Formulasi Gel Hair Tonic Ekstrak Kulit Buah Apel (Malus pumila Mill.) Dan Uji Aktivitas Pertumbuhan Rambut Marmut

(1)

FORMULASI GEL HAIR TONIC EKSTRAK KULIT BUAH APEL

(Malus pumila Mill.) DAN UJI AKTIVITAS PERTUMBUHAN

RAMBUT MARMUT

SKRIPSI

OLEH:

Lidya Margaretha

NIM 101501118

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

FORMULASI GEL HAIR TONIC DARI EKSTRAK KULIT BUAH

APEL (Malus pumila Mill.) DAN UJI AKTIVITAS

PERTUMBUHAN RAMBUT MARMUT

SKRIPSI

OLEH:

LIDYA MARGARETHA

NIM 101501118

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2015

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi


(3)

PENGESAHAN SKRIPSI

FORMULASI GEL HAIR TONIC EKSTRAK KULIT BUAH APEL

(Malus pumila Mill.) DAN UJI AKTIVITAS PERTUMBUHAN

RAMBUT MARMUT

OLEH:

LIDYA MARGARETHA

NIM 101501118

Dipertahankan di Hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

Pada Tanggal : 04 September 2015

Medan, September 2015 Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara Pejabat Dekan,

Dr. Masfria, M.S., Apt. NIP 195707231986012001 Disetujui Oleh:

Pembimbing I,

Dra. Juanita Tanuwijaya, M.Si., Apt. NIP 195111021977102001

Pembimbing II,

Dra. Anayanti Arianto, M.Si., Apt. NIP 195306251986012001

Panitia Penguji,

Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt. NIP 195807101986012001

Dra. Juanita Tanuwijaya, M.Si., Apt. NIP 195111021977102001

Drs. Suryanto, M.Si., Apt. NIP 196106191991031001

Dra. Nazliniwaty, M.Si., Apt. NIP 196005111989022001


(4)

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa oleh karena kasih karunia-Nya

penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Formulasi Gel Hair

Tonic Ekstrak Kulit Buah Apel (Malus pumila Mill.) Dan Uji Aktivitas Pertumbuhan Rambut Marmut”. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada Ibu Dra. Juanita Tanuwijaya, M.Si., Apt., dan Ibu Dra. Anayanti

Arianto, M.Si., Apt., selaku dosen pembimbing yang telah membimbing penulis

dengan penuh kesabaran selama penelitian, kepada Ibu Dr. Masfria, M.S., Apt.,

selaku Pejabat Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, yang telah

memberikan bantuan serta fasilitas selama pendidikan. Ucapan terima kasih juga

disampaikan kepada Ibu Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt., Bapak Drs. Suryanto,

M.Si., Apt., dan Ibu Dra. Nazliniwaty, M.Si., Apt., selaku dosen penguji yang telah

memberikan saran, arahan, kritik, dan masukan kepada penulis dalam penyelesaian

skripsi ini, kepada Ibu Dra. Azizah Nasution, M.Sc., Ph.D., Apt., selaku dosen

pembimbing akademik yang telah memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis

selama ini, serta Bapak dan Ibu staf pengajar Fakultas Farmasi USU yang telah

mendidik penulis selama masa perkuliahan.

Ucapan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada Bapak

dan Ibu tercinta Hendrik Wongsodinata dan Sio Lie Jung, serta Jesslyn Norberta

selaku saudari penulis. Selain itu penulis juga mengucapkan terima kasih kepada

sahabat-sahabat terdekat yang begitu mendukung dan mendoakan penyelesaian


(5)

v

Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu

penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak untuk

perbaikan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat

bermanfaat bagi ilmu pengetahuan khususnya di bidang farmasi.

Medan, September 2015 Penulis,

Lidya Margaretha NIM 101501118


(6)

vi

FORMULASI GEL HAIR TONIC EKSTRAK KULIT BUAH APEL (Malus pumila Mill.) DAN UJI AKTIVITAS PERTUMBUHAN RAMBUT MARMUT

ABSTRAK

Latar Belakang: Rambut berfungsi untuk keindahan dan penunjang penampilan. Rambut sehat memiliki ciri-ciri seperti: berkilau dan tidak kusut. Hair Tonic adalah sediaan kosmetika yang merupakan campuran bahan kimia atau bahan lain yang digunakan untuk menguatkan dan memperbaiki pertumbuhan rambut. Kandungan kulit buah apel untuk pertumbuhan rambut adalah procyanidin B-2 yang dapat meningkatkan aktivitas pertumbuhan sel folikel rambut dan dapat merangsang perubahan siklus rambut dari fase telogen menjadi fase anagen.

Tujuan: Untuk memformulasi gel hair tonic ekstrak kulit buah apel, menguji stabilitas gel ekstrak kulit buah apel dan menguji aktivitas pertumbuhan rambut. Metode: Kulit buah apel dimaserasi dengan etanol 70%. Kemudian ekstraknya dipekatkan dengan rotary evaporator, dikeringkan dengan freeze dryer. Konsentrasi yang digunakan dalam sediaan gel adalah 1, 3 dan 5% lalu dibandingkan dengan Hair Tonic dari pasaran. Evaluasi sediaan gel adalah pemeriksaan homogenitas, pH, viskositas, iritasi, dan stabilitas. Hewan yang digunakan adalah marmut jantan Punggung marmut dicukur bulunya (4x4) cm kemudian diolesi krim depilatory lalu dicukur lagi (2x2) cm dan diuji. Uji aktivitas pertumbuhan rambut marmut dengan cara pengukuran panjang rambut dan penimbangan bobot rambut.

Hasil: Sediaan gel berwarna coklat kuning sampai coklat kehitaman, homogen selama penyimpanan 12 minggu pada suhu kamar dan lemari pendingin (150C). PH dan viskositas lebih stabil selama penyimpanan 12 minggu pada lemari pendingin dan tidak mengiritasi kulit. Aktivitas pertumbuhan rambut ekstrak kulit buah apel konsentrasi 5% adalah sama dengan Hair Tonic dari pasaran, tetapi lebih cepat bila dibandingkan dengan konsentrasi 1 dan 3%.

Kesimpulan: Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ekstrak kulit buah apel dengan konsentrasi 5% memiliki aktivitas pertumbuhan rambut yang paling cepa dan tidak mengiritasi kulit.

Kata kunci: Ekstrak kulit buah apel (Malus pumila Mill.), formulasi, gel, pertumbuhan rambut.


(7)

vii

HAIR TONIC GEL FORMULATION OF APPLE’S RIND (Malus pumila Mill.) AND GROWTH ACTIVITY TEST OF GUINEA PIG HAIR

Abstract

Background : The function of hair are beutifying and making people more confident. Characteristic features of healthy hair are shiny and unwrinkled. Hair Tonic is a cosmetic which compound of chemicals or other ingredients used to strengthen and to improve growing. Apple’s rind contains procyanidin B-2 which is helpful for hair growth can improve hair follicle growth activity and stimulate hair cycle from telogen phase to anagen phase by lowering kinase C protein level inside cytocol.

Purpose : To formulate hair tonic gel from apple’s rind extract, evaluated the stability of apple’s rind extract gel and growth activity test of guinea pig’s hair.

Method : Apple’s rind macerated with ethanol 70%. Then concentrated with a rotary evaporator and dried with a freeze dryer. Concentrated for preparation gel was 1; 3 and 5% then compared with market hair tonic. The evaluations of preparation gel included homogenity, pH, viscosity, skin irritation and stability. The research used males guinea pigs. The guinea pigs hair were shaved in the back (4x4)cm then being applied with Depilatory Cream and after that were shaved again (2x2 cm) then had a test in areas that have been shaved. Hair growth test includes hair length and hair weight.

Result : apple’s rind extract gel is brown yellow to blackish brown in colour and homogeneous within 12 weeks storage both in room temperature and refrigerator (150C). PH and viscosity stable within 12 weeks storage both in room temperature and refrigerator (150C) and does not irritate skin. The activity of hair growth with gel formula of 5% concentrated apple’s rind extract is the same as market hair tonic, but the growth is faster if compared to gel formula with 1 and 3% of concentrated apple’s rind extract.

Conclusion : This result shows that apple’s rind extract with 5% concentration is thr fastest hair growth activity and doesn’t irritate skin.


(8)

viii DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ……… i

LEMBAR PENGESAHAN ……… .... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ……….. vi

ABSTRACT ………..….. vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 2

1.3 Hipotesis ... 3

1.4 Tujuan Penelitian ... 3

1.5 Manfaat Penelitian ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Uraian Tumbuhan ... 5

2.1.1 Sistematika tumbuhan ... 5

2.1.2 Morfologi tumbuhan ... 5

2.1.3 Kandungan kimia apel fuji sun moon ... 6

2.2 Ekstraksi ... 7

2.2.1 Metode ekstraksi ... 7


(9)

ix

2.3.1 Keuntungan sediaan gel ... 9

2.3.2 Komponen dalam sediaan gel ... 10

2.3.2.1 Natrium alginat ... 10

2.3.2.2 Gliserin ... 11

2.3.2.3 Metil paraben (nipagin) ... 12

2.3.2.4 Propil paraben (nipasol) ... 12

2.3.2.5 Natrium metabisulfit ... 12

2.4 Rambut ... 12

2.4.1 Anatomi rambut ... 12

2.4.1.1 Bagian– bagian rambut ... 13

2.4.1.2 Struktur rambut ... 14

2.4.1.3 Tekstur rambut ... 15

2.4.1.4 Jenis Rambut ... 17

2.4.2 Fisiologi rambut ... 18

2.4.2.1 Pertumbuhan rambut ... 18

BAB III METODE PENELITIAN ... 20

3.1 Alat yang digunakan ... 20

3.2 Bahan yang digunakan ... 20

3.3 Hewan percobaan ... 20

3.4 Pengambilan dan pengolahan sampel ... 21

3.4.1 Teknik Pengambilan Sampel ... 21

3.4.2 Pengolahan sampel ... 21

3.4.3 Pembuatan ekstrak ... 21

3.5 Formulasi sediaan gel ... 22


(10)

x

3.7 Penentuan mutu sediaan gel ... ………… 23

3.7.1 Pemeriksaan stabilitas fisik sediaan gel ... 23

3.7.2 Pemeriksaan homogenitas sediaan gel ... 23

3.7.3 Penentuan pH sediaan gel ... 24

3.7.4 Pengamatan organoleptis ... 24

3.7.5 Penentuan viskositas ... 24

3.7.6 Pengukuran aktivitas pertumbuhan rambut ... 25

3.7.7 Uji iritasi ... 26

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 27

4.1 Hasil ekstraksi serbuk kulit buah apel ... 27

4.2 Hasil formulasi sediaan gel ... 27

4.3 Penentuan mutu sediaan gel ... 27

4.3.1 Stabilitas sediaan gel ... 27

4.3.2 Homogenitas sediaan gel ... 29

4.3.3 pH sediaan gel ... 30

4.3.4 Pemeriksaan viskositas sediaan gel ekstrak kulit buah apel ... 31

4.3.5 Uji iritasi ... 32

4.3.6 Uji aktivitas sediaan gel ekstrak kulit buah apel 1, 3 dan 5% terhadap pertumbuhan rambut marmut ... 33

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 38

5.1 Kesimpulan ... 38

5.2 Saran ... 38

DAFTAR PUSTAKA ... 39


(11)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Formula sediaan gel penumbuh rambut dengan variasi konsentrasi

ekstrak kulit buah apel ... 22

3.2 Pembagian kelompok marmut ... 26

4.1 Data pengamatan terhadap kestabilan gel blanko, gel dengan ekstrak kulit buah apel 1, 3 dan 5% pada saat sediaan telah selesai dibuat dan penyimpanan selama 12

minggu dalam suhu kamar dan lemari pendingin (15°C) ... 28

4.2 Data pengamatan homogenitas gel blanko, gel ekstrak kulit buah apel 1, 3 dan 5% pada saat sediaan telah selesai dibuat dan disimpan selama 12 minggu dalam suhu

kamar dan lemari pendingin (15°C) ... 29

4.3 Data pengukuran pH gel blanko, gel ekstrak kulit buah apel 1, 3 dan 5% pada saat sediaan telah selesai dibuat dan disimpan selama 12 minggu dalam suhu kamar dan lemari

pendingin (15°C) ………. .. 30

4.4 Data pengukuran viskositas sediaan gel ekstrak kulit buah apel

1, 3 dan 5% dalam suhu kamar ... 31

4.5 Data pengukuran viskositas sediaan gel ekstrak kulit buah apel

1, 3 dan 5% dalam lemari pendingin (15°C) ... 31

4.6 Data hasil uji iritasi sediaan gel ekstrak buah apel 1, 3 dan 5% .. … 32

4.7 Data hasil rata - rata panjang rambut ... 33


(12)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Struktur dasar flavonoid ... 7

