Apartment dan Rumah Susun Kwala Bekala

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Neufert, Ernst., Data Arsitek Jilid 1 . terjemahan oleh Sjamsu Amril, Erlangga, Jakarta, 1990

Vitruvius, De Architectura, 2006.

Juwana, Jimmy S., Sistem Bangunan Tinggi, Erlangga, Jakarta, 2005. De Chiara, Joseph dan Lee E. Koppelman, Standar Perencanaan Tapak, Erlangga, Jakarta, 1997.

Transit Oriented Development 2006 http://dayhu.blogspot.co.id/ di akses pada tanggal 02 Juli 2016

Arsitektur minimalis modern 2005.

http://arsitekturminimalissadamhusin.blogspot.co.id/. Di akses pada tanggal 22 Agustus 2016

Apartment minimalis modern http://www.fenuz.com/gambar-desain-apartemen-minimalis.php di akses pada tanggal 22 Agustus 2016.

Rumah susun di indonesia 2003

http://seputarpengertian.blogspot.co.id/2015/08/pengertian-dan-tujuan-rumah-susun.html diakses pada tanggal 15 juli 2016

Rumah Susun dan Pengertiannya 2002.

https://sites.google.com/site/arkideaproperty/input/info-rumah-susun/pengertian-rumah-susun di akses pada tanggal 10 juli 2016

Kebutuhan ruang padaApartment 2001 http://ebookinga.com/pdf/standar-kebutuhan-ruang-apartemen diakses pada tanggal 03 juli 2016.

Konsep TOD sebagai alternatif pengembangna wilayah

pehttps://psaonone.wordpress.com/2013/04/20/konsep-tod-transit-oriented-development-sebagai-alternatif-solusi-pengembangan-wilayah/ diakses pada tanggal 02 juni 2016


(2)

BAB III

METODOLOGI

Dalam perancangan “Apartment dan Rumah Susun Kwala bekala” ini terdapat kerangka kajian yang diuraikan dalam beberapa tahap antara lain :

3.1. Pencarian Ide / Gagasan

Tahapan kajian yang digunakan dalam pencarian ide Perancangan “Apartment dan Rumah Susun Kwala bekala” adalah sebagai berikut :

1. Pencarian ide / gagasan dari sebuah pemikiran tentang sebuah tempat tinggal yang memiliki fasilitas penunjang pusat pasar yang berada sangat dekat dengan site.

2. Pemantapan ide perancangan melalui penulusuran informasi dan data – data arsitektural maupun non – arsitektural dari berbagai pustaka dan media sebagai bahan perbandingan dalam pemecahan masalah.

3. Dari pengembangan ide rancangan yang diperoleh, kemudian akan dituangkan ke dalam analisis dan sintesis.

3.2. Metode Pengumpulan Data

Metode pembahasan yang dipakai dalam penyusunan laporan penelitian ini adalah metode deskriptif , yaitu memaparkan data – data, menguraikan , menjelaskan, baik itu data primer maupun data sekunder berdasarkan fakta yang ada (aktual), lalu kemudian dianalisa untuk menghasilkan suatu kesimpulan. Oleh karena itu untuk dapat melakukan perencanaan dan perancangan “Apartment dan Rumah Susun Kwala bekala” ini, maka diperlukan data – data :

3.2.1 Data Primer

Data yang didapat secara langsung melalui survey lapangan atau observasi. Pengambilan data primer dilakukan dengan cara :

1. Survey Lapangan, dengan cara melakukan pengamatan langsung mengenai objek yang akan dituju seperti lokasi tapak perencanaan.


(3)

2. Dokumentasi adalah metode yang bertujuan untuk memperkuat dari metode diatas yang merupakan data bersifat nyata dan memperjelas data – data yang akan digunakan dalam analisa.

3.2.2 Data Sekunder

Data yang didapat dari studi literatur yang berhubungan dengan pembuatan konsep bangunan rumah susun.

