atau 89,29% menjawab pernah turut serta dalam musyawarah rapat program TC, sedangkan 3 responden atau 10,71% menjawab tidak pernah diikut sertakan saat musyawarah membahas program TC. Alasannya : responden yang menjawab PERNAH adalah residen yang mengikuti pelaksanaan program TC dengan baik, sedangkan responden yang menjawab TIDAK PERNAH adalah residen yang merasa program TC tidak penting bagi pemulihan.

89,29%

10,71%

0 5 10 15 20 25 30

Pernah Tidak pernah

Re

sp

on

d

en

Jawaban Responden

Diagram 14

Pengetahuan Residen Tentang Sibolangit Centre Pernah Mengadakan Rapat/Musyawarah Dengan Residen Terkait


(41)

97

5.3.6. Pendapat Residen Tentang Ketersediaan Sarana dan Prasarana Untuk Mencapai Tujuan Program Therapeutic Community (TC)

Sumber : Kuesioner September 2015

Saat ini secara nasional keberadaan lembaga rehabilitasi swadaya msyarakat dengan pendekatan TC sangatlah terbatas. Kendala utama adalah beratnya beban biaya operasional TC, sementara sumber dana baik yang berasal dari residen maupun dalam bentuk bantuan semakin lama semakin minim. Namun Rehabilitasi Al-Kamal masih mampu melengkapi segala fasilitas untuk mendukung program TC ini berjalan hingga sampai saat ini. Hal tersebut dapat kita ketahui melalui diagram 15 yang menyatakan sebanyak 24 responden atau 85,72% menjawab sarana dan prasarana yang dimiliki Rehabilitasi Al-Kamal memadai, 3 responden atau 10,71% menilai bahwa sarana dan prasarana di rehabilitasi tersebut masih kurang memadai, sedangkan 1 responden atau 3,57% menjawab bahwa segala kelengkapan sarana dan prasarana untuk mendukung program TC di Rehabilitasi Al-Kamal tidak memadai.

85,71%

10,72%

3,57%

0 5 10 15 20 25 30

Memadai Kurang memadai Tidak memadai

Re

sp

on

d

en

Jawaban Responden

Diagram 15

Pendapat Residen Tentang Ketersediaan Sarana dan Prasarana Untuk Mencapai Tujuan Program Therapeutic


(42)

98

5.3.7. Pandangan Residen Mengenai Mutu Pekerjaan Atau Sasaran yang Dihasilkan dari Program Therapeutic Community (TC)

Sumber : Kuesioner September 2015

Peran keluarga maupun peran masyarakat sangat diperlukan dalam proses rehabilitasi. Hal ini sangatlah penting mengingat pada akhirnya residen harus kembali kepada keluarga dan masyarakat sekitarnya yang dekat dengan kehidupannya. Apabila residen dapat kembali ke keluarga dan masyarakat dengan menjalani kehidupannya seperti semula dan dapat berinteraksi dengan baik maka dapat dikatakan bahwa program TC yang dijalani residen berjalan sesuai sasaran, bila sebaliknya maka dinilai program TC gagal.

Pada diagram 16 dapat kita ketahui bahwa sebanyak 27 responden atau 96,43% menjawab mutu pekerjaan atau sasaran yang dihasilkan dari program TC berjalan dengan baik, sedangkan 1 responden atau 3,57% menjawab sebaliknya.

96,43%

3,57% 0

5 10 15 20

25

30

Iya Tidak

Re

sp

on

d

en

Jawaban Responden

Diagram 16

Pandangan Residen Mengenai Mutu Pekerjaan Atau Sasaran yang Dihasilkan dari Program Therapeutic Community (TC)


(43)

99

5.3.8. Pendapat Residen Mengenai Sumber Daya (Tenaga, Dana, Barang) yang Digunakan Untuk Menjalankan Program Therapeutic Community (TC)

Sumber : Kuesioner September 2015

Untuk dapat mencapai tujuan dari program TC, maka segala sumber daya (tenaga, dana, barang) harus dilengkapi dengan baik. Tidak hanya didukung oleh semua unsur/staff ataupun petugas dan residen yang terlibat dalam program TC, melainkan sumber daya dan fasilitas pun harus mampu menyeimbangi tujuan program TC. Pada diagram 17 dapat dilihat bahwa sebanyak 26 responden atau 92,86% menjawab sumber daya yang digunakan dalam menjalankan program TC sudah berjalan sesuai tujuan, sedangkan 2 responden atau 7,14% menjawab belum sesuai berjalan seperti sebagaimana yang diharapkan.

92,86%

7,14%

0 5 10 15 20 25 30

Sudah Belum

Re

sp

on

d

en

Jawaban Responden Diagram 17

Pendapat Residen Mengenai Sumber Daya (Tenaga, Dana, Barang) Yang Digunakan Untuk Menjalankan Program


(44)

100 5.4. Pemahaman Akan Manfaat Program.