2.2 Struktur alginat ... .. 11

4.1 Grafik batang rata-rata panjang rambut marmut pada hari ke- 7,

14 dan 21 ... 35

4.2 Grafik rata-rata panjang rambut marmut pada hari ke- 7, 14


(13)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Bagan pengolahan sampel ... 42

2. Bagan pembuatan rkstrak ... 43

3. Bagan pembuatan gel ... 44

4. Rendemen ekstrak kulit buah apel ... 45

5. Buah dan kulit buah apel………. ... 46

6. Ekstrak kulit buah apel ... 47

7. Alat - alat ... 48

8. Sediaan gel ekstrak kulit buah apel ... 50

9. Uji homogenitas sediaan gel ekstrak kulit buah apel ... 51

10. Determinasi tumbuhan ... 52

11. Ethical Clearance ... 53

12. Foto hasil pertumbuhan rambut pada marmut kelompok kontrol normal ... 54

13. Foto hasil pertumbuhan rambut pada marmut kelompok kontrol negatif ... 55

14. Foto hasil pertumbuhan rambut marmut dengan menggunakan gel ekstrak kulit buah apel konsentrasi 1% ... 56

15. Foto hasil pertumbuhan rambut marmut dengan menggunakan gel ekstrak kulit buah apel konsentrasi 3% ... 57

16. Foto hasil pertumbuhan rambut marmut dengan menggunakan Gel ekstrak kuli buah apel konsentrasi 5% ... 58

17. Foto hasil pertumbuhan rambut marmut kelompok kontrol positif (Notel International Seavennus Hair Tonic) ... 59

18. Pengukuran dengan menggunakan alat hair analyzer ... 60

19. Hasil pengukuran panjang rambut marmut pada hari ke-7 (mm) ... .. 96

20. Hasil pengukuran panjang rambut marmut pada hari ke-14 (mm) ... 99


(14)

xiv

21. Hasil pengukuran panjang rambut marmut pada hari

ke-21 (mm) ... 102

22. Penimbangan bobot rambut marmut pada hari ke-21 (mg) .. 105

23. Uji distribusi normalitas (Uji ShapiroWilk) rata- rata panjang

rambut masing-masing kelompok marmut pada hari ke-7 ... 106

24. Uji ANAVA rata- rata panjang rambut masing- masing

kelompok marmut pada hari ke-7 ... 107

25. Uji beda nyata terkecil rata - rata panjang rambut masing-

masing kelompok marmut pada hari ke-7 ... 108

26. Uji distribusi normalitas (Uji Shapiro Wilk) rata- rata panjang rambut masing - masing kelompok marmut pada hari

ke-14 ... 110

27. Uji ANAVA rata – rata panjang rambut masing- masing

kelompok marmut pada hari ke-14 ... 111

28. Uji beda nyata terkecil rata - rata panjang rambut masing-

masing kelompok marmut pada hari ke-14 ... 112

29. Uji distribusi normalita ( Uji hapiro Wilk) rata- rata panjang

rambut masing-masing kelompok marmut pada hari ke-21 …... 114

30. Uji Kruskal - Wallis rata – rata panjang rambut masing-

masing kelompok pada hari ke-21 ... 115

31. Uji Mann – Whitney rata – rata panjang rambut masing-

masing kelompok pada hari ke-21 ... 116

32. Uji distribusi normalitas (Uji Shapiro Wilk) bobot rambut

masing - masing kelompok marmut pada hari ke-21 ….. 118

33. Uji ANAVA bobot rambut rata – rata pada masing- masing

kelompok marmut pada hari ke-21 ……… 119

34. Uji beda nyata terkecil rata – rata bobot rambut masing-


(15)

vi

FORMULASI GEL HAIR TONIC EKSTRAK KULIT BUAH APEL (Malus pumila Mill.) DAN UJI AKTIVITAS PERTUMBUHAN RAMBUT MARMUT

ABSTRAK

Latar Belakang: Rambut berfungsi untuk keindahan dan penunjang penampilan. Rambut sehat memiliki ciri-ciri seperti: berkilau dan tidak kusut. Hair Tonic adalah sediaan kosmetika yang merupakan campuran bahan kimia atau bahan lain yang digunakan untuk menguatkan dan memperbaiki pertumbuhan rambut. Kandungan kulit buah apel untuk pertumbuhan rambut adalah procyanidin B-2 yang dapat meningkatkan aktivitas pertumbuhan sel folikel rambut dan dapat merangsang perubahan siklus rambut dari fase telogen menjadi fase anagen.

Tujuan: Untuk memformulasi gel hair tonic ekstrak kulit buah apel, menguji stabilitas gel ekstrak kulit buah apel dan menguji aktivitas pertumbuhan rambut. Metode: Kulit buah apel dimaserasi dengan etanol 70%. Kemudian ekstraknya dipekatkan dengan rotary evaporator, dikeringkan dengan freeze dryer. Konsentrasi yang digunakan dalam sediaan gel adalah 1, 3 dan 5% lalu dibandingkan dengan Hair Tonic dari pasaran. Evaluasi sediaan gel adalah pemeriksaan homogenitas, pH, viskositas, iritasi, dan stabilitas. Hewan yang digunakan adalah marmut jantan Punggung marmut dicukur bulunya (4x4) cm kemudian diolesi krim depilatory lalu dicukur lagi (2x2) cm dan diuji. Uji aktivitas pertumbuhan rambut marmut dengan cara pengukuran panjang rambut dan penimbangan bobot rambut.

Hasil: Sediaan gel berwarna coklat kuning sampai coklat kehitaman, homogen selama penyimpanan 12 minggu pada suhu kamar dan lemari pendingin (150C). PH dan viskositas lebih stabil selama penyimpanan 12 minggu pada lemari pendingin dan tidak mengiritasi kulit. Aktivitas pertumbuhan rambut ekstrak kulit buah apel konsentrasi 5% adalah sama dengan Hair Tonic dari pasaran, tetapi lebih cepat bila dibandingkan dengan konsentrasi 1 dan 3%.

Kesimpulan: Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ekstrak kulit buah apel dengan konsentrasi 5% memiliki aktivitas pertumbuhan rambut yang paling cepa dan tidak mengiritasi kulit.

Kata kunci: Ekstrak kulit buah apel (Malus pumila Mill.), formulasi, gel, pertumbuhan rambut.


(16)

vii

HAIR TONIC GEL FORMULATION OF APPLE’S RIND (Malus pumila Mill.) AND GROWTH ACTIVITY TEST OF GUINEA PIG HAIR

Abstract

Background : The function of hair are beutifying and making people more confident. Characteristic features of healthy hair are shiny and unwrinkled. Hair Tonic is a cosmetic which compound of chemicals or other ingredients used to strengthen and to improve growing. Apple’s rind contains procyanidin B-2 which is helpful for hair growth can improve hair follicle growth activity and stimulate hair cycle from telogen phase to anagen phase by lowering kinase C protein level inside cytocol.

Purpose : To formulate hair tonic gel from apple’s rind extract, evaluated the stability of apple’s rind extract gel and growth activity test of guinea pig’s hair.

Method : Apple’s rind macerated with ethanol 70%. Then concentrated with a rotary evaporator and dried with a freeze dryer. Concentrated for preparation gel was 1; 3 and 5% then compared with market hair tonic. The evaluations of preparation gel included homogenity, pH, viscosity, skin irritation and stability. The research used males guinea pigs. The guinea pigs hair were shaved in the back (4x4)cm then being applied with Depilatory Cream and after that were shaved again (2x2 cm) then had a test in areas that have been shaved. Hair growth test includes hair length and hair weight.

Result : apple’s rind extract gel is brown yellow to blackish brown in colour and homogeneous within 12 weeks storage both in room temperature and refrigerator (150C). PH and viscosity stable within 12 weeks storage both in room temperature and refrigerator (150C) and does not irritate skin. The activity of hair growth with gel formula of 5% concentrated apple’s rind extract is the same as market hair tonic, but the growth is faster if compared to gel formula with 1 and 3% of concentrated apple’s rind extract.

Conclusion : This result shows that apple’s rind extract with 5% concentration is thr fastest hair growth activity and doesn’t irritate skin.


(17)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Rambut adalah mahkota bagi semua orang karena rambut berfungsi selain

untuk memberikan kehangatan, perlindungan, rambut juga untuk keindahan dan

penunjang penampilan. Rambut sehat memiliki ciri-ciri antara lain: berwarna hitam,

berkilau, tidak kusut dan tidak rontok. Kehilangan rambut karena kerontokan akan

menyebabkan rasa percaya diri hilang, frustasi dan kecewa. Jika tidak diatasi maka

akan mengalami kebotakan (Diana dan Wahini, 2014).

Rata-rata orang kehilangan 50-100 helai rambut setiap hari karena rontok,

tetapi hampir semua rambut yang rontok akan tumbuh kembali dan berganti dengan

rambut yang baru. Namun demikian, apabila kerontokan rambut lebih dari 100 helai

per hari dan terjadi terus menerus, maka hal tersebut merupakan ciri rambut tidak

sehat (Diana dan Wahini, 2014).

Kerontokan rambut dapat dicegah melalui pengobatan. Pengobatan dapat

dilakukan dengan cara terapi topikal menggunakan kosmetik perawatan rambut untuk

menyuburkan rambut serta mengatasi kerontokan rambut. Perawatan rambut yang

mengandung bahan obat efektif untuk mengatasi rambut rontok adalah obat

Minoxidil (Diana dan Wahini, 2014).

Salah satu tumbuhan yang dapat digunakan untuk menumbuhkan rambut

adalah apel yang diambil dari kulit buahnya. Sebagian besar orang akan membuang

kulit buah apel pada saat mengkonsumsi buah apel (Lee, et al., 2003). Kulit buah apel

mengandung suatu senyawa yang bernama procyanidin B-2 yang dapat


(18)

2

perubahan siklus rambut dari fase telogen menjadi fase anagen dengan cara

menurunkan level protein Kinase C dalam sitosol. Protein Kinase C merupakan

faktor yang dapat menghambat pertumbuhan rambut pada fase anagen. Procyanidin

B-2 memiliki sifat antioksidan yang sangat kuat bahkan melebihi vitamin C, vitamin

E, dan β - karoten serta aman digunakan karena Procyanidin B-2 tidak memiliki efek samping seperti inflamasi yang umumnya timbul akibat dari penggunaan minoksidil

(Kamimura dan Takahashi, 2002).

Daging dan kulit buah apel mengandung katekin, procyanidin B-2, floridzin,

floretin glikosida, asam kafeat dan asam klorogenat di samping itu kulit buah apel

juga mengandung quercetin glikosida (Chinici, et al., 2004).