1. Studi Literatur, didapat dari buku – buku yang berkaitan dengan hotel resort dan literatur lainnya yang mendukung.

2. Referensi, didapat dari pengumpulan data, peta dan peraturan – peraturan dari instansi terkait.

III.2.3 Analisa

Analisa data dilakukan secara kualitatif yaitu menganalisa terhadap aspek pelaku kegiatan, kebutuhan ruang, penataan ruang dan sirkulasi, kemudian dianalisa secara kuantitatif yaitu menganalisa terhadap kapasitas ruang dan besaran ruang serta pendekatan mengenai lokasi dan tapak. Adapun analisis yang dapat mempengaruhi perancangan “Apartment dan Rumah Susun Kwala bekala” ini antara lain :

1. Analisa Tapak

Untuk tapak rumah susun berada di kawasan Kwala Bekala, Desa LauChi, penentuan lokasi tapak disesuaikan dengan program Pengembangan bisnis yang berada dekat dengan pusat pasar.

2. Analisa Fungsi

Fungsi utama “Apartment dan Rumah Susun Kwala bekala” ini adalah sebagai wadah yang menyediakan layanan rumah tinggal sewa, bagi para pedagan dan juga mahasiswa yang berada di sekitaran kwala bekala. Area kwala bekala juga di dukung dengan akan adanya pusat pendidikan Universitas Sumatera Utara.


(4)

1. Analisa Aktivitas Pengguna

Pelaku aktivitas pada “Apartment dan Rumah Susun Kwala bekala” dapat dibagi atas beberapa kelompok, yaitu :

2. Kelompok Pengelola 3. Kelompok Penghuni 4. Kelompok Pengunjung 5. Analisa Ruang

Dalam menyusun program ruang rumah susun digunakan data statistic rumah tinggal sewa untuk menentukan jumlah pengunjung dan kebutuhan unit. Selain itu juga dilakukan studi banding terhadap bangunan rumah susun yang mempunyai kesamaan tema dan fungsi untuk membatu dalam penentuan fasilitas dan ruang yang dibutuhkan pada rumah susun. 6. Analisa Struktur

Persyaratan struktur meliputi struktur pondasi, struktur badan bangunan dan struktur atap dengan pertimbangan fungsi ruang, keamanan, keawetan, kekokohan, dan estetika bangunan yang disesuaikan dengan kondisi lingkungan.

3.2.4 Kesimpulan

Pada tahap metodologi ini data yang dikumpulkan dan di observasi sudah lengkap dan sesuai dengan penelitian yang diinginkan. Dengan cara seperti ini penelitian akan menghasilkan keluaran yang maksimal dengan data yang valid. Selain itu dengan cara metodologi pembahasan penelitian tersaji atau tersusun dengan sistematis dan dapat membantu perancangan “Apartment dan Rumah Susun Kwala bekala” ke tahap selanjutnya atau ke bab selanjutnya.


(5)

BAB IV

ANALISA PERANCANGAN

4.1 Analisa Kondisi Tapak dan Lingkungan

4.1 Analisa Proyek

Secara geografis Kwala Bekala terletak diantara 2º 57′ -3º16′ LU dan 97º 52′ - 98º45′ BT. Beriklim tropis dengan suhu minimum 22 º C dan suhu maksimum 34 º C. Memiliki site yang bekontur dan memiliki ketinggian paling rendah 67.6 meter dan paling tinggi 94.38 meter diatas permukaan laut.


(6)

Gambar 4.1 Lokasi site

SITE


(7)

4.2 Analisa Tapak

4.2.1 Analisa Pencapaian

Gambar 4.2 Analisa pencapaian

Pencapaian menuju site dapat ditempuh melalui 4 akses jalan yaitu, Jalan. Jend Jamin Ginting, Jalan RSU H. Adam Malik, Johor / Kota Medan, dan Tuntungan.


(8)

4.2.2 Analisa Sirkulasi

Gambar 4.3 Analisa Sirkulasi

Site terletak diantara jalan Bunga Turi yang merupakan arteri primer 2 arah dengan lebar total 30 meter dan backbone yang merupakan jalur pedestrian dengan lebar 14meter. Potensi yang terdapat pada jalan tersebut yaitu dapat mempermudah pencapaian ke dalam site, dilalui oleh angkutan umum, becak, mobil, dan sepeda motor, dan melalui backbone yang merupakan point utama kawasan Kwala Bekala sebagai penghubung titik-titik transit utama yaitu stasiun dan terminal.