5.4.1. Pengetahuan Residen Mengenai Fungsi Penerapan Program Therapeutic Community Dalam Panti Rehabilitasi

Sumber : Kuesioner September 2015

Dalam upaya mencapai pemulihan, fungsi-fungsi program TC yang telah disepakati sesama rekan sebaya dilaksanakan secara kompak dan baik. Fungsi tersebut dilakukan secara konsisten serta berulang kali secara rutin agar tujuan yang akan dicapai berjalan sesuai harapan. Melalui fungsi tersebut maka residen dapat mengetahui tujuan program TC.

Pada diagram 18 dapat kita lihat sebanyak 25 responden atau 89,29% menjawab bahwa responden mengetahui fungsi penerapan program TC di dalam rehabilitasi, sedangkan 3 responden atau 10,71% menjawab tidak mengetahu fungsi tersebut.

89,29%

10,71%

0 5 10 15 20 25 30

Ya Tidak

Re

sp

on

d

en

Jawaban Responden

Diagram 18

Pengetahuan Residen Mengenai Fungsi Penerapan Program Therapeutic Community Dalam Panti Rehabilitasi


(45)

101

5.4.2. Pendapat Residen Mengenai Penerapan Program Therapeutic Community (TC) Dalam Panti Rehabilitasi

Sumber : Kuesioner September 2015

Program TC yang diterapkan dalam panti Rehabilitasi Al-Kamal Sibolangit Centre merupakan suatu program pemulihan terhadap residen penyalahgunaan narkoba yang dapat dirasakan langsung dan dievaluasi oleh residen. Dan lebih khusus lagi, untuk mengetahui sejauh mana proses pengenalan akan program yang diberikan kepada residen di Rehabilitasi Al-Kamal Sibolangit Centre serta proses pelaksanaannya.

Dapat kita lihat pada diagram 19 bahwa sebanyak 15 responden atau 53,57% menjawab penerapan program TC dalam rehabilitasi sangat penting untuk memulihkan residen penyalahgunaan narkoba, sedangkan 12 responden atau 42,86% menjawab sekedar penting saja penerapan program TC diterapkan dan 1 responden atau 3,57% menjawab penerapan program TC tidak begitu penting.

53,57%

42,86%

3,57%

0

2

4 6 8 10 12 14 16

Sangat penting Penting Tidak penting

Re

sp

on

d

en

Jawaban Responden

Diagram 19

Pendapat Residen Mengenai Penerapan Program Therapeutic Community (TC) Dalam Panti Rehabilitasi


(46)

102

5.4.3. Tanggapan Residen Terhadap Kinerja Pelaksanaan Program Therapeutic Community (TC)

Sumber : Kuesioner September 2015

Agar program TC ini berjalan baik sesuai yang diharapkan, alangah baiknya bila semua unsur/staff, petugas, tenaga professional atau pun residen memiliki komitmen yang teguh terhadap tujuan dari program TC ini. Bila program TC ini berhasil, maka secara tidak langsung dapat dikatakan bahwa kinerja pelaksanaan program TC sangat baik.

Untuk mengetahuinya kita dapat melihat pada diagram 20, dimana sebanyak 9 responden atau 32,14% menjawab kinerja pelaksanaan program TC terlaksana sangat baik, sedangkan 19 responden atau 67,86% menjawab kinerjanya baik.

32,14%

67,86%

0 2 4 6 8 10 12 14 16

18

20

Sangat baik Baik

Re

sp

on

d

en

Jawaban Responden

Diagram 20

Tanggapan Residen Terhadap Kinerja Pelaksanaan Program Therapeutic Community (TC)


(47)

103

5.4.4. Tingkat Keberhasilan Program Therapeutic Community yang Diterapkan Panti Rehabilitasi Terhadap Pola Hidup Residen

Sumber : Kuesioner September 2015

Secara sederhana kita dapat mengukur tingkat keberhasilan program TC melalui pola hidup residen. Apabila pola hidup residen berjalan baik dimana residen dapat berinteraksi dengan keluarga dan juga masyarakat, maka dapat kita nyatakan bahwa program TC berhasil, namun bila sebaliknya maka program TC belum berhasil.

Pada diagram 21 dapat diketahui sebanyak 20 responden atau 71,43% menjawab program TC berhasil mengubah pola hidup residen menjadi lebih baik, sedangkan 7 responden atau 25% menjawab keberhasil program TC melebihi yang diharapkan yaitu sangat berhasil mengubah pola hidup residen, dan hanya 1 responden atau 3,57% menjawab program TC mengalami kegagalan atau tidak berhasil.