Gel kadang-kadang disebut jeli, merupakan sistem semi padat terdiri dari

suspensi yang dibuat dari partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang

besar, terpenetrasi oleh suatu cairan (Ditjen POM., 1995).

Beberapa keuntungan sediaan gel (Voight, 1994) adalah sebagai berikut:

- Kemampuan penyebarannya baik pada kulit

- Efek dingin, yang dijelaskan melalui penguapan lambat dari kulit

- Tidak ada penghambatan fungsi rambut secara fisiologis

- Kemudahan pencuciannya dengan air yang baik

- Pelepasan obatnya baik.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka perumusan masalah dari penelitian

ini adalah:

1. Apakah ekstrak kulit buah apel dapat diformulasi dalam bentuk gel?


(19)

3

konsentrasi sediaan gel yang mengandung ekstrak kulit buah apel 1, 3, 5%

dan sediaan di pasaran (Notel International Seavennus Hair Tonic)?

1.3 Hipotesis

Berdasarkan latar belakang diatas, maka hipotesis dari penelitian ini adalah:

1. Ekstrak kulit buah apel dapat diformulasi dalam bentuk sediaan gel.

2. Sediaan gel yang mengandung ekstrak kulit buah apel dengan konsentrasi 1,

3, 5% dan sediaan yang di pasaran (.Notel International Seavennus Hair

Tonic) memiliki perbedaan aktivitas pertumbuhan rambut marmut.

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang diatas, maka tujuan penelitian dari penelitian ini

adalah:

1. Memformulasi sediaan gel yang mengandung ekstrak kulit buah apel dan

mengetahui stabilitas sediaan.

2. Mengetahui aktivitas pertumbuhan rambut marmut dari sediaan gel yang

mengandung ekstrak kulit buah apel dalam konsentrasi 1, 3, 5% dan sediaan

yang di pasaran (.Notel International Seavennus Hair Tonic).

1.5 Manfaat Penelitian

Berdasarkan latar belakang diatas, maka manfaat penelitian dari penelitian ini

adalah:

1. Sebagai pengembangan formulasi ekstrak kulit buah apel dalam sediaan gel


(20)

4

2. Memanfaatkan bahan kulit buah apel sebagai tonik rambut sehingga


(21)

5 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Tumbuhan

Uraian tumbuhan meliputi, sistematika tumbuhan, morfologi tumbuhan dan

kandungan senyawa kimia dari kulit buah apel.

2.1.1 Sistematika tumbuhan

Divisi : Spermatophyta

Sub Devisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Ordo : Rosales

Famili : Rosaceae

Genus : Pyrus

Spesies : Malus pumila Mill.

Nama daerah : Apel (Depkes RI., 2000).

2.1.2 Morfologi tumbuhan

Tanaman apel tumbuh di dataran tinggi tropis iklim kering dengan ketinggian

700-2000 meter di atas permukaan laut. Di daerah yang beriklim basah, pertumbuhan

tanaman banyak mengalami kendala dan rasa buah yang kurang manis. Kendala

utama adalah penyakit daun (embun upas). Tanaman ini sebaiknya ditanam di tempat

terbuka. Di dataran rendah, tanaman tidak mampu berbunga. Pada daun apel,

daunnya tunggal, berbulu kasar, dan tersebar melingkar di sepanjang cabang. Bentuk

daun lonjong dengan ujung meruncing. Warna daun hijau muda. Pohonnya sedikit

bercabang, arah cabang cenderung ke atas (vertikal). Kayunya keras dan mudah


(22)

6

terlalu banyak. Pada bunga, bunganya tunggal atau berkelompok berwarna putih

bersih. Bunga ke luar pada ujung tunas - tunas generatif yang tumbuh dari setiap

mata pada setiap ruas cabang. Secara alami, tanaman hanya berbunga sekali dalam

setahun setelah mengalami musim kemarau (di Eropa musim dingin). Bunganya

menyerbuk silang melalui lebah madu. Pada buah, buah apel berbentuk bulat hingga

bulat telur, keras tapi renyah dan airnya sedikit. Bila buah sudah tua, warnanya ada

yang merah, kuning dan hijau. Buah apel berbiji sedikit dan keras (Sunarjo, 2015).

2.1.3 Kandungan kimia apel fuji sun moon

Daging dan kulit buah apel mengandung flavonoid seperti: katekin,

procyanidin B-2, floridzin, floretin glikosida, asam kafeat, dan asam klorogenat di

samping itu kulit buah apel juga mengandung quercetin glikosida (Chinici, et al.,

2004).

Senyawa flavonoid merupakan salah satu senyawa polifenol terbesar yang

mengandung 15 atom karbon dalam inti dasarnya, yang tersusun dalam konfigurasi

(C6–C3–C6), yaitu dua cincin aromatik yang dihubungkan oleh satuan 3 karbon

(Markham, 1988).

Flavonoid mencakup banyak pigmen yang terdapat dalam fungus hingga

angiospermae. Umumnya terdapat pada tumbuhan dalam bentuk terikat pada gula

sebagai glikosida sehingga untuk menganalisis flavonoid, lebih baik ekstrak

tumbuhan dihidrolisis terlebih dahulu untuk memecah ikatan gula dengan aglikon

(Harborne, 1987). Senyawa ini adalah senyawa pereduksi yang dapat menghambat

reaksi oksidasi sehingga dapat dijadikan sebagai antioksidan (Robinson, 1995).

Senyawa ini berperan sebagai donor hidrogen terhadap radikal bebas karena

mengandung gugus hidroksil (Silalahi, 2006). Struktur dasar flavonoid dapat dilihat


(23)

7

Gambar 2.1 Struktur dasar flavonoid (Robinson, 1995)

2.2 Ekstraksi

Ekstraksi merupakan proses penarikan kandungan kimia yang dapat larut

sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. Hasil

ekstraksi disebut dengan ekstrak, yaitu sediaan pekat yang diperoleh dengan

mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan

pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan. Simplisia

yang digunakan dalam proses pembuatan ekstrak adalah bahan alamiah yang belum

mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain, berupa bahan yang

telah dikeringkan (Ditjen POM., 2000).

2.2.1 Metode ekstraksi

Menurut Ditjen POM (2000), ada beberapa metode ekstraksi:

1. Cara dingin

Ekstraksi dengan cara dingin terdiri dari:

a. Maserasi

Maserasi adalah proses pengekstraksian simplisia dengan menggunakan pelarut

dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruang (kamar).


(24)

8

pada keseimbangan. Maserasi kinetik berarti dilakukan pengadukan yang kontinu

(terus-menerus). Remaserasi berarti dilakukan pengulangan penambahan pelarut

setelah dilakukan penyaringan maserat pertama dan seterusnya.

b. Perkolasi

Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang baru sampai sempurna (exhaustive

extraction) yang umumnya dilakukan pada temperatur ruang. Proses terdiri dari tahapan pengembangan bahan, tahap maserasi antara, tahap perkolasi sebenarnya

(penetesan/penampungan ekstrak) terus menerus sampai diperoleh ekstrak (perkolat)

yang jumlahnya 1-5 kali bahan.

2. Cara panas

Ekstraksi dengan cara panas terdiri dari:

a. Refluks

Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya selama

waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya

pendingin balik. Umumnya dilakukan pengulangan proses pada residu pertama

sampai 3-5 kali sehingga dapat termasuk proses ekstraksi sempurna.

b. Soxhletasi

Soxhletasi adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang

umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan

jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik.

c. Digesti

Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinu) pada temperatur

ruangan (kamar), yaitu secara umum dilakukan pada temperatur 40- 50°C.

d. Infusa


(25)

9

infus tercelup dalam penangas air mendidih, temperatur terukur 96-98°C) selama

waktu tertentu (15-20 menit).

e. Dekok

Dekok adalah infus dengan waktu yang lebih lama (30 menit) dan temperatur

sampai titik didih air.

2.3 Gel

Gel kadang-kadang disebut jeli, merupakan sistem semi padat terdiri dari

suspensi yang dibuat dari partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang

besar, terpenetrasi oleh suatu cairan. Gel yang mempunyai massa terdiri dari jaringan

partikel kecil yang terpisah, gel digolongkan sebagai sistem dua fase (misalnya Gel

Aluminium Hidroksida). Gel sistem dua fase, jika ukuran partikel dari fase

terdispersi relatif besar, massa gel kadang - kadang dinyatakan sebagai magma

(misalnya Magma Bentonit) (Ditjen POM., 1995).

Polimer-polimer yang biasa digunakan untuk membuat gel-gel farmasetik

meliputi gom alam tragakan, pektin, karagen, agar, asam alginat, serta bahan-bahan

sintetis dan semisintetis seperti metil selulosa, hidroksietilselulosa,

karboksimetilselulosa, dan karbopol yang merupakan polimer vinil sintetis dengan

gugus karboksil yang terionisasi. Gel dibuat dengan proses peleburan atau diperlukan

suatu prosedur khusus dengan sifat mengembang dari gel (Lachman, dkk., 1994).

2.3.1 Keuntungan sediaan gel

Beberapa keuntungan sediaan gel (Voight, 1994) adalah sebagai berikut:

- Kemampuan penyebarannya baik pada kulit

- Efek dingin, yang dijelaskan melalui penguapan lambat dari kulit


(26)

10 - Kemudahan pencuciannya dengan air yang baik

- Pelepasan obatnya baik

2.3.2Komponen dalam sediaan gel

Kandungan sediaan gel yang digunakan yaitu:

2.3.2.1 Natrium alginat

Alginat merupakan karbohidrat, seperti gula dan selulosa merupakan polimer

struktural pada ganggang laut sama seperti selulosa pada tanaman. Produksi tahunan

diperkirakan sekitar 38.000 ton per tahun. Selain itu, aliginat yang berbeda dapat

diproduksi oleh bakteri dengan cara fermentasi (Andersen, dkk., 2012).

Karakteristik natrium alginat adalah:

Pemerian : Serbuk tidak berbau dan berasa, putih sampai coklat

kekuningan pucat.

Kelarutan : Larut dalam air, praktis tidak larut dalam etanol, eter, pelarut

organik dan asam.

Tak tercampurkan : Dengan turunan acridine, kristal violet, fenilmerkuri asetat dan

nitrat, garam kalsium, logam berat.

a. Struktur alginat

Alginat merupakan kopolimer linear yang mengandung lebih dari 700 residu

asam uronat yaitu β – d – manuronat dan asam α – l – guluronat dengan ikatan 1,4. Rantai alginat yang hanya mengandung residu asam manuronat disebut blok M,

rantai alginat yang hanya mengandung residu asam guluronat disebut blok G dan

rantai alginat yang mengandung residu asam manuronat serta asam guluronat disebut


(27)

11

Gambar 2.2 Struktur alginat (Draget, dkk., 2005) b. Sifat dan kegunaan alginat

Kemampuan alginat yang dapat membentuk gel, sehingga banyak digunakan

untuk berbagai aplikasi industri, termasuk makanan dan obat-obatan. Dalam beberapa

tahun terakhir penelitian tentang alginat sebagian besar bergeser ke arah aplikasi

biomedis (Andersen, dkk., 2012). Alginat banyak digunakan untuk keperluan medis,

antara lain untuk bahan memperbaiki dan regenerasi jaringan seperti pembuluh darah,

kulit, tulang rawan, ikatan sendi, sistem penyampaian obat dan beberapa formulasi

pencegahan terjadinya refluks gastroesofageal. Hal ini disebabkan karena sifatnya

yang biodegradable dan biocompatible, anti bakteri, non-toksik dan tidak

menyebabkan alergi. Dalam memperbaiki jaringan dan organ-organ yang rusak

alginat semakin banyak digunakan dalam berbagai bentuk fisik antara lain larutan,

dispersi, gel, serat dan lain lain (Sun dan Huaping, 2013).