(9)

4.2.3 Analisa Kebisingan

Pada analisa berikut dapat dilihat bahwa pada bagian barat merupakan jalan utama kendaraan bermotor yang mengakibatkant tingkat kebisingan yang tinggi. Perlu adanya solusi untuk mengurangi akustik dari jalan raya. Bagian selatan site merupakan area taman dan pejalan kaki yang menjadi penghubung antara bangunan hotel dengan apartment. Pada bagian utara site merupakan pusat pasar yang mengakibatkan kebisingan yang tinggi karna banyaknya aktifitas jual beli pada pasar tersebut dibutuhkan solusi untuk mengurangi kebisingan seperti meletakan banyaknya pepohonan yang dapat meredam kebisingan.


(10)

4.2.4 Analisa Matahari

Pada gambar tersebut dapat terlihat orientasi matahari berada di sebelah timur dan barat site. Hal ini dapat memberikan dampak negatif dan juga positif bagi site. Dampak negatif yang ditimbulkan adalah matahari pagi-siang yang terpancar langsung ke sisi timur site sehingga perlu ditanggulangi dengan penerapan sun-shading pada bangunan.


(11)

4.2.5 Analisa Angin

Menurut data dari BMG, arah angin yang mendominasi di daerah ini adalah dari arah Utara ke Selatan, Timur ke Barat dan Timur laut ke Barat daya (Gambar ). Angin yang berhembus dari arah Utara ke Selatan lebih bersifat stabil, sehingga akan lebih mempengaruhi desain dari bangunan.

Gambar 4.6 Analisa Angin

4.2.6 Analisa Bentuk

Pemilihan bentuk dasar bangunan dipertimbangkan terhadap faktor-faktor : a. Kesesuaian bentuk site

b. Orientasi bangunan c. Konstruksi bangunan d. Efisiensi ruang e. Ekonomi bangunan


(12)

Gambar 4.7 Analisa Bentuk Bangunan (sumber pribadi)

Akses skybridge dari rumah susun dan apartmen ke terminal dari lantai 02

Akses pedestrian mengarah langsung ke pusat pasar

Akses pedestrian mengarah ke taman sebagai penghubung antara hotel dengan apartmen dan rumah susun


(13)

4.3 Analisa Struktur yang sesuai dengan Design

4.3.1 Struktur

Struktur terdiri dari :

a. Sub Structure (pondasi bangunan)

b. Upper Structure (badan dan atap bangunan)

Kriteria pemilihan struktur : a. Kriteria teknik

Sistem struktur harus dapat memenuhi persyaratan esensial yaitu kekakuan, kekuatan, kestabilan dan ketahanan terhadap kebakaran.

b. Kriteria fungsi

Sistem struktur harus dapat memenuhi fungsi ruang fasilitas utama dalam bangunan.

c. Kriteria estetika

Sistem struktur harus dapat mengekspresikan keindahan Sub Structure

Jenis pondasi terbagi dalam 2 (dua) klarifikasi, yaitu :

1. Pondasi dangkal : untuk bangunan sederhana, berlantai sedikit, yang bebannya relatif ringan, berupa pondasi setempat maupun lajur.

2. Pondasi dalam : untuk bangunan kompleks, berlantai banyak, yang bebannya relatif besar berupa pondasi tiang, sumuran dan terapung.

Batasan-batasan akibat konstruksi di atasnya, harus memperhatikan: a. Kondisi beban


(14)

Ditinjau dari segi pelaksanaannya, khususnya bila ada di dalam kota, ada beberapa keadaan di mana diusahakan dengan cara apapun untuk memasukkan kondisi lingkungan ke dalam pertimbangan.

Berdasarkan analisa di atas, maka bangunan Eco Business Park menggunakan pondasi tiang pancang.

2. Upper Structure

Pemilihan struktur badan berdasarkan pertimbangan :

1. Dapat memenuhi kebutuhan fungsi bangunan pada Eco Business Park 2. Keuntungan struktur yang ekonomis, tahan gempa dan mudah dalam

pelaksanaannya.