25%

71,43%

3,57% 0

5 10 15 20 25

Sangat berhasil Berhasil Tidak berhasil

Re

sp

on

d

en

Jawaban Responden

Diagram 21

Tingkat Keberhasilan Program Therapeutic Community Yang Diterapkan Panti Rehabilitasi Terhadap Pola Hidup Residen


(48)

104

5.4.5. Tanggapan Residen Tentang Program Therapeutic Community Dapat Membantu Permasalahan Residen

Sumber : Kuesioner September 2015

Setiap kegiatan residen mempunyai tangungjawab mengubah tingkah laku, baik bagi diri sendiri maupun orang lain, jadi bukan semata-mata tanggungjawab petugas. Teori yang mendasari metode TC adalah pendekatan behavioral dimana berlaku system reward (penghargaan/penguatan) dan punishment (hukuman) dalam mengubah suatu perilaku. Melalui perubahan perilaku ini, maka residen dapat mengubah pola pikir serta pola hidupnya sehingga residen dapat menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya melalui program TC.

Pada diagram 22 dapat kita lihat dimana 26 responden atau 92,86% menjawab bila program TC ini dapat membantu permasalah yang dihadapi residen, sedang 1 responden atau 3,57% masing-masing menjawab kurang membantu dan juga tidak membantu sama sekali permasalahan residen.

92,86%

3,57% 3,57%

0 5 10 15 20 25 30

Membantu Kurang membantu Tidak membantu

Re

sp

on

d

en

Jawaban Responden

Diagram 22

Tanggapan Residen Tentang Program Therapeutic Community Dapat Membantu Permasalahan Residen


(49)

105

5.4.6. Tanggapan Residen Mengenai Manfaat Pelaksanaan Program Therapeutic Community Pada Diri Residen Oleh Sibolangit Centre

Sumber : Kuesioner September 2015

Konsep program TC pada umumnya menerapkan pendekatan self help, artinya residen dibiasakan mengerjakan tugas-tugas yang berkaitan dengan pengelolaan kebutuhan sehari-hari, misalnya memasak, mencuci, membersihkan fasilitas TC, memperbaiki gedung, dan sebagainya. Bila residen dapat menjalankan kebutuhan sehari-hari tersebut maka dapat dikatakan bahwa residen mendapatkan manfaat dari program TC, bila sebaliknya, maka residen belum memperoleh manfaatnya.

Pada diagram 23 dapat diketahui sebanyak 27 responden atau 96,43% menjawab merasakan manfaat dari program TC, sedangkan 1 responden atau 3,57% menjawab tidak tahu apakah residen mendapatkan manfaatnya atau tidak, karena responden belum menjalani program TC disebabkan responden baru masuk Panti Rehabilitasi.

96,43%

3,57% 0

5 10 15 20 25 30

Ada Tidak tahu

Re

sp

on

d

en

Jawaban Responden

Diagram 23

Tanggapan Residen Mengenai Manfaat Pelaksanaan Program Therapeutic Community Pada Diri Residen Oleh Sibolangit


(50)

106 BAB VI PENUTUP

Bab ini berisikan kesimpulan dan saran, yang didapat dari hasil penelitian. Kesimpulan yang terdapat dalam bab ini merupakan hasil yang dicapai dari analisis data dalam penelitian tentang Evaluasi pelaksanaan Program Therapeutic Community (TC) Terhadap Residen Penyalahgunaan Narkoba di Rehabilitasi Al-Kamal Sibolangit Centre. Responden dalam penelitian ini berjumlah 28 orang yang menjadi residen program Pemulihan ketergantungan Narkoba.

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan analisa dan interpretasi data dari penelitian yang telah diuraikan pada Bab V, maka didapat beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Proses pengenalan Program Therapeutic Community (TC) yang disampaikan oleh Rehabilitasi Al-Kamal Sibolangit Center bagi residen penyalahgunaan narkoba sangat jelas dan dimengerti oleh residen, dimana hal tersebut dibuktikan melalui hasil kuesioner dan wawancara yang menunjukkan residen sudah memahami tujuan program TC, sumber informasi tentang Program, dan proses pendaftaran diri sebagai residen penerima program.

2. Proses pelaksanaan Program Therapeutic Community (TC) yang dilaksanakan oleh Rehabilitasi Al-Kamal Sibolangit Centre berjalan dengan baik, hal tersebut dibuktikan melalui hasil kuesioner dan wawancara yang menunjukkan residen sudah mengetahui akan proses pelaksanaan Program TC, penilaian residen akan kelengkapan sarana dan


(51)

107

prasarana dalam menjalankan program TC, tercapainya tujuan dan sasaran dijalankannya program TC.

3. Pemahaman Residen akan Manfaat dari program TC yang dijalankan oleh rehabilitasi Al-Kamal Sibolangit centre sangat bermanfaat, hal tersebut dibuktikan dari hasil kuesioner dan wawancara yang menyatakan bahwa setelah mengikuti program TC residen merasakan secara langsung manfaat dari program TC terhadap perubahan pola hidup residen, membantu permasalahan yang dialami oleh residen sebelum mengikuti program TC

6.2. Saran

Berdasarakan kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan, maka saran dari penulis adalah sebagai berikut:

1. Untuk Rehabilitasi Al-Kamal Sibolangit Centre sebagai pelaksana program Theraputic Community untuk terus memberikan informasi mengenai program TC melalui sosialisasi kepada masyarakat agar lebih memahami fungsi dari program TC terhadap pengguna narkoba dan terus meningkatkan kualitas pelaksanaan program TC tersebut.