2.3.2.2 Gliserin

Gliserin digunakan secara luas digunakan dalam bidang farmasi

termasuk sediaan oral, optik, topikal dan sediaan parenteral. Pada sediaan topikal dan

kosmetik, gliserin digunakan sebagai humektan dan emolien. Gliserin memiliki


(28)

12

gliserin mempunyai rasa manis. Gliserin digunakan sebagai pembawa gel 5-15%,

sedangkan sebagai emollient dan humektan < 30% (Rowe, dkk., 2009).

2.3.2.3Metil paraben (nipagin)

Metil paraben berbentuk kristal tidak berwarna atau serbuk kristal putih;

tidak berbau atau hampir tidak berbau dan berasa sedikit terbakar. Kelarutannya yaitu

sukar larut dalam air, dalam benzen dan dalam karbon tetraklorida; mudah larut

dalam etanol dan dalam eter; larut dalam air 80°C. Penggunaan dalam sediaan topikal

sebanyak 0,02%-0,3% sebagai antimikroba, efektif pada pH 4-8 (Rowe, dkk., 2009).

2.3.2.4 Propil paraben (nipasol)

Bahan ini secara luas digunakan sebagai bahan pengawet dalam kosmetik,

makanan dan produk farmasi. Dalam sediaan topikal, konsentrasi yang umum

digunakan adalah 0,01-0,6%. Bahan ini sangat larut dalam aseton, eter dan minyak;

mudah larut dalam etanol (1:1), metanol dan propilen glikol (1:3,9); sangat sedikit

larut dalam air (Rowe, dkk., 2009).

2.3.2.5 Natrium metabisulfit

Zat ini umumnya digunakan sebagai antioksidan pada sediaan oral, parenteral

dan topikal. Konsentrasi yang digunakan adalah 0,01-0,1%. Natrium metabisulfit

larut dalam air dan sukar larut dalam propilen glikol (Rowe, dkk., 2009).

2.4 Rambut

2.4.1 Anatomi rambut

Rambut dapat menyerap air dan bahan kimia dari luar. Komposisi rambut

terdiri atas zat karbon ± 50%, hydrogen 6%, nitrogen 17%, sulfur 5% dan oksigen

20%. Rambut mudah dibentuk dengan mempengaruhi gugus disulfida, misalnya


(29)

13 2.4.1.1Bagian-bagian rambut

Bagian-bagian rambut yang terdiri dari tiga bagian sebagai berikut:

a. Ujung rambut

Pada ujung rambut yang baru tumbuh serta sama sekali belum / tidak pernah

dipotong mempunyai ujung rambut yang runcing.

b. Batang rambut

Batang rambut adalah bagian rambut yang berada di atas permukaan kulit

berupa benang-benang yang halus yang terdiri dari zat tanduk atau keratin. Pada

potongan melintang, batang rambut dapat dibedakan menjadi tiga lapisan yang

tersusun teratur secara konsentris.

1. Selaput rambut (kutikula)

Kutikula adalah lapisan yang paling luar dari rambut yang terdiri atas sel- sel

tanduk yang pipih dan tersusun seperti sisik ikan. Kutikula ini berfungsi

sebagai pelindung rambut dari kekeringan dan masuknya bahan asing ke

dalam batang rambut (Barel, dkk., 2009).

2. Kulit rambut (korteks)

Korteks terdiri atas sel-sel tanduk yang membentuk kumparan, tersusun

secara memanjang, dan mengandung melanin. Granul-granul pigmen yang

terdapat pada korteks ini akan memberikan warna pada rambut. Sel-sel tanduk

terdiri atas serabut- serabut keratin yang tersusun memanjang. Tiap serabut

terbentuk oleh molekul- molekul keratin seperti tali dalam bentuk spiral

(Bariqina dan Ideawati, 2001).

3. Sumsum rambut (medulla)

Sumsum rambut terletak pada lapisan paling dalam dari batang rambut yang


(30)

14

semacam jala sehingga terdapat rongga - rongga yang berisi udara.

4. Akar rambut

Akar rambut adalah bagian rambut yang tertanam miring di dalam kulit dan

terselubung oleh folikel rambut.

Bagian-bagian dari akar rambut sebagai berikut:

1) Folikel

Folikel merupakan saluran menyerupai tabung, berfungsi untuk melindungi

akar rambut, mulai permukaan kulit sampai bagian terbawah umbi rambut.

2) Papil rambut

Papil rambut adalah bulatan kecil yang bentuknya melengkung, terletak di

bagian terbawah dari folikel rambut dan menjorok masuk ke dalam umbi rambut.

Papil rambut bertugas membuat atau memproduksi bermacam - macam zat yang

diperlukan untuk pertumbuhan rambut. Misalnya sel-sel tunas rambut, zat protein

yang membentuk keratin, zat makanan untuk rambut, zat melanosit yang membentuk

melanin.

3) Umbi rambut (matriks)

Matriks adalah ujung akar rambut terbawah yang melebar. Struktur bagian

akar rambut ini berbeda dengan struktur batang rambut. Pada umbi rambut melekat

otot penegak rambut yang menyebabkan rambut halus berdiri bila ada suatu

rangsangan dari luar tubuh (Bariqina dan Ideawati, 2001).

2.4.1.2Struktur rambut

Rambut dapat berwujud tebal atau kasar, halus atau tipis, dan normal atau

sedang.

Struktur rambut memberi perbedaan pada penampang melintang rambut:


(31)

15 bentuk penampangnya tidak berubah.

b. Rambut yang berombak, bentuk penampangnya oval dan panjang.

c. Rambut yang keriting, bentuk penampangnya pipih dan panjang. Bila diluruskan,

bentuk penampangnya tidak berubah.

Struktur rambut berhubungan pula dengan bentuk folikel atau kantong

rambutnya:

a. Rambut lurus mempunyai folikel seperti silinder lurus

b. Rambut berombak mempunyai folikel seperti silinder yang melengkung

c. Rambut keriting mempunyai folikel seperti silinder yang melengkung

menyerupai busur (Endang dan Idrawati, 2001).

2.4.1.3 Tekstur rambut

Tekstur rambut adalah sifat-sifat rambut yang dapat ditentukan dengan

penglihatan, perabaan, atau pegangan.

Sifat - sifat rambut sebagai berikut:

a. Kelebatan rambut

Kelebatan rambut dapat ditentukan dengan melihat banyaknya batang rambut

yang tumbuh di kulit kepala, rata-rata 90-130 helai rambut halus setiap cm2.

Banyaknya rambut yang tumbuh di seluruh kulit kepala berkisar antara 80.000-

120.000 helai tergantung pada halus kasarnya rambut seseorang (Bariqina dan

Ideawati, 2001; Tranggono dan Latifah, 2007).

b. Kasar licinnya permukaan rambut

Kasar licinnya rambut ditentukan melalui perabaan. Permukaan rambut

dikatakan lebih kasar jika sisik-sisik selaput rambut tidak teratur satu dengan yang

lain. Hal ini dapat juga disebabkan oleh kotoran yang menempel pada permukaan


(32)

16 c. Tebal halusnya rambut

Tebal halusnya rambut dapat ditentukan oleh banyaknya zat tanduk dalam kulit

rambut. Pada umumnya, rambut yang berwarna hitam dan coklat lebih tebal daripada

rambut merah atau pirang. Rambut di pelipis lebih halus daripada rambut di daerah

lain (Bariqina dan Ideawati, 2001; Ditjen POM., 1985).

d. Kekuatan rambut

Sifat ini tergantung pada banyaknya dan kualitas zat tanduk dalam rambut.

Kekuatan rambut dapat diketahui dengan cara meregangkan rambut sampai putus.

e. Daya serap rambut

Daya serap rambut adalah kemampuan rambut untuk mengisap cairan. Daya

serap tergantung dari keadaan lapisan kutikula, yaitu lapisan rambut paling luar

mempunyai sel-sel seperti sisik. Selaput rambut yang sisik-sisiknya terbuka dan zat

tanduk yang keadaanya kurang baik akan meningkatkan daya serap rambut. Rambut

di puncak kepala memiliki daya serap terbaik.

f. Elastisitas rambut

Elastisitas rambut adalah daya kemampuan rambut yang memanjang bila ditarik

dan kembali kepada panjang semula jika dilepas. Normalnya, daya elastisitas rambut

dapat mencapai kira-kira 20-40 dari panjang asli rambut. Elastisitas pada rambut

basah dapat mencapai 40-50% lebih panjang dari keadaan semula.

g. Plastisitas rambut

Plastisitas rambut adalah sifat mudah tidaknya rambut dapat dibentuk (Bariqina


(33)

17 2.4.1.4Jenis rambut

a. Jenis rambut menurut morfologinya, yaitu:

1. Rambut lanugo/velus

Rambut lanugo/velus adalah rambut yang sangat halus dengan pigmen

sedikit. Rambut terdapat diseluruh tubuh kecuali di bibir, telapak tangan, dan

kaki. Rambut ini tumbuh pada pipi, dahi, tengkuk dan tangan (Djuanda, dkk.,

2010).

2. Rambut terminal

Rambut terminal adalah rambut yang sangat kasar dan tebal serta berpigmen

banyak. Terdapat di kepala, alis, bulu mata, ketiak, dan genitalia eksterna.

b. Jenis rambut menurut sifatnya, yaitu:

1. Rambut normal

Rambut dapat dikatakan normal, apabila tidak terlalu berminyak, tidak terlalu

kering serta bersih dari ketombe. Rambut normal lebih mudah

pemeliharaannya. Serta tidak terlalu kaku sehingga mudah dibentuk menjadi

berbagai jenis model rambut.

2. Rambut berminyak

Jenis rambut ini memiliki kelenjar minyak yang bekerja secara berlebihan

sehingga rambut selalu berminyak. Rambut berminyak kelihatan mengkilap,

tebal, dan lengket.

3. Rambut kering

Rambut ini agak kaku, dan biasanya jenis rambut ini ujungnya bercabang

sehingga rambut kurang bagus (Bariqina dan Indeawati, 2001; Ditjen POM.,


(34)

18 2.4.2 Fisiologi rambut

2.4.2.1 Pertumbuhan rambut

Pertumbuhan rambut telah dimulai saat janin berusia 4 bulan di dalam

kandungan. Pada usia ini bibit rambut sudah ada dan menyebar rata di seluruh

permukaan kulit. Di akhir bulan ke- 6 atau awal bulan ke- 7 usia kandungan, rambut

pertama sudah mulai tumbuh di permukaan kulit, yaitu berupa rambut Lanugo.

Kemudian menjelang bayi lahir rambut bayi ini akan rontok, diganti dengan rambut

terminal. Rambut tidak mengalami pertumbuhan secara terus menerus. Pada waktu

tertentu pertumbuhan rambut terhenti dan setelah mengalami istirahat sebentar,

rambut akan rontok sampai ke matriks rambut. Sementara itu, papil rambut sudah

membuat persiapan rambut baru sebagai penggantinya (Tranggono dan Latifah,

2007; Rostamailis, dkk., 2008).