Berdasarkan kriteria di atas, maka bangunan Eco Business Park menggunakan sistem struktur rigid frame dengan konstruksi beton. Keuntungan struktur rigid frame :

1. Mudah pelaksanaannya 2. Tahan gempa

3. Ekonomis

4. Bukaan dan pembagian ruang yang lebih bebas karena dinding bukaan sebagai struktur hanya pengisi.

Kriteria Minimalis Modern

Penerapan dalam design

Gambar

Keindahan dan bentuk sederhana

Setiap ruang memiliki fungsi sederhana


(15)

Bentuk bangunan menggunakan modul manusia

Setiap bangunan dan ruang disesuaikan dengan

kebutuhan dan kegiatan manusia Memilki bentuk

ruangan yang sederahana

Bentuk ruangan bersifat kubisme

Fleksibel Ruang harus sederhana karena disitu terdapat estetika Ruang terbentuk

karena adanya interaksi dengan lingkungan

Setiap ruangan dan bangunan di hubungkan dengan kegiatan lingkungan sekitar


(16)

BAB V

KONSEP PERANCANGAN

5.1 Konsep Perancangan

5.1.1 Konsep Lokasi Proyek

Pada gambar 5.1 merupakan hasil akhir master plan yang berikutnya akan diambil salah satu sitenya untuk di desain sesuai dengan fungsi bangunan yang telah di tentukan berupa fungsi Apartmen dan Rumah Susun.


(17)

5.1.2 Penerapan tema Modern Minimalis Architecture pada bangunan

Pada perancangan Apartmen dan rumah susun kwala bekala, pendekatan perancangan dilakukan dengan memperhatikan aspek Minimalis Modern, dimana hal yang paling pokok dalam perancangan bangunan yang efesiensi ruang adalah dengan memperhatikan aspek lingkungan, bentuk, dan ruangan. Bangunan yang fungsional selalu berupaya menjaga keseimbangan alam, memperhatikan aspek bentuk sehingga tercipta ruang-ruang sosial/interaksi yang nyaman dan juga selalu berupaya menciptakan bangunan yang ekonomis, baik itu saat pembangunannya maupun dalam perawatannya. Bentuk alami diciptakan melalui desain bangunan yang tidak terlalu tebal sehingga cahaya matahari bebas masuk. Beberapa strategi yang di upayakan untuk menciptakan bangunan dengan tema Minimalis Modern yaitu :

Gambar 5.2 Apartment dan rumah susun

1. Penggunaan single loaded sebagai sunscreen adalah langkah untuk menambahkan estetika pada bangunan tersebut.


(18)

2. Bangunan terlihat fungsional dan juga berbentuk sederhana dan juga fleksibel.

Dapat dilihat bahwa bentuk bangunan berupa bentuk kubisme sama seperti kriteria pada tema modern minimalis yaitu bangunan dan ruang berbentuk kubisme dan juga futuristik. Ditambah dengan kriteria tema yaitu ruang yang tercipta pada bangunan harus seefisien mungkin


(19)

5.2 Konsep Perancangan Tapak 5.2.1 Penzoningan Tapak

Konsep perancangan tapak pada site ini dilakukan dengan mengintegrasikan ruang luar dengan ruang dalam, sehingga terjalin ruang fungsional atau aliran kegiatan dari luar ke dalam bangunan serta untuk memanfaatkan kawasan yang merupakan kawasan TOD

Gambar 5.3 Zoning tapak Area parkir


(20)

5.2.2 Gubahan Massa

Bangunan Apartment dan rumah susun kwala bekala ini dirancang dengan mengambil bentuk dasar site yang memanjang kearah timur. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan efisiensi ruang yang lebih baik dan penyesuaian dengan bentuk tapak. Bentukan massa yang mengikuti tapak menciptakan pergerakan angin dari segala sisi bangunan

Gambar 5.4 Gubahan massa

Gambar 5.5 Tampak depan apartment

Bangunan apartment terdapat didepan site dan dibelakang site terdapat rumah susun yang dipisahkan dengan ruang terbuka dan juga lahan parkir. Berikut adalah tampak dan gubahan masa dari rumah susun


(21)

Gambar 5.6 Gubahan massa rumah susun


(22)

5.3 Konsep Perancangan Bangunan

Gambar 5.8 Konsep perancangan bangunan Area publik


(23)

5.3.1 Penzoningan Ruangan

Penzoningan pada bangunan apartment dan juga rumah susun dapat di lihat pada gamabar.