2. Untuk masyarakat sipil agar lebih memahami fungsi dari Panti Rehabilitasi Narkoba terutama yang menjalankan Program TC sehingga para pengguna narkoba dapat dipulihkan dari ketergantungan barang haram tersebut dan dapat menghindari agar tidak memakai kembali barang haram tersebut, sehingga generasi muda bangsa tidak menjadi lebih banyak lagi yang rusak akibat dari memakai Narkoba.


(52)

11 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Evaluasi Program

II.1.1. Pengertian Evaluasi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, evaluasi memiliki arti penilaian. Penilaian berarti pengukuran atau penentuan manfaat dari suatu kegiatan. Penilaian dapat ditujukan kepada seseorang, sekelompok,atau terhadap suatu kegiatan. Dalam suatu perusahaan evaluasi diartikan sebagai suatu proses pengukuran terhadap efektivitas program yang dijalankan untuk mencapai tujuan perusahaan. Hasil yang diperoleh dari pengukuran tersebut akan digunakan sebagai analisis situasi program berikutnya. Evaluasi adalah suatu upaya untuk mengukur secara objektif terhadap pencapaian hasil yang telah dirancang dari aktivitas program yang telah dilaksanakan sebelumnya, hasil penelitian yang dilakukan menjadi umpan balik bagi aktivitas perencanaan baru yang akan dilakukan berkenaan dengan aktivitas yang sama dimasa depan.

Evaluasi merupakan bagian penting dari daur: perencanaan program, pelaksanaan program, pemantauan program dan evaluasi program. Keputusan tentang suatu atau beberapa program, apakah program dihentikan, dilanjutkan, dipersempit, atau diperluas dibuat berdasarkan hasil evaluasi. Evaluasi adalah sejumlah dari serangkaian kegiatan mulai dari pengumpulan data, analisis data, dan penyimpulan hasil analisis data. Pengumpulan data bisa dilakukan melalui


(53)

12

wawancara, pengamatan lapangan, dan berbicara dengan orang yang menjadi bagian dari khalayak (BNN,2004:121).

Ralph Tyler dalam Tayibnapis (2000:3) menyatakan evaluasi adalah proses yang menentukan sejauh mana tujuan dapat dicapai. Evaluasi ialah penelitian yang sistematik atau teratur tentang manfaat atau kegunaan beberapa objek. Jadi, evaluasi hendaknya membantu pengembangan, implementasi, kebutuhan suatu program, perbaikan program, pertanggung jawaban, seleksi, motivasi, serta menambah pengetahuan dan dukungan dari subjek yang terlibat. Berikutnya evaluasi adalah suatu aktivitas yang dirancang untuk menimbang manfaat atau efektivitas suatu program melalu indikator yang khusus, teknik pengukuran, metode analisis, dan bentuk perencanaan (Siagian dan Agus, 2010:117).

Menurut Ralph Tyler dalam Arikunto (2009:3) menyatakan bahwa Evaluasi adalah sebuah proses pengumpulan data untuk menentukan sejauh mana, dalam hal apa, dan bagaimana tujuan pendidikan sudah tercapai. Sedangkan menurut Brinkerhoff dalam Widoyoko (2011:4) menyatakan bahwa Evaluasi merupakan proses yang menentukan sejauh mana tujuan pendidikan dapat dicapai. Dalam pelaksanaan evaluasi ada tujuh elemen yang harus dilakukan, yaitu:

1) Penentuan fokus yang akan dievaluasi (focusing the evaluation) 2) Penyusunan desain evaluasi (designing the evaluation)

3) Pengumpulan informasi (collecting information)

4) Analisis dan interprestasi informasi (analyzing and interpreting) 5) Pembuatan suatu laporan (reporting information)


(54)

13

6) Pengelolahan evaluasi (managing evaluation) 7) Evaluasi untuk evaluasi (evaluating evalution)

Dari beberapa defenisi diatas dapat disimpulkan bahwa evaluasi adalah proses yang sistematis dan berkelanjutan untuk mengumpulkan, mendeskrisipkan, menginterprestasikan dan menyajikan informasi untuk dapat digunakan sebagai dasar membuat keputusan, menyusun kebijakan maupun menyusun program selanjutnya. Tujuan evaluasi adalah memberikan informasi yang akurat dan objektif tentang suatu program.