Menurut siklus pertumbuhannya, rambut dibedakan dalam 3 fase yaitu:

a Fase anagen (fase pertumbuhan)

Fase anagen adalah fase pertumbuhan rambut ketika papil rambut terus

membentuk rambut secara mitosis. Fase anagen akan berlangsung selam 2 - 6 tahun.

b Fase katagen (fase peralihan)

Fase ini hanya berlangsung beberapa minggu. Selama fase peralihan, rambut

berhenti tumbuh, umbi rambut mengkerut dan menjauhkan diri dari papil rambut,

membentuk bonggol rambut, tetapi rambut belum rontok.

c Fase telogen (fase istirahat)

Fase ini berlangsung selama 90 - 100 hari. Pada akhir fase ini, fase rambut

beralih ke fase anagen secara spontan (Rostamailis, dkk., 2008). Siklus pertumbuhan


(35)

19

Gambar 2.3 Siklus pertumbuhan rambut (Djuanda, dkk., 2010). Faktor faktor yang mempengaruhi pertumbuhan rambut:

1. Hormon

Hormon yang berperan adalah androgen, estrogen, tiroksin, dan

kortikosteroid. Hormon androgen dapat mempercepat pertumbuhan dan menebalkan

rambut di daerah janggut, tetapi pada kulit kepala penderita alopesia androgenetik

hormon androgen bahkan memperkecil diameter batang rambut serta memperkecil

waktu pertumbuhan rambut anagen. Pada wanita aktivitas hormon androgen akan

menyebabkan hirsutisme, sebaliknya hormon estrogen dapat memperlambat

pertumbuhan rambut.

2. Metabolisme

3. Nutrisi

Malnutrisi berpengaruh pada pertumbuhan rambut terutama malnutrisi protein

dan kalori. Pada keadaan ini rambut menjadi kering dan kusam. Adanya kehilangan

pigmen setempat sehingga rambut tampak berbagai warna. Kekurangan vitamin B12,

asam folat, dan zat besi juga dapat menyebabkan kerontokan rambut (Djuanda, dkk.,


(36)

20 BAB III

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kosmetologi dan Farmasi Fisik,

Fakultas Farmasi, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimental. Penelitian

meliputi pembuatan sediaan gel ekstrak kulit buah apel, evaluasi terhadap mutu fisik

sediaan seperti uji homogenitas, uji stabilitas, uji pH, dan uji efektivitas sediaan

sebagai penumbuh rambut.

3.1 Alat yang Digunakan

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat maserasi, rotary

evaporator, freeze dryer, blender (Phillip), alat - alat gelas, lumpang dan alu, lemari pengering, penangas air, neraca digital (Boeco Germany), viskometer Brookfiled, pH

meter (Hanna), kamera digital, jangka sorong dan hair analyzer (Aramo SG).

3.2 Bahan yang Digunakan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekstrak kulit buah

apel, metil paraben, propil paraben, natrium metabisulfit, natrium alginat, gliserin,

akuades, dan etanol 70%.

3.3 Hewan Percobaan

Hewan yang digunakan pada penelitian ini adalah marmut jantan 250-350

gram dengan usia sekitar 2-3 bulan sebanyak 36 ekor dibagi dalam 6 kelompok yang


(37)

21

Sebelum pengujian, hewan diadaptasi dengan lingkungan laboratorium

terlebih dahulu selama 14 hari.

3.4 Pengambilan dan Pengolahan Sampel 3.4.1 Teknik pengambilan sampel

Pengambilan sampel dilakukan secara purposif yaitu tanpa membandingkan

dengan daerah lain. Sampel yang digunakan adalah buah apel yang dibeli dari Super

Market Brastagi Medan kemudian diambil kulitnya.

3.4.2 Pengolahan sampel

Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah kulit buah apel. Buah apel

dikupas diambil kulitnya kemudian kulit buah apel dikumpulkan dan dicuci pada air

mengalir, kulit buah apel ditiriskan dan diangin - anginkan, kemudian ditimbang.

Selanjutnya kulit buah apel tersebut dikeringkan dalam lemari pengering dengan

temperatur ± 40°C sampai kulit buah apel kering (ditandai bila digenggam rapuh). Simplisia yang telah kering diblender menjadi serbuk lalu ditimbang dimasukkan ke

dalam wadah plastik tertutup.

3.4.3 Pembuatan ekstrak

Sebanyak 400 gram serbuk simplisia dimasukkan ke dalam sebuah bejana,

dituangi dengan 75 bagian etanol 70% (3 liter), ditutup, dibiarkan selama 5 hari

terlindung dari cahaya sambil sering diaduk, diserkai, diperas. Ampas diremaserasi

lagi dengan 1 liter etanol pada bejana tertutup, dibiarkan di tempat sejuk terlindung

dari cahaya selama ± 2 hari sambil sering diaduk, diserkai, diperas. Filtrat

digabungkan lalu dibiarkan selama 2 hari, kemudian dipekatkan dengan alat rotary

evaporator pada suhu 40°C sampai diperoleh ekstrak kental, kemudian dikeringkan dengan freeze dryer (Ditjen POM., 1979).


(38)

22 3.5 Formulasi Sediaan Gel

Ekstrak kulit buah apel telah diteliti oleh Kirtishanti, dkk., pada tahun 2011

dalam buku Prosiding Simposium Penelitian Bahan Obat Alami XV digunakan

sebagai Hair Tonic menumbuhkan rambut pada tikus dalam bentuk sediaan cair.

Ekstrak kulit buah apel yang digunakan dalam peneliti tersebut adalah 1, 2 dan 3%.

Dalam penelitian ini, peneliti memformulasikan ekstrak kulit buah apel dalam bentuk

sediaan gel menggunakan konsentrasi ekstrak kulit buah apel 1, 3 dan 5%.

Komposisi bahan dasar gel:

R/ Na Alginat 2 %

Gliserin 10 %

Natrium metabisulfit 0,1 % Ekstrak kulit buah apel x

Metil paraben 0,2 %

Propil paraben 0,05 %

Aqua ad 100 ml

Tabel 3.1 Formula sediaan gel penumbuh rambut dengan variasi konsentrasi ekstrak kulit buah apel

BAHAN

FORMULA

F0 FI FII FIII

Ekstrak (%) - 1 3 5

Basis gel (%) 100 99 97 95

Keterangan: F0 : Gel blanko ( kontrol negatif )

FI : Konsentrasi ekstrak kulit buah apel 1% FII : Konsentrasi ekstrak kulit buah apel 3% FIII : Konsentrasi ekstrak kulit buah apel 5%


(39)

23 3.6 Cara Pembuatan

Natrium alginat dikembangkan dalam akuades dan digerus dengan

menggunakan lumpang dan alu hingga terbentuk massa yang homogen. Kemudian

ditambahkan gliserin sedikit demi sedikit lalu natrium metabisulfit yang telah

dilarutkan dalam akuades. Selanjutnya ditambah metil paraben dan propil paraben

yang telah dilarutkan dalam air panas sedikit demi sedikit hingga tercampur dan

digerus hingga diperoleh basis gel. Ke dalam lumpang dimasukkan ekstrak kulit buah

apel kemudian digerus sambil ditambahkan sedikit demi sedikit basis gel, kemudian

gerus sampai homogen.

3.7 Penentuan Mutu Sediaan Gel

3.7.1 Pemeriksaan stabilitas fisik sediaan gel

Sediaan dari masing - masing formula dimasukkan ke dalam pot plastik,

ditutup bagian atasnya dengan aluminium foil. Selanjutnya dilakukan pengamatan

yang meliputi adanya perubahan bentuk, warna dan bau dari sediaan yang telah

selesai dibuat dan yang telah disimpan selama 90 hari pada suhu kamar (National

Health Surveillance Agency, 2005). Pengamatan dilakukan pada suhu kamar dan

lemari pendingin (15°C) setelah selesai pembuatan dan penyimpanan selama 4, 8 dan

12 minggu.

3.7.2 Pemeriksaan homogenitas sediaan gel

Sejumlah tertentu sediaan dioleskan pada sekeping kaca, sediaan harus

menunjukkan susunan yang homogen dan tidak terlihat adanya butiran kasar (Ditjen

POM, 1979). Pengamatan dilakukan pada suhu kamar dan lemari pendingin (15°C)


(40)

24 3.7.3 Penentuan pH sediaan gel

Penentuan pH sediaan dilakukan dengan menggunakan pH meter. Alat

terlebih dahulu dikalibrasi dengan menggunakan larutan dapar standar netral (pH

7,01) dan larutan dapar pH asam (pH 4,01) hingga alat menunjukkan angka pH

tersebut. Kemudian elektroda dicuci dengan air suling, lalu dikeringkan dengan

kertas tisu. Sampel dibuat dengan konsentrasi 1% yaitu ditimbang 1 gram sediaan

dan dilarutkan dengan akuades hingga 100 ml. Kemudian elektroda dicelupkan

dalam larutan tersebut, sampai alat menunjukkan harga pH yang konstan. Angka

yang ditunjukkan pH meter merupakan harga pH sediaan (Rawlins, 2003).

Pengamatan dilakukan pada suhu kamar dan lemari pendingin (15°C) setelah selesai

pembuatan dan penyimpanan selama 4, 8 dan 12 minggu.

3.7.4 Pengamatan organoleptis

Sediaan diamati bentuk, warna, dan bau.

3.7.5 Penentuan viskositas

Penentuan viskositas sediaan menggunakan viskometer Brookfield. Spindel

64 dipasang pada tempatnya dan dimasukkan ke dalam sediaan hingga dalam tanda

batas. Motor dinyalakan dengan speed 12 dan spindel 64 dibiarkan berputar, setelah

jarum menunjukkan angka yang tetap maka pengukuran dianggap selesai.

Pengukuran dilakukan sebanyak tiga kali untuk masing-masing formula gel.

Viskositas diperoleh dengan mengalikan angka yang terbaca dengan nilai faktor yaitu

1000 (Djajadisastra, dkk., 2007; Voight, 1994). Pengamatan dilakukan pada suhu

kamar dan lemari pendingin (15°C) setelah selesai pembuatan dan penyimpanan


(41)

25

3.7.6Pengukuran aktivitas pertumbuhan rambut

Rancangan percobaan yang dilakukan dalam percobaan ini sebelum marmut

diberi perlakuan uji adalah rancangan acak lengkap. Jumlah marmut yang dibutuhkan

tiap kelompok ditentukan dengan menggunakan rumus empiris federer (n-1)(t-1) ≥ 15, dimana t menunjukkan jumlah perlakuan dan n merupakan jumlah ulangan tiap

kelompok hewan.

Sebelumnya marmut di adaptasi terhadap lingkungan laboratorium terlebih

dahulu selama 14 hari agar dapat menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungan yang

baru. Masing-masing marmut dicukur rambutnya pada bangian punggung atas

dengan luas (4 x 4) cm kemudian dioleskan krim depilatory (Veet® Hair removal)

untuk membersihkan rambut marmut yang tersisa di area tersebut. Selanjutnya, tepat

di tengah bagian punggung atas yang dicukur dibuat kotak dengan luas (2 x 2) cm

untuk tiap daerah uji. Bahan uji dioleskan sebanyak 0,25 gram satu kali sehari selama

21 hari pada daerah uji. Hari pertama pengolesan gel pada marmut dianggap sebagai

hari ke-0.

Pada uji ini dilakukan pada 2 parameter uji yaitu:

a. Rata- rata panjang rambut marmut

Rata-rata panjang rambut marmut didapatkan dengan cara mengukur 10 helai

rambut dengan menggunakan jangka sorong pada hari ke- 7, 14 dan 21 setelah

pengolesan. Hasil dinyatakan sebagai rata-rata panjang rambut ± SD dari 10 rambut.

b. Bobot dari rambut marmut

Pengukuran bobot rambut marmut dilakukan dengan cara menimbang semua

rambut yang tumbuh pada area pengolesan dan hanya dilakukan pada hari ke- 21.

Hasil dinyatakan sebagai bobot rambut marmut ± SD dari 6 ekor marmut. Kemudian


(42)

26

arah untuk didistribusi data yang normal, sedangkan untuk distribusi data yang tidak

normal digunakan statistik nonparametrik yaitu uji Mann - Whitney. Pembagian

kelompok marmut dapat dilihat pada Tabel 3.2 dibawah ini.

Tabel 3.2 Pembagian kelompok marmut:

Kelompok Perlakuan Jumlah marmut

I Kontrol normal marmut yaitu

marmut tanpa diberi gel

6 ekor

II Kontrol negatif marmut yaitu

marmut diolesi gel yang berisi hanya basis gel

6 ekor

III Kelompok positif marmut yaitu

marmut yang diberi Hair Tonic dari

pasaran (Notel International

Seavennus Hair Tonic)

6 ekor

IV Kelompok marmut yang diolesi gel yang mengandung ekstrak kulit buah apel 1%

6 ekor

V Kelompok marmut yang diolesi gel

yang mengandung ekstrak kulit buah apel 3%

6 ekor

VI Kelompok marmut yang diolesi gel yang mengandung ekstrak kulit buah apel 5%

6 ekor

3.7.7 Uji iritasi

Percobaan ini dilakukan pada 12 orang sukarelawan. Sediaan dioleskan di

belakang telinga membentuk lingkaran, lalu dibiarkan selama 24 jam dengan diamati

setiap 4 jam sekali apakah terjadi iritasi kulit atau tidak (Ditjen POM, 1985).

Eritema: tidak eritema 0, sangat sedikit eritema 1, sedikit eritema 2, eritema sedang 3,

eritema sangat parah 4. Edema: tidak edema 0, sangat sedikit edema 1, sedikit edema


(43)

27 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Ekstraksi Serbuk Kulit Buah Apel

Hasil maserasi dari 400 gram serbuk kulit buah apel dengan pelarut etanol

70% dipekatkan dengan menggunakan rotary evaporator dan di freezedryer

diperoleh ekstrak kental 193 gram (rendemen 48,25%) dengan pH 3,6 berwarna

coklat kehitaman.

Golongan senyawa flavonoid dapat diekstraksi dengan baik menggunakan

pelarut etanol 70% (Harborne, 1987).

4.2 Hasil Formulasi Sediaan Gel

Sediaan gel dengan konsentrasi 1, 3 dan 5% yang diperoleh mempunyai

konsistensi yang kental, berwarna coklat kuning hingga coklat kehitaman, sedangkan

gel blanko tidak berwarna (transparan). Sediaan gel dari semua formula tidak terjadi

perubahan warna setelah penyimpanan 12 minggu pada suhu kamar dan lemari

pendingin (15°C).

4.3 Penentuan Mutu Sediaan Gel 4.3.1 Stabilitas sediaan gel

Hasil pengamatan stabilitas terhadap sediaan dilakukan dengan melihat

perubahan bentuk, warna, dan bau secara visual pada suhu kamar dan lemari

pendingin (15°C) selama 12 minggu penyimpanan. Hasil dapat dilihat pada Tabel 4.1

Halaman 28.

Berdasarkan data pada Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa sediaan gel blanko, gel


(44)

28

Tabel 4.1 Data pengamatan terhadap kestabilan gel blanko, gel dengan ekstrak kulit buah apel 1, 3 dan 5% pada saat sediaan telah selesai dibuat dan penyimpanan selama 12 minggu dalam suhu kamar dan lemari pendingin (15°C)

Pengamatan

Formula

Lama pengamatan (minggu)

Suhu kamar Lemari pendingin (15°C)

4 8 12 4 8 12

Bentuk

F0 b b b b b b

FI b b b b b b

FII b b b b b b

FIII b B b b b b

Bau

F0 B B B B B B

FI B B B B B B

FII B B B B B B

FIII B B B B B B

Warna

F0 TW TW TW TW TW TW

FI CK CK CK CK CK CK

FII c c c c c c

FIII c c c c c c

Keterangan: F0 : Gel blanko ( kontrol negatif )

FI : Gel dengan konsentrasi ekstrak kulit buah apel 1% FII : Gel dengan konsentrasi ekstrak kulit buah apel 3% FIII : Gel dengan konsentrasi ekstrak kulit buah apel 5%

b : Baik/stabil

B : Bau khas

TW : Tidak warna

CK : Coklat kuning c : Coklat kehitaman

Rusak atau tidaknya suatu sediaan mengandung bahan yang mudah

teroksidasi dapat diamati dengan adanya perubahan warna dan bau. Untuk mengatasi

masalah tersebut maka perlu penambahan suatu antioksidan (Ansel, 1989). Kulit

buah apel yang mengandung enzim polifenol oksidase memiliki sifat mudah


(45)

29

natrium metabisulfit. Kerusakan juga dapat ditimbulkan oleh bakteri dan jamur,

untuk mengatasi hal tersebut ditambahkan pengawet (Ansel, 1989). Pada penelitian

ini pengawet yang digunakan adalah metil paraben (nipagin) dan propil paraben

(nipasol).

4.3.2 Homogenitas sediaan gel

Pengamatan homogenitas sediaan dilakukan dengan cara mengoleskan

sejumlah tertentu sediaan pada sekeping kaca yang transparan, lalu diratakan jika

tidak ada butiran - butiran maka sediaan dapat dikatakan homogen. Hasil dapat

dilihat pada Tabel 4.2 dibawah ini.

Tabel 4.2 Data pengamatan homogenitas gel blanko, gel ekstrak kulit buah apel 1, 3 dan 5% pada saat sediaan telah selesai dibuat dan disimpan selama 12 minggu dalam suhu kamar dan lemari pendingin (15°C)

No

Formula

Lama pengamatan (minggu)

Suhu Kamar Lemari pendingin (15°C)

4 8 12 4 8 12

1 F0 H H H H H H

2 FI H H H H H H

3 FII H H H H H H

4 FIII H H H H H H

Keterangan: F0 : Gel blanko ( kontrol negatif ) FI : Gel ekstrak kulit buah apel 1% FII : Gel ekstrak kulit buah apel 3% FIII : Gel ekstrak kulit buah apel 5% H : Homogen

Dari hasil pengamatan homogenitas yang dilakukan selama penyimpanan 12

minggu pada gel blanko, gel ekstrak kulit buah apel 1, 3 dan 5% menunjukan tidak

adanya butiran - butiran pada keping kaca. Hal ini menunjukkan bahwa semua


(46)

30 4.3.3 pH sediaan gel

Penentuan pH sediaan dilakukan dengan menggunakan pH meter (Hanna).

Hasil dapat dilihat pada Tabel 4.3 di bawah ini.

Tabel 4.3 Data pengukuran pH gel blanko, gel ekstrak kulit buah apel 1, 3 dan 5% pada saat sediaan telah selesai dan disimpan selama penyimpanan 12 minggu di dalam suhu kamar dan lemari pendingin (15°C)

No

Formula

Lama pengamatan (minggu)

Suhu Kamar Lemari pendingin (15°C)

0 4 8 12 0 4 8 12

1 F0 6,1 6,0 5,9 5,8 6,1 6,1 5,9 5,9

2 FI 5,8 5,6 5,5 5,4 5,8 5,8 5,7 5,7

3 FII 5,6 5,5 5,4 5,3 5,6 5,6 5,5 5,5

4 FIII 5,3 5,0 4,9 4,8 5,3 5,2 5,2 5,2

Keterangan: F0 : Gel blanko (kontrol negatif) FI : Gel ekstrak kulit buah apel 1% FII : Gel ekstrak kulit buah apel 3 % FIII : Gel ekstrak kulit buah apel 5%

Berdasarkan data pada Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa semakin tinggi

konsentrasi ekstrak kulit buah apel maka pH sediaan semakin rendah. Ini dikarenakan

pH ekstrak kulit buah apel memiliki pH asam yaitu 3,6 .

Secara keseluruhan terlihat bahwa perbandingan pH sediaan ekstrak kulit

buah apel yang disimpan di dalam lemari pendingin (15°C) mengalami penurunan pH

yang lebih sedikit dibandingkan di dalam suhu kamar, tetapi penurunan pH ini masih

memenuhi rentang persyaratan gel untuk kulit rambut yaitu berkisar 4,5 - 6,5


(47)

31

4.3.4 Pemeriksaan viskositas sediaan gel ekstrak kulit buah apel

Pemeriksaan viskositas dilakukan dengan menggunakan viskometer

brookfield spindel 64 speed 12. Hasil dapat dilihat pada Tabel 4.4 dan Tabel 4.5

dibawah ini.

Tabel 4.4 Data pengukuran viskositas sediaan gel ekstrak kulit buah apel 1, 3 dan 5% dalam suhu kamar

Pengamatan Sediaan Awal Lama Pengamatan (minggu)

4 8 12

Viskositas (centipoise)

F0 9,583 9,250 9,083 8,666

FI 16,750 14,833 12,750 10,250

FII 16,416 14,083 12,250 10,000

FIII 15,750 13,750 11,583 9,833

Tabel 4.5 Data pengukuran viskositas sediaan gel ekstrak kulit buah apel 1, 3 dan 5% dalam lemari pendingin (15°C)

Pengamatan Sediaan Awal Lama Pengamatan (minggu)

4 8 12

Viskositas (centipoise)

F0 9,583 9,416 9,333 9,250

FI 16,750 16,666 16,583 16,416

FII 16,416 16,333 16,250 16,083

FIII 15,750 15,500 15,416 15,333

Keterangan: F0 : Gel blanko (kontrol negatif)

FI : Formula mengandung 1% ekstrak kulit buah apel FII : Formula mengandung 3% ekstrak kulit buah apel FIII : Formula mengandung 5% ekstrak kulit buah apel

Dari data di atas dapat dilihat bahwa sediaan ekstrak kulit buah apel lebih

stabil disimpan di dalam lemari pendingin (15°C) daripada di dalam suhu kamar, hal

ini disebabkan karena dalam pembuatan sediaan menggunakan natrium alginat

sebagai bahan dasar gel yang lebih stabil disimpan dalam lemari pendingin (150C)


(48)

32 4.3.5 Uji iritasi

Hasil uji iritasi terhadap sukarelawan pada sediaan gel ekstrak kulit buah apel

1, 3 dan 5% dapat dilihat pada Tabel 4.6 dibawah ini.

Tabel 4.6 Data hasil uji iritasi sediaan gel ekstrak kulit buah apel 1, 3 dan 5%

Pengamatan Sediaan

Sukarelawan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Eritema

F0

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

F1

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

FII

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

FIII

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Edema

F0

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

FI

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

FII

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

FIII

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Indeks iritasi primer :0/24 =0,00

Keterangan: sistem skor Federal Hazardous Substance Act (Barel, dkk., 2009).

eritema edema

tidak eritema 0 tidak edema 0

sangat seedikit eritema 1 sangat sedikit edema 1

sedikit eritema 2 sedikit edema 2

eritema sedang 3 edema sedang 3

eritema sangat parah 4 edema sangat parah 4

F0 : Gel blanko (kontrol negatif)

FI : Formula mengandung 1% ekstrak kulit buah apel FII : Formula mengandung 3% ekstrak kulit buah apel FIII : Formula mengandung 5% ekstrak kulit buah apel


(49)

33

Berdasarkan hasil uji iritasi terhadap sukarelawan, tidak terlihat adanya reaksi

eritema dan edema pada kulit dari setiap formula, hal ini menunjukkan bahwa seluruh

sediaan tidak mengiritasi kulit.

4.3.6 Uji aktivitas sediaan gel ekstrak kulit buah apel 1, 3 dan 5% terhadap pertumbuhan rambut marmut

Uji aktivitas pertumbuhan dilihat berdasarkan hasil dua parameter uji yaitu

rata - rata panjang rambut dan bobot rambut marmut. Hasil perhitungan rata-rata

panjang rambut untuk hari ke-7, 14 dan 21 dapat dilihat pada Tabel 4.7 dibawah ini;

Gambar 4.1 dan Gambar 4.2 Halaman 35. Hasil penimbangan bobot rambut marmut

dapat dilihat pada Tabel 4.8 Halaman 36.

Tabel 4.7 Data hasil rata-rata panjang rambut

Rata-rata Panjang Rambut (mm) ± SD

Hari ke-0 Hari ke-7 Hari ke-14 Hari ke-21

Kontrol normal

0 1,715 ± 0,121 3,897 ± 0,328 6,488 ± 0,265

Kontrol positif 0 1,803 ± 0,105 6,147 ± 0,223 10,168 ± 0,197

F0 0 1,733 ± 0,117 3,960 ± 0,290 6,570 ± 0,255

FI 0 1,763 ± 0,111 5,290 ± 0,277 8,225 ± 0,285

FII 0 1,770 ± 0,108 5,667 ± 0,293 8,297 ± 0,518

FIII 0 1,813 ± 0,107 6,157 ± 0,221 10,180 ± 0,240

Keterangan : Kontrol normal : Gel tanpa diberi perlakuan

Kontrol positif : Hair tonic dari pasaran Notel International Seavennus Hair Tonic)

F0 : Gel blanko ( kontrol negatif )

FI : Formula mengandung 1% ekstrak kulit buah apel FII : Formula mengandung 3% ekstrak kulit buah apel FIII : Formula mengandung 5% ekstrak kulit buah apel

Berdasarkan hasil data Tabel 4.7 sebagai berikut: kelompok kontrol F0 (gel

blanko), FI (1%), FII (3%), FIII (5%), dan kontrol positif pada hari ke-7


(50)

34

0,105 mm. Pada data tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan rata -rata

panjang rambut antara masing-masing kelompok. Hasil uji ANAVA menunjukkan

adanya perbedaan bermakna dalam rata-rata panjang rambut pada semua kelompok

marmut. Uji BNT (Beda Nyata Terkecil) menunjukkan adanya perbedaan yang

bermakna antara kelompok FI (1%), FII (3%) dan FIII (5%) dibandingkan dengan

F0 (gel blanko), sedangkan kelompok FI(1%), FII (3%) dan FIII (5%) dibandingkan

dengan kontrol positif, hanya FIII (5%) yang tidak memiliki perbedaan bermakna

pada hari ke- 7.

Pada hari ke-14, data rata-rata panjang rambut F0 (gel blanko), FI (1%), FII

(3%), FIII (5%) dan kontrol positif pada hari ke-14 berturut-turut 3,960 ± 0,290;

5,290 ± 0,277; 5,667 ± 0,293; 6,157 ± 0,221; dan 6,147 ± 0,223 mm. Hasil uji BNT

(Beda Nyata Terkecil) menunjukkan bahwa kelompok FI (1%), FII (3%), dan FIII

(5%) memiliki perbedaan yang bermakna (p<0,05) dengan F0 (gel blanko). Hal ini

menunjukkan bahwa semua formula gel ekstrak kulit buah apel memiliki aktivitas

pertumbuhan rambut, sedangkan kelompok FI (1%), FII (3%) dan FIII (5%)

dibandingkan dengan kontrol positif hanya FIII (5%) yang tidak memiliki perbedaan

yang bermakna (p>0,05). Sediaan gel ekstrak kulit buah apel dengan kelompok FIII

(5%) memiliki aktivitas pertumbuhan rambut setara dengan kontrol positif pada hari

ke- 14.

Pada hari ke-21, data rata-rata panjang rambut F0 (gel blanko), FI (1%), FII

(3%), FIII (5%) dan kontrol positif pada hari ke-21 berturut-turut adalah 6,570 ±

0,255; 8,225 ± 0,285; 8,297 ± 0,518; 10,180 ± 0,240; dan 10,168 ± 0,197 mm.

Berdasarkan data tersebut terlihat bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak kulit

buah apel, aktivitas pertumbuhan rambut semakin meningkat. Hasil statistik dengan


(51)

35

memiliki perbedaan bermakna dengan F0 (gel blanko). Hal ini menunjukkan bahwa

semua formula gel ekstrak kulit buah apel memiliki aktivitas pertumbuhan rambut,

sedangkan FI (1%), FII (3%) dan FIII (5%) dibandingkan dengan kontrol positif,

hanya kelompok FIII (5%) yang tidak memiliki perbedaan yang bermakna (p>0,05).

Sediaan gel ekstrak kulit buah apel kelompok FIII (5%) memiliki aktivitas

pertumbuhan rambut setara dengan kontrol positif pada hari ke-21.

Gambar 4.1 Grafik batang rata-rata panjang rambut marmut pada hari ke- 7, 14 dan 21

Gambar 4.2 Grafik rata-rata panjang rambut marmut pada hari ke- 7, 14 dan 21. Keterangan : Kontrol normal : Gel tanpa diberi perlakuan

Kontrol positif : Hair tonic dari pasaran Notel International Seavennus Hair Tonic)

F0 : Gel blanko ( kontrol negatif )

FI : Formula mengandung 1% ekstrak kulit buah apel FII : Formula mengandung 3% ekstrak kulit buah apel FIII : Formula mengandung 5% ekstrak kulit buah apel

0 2 4 6 8 10 12

Hari ke-7 Hari ke-14 Hari ke-21

R a ta -ra ta p a n ja n g r a m b u t m a a rm u t (m m ) Waktu (Hari) Kontrol normal Kontrol negatif Formula 1 Formula 2 Formula 3 Kontrol positif 0 2 4 6 8 10 12

Hari ke-7 Hari ke-14 Hari ke-21

R a ta -ra ta p a n ja n g r a m b u t m a rm u t( m m ) Waktu (Hari) Kontrol normal Kontrol negatif Formula 1 Formula 2 Formula 3 Kontrol positif


(52)

36

Tabel 4.8 Data hasil rata rata bobot rambut marmut pada hari ke-21 (mg)

Keterangan: Kontrol normal : Gel tanpa diberi perlakuan

Kontrol positif : Hair tonic dari pasaran (Notel International Seavennus Hair Tonic)

F0 : Gel blanko ( kontrol negatif )

FI : Formula mengandung 1% ekstrak kulit buah apel FII : Formula mengandung 3% ekstrak kulit buah apel FIII : Formula mengandung 5% ekstrak kulit buah apel

Pengamatan juga dilakukan terhadap bobot rambut pada hari ke- 21. Rambut

pada setiap daerah uji masing-masing perlakuan dicukur kemudian ditimbang

bobotnya. Parameter bobot rambut ini digunakan untuk melihat pengaruh sediaan gel

ekstrak kulit buah apel terhadap pertumbuhan rambut marmut. Hasil pengukuran

bobot rambut dapat dilihat pada Tabel 4.8.

Berdasarkan hasil pengukuran, rata-rata bobot rambut kontrol normal, F0 (gel

blanko), FI (1%), FII (3%), FIII (5%) dan kontrol positif berturut-turut yaitu 57,09 ±

0,3088 ; 71,13 ± 0,2162; 58,72 ± 0,4926; 66,88 ± 0,4697; 67,76 ± 0,4159; 71,87 ±

0,2183 mg. Hal ini menunjukkan bahwa bobot rambut yang dihasilkan oleh setiap

kelompok memiliki perbedaan yang signifikan dan FIII (5%) yang memiliki bobot

rambut paling besar.

Hasil uji statistik menunjukkan bahwa data bobot rambut terdistribusi

normal, sehingga dilanjutkan uji ANAVA, dari hasil uji ANAVA menunjukkan

Kelompok Bobot Rambut(mg) ± SD

Kontrol normal 57,09 ± 0,3088

Kontrol positif 71,13 ± 0,2162

F0 58,72 ± 0,4926

FI 66,88 ± 0,4697

FII 67,76 ± 0,4159


(53)

37

bahwa terdapat perbedaan bermakna pada bobot rambut kelompok marmut sehingga

dilanjutkan dengan uji BNT (Beda Nyata Terkecil). Hasil uji BNT (Beda Nyata

Terkecil) menunjukkan bahwa F0 (gel blanko), FI (1%), FII (3%), FIII (5%) dan

kontrol positif memiliki perbedaan bermakna (p<0,05).

Menggunakan alat hair analyzer

Sebelumnya marmut diadaptasi terhadap lingkungan laboratorium terlebih

dahulu selama 14 hari agar dapat menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungan yang

baru. Masing - masing marmut dicukur rambutnya pada bagian punggung atas

sebanyak 3 area dengan luas (4 x 4) cm kemudian dioleskan krim depilatory (Veet®

Hair removal) untuk membersihkan rambut marmut yang tersisa di area tersebut. Selanjutnya, tepat di tengah bagian punggung atas yang dicukur dibuat kotak dengan

luas (2 x 2) cm untuk tiap daerah uji. Pencukuran area rambut marmut yang

menggunakan alat Hair Analyzer berbeda dari area yang menggunakan jangka

sorong.

Uji aktivitas pertumbuhan rambut dapat juga berdasarkan penentuan

pengukuran jumlah helai rambut dalam pori- pori, ketebalan rambut dan keratin

rambut yang mengunakan alat Hair Analyzer. Namun hasil yang dipraktekan tidak


(54)

38 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Ekstrak kulit buah apel dapat diformulasikan ke dalam bentuk sediaan gel

dengan konsentrasi 1, 3, 5% dan sediaan stabil pada penyimpanan selama 12

minggu pada suhu kamar dan lemari pendingin (15°C).

2. Gel yang mengandung ekstrak kulit buah apel 5% memberikan efek

pertumbuhan rambut marmut yang sama dengan sediaan gel yang

mengandung ekstrak kulit buah apel 1 dan 3%.

5.2 Saran

Diharapkan kepada peneliti selanjutnya untuk menguji efek pertumbuhan


(55)

39

DAFTAR PUSTAKA

Andersen, T. (2012). Alginate as Biomaterials in Tissue Engeneering. Charbohyr. Chem. 37(1): 227-258.

Ansel, C.H. (1989). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi IV. Jakarta: UI- Press. Halaman 390, 489.

Barel, A.O., Paye, M., dan Howard I.M. (2009). Handbook of Cosmetic Science and Technology. Edisi ketiga. New York: Informa Healthcare. Halaman 473, 514, 774-775.

Bariqina, E., dan Ideawati, Z. (2001). Perawatan & Penataan Rambut. Yogyakarta: Adi Cita Karya Nusa. Halaman 1-12, 83-86.

Chinnici, F., Bendini, A., Gaiani, A., Riponi, C. (2004). Radical Scavenging Activities of Peels and Pulps From CV.Golden Delicious Apples as Related to their Phenolic Composition. J. Agric. Food. Chem. 15(52): 4684 - 4689.

Depkes RI. (2000). Inventaris Tanaman Obat Indonesia (1). Jilid I. Jakarta: Departemen Kesehatan dan kesejahteraan RI. Halaman 195-196.

Diana, W., dan Wahini, M. (2014). Penggunaan Ekstrak Buah Alpukat dan Madu Sebagai Bahan Aktif Hair Tonic untuk Rambut Rontok. e-Journal Universitas Negeri Surabaya. 1(3):226 - 235.

Ditjen POM. (1979). Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta: Departemen kesehatan Republik Indonesia. Halaman 9, 33.

Ditjen POM. (1985). Formularium Kosmetika Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Halaman 86, 206 – 219.

Ditjen POM. (1995). Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Halaman 7, 854-859.

Ditjen POM. (2000). Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Halaman 10-11.

Djuanda, A., Hamzah, M., Aisah, S. (2010). Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Penerbit Fakultas Kedokteran UI. Halaman301- 303.

Djajadisastra, J., Mun’im., dan Dessy, N.P. (2007). Formulasi Gel Topikal dari Ekstrak Nerii Folium dalam Sediaan Antijerawat. Jurnal Farmasi Indonesia. 4(4): 210 - 216.

Draget, K. I., Smidsrod, O., dan Gudmund S. (2005). Alginate from Algae. Dalam: Buku Polysaccharides and Polyamides in the Food Industry. Properties, Production, and Patients. Editor: A. Steinbuchel and S.K. Rhee. Weinheim: WILEY-VCH Verlag GmbH and Co. Halaman 3-4.


(56)

40

Endang, B., dan Idrawati, Z. (2001). Perawatan dan Penataan Rambut. Adicipta Karya Nusa. 1(1): 29.

Fransiska, E. (2013). Uji Stabilitas dan Efek Pencegahan Ulkus dari Sirup Alginat Pada Lambung Tikus yang Diinduksi dengan HCl. Skripsi. Medan: Universitas Sumatera Utara.

Harborne, J.B. (1987). Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisa

Tumbuhan. Penerjemah: Kosasih Padmawinata dan Iwang Soediro. Bandung:

Penerbit ITB. Halaman 70, 147, 259.

Kamimura, A dan Takahashi, T. (2002). Procyanidin B-2, Extracted from Apples, Promotes Hair Gowth: A Laboratory Study. British Journal of Dermatology. 146: 41 - 51.

Kirtishanti, A., Dewi, N.L.A.,dan Jessy, M. (2011). Kemampuan Sediaan Hair Tonic Ekstrak Kulit Apel (Malus sylvestris L.) var Rome Beauty dalam menumbuhkan rambut tikus. Buku: Simposium Penelitian Bahan Obat Alami xv. Halaman 217-229.

Lachman, L., Lieberman, H.A., dan Kanig, J.L. (1994). Teori Dan Praktek Farmasi Industri. Edisi III. Penerjemah: Suyatni S. Jakarta: UI Press. Halaman 1119-1120.

Lee, W.K., Kim, Y.J., Lee, H.J., dan Chang, Y.L. (2003). Major Phenolics in Apple and Their Contribution to the Total Antioxidant Capacity. J. Agric. Food. Chem. 22(51): 651 - 6520.

Mardiah, E. (1996). Penentuan Aktivitas Dan Inhibisi Enzim Polifenol Oksidase Dari Apel (Pyrus Malus (L)). Jurnal Kimia Andalas 2(2): 22.

Markham, K.R. (1988). Cara Mengidentifikasi Flavonoid. Bandung: Penerbit ITB. Halaman 1.

National Health Surveillance Agency. (2005). Cosmetic Product Stability Guide. Brazil: ANVISA. Halaman 21.

Rawlins, E.A. (2003). Betley’s of Pharmaceuttics. Edisi ke-18. London: Baillierre Tindall. Halaman 22, 31.

Robinson, T. (1995). Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Edisi VI. Bandung: Penerbit ITB. Halaman 191-193.

Rostamailis., Hayatunnufus., dan Yanita, M. (2008). Tata Kecantikan Rambut. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan. Halaman 21-22, 397.

Rowe, R.C., Sheskey P.J., dan Quin, M.E. (2009). Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ed. Washington D.C: Pharmaceuticals Press. Halaman 283, 441.


(1)

116

Lampiran 31. Uji Mann-Whitney rata-rata panjang rambut masing-masing kelompok marmut pada hari ke-21

Tujuan : Untukmengetahui adanya perbedaan yang bermakna dari rata-rata panjang rambut antara masing-masing kelompok marmut pada hari ke-21

Hipotesa: Ho : Tidak terdapat perbedaan yang bermakna dari rata-rata panjang rambut antara masing-masing kelompok marmut pada hari ke-21

Ha : Terdapat perbedaan yang bermakna dari rata-rata panjang rambut antara masing-masing kelompok marmut pada hari ke-21

α : 0,05

Kriteria : Ho ditolak jika nilai signifikasi < α Ha diterima jika nilai signifikasi > α

Kelompok Asymp.Sig (2-tailed)

Kontrol normal Kontrol negatif 0,261

Kontrol positif 0,004

Formula 1 0,004

Formula 2 0,003

Formula 3 0,004

Kontrol negatif Kontrol normal 0,261

Kontrol positif 0,004

Formula 1 0,004

Formula 2 0,003

Formula 3 0,004

Kontrol positif Kontrol normal 0,004

Kontrol negatif 0,004

Formula 1 0,003

Formula 2 0,003

Formula 3 0,336

Formula 1 Kontrol normal 0,004

Kontrol negatif 0,004

Kontrol positif 0,003

Formula 2 0,050

Formula 3 0,004

Formula 2 Kontrol normal 0,003

Kontrol negatif 0,003

Kontrol positif 0,003

Formula 1 0,050

Formula 3 0,003

Formula 3 Kontrol normal 0,004

Kontrol negatif 0,004

Kontrol positif 0,336


(2)

117 Lampiran 31 (lanjutan)

Kesimpulan :

Ho ditolak artinya terdapat perbedaan bermakna pada:

1. Perbandingan kontrol normal dengan kontrol positif, formula 1, formula 2, dan formula 3

2. Perbandingan kontrol negatif dengan kontrol positif, formula 1, formula 2, dan formula 3

3. Perbandingan kontrol positif dengan kontrol normal, kontrol negatif, formula 1, dan formula 2

4. Perbandingan formula 1 dengan kontrol normal, kontrol negatif, kontrol positif, formula 2, dan formula 3

5. Perbandingan formula 2 dengan kontrol normal, kontrol negatif, kontrol positif, formula 1, dan formula 3

6. Perbandingan formula 3 dengan kontrol normal, kontrol negatif, formula 1, dan formula 2

Ho diterima artinya tidak terdapat secara bermakna pada: 1. Perbandingan kontrol normal dengan kontrol negatif 2. Perbandingan kontrol positif dengan formula 3


(3)

118

Lampiran 32. Uji distribusi normalitas (Uji Shapiro Wilk) bobot rambut masing-masing kelompok marmut pada hari ke-21

Tujuan : Untuk mengetahui distribusi normalitas bobot rambut masing-masing kelompok marmut pada hari ke-21 Hipotesa: Ho : Tidak distribusi bobot rambut normal

Ha : Distribusi bobot rambut normal

α : 0,05

Kriteria : Ho ditolak jika nilai signifikasi < α Ha diterima jika nilai signifikasi > α

Tests of Normality

Kelompok Shapiro-Wilk

Statistic df Sig.

Rata Panjang

Kontrol Normal 0,902 6 0,112

Kontrol Negatif 0,972 6 0,673

Kontrol Positif 0,930 6 0,374

Formula 1 0,912 6 0,374

Formula 2 0,882 6 0,065

Formula 3 0,960 6 0,532

a Lilliefors Significance Correction

Kesimpulan : Data bobot rambut masing-masing kelompok marmut terdistribusi normal


(4)

119

Lampiran 33. Uji ANAVA bobot rambut rata-rata panjang rambut masing-masing kelompok marmut pada hari ke-21

Tujuan : Untuk mengetahui adanya perbedaan yang bermakna dari rata-rata bobot rambut masing-masing kelompok marmut pada hari ke-21

Hipotesa: Ho : Tidak terdapat perbedaan yang bermakna dari rata-rata bobot rambut masing-masing kelompok marmut pada hari ke-21 Ha : Terdapat perbedaan yang bermakna dari rata-rata bobot

rambut masing-masing kelompok marmut pada hari ke-21

α : 0,05

Kriteria : Ho ditolak jika nilai signifikasi < α Ha diterima jika nilai signifikasi > α

ANAVA

Bobot Rambut

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 1169,220 5 233,844 2133,666 0,000

Within Groups 3,288 30 0,110

Total 1971,132 59

Kesimpulan : Ha diterima, berarti terdapat perbedaan bermakna dari rata-rata bobot rambut masing-masing kelompok marmut pada hari ke-21.


(5)

120

Lampiran 34. Uji beda nyata terkecil rata-rata bobot rambut masing-masing kelompok marmut pada hari ke-21

Tujuan : Untuk mengetahui adanya perbedaan yang bermakna dari rata-rata bobot rambut antara masing-masing kelompok marmut pada hari ke- 21

Hipotesa: Ho : Tidak terdapat perbedaan yang bermakna dari rata-rata bobot rambut antara masing-masing kelompok marmut pada hari ke-21

Ha : Terdapat perbedaan yang bermakna dari rata-rata bobot rambut antara masing-masing kelompok marmut pada hari ke-21

α : 0,05

Kriteria : Ho ditolak jika nilai signifikasi < α Ha diterima jika nilai signifikasi > α

(I) Kelompok (J) Kelompok

Mean Difference (I-J)

Std.

Error Sig.

93 Confidence Interval

Lower

Bound Upper Bound

Kontrol normal Kontrol negatif -1.67500(*) 0.14975 0,000 -2.1174 -1.2326 Kontrol positif -14.01500(*) 0.14975 0,000 -14.4574 -13.5726 Formula 1 -9.78500(*) 0.14975 0,000 -10.2274 -9.3426 Formula 2 -10.85500(*) 0.14975 0,000 -11.2974 -10.4126 Formula 3 -14.83000(*) 0.14975 0,000 -15.2724 -14.3876 Kontrol negatif Kontrol normal 1.67500(*) 0.14975 0,000 1.2326 2.1174

Kontrol positif -12.34000(*) 0.14975 0,000 -12.7824 -11.8976

Formula 1 -8.11000(*) 0.14975 0,000 -8.5524 -7.6676

Formula 2 -9.18000(*) 0.14975 0,000 -9.6224 -8.7376

Formula 3 -13.15500(*) 0.14975 0,000 -13.5974 -12.7126 Kontrol positif Kontrol normal 14.01500(*) 0.14975 0,000 13.5726 14.4574

Kontrol negatif 12.34000(*) 0.14975 0,000 11.8976 12.7824

Formula 1 4.23000(*) 0.14975 0,000 3.7876 4.6724

Formula 2 3.16000(*) 0.14975 0,000 2.7176 3.6024

Formula 3 -0.81500(*) 0.14975 0,000 -1.2574 -0.3726

Formula 1 Kontrol normal 9.78500(*) 0.14975 0,000 9.3426 10.2274

Kontrol negatif 8.11000(*) 0.14975 0,000 7.6676 8.5524 Kontrol positif -4.23000(*) 0.14975 0,000 -4.6724 -3.7876

Formula 2 -1.07000(*) 0.14975 0,000 -1.5124 -0.6276

Formula 3 -5.04500(*) 0.14975 0,000 -5.4874 -4.6026

Formula 2 Kontrol normal 10.85500(*) 0.14975 0,000 10.4126 11.2974

Kontrol negatif 9.18000(*) 0.14975 0,000 8.7376 9.6224 Kontrol positif -3.16000(*) 0.14975 0,000 -3.6024 -2.7176

Formula 1 1.07000(*) 0.14975 0,000 0.6276 1.5124

Formula 3 -3.97500(*) 0.14975 0,000 -4.4174 -3.5326

Formula 3 Kontrol normal 14.83000(*) 0.14975 0,000 14.3876 15.2724

Kontrol negatif 13.15500(*) 0.14975 0,000 12.7126 13.5974 Kontrol positif 0.81500(*) 0.14975 0,000 0.3726 1.2574

Formula 1 5.04500(*) 0.14975 0,000 4.6026 5.4874


(6)

121 Lampiran 34 (lanjutan)

* The mean difference is significant at the .05 level.

Kesimpulan :

Ho ditolak artinya terdapat perbedaan bermakna pada:

1. Perbandingan kontrol normal dengan kontrol negatif, kontrol positif, formula 1, formula 2, dan formula 3

2. Perbandingan kontrol negatif dengan kontrol normal, kontrol positif, formula 1, formula 2, dan formula 3

3. Perbandingan kontrol positif dengan kontrol normal, kontrol negatif, formula 1, formula 2, dan formula 3

4. Perbandingan formula 1 dengan kontrol normal, kontrol negatif, kontrol positif, formula 2, dan formula 3

5. Perbandingan formula 2 dengan kontrol normal, kontrol negatif, kontrol positif, formula 1, dan formula 3

6. Perbandingan formula 3 dengan kontrol normal, kontrol negatif, formula 1, dan formula 2