Gambar 5.9 Zoning lantai 01 pada apartment


(24)

Gambar 5.11 Zoning lantai 01 Rumah susun


(25)

BAB VI

PERANCANGAN ARSITEKTUR

6.1 Sketsa Suasana

Pada bab ini akan dilampirkan peta situasi, gambar-gambar hasil rancangan serta foto-foto gambar dan maket.

A B

C D

Gambar 6.1 (a) Prespektif Apartment dan rumah susun (b) Suasana pada lapangan terbuka (c) Suasana pada ruang bersama (d) Tampak depan rumah susun


(26)

A b

C D

Gambar 6.2 (a) Suasana Lobby Apartment (b) Tampak prespektif Apartment (c) Tampak prespektif apartment (d) tampak belakang apartment

6.2 Foto Maket

Berikut ini adalah hasil maket dari proyek Apartment dan Rumah Susun Kwala bekala.


(27)


(28)

6.3 Gambar kerja

Hasil perancangan pada proyek Apartment dan Rumah Susun Kwala Bekala merupakan gambar kerja yang meliputi:

1. Site Plan (lampiran 1)

2. Denah basement apartment (lampiran 2)

3. Denah lantai 01 dan denah tipikal apartment (lampiran 3) 4. Tampak apartment (lampiran 4)

5. Potongan apartment (lampiran 5) 6. Potongan apartment (lampiran 6)

7. Denah lantai 01 Rumah susun (lampiran 7)

8. Denah tipikal lantai 02-06 Rumah susun (lampiran 8) 9. Tampak Rumah susun (lampiran 9)

10.Potongan Rumah susun (lampiran 10) 11.Potongan Rumah susun (lampiran 11)


(29)

(30)

(31)

(32)

(33)

(34)

(35)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Terminologi Judul

Judul dari proyek ini adalah Apartment dan Rumah Susun Kwala Bekala. Berikut ini merupakan penjelasan terhadap judul kasus proyek tersebut :

1 Rumah

Menurut Lili T.Erwin Rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal dan berkumpul suatu keluarga. Rumah juga merupakan tempat seluruh anggota keluarga berdiam dan melakukan aktivitas yang menadi rutinitas sehari-hari. Sedangkan menurut Diana Tantiko Rumah adalah tempat untuk pulang, tempat seseorang (atau sebuah keluarga) memperoleh ketenangan, istirahat, dan perlindungan

2 Rumah Susun

Rumah Susun adalah bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan, yang terbagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan secara fungsional dalam arah horizontal maupun veritikal dan merupakan satuan-satuan yang masing-masing dapat dimiliki dan digunakan secara terpisah, terutama untuk tempat hunian, yang dilengkapi dengan bagian-bersama, benda bersama dan tanah-bersama. (Rudy Dewanto)

3 Kwala Bekala

Kwala Bekala adalah kelurahan di kecamatan Medan Tuntungan, Medan, Sumatera Utara, Indonesia. 4 Apartemen

Apartment adalah suatu ruang atau rangkaian ruang yang dilengkapi dengan fasilitas serta perlengkapan rumah tangga dan digunakan sebagai tempat tinggal. (Harris; 1975; 20)

Dari uraian di atas disimpulkan bahwa Rumah Susun kwala bekala merupakan tempat tinggal yang merupakan tempat seluruh anggota keluarga


(36)

bertempat tinggal dan melakukan aktivitas yang menjadi tempat rutinitas sehari-hari, yang berada di suatu bangunan yang bertingkat tinggi dalam arah horizontal ataupun vertikal yang setiap keluarganya mempunyai tempat tinggal masing-masing.

2.2 Lokasi

Kwala Bekala merupakan wilayah kelurahan yang terletak di Medan Johor, Medan, Sumatera Utara. Kecamatan Medan Tuntungan terletak di ketinggian 6 - 12 m diatas permukaan laut, yang terletak pada:


(37)

Peta Kwala Bekala

MasterPlan Gambar 2.1 Lokasi site SITE


(38)

Lintang Utara : 2º.27’ - 2º.47’ Bujur Timur : 98º.35 - 98º.44’

Kecamatan Medan Tuntungan sendiri berbatasan dengan : Sebelah Utara : Kecamatan Medan Johor

Sebelah Timur : Kