b. Cara panas 3. Refluks
Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif
konstan dengan adanya pendingin balik. 4. Sokletasi
Sokletasi adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan
jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik. 5. Digesti
Digesti adalah maserasi kinetik dengan pengadukan kontinu pada temperatur yang lebih tinggi dari temperatur ruangan kamar, yaitu secara
umum dilakukan pada temperatur 40-50
o
C. 6. Infundasi
Infundasi adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih, temperatur
terukur 96-98
o
C selama waktu tertentu 15-20 menit. 7. Dekoktasi
Dekoktasi adalah infus pada waktu yang lebih lama 30
o
C dan temperatur sampai titik didih air.
2.3 Gel
Gel, kadang-kadang disebut jeli merupakan sistem semipadat terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang
Universitas Sumatera Utara
besar, terpenetrasi oleh suatu cairan Dijen POM, 1995. Gel dapat diberikan untuk penggunaan topikal atau dimasukkan dalam lubang tubuh Syamsuni,
2006. Gel bisa digolongkan baik dalam sistem dua fase atau dalam sistem satu
fase. Massa gel dapat terdiri dari gumpalan flokulat partikel-partikel kecil dan bukan molekul-molekul besar, seperti pada gel aluminium hidroksida. Gel ini
akan membentuk massa setengah padat pada pendiaman dan menjadi cairan jika dikocok. Sebaliknya gel yang terdiri dari makromolekul-makromolekul yang
berupa jalinan benang-benang dianggap sebagai sistem dua fase, karena tidak ada batas-batas yang jelas antara makromolekul terdispers dan cairan Martin, dkk.,
1993. Gel dibagi dua golongan, yakni: gel anorganik dan gel organik. Gel
anorganik umumnya merupakan sistem dua fase, sedangkan gel organik merupakan sistem satu fase, karena bahan padat dilarutkan dalam cairan
membentuk suatu campuran gelatin yang homogen. Gel yang mengandung air disebut hidrogel dan yang mengandung cairan organik disebut organel Martin,
dkk., 1993.
2.4 Salep
Salep adalah sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian topikal pada kulit atau selaput lendir Ditjen POM, 1995. Fungsi salep adalah:
1. Sebagai bahan pembawa substansi obat untuk pengobatan kulit.
2. Sebagai bahan pelumas pada kulit.
Universitas Sumatera Utara
3. Sebagai pelindung untuk kulit yaitu mencegah kontak permukaan kulit dengan
larutan berair dan rangsang kulit Anief, 1994. Salep dapat mengandung obat atau tidak mengandung obat, yang
disebutkan terakhir biasanya dikatakan sebagai “dasar salep” dan digunakan sebagai pembawa dalam penyiapan salep yang mengandung obat Ansel, 1989.
Dasar salep digolongkan ke dalam 4 kelompok besar: dasar salep hidrokarbon, dasar salep absorpsi, dasar salep yang dapat dicuci dengan air, dan
dasar salep yang larut dalam air Ansel, 1989; Jas, 2004. 1.
Dasar Salep hidrokarbon: bersifat lemak dan sukar dicuci dengan air. Misalnya adalah: parafin, vaselin, minyak nabati.
2. Dasar salep serap absorpsi
Dasar salep dapat menyerap air dalam jumlah terbatas. Misalnya adalah: Adeps lanae, lanolin, lilin cera.
3. Dasar salep yang dapat dicuci dengan air
Dasar salep yang merupakan emulsi minyak dalam air, misalnya salep. hidrofilik, vanishing cream.
4. Dasar salep yang dapat larut dalam air, yaitu dasar salep yang mengandung
komponen larut dalam air
2.5 Stabilitas Sediaan