II.1.2. Fungsi Evaluasi

Evaluasi memiliki sejumlah fungsi utama dalam analisis kebijakan yaitu a. Evaluasi memberikan informasi yang valid dan dapat dipercaya mengenai kebijakan, yaitu seberapa jauh kebutuhan, nilaidan kesempatan telah dapat dicapai melalui tindakan publik. Dalam hal ini, evaluasi mengungkap seberapa jauh tujuan – tujuan dan target tertentu yang telah dicapai.

b. Evaluasi memberikan sumbangan pada klarifikasi dan kritik terhadap nilai-nilai yang mendasari pemilihan tujuan dan target. Nilai diperjelas dengan mendefenisikan dan mengoperasikan tujuan dan target.

c. Evaluasi memberikan sumbangan pada aplikasi metode metode analisis kebijakan lainnya, termasuk perumusan masalah dan rekomendasi. Informasi tentang tidak memadainya kinerja kebijakan dan dapat memberi sumbangan pada perumusan ulang


(55)

14

masalah kebijakan. Evaluasi dapat pula menyumbang pada defenisi alternatif kebijakan yang baru atau revisi kebijakan ( Wahab,2002:51 ).

Wujud hasil dari evaluasi adalah adanya rekomendasi dari evaluator untuk pengambilan keputusan (decision maker). Menurut Arikunto dan Safruddin (2009:22) ada empat kemungkinan kebijakan dapat dilakukan berdasarkan hasil evaluasi pelaksanaan program, yaitu:

a) Menghentikan program, jika program tersebut dipandang tidak ada manfaatnya, atau tidak dapat terlaksana sebagaimana yang diharapakan.

b) Merevisi program, karena didalam suatu program ada bagian bagian yang kurang sesuai dengan harapan.

c) Melanjutkan program, jika pelaksanaan suatu program menunjukkan bahwa segala sesuatu sudah berjalan sesuai dengan harapan dan memberikan hasil yang bermanfaat.

d) Menyebarluaskan program ( melaksanakan program ditempat tempat lain atau bisa mengulangi kembali program dilain waktu ), karena program tersebut berhasil dengan baik jika dilaksanakan lagi ditempat dan waktu yang lain.

II.1.3 Tolak Ukur Evaluasi

Suatu program dapat dievaluasikan apabila ada tolak ukur yang dijadikan penilaian suatu program. Berhasil atau tidaknya program berdasarkan tujuan yang


(56)

15

dibuat sebelumnya harus memilki tolak ukur, dimana tolak ukur ini harus dicapai dengan baik oleh sumber daya yang mengelolanya.

Adapun yang menjadi tolak ukur dalam evaluasi suatu program adalah:

1) Ketersediaan sarana untuk mencapai tujuan tersebut 2) Apakah hasil proyek sesuai dengan hasil yang diingikan 3) Apakah sarana atau kegiatan yang benar benar dibutuhkan

4) Apakah sarana yang disediakan benar benar dilakukan untuk tujuan semula

5) Berapa pernsen jumlah atau luasan sasaran sebenarnya yang dapat dijangkau oleh program

6) Bagaimana mutu pekerjaan atau sasaran yang dihasilkan dari program

7) Berapa banyak sumber daya (tenaga, dana, barang) yang sudah digunakan untuk mencapai tujuan tersebut

8) Apakah sumber daya kegiatan yang dilakukan benar benar dimanfaatkan secara maksimal

9) Apakah kegiatan yang dilakukan benar benar memberikan masukan atau manfaat terhadap suatu perubahan (Tayibnapis,2000:28).

II.1.4 Pengertian Program

Arikunto dan Safruddin (2010:3-4) menyebutkan dua pengertian program, secara umum dan khusus. Pengertian program secara umum adalah rencana atau rancangan kegiatan yang akan dilakukan. Sedangkan pengertian secara khusus


(57)

16

adalah rangkaian kegiatan yang dilaksanakan secara berkesinambungan dengan waktu dan pelaksanaannya biasanya membutuhkan waktu yang relatif lama. Program merupakan unsur utama yang harus ada demi tercapainya kegiatan pelaksanaan karena dalam suatu program tersebut telah dimuat berbagai aspek antara lain:

1. Adanya tujuan yang ingin dicapai

2. Adanya kebijakan kebijakan yang harus dimabil dalam pencapaian tujuan ini

3. Adanya aturan aturan dipegang dengan prosedur yang harus dilalui 4. Adanya perkiraan anggaran yang perlu atau dibutuhkan

5. Adanya strategi dalam pelaksanaan

Unsur kedua yang harus dipenuhi dalam pelaksanaan program adalah adanya kelompok orang yang menguji sasaran program sehingga kelompok orang tersebut merasa ikut dilibatkan dam membawa hasil program yang dilibatkan dan adanya perubahan dan peningkatan dalam kehidupannya. Bila tidak memberikan manfaat pada kelompok orang maka boleh dikatakan program tersebut telah gagal dilaksanakan.

II.1.5 Pengertian Evaluasi Program

Evaluasi program merupakan suatu langkah awal dalam supervisi, yaitu mengumpulkan data yang tepat agar dapat dilanjutkan dengan pemberian pembinaan yang tepat pula. Jika ditinjau dari aspek pelaksanaannya, secara umum evaluasi terhadap program dapat dikelompokkan kedalam dua jenis, yaitu:


(58)

17

1. Penilaian atas perencanaan, artinya mencoba memilih dan menetapkan prioritas terhadap berbagai alternatif dan kemungkinan atas cara mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

2. Penilaian atas pelaksanaan, artinya melakukan analisis tingkat kemajuan pelaksanaan dibandingkan dengan perencanaan, didalamnya meliputi apakah pelaksanaan sesuai dengan apa yang direncanakan, apakah ada perubahan perubahan sasaran maupun tujuan dari program yang sebelumnnya direncanakan (Siagian dan Suriadi,2012:117-118).

Evaluasi program merupakan penilaian yang sistematis dan seobjektif mungkin terhadap suatu objek, program atau kebijakan yang sedang berjalan atau sudah selesai, baik dalam desain, pelaksanaan dan hasilnya, dimana tjuan dari evaluasi program adalah untuk menentukan relevansi dan ketercapaian tujuan, efesiensi, sefektifitas, dampak dan keberlanjutan dimana suatu evaluasi harus memberikan informasi yang dapat dipercaya dan berguna agar donor serta pihak penerima manfaat dapat mengambil pelajaran untuk proses pengambilan keputusan.

II.1.6 Jenis jenis Evaluasi Program

Secara umum, evaluasi dibagi menjadi tiga jenis, yaitu :

a. Evaluasi pada Tahap Perencanaan

Kata evaluasi sering digunakan dalam tahap dalam rangka mencoba memilih dan menentukan skala prioritas terhadap berbagai alternatif dan kemungkinan terhadap cara mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Untuk itu diperlukan berbagai teknik yang dapat dipakai oleh


(59)

18 perencana.

b. Evaluasi pada Tahap Pelaksanaan

Pada tahap ini, evaluasi adalah suatu kegiatan dengan melakukan analisa untuk menentukan tingkat kemajuan pelaksanaan dibanding dengan rencana. Terdapat perbedaan antara evaluasi menurut pengertian ini dengan monitoring. Monitoring menganggap bahwa tujuan yang ingin dicapai sudah tepat dan bahwa program tersebut direncanakan untuk dapat mencapai tujuan tersebut.

c. Evaluasi pada Tahap Pasca Pelaksanaan

Pada tahap ini pengertian evaluasi hampir sama dengan tahap pelaksanaan, hanya perbedaannya yang dinilai dan dianalisa bukan lagi tingkat kemajuan pelaksanaan dibanding rencana yakni apakah dampak yang dihasilkan oleh pelaksanaan kegiatan tersebut sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai (Nugroho,2009:337).

II.2. Narkoba dan Adiksi

II.2.1. Pengertian Narkoba

Istilah NARKOBA sesuai dengan surat edaran Badan Narkotika Nasional (BNN) NO SE/03/IV/2002. Narkoba merupakan akronim dari Narkotika, Psikotropika, dan Bahan Adiktif yang terlarang. Narkoba dapat diartikan sebagai Zat – Zat alami maupun Kimiawi yang jika dimasukkan kedalam tubuh dapat mengubah pikiran, suasana hati, perasaan, dan perilaku seseorang (Nasution. 2014:1). Menurut Undang Undang Tentang Narkotika mengemukakan bahwa narkoba ialah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik


(60)

19

sintesis maupun semisintesis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.

Pada dasarnya obat-obatan yang tergolong narkoba itu digunakan untuk kepentingan medis atau pengobatan. Adapun kengunaanya adalah untuk menghilangkan rasa sakit. Tetapi apabila pengunaan narkoba diluar dari hal-hal media dan tanpa mengikuti dosis yang seharusnya akan dapat menimbulkan kerusakan fisik, mental dan sikap hidup masyarakat. Narkoba yang populer didalam masyarakat terdiri dari 3 golongan yaitu: Narkotika, Pisikotropika dan Zat adiktif lainya.

1. Narkotika

Narkotika merupakan zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintesis maupun semi sintesis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan tingkat kesadaran, hilangnya rasa, dan dapat menimbulkan ketergantungan

Dalam pengertian lain bahwa Narkotika merupakan zat – zat obat yang dapat mengakibatkan ketidaksadaran atau pembiusan dikarenakan zat – zat tersebut bekerja mempengaruhi susunan syaraf sentral.

Berdasarkan bahan asalnya Narkotika terbagi dalam 3 ( tiga ) golongan yaitu :


(61)

20 a. Alami.

Yang dimaksud alami adalah jenis zat / obat yang timbul dari alam tanpa adanya proses fermentasi, isolasi, atau proses produksi lainnya. Contohnya : ganja, opium, daun koka.

Didalam Undang Undang No.35 Tahun 2009 Tentang Narkotika, bahwa jenis narkotika yang berasal dari alam tidak boleh digunakan untuk terapi adalah golongan 1 terdiri dari :

1) Tanaman Papaver Soniverum L

2) Opium mentah, opium masak (candu,jicing,jicingko) 3) Opium obat

4) Tanaman koka, daun koka, kokain mentah, kokaina, ekgonim (kerja alkoid koka berbeda dengan alkoid opium)

5) Heroin, Morfin (alkoid opium yang telah diisolasi) 6) Ganja, damar ganja

b. Semi Sintesis

Yakni zat yang diproses sedemikian rupa melalui proses ekstraksi dan isolasi, contohnya : morfin, pethidin dan lain lain. Jenis obat ini menurut Undang-undang No.35 Tahun 2009 tentang Narkotika, termasuk dalam narkotika golongan II

c. Sintesis


(62)

21

keperluan medis dan penelitian yang digunakan sebagai penghilang rasa sakit (analgesic) seperti penekan batuk (antitusif).

Jenis obat yang masuk kategori sintesis antara lain: Kodein, Amfetamin, Deksamfetamin, Penthidin, Meperidin, Methadon, Dipipanon, Dekstropakasifen, LSD (Lesergik, Dietilamid).

Berdasarkan efek yang ditimbulkan terhadap manusia, narkotika terdapat 3 (tiga) jenis, yaitu:

1) Depressan (downer)

Jenis obat yang berfungsi mengurangi aktivitas, membuat pengguna menjadi tertidur atau tidak sadar diri.

2) Stimulan (upper)

Jenis-jenis zat yang dapat merangsang fungsi tubuh dan meningkatkan kegairahan kerja (segar dan bersemangat) secara berlebihan.

3) Halusinogen

4) Zat kimia aktif atau obat yang dapat menimbulkan efek halusinasi, dapat merubah perasaan dan fikiran.


(63)

22 A. Ganja

Biasanya dikenal dengan nama : cannabis, mariyuana, hasish gelek, budha stick, cimeng, grass, rumput, sayur.

Efek yang ditimbulkan dari mengkomsusmsi ganja adalah : a) Denyut jantung semakin cepat, temperatur badan

menurun, mata merah. b) Nafsu makan bertambah

c) Santai, tenang dan melayang layang d) Pikiran selalu rindu pada ganja

e) Daya tahan menghadapi problema menjadi lemah

f) Malas, apatis

g) Tidak peduli dan kehilangan semangat untuk belajar maupun bekerja

h) Persepsi waktu dan pertimbangan intelektual maupun moral terganggu

B. Shabu

Dikenal dengan nama : kristal, ubas, shabu shabu, mecin. Efek yang ditimbulkan dari mengkomsumsi shabu-shabu adalah :

1. Badan merasa lebih kuat dan energik ( meningkatnya stamina ).

2. Tidak mau diam ( hiperaktif ). 3. Rasa percaya diri meningkat.


(64)

23

4. Rasa ingin diperhatikan oleh orang lain.

5. Nafsu makan berkurang akibatnya kondisi badan semakin kurus.

6. Susah tidur

7. Detak jantung berdebar debar

8. Tekanan darah mengalami peningkatan 9. Mengalami pada fungsi sosial dan pekerjaan C. Morfin dan Heroin

Nama lain dari morfin dan heroin adalah : putaw, smack, junk, horse, H, PT, etep, bedak, putih.

Efek yang ditimbukan dari mengkomsumsi Morfin dan Heroin adalah :

1. Menimbulkan rasa mengantuk, lesu, penampilan “dungu” jalan mengembang.

2. Rasa sakit seluruh badan.

3. Badan gemetar, jantung berdebar debar. 4. Susah tidur, dan nafsu makan berkurang. 5. Mata berair dan hidung selalu ingusan. 6. Mengalami problema pada kesehatan. 2. Psikotropika

Psikotropika merupakan zat atau obat baik alamiah maupun sintesis bukan Narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.


(1)

viii

2.2 Narkoba dan Adiksi ...18

2.2.1 Pengertian Narkoba ...18

2.2.2 Pengertian Adiksi ...25

2.3 Residen ...26

2.4 Penyalahgunaan Narkoba ...26

2.5 Pengobatan dan Rehabilitasi ...29

2.5.1 Aspek Pemulihan bagi Penyalahgunaan Narkoba ...30

2.6 Therapeutic Community (TC) ...31

2.6.1 Sejarah Therapeutic Community ...31

2.6.2 Pengertian Therapeutic Community ...32

2.6.3 Program TC di Indonesia ...33

2.6.4 Filosofi Therapeutic Commnunity Dan Penerapan Metode Pekerjaan Sosial ...36

2.7 Proses Pelayanan Sibolangit Centre ...46

2.7.1 Gambaran Umum Pelayanan ...46

2.7.2 Tahap Proses Pelayanan ...47

2.8 Kerangka Pemikiran ...52

2.9 Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional ...55

2.9.1 Defenisi Konsep ...55

2.9.2 Defenisi Operasional ...56

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian ...59

3.2 Lokasi Penelitian ...59

3.3 Populasi ...60

3.4 Teknik Pengumpulan Data ...60


(2)

ix

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

4.1 Sejarah Al-Kamal Sibolangit Centre ………...63 4.2 Visi dan Misi Panti Rehabilitasi Narkoba Al-Kamal Sibolangit

Centre ………..64 4.2.1 Visi Panti Rehabilitasi Narkoba Al-Kamal

Sibolangit Centre …………...………..64

4.2.2 Misi Panti Rehabilitasi Narkoba Al-Kamal

Sibolangit Centre ……….65

4.3 Struktur Organisasi ………..65

4.4 Fasilitas Panti Rehabilitasi Narkoba Al-Kamal Sibolangit

Centre ………..71

4.5 Metode Pengobatan di Panti Rehabilitasi Narkoba Al-Kamal

Sibolangit Centre ………....….79

BAB V ANALISIS DATA

5.1 Identitas Umum Responden ……….…83

5.1.1 Distribusi Responden Berdasarkan Usia ………..83 5.1.2 Distribusi Responden Berdasarkan Agama …………...84 5.1.3 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin………85 5.1.4 Distribusi Responden Berdasarkan Suku ………...85 5.1.5 Distribusi Responden Berdasarkan Status ………...86 5.2 Proses Pengenalan Program ………...87

5.2.1 Pengetahuan Responden Tentang Informasi Program Therapeutic Community (TC) ………...87 5.2.2 Sumber Informasi Program Therapeutic Community


(3)

x

5.2.3 Pemahaman Responden Mengenai Tujuan Penerapan Program Therapeutic Community (TC) ………..….89 5.2.4 Kerumitan Responden Mendaftarkan Diri

Sebagai Residen Untuk Mengikuti Program Program Therapeutic

Community (TC)………...……….…....90 5.2.5. Pengetahuan Responden Mengenai Pengumpulan Data

Diri Untuk Bahan Pertimbangan Kelayakan Mengikuti Program Therapeutic Community……...………...91 5.3 Proses Pelaksanaan Program ………...92 5.3.1 Pengetahuan Residen Tentang Proses Pelaksanaan

Program Therapeutic Community

(TC)………....92

5.3.2 Kendala Yang Dihadapi Residen Saat Menjalani Program Therapeutic Community (TC) ……….93 5.3.3 Tingkat Kejenuhan Residen Selama Mengikuti Program

Therapeutic Community (TC) ……….94 5.3.4 Tingkat Ketahuan Residen Tentang Alasan Sibolangit

Centre Melaksanakan Program Therapeutic Community

(TC) ………....95

5.3.5 Pengetahuan Residen Tentang Sibolangit Centre Pernah Mengadakan Rapat/Musyawarah Dengan Residen Terkait Program Therapeutic Community (TC) ………...96 5.3.6 Pendapat Residen Tentang Ketersediaan Sarana dan

Prasarana Untuk Mencapai Tujuan Program Therapeutic


(4)

xi

5.3.7 Pandangan Residen Mengenai Mutu Pekerjaan Atau Sasaran yang Dihasilkan dari Program Therapeutic Community

(TC) ………....98

5.3.8 Pendapat Residen Mengenai Sumber Daya (Tenaga, Dana, Barang) yang digunakan Untuk Menjalankan Program Therapeutic Community (TC) ………...99 5. 4 Pemahaman akan Manfaat Program ...100

5.4.1. Pengetahuan Residen Mengenai Fungsi Penerapan Program Therapeutic Community Dalam Panti Rehabilitasi ...100 5.4.2 Pendapat Residen Mengenai Penerapan ProgramTherapeutic

Community (TC) dalam Panti Rehabilitasi …………...101 5.4.3 Tanggapan Residen Terhadap Kinerja Pelaksanaan

Program Therapeutic Community (TC) ………....102 5.4.4. Tingkat Keberhasilan Program Therapeutic Community

yang diterapkan Panti Rehabilitasi Terhadap Pola Hidup

Residen ………..103

5.4.5. Tanggapan Residen Tentang Program Community dapat Membantu Permasalahan Residen …………...104 5.4.6 Tanggapan Residen Mengenai Manfaat Pelaksanaan

Program Therapeutic Community Pada Diri Residen Oleh Sibolangit Centre ………...…….105 BAB VI PENUTUP

6.1 Kesimpulan ...106 6.2 Saran ...107 DAFTAR PUSTAKA ...108


(5)

xii

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 ……… 54 Bagan 4.1 ……… 66


(6)

xiii

DAFTAR DIAGRAM

Diagram 5.1 ……….. 83

Diagram 5.2 ……….. 84

Diagram 5.3 ……….. 85

Diagram 5.4 ……….. 86

Diagram 5.5 ……….. 87

Diagram 5.6 ……….. 88

Diagram 5.7 ……….. 89

Diagram 5.8 ……….. 90

Diagram 5.9 ……….. 91

Diagram 5.10 ……… 92

Diagram 5.11 ……… 93

Diagram 5.12 ……… 94

Diagram 5.13 ……… 95

Diagram 5.14 ……… 96

Diagram 5.15 ……… 97

Diagram 5.16 ……… 98

Diagram 5.17 ……… 99

Diagram 5.18 ……… 100

Diagram 5.19 ……… 101

Diagram 5.20 ……… 102

Diagram 5.21 ……… 103

Diagram 5.22 ……… 104