2.8 Penyembuhan Luka Bakar
Proses penyembuhan luka dibagi dalam tiga fase Sjamsuhidajat dan Wim, 1997, yaitu:
1. Fase inflamasi Fase inflamasi berlangsung sejak terjadinya luka sampai hari kelima.
Pembuluh darah yang terputus pada luka menyebabkan pendarahan dan tubuh berusaha menghentikannya dengan vasokontriksi, pengerutan pembuluh yang
terputus retraksi dan reaksi hemostasis. Hemostasis terjadi karena trombosit yang keluar dari pembuluh darah saling melekat dan bersama dengan jala
fibrin yang terbentuk membekukan darah yang keluar dari pembuluh darah.
Sel mast dalam jaringan ikat menghasilkan serotonin dan histamin yang meningkatkan permeabilitas kapiler sehingga terjadi eksudasi cairan,
pembentukan sel radang disertai vasodilatasi setempat menyebabkan pembengkakan.
2. Fase proliferasi Fase
proliferasi disebut juga fase fibroplasia karena yang menonjol adalah
proses proliferasi fibroblas. Fase ini berlangsung dari akhir fase inflamasi sampai kira-kira akhir minggu ketiga.
3. Fase penyudahan Pada fase ini terjadi proses pematangan yang terdiri dari penyerapan
kembali jaringan yang berlebih dan pembentukan jaringan baru. Fase ini dapat berlangsung berbulan-bulan dan dinyatakan berakhir kalau semua tanda
radang hilang. Tubuh berusaha menormalkan kembali semua yang menjadi abnormal karena proses penyembuhan.
Universitas Sumatera Utara
2.9 Absorpsi Obat Perkutan
Absorpsi perkutan dapat didefinisikan sebagai absorpsi obat ke dalam stratum korneum lapisan tanduk dan berlanjut obat menembus lapisan
dibawahnya serta akhirnya obat masuk dalam sirkulasi darah. Kulit merupakan perintang yang efektif terhadap penetrasi perkutan obat
atau senyawa eksternal. Absorpsi obat perkutan dipengaruhi oleh sifat fisikokimia obat dan pembawa serta kondisi kulit. Pada pemakaian obat secara topikal, obat
berdifusi dalam pembawanya dan kontak dengan permukaan kulit stratum korneum dan sebum serta obat selanjutnya menembus epidermis.
Penetrasi obat melalui kulit dapat terjadi dengan dua cara Syukri, 2002: 1. Rute transepidermal, yaitu difusi obat menembus stratum korneum
2. Rute transfolikular, yaitu difusi obat melewati pori kelenjar keringat dan sebum Stratum korneum sebagai jaringan keratin akan berlaku sebagai membran
buatan yang semi permeabel, dan molekul obat mempenetrasi dengan cara difusi pasif. Jadi jumlah obat yang pindah menyeberangi lapisan kulit tergantung pada
konsentrasi obat, kelarutannya dalam air dan koefisien partisi minyak atau airnya. Bahan yang mempunyai sifat larut dalam keduanya, minyak dan air, merupakan
bahan yang baik untuk difusi melalui stratum korneum seperti juga melalui epidermis dan lapisan-lapisan kulit Ansel, 1989.
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODE PENELITIAN
Metode penelitian ini adalah metode eksperimental meliputi pengambilan sampel dan pengolahan sampel, pemeriksaan karakterisasi simplisia, skrining
fitokimia, pembuatan ekstrak, pembuatan sediaan salep dan gel, evaluasi sediaan salep dan gel, pengujian sediaan salep dan gel terhadap penyembuhan luka bakar,
perhitungan diameter rata-rata luka bakar dan analisis data dengan Statistical Program Service Solution SPSS yaitu Uji T untuk melihat perbedaan percepatan
penyembuhan luka bakar antara bentuk sediaan salep dan gel.
3.1 Alat-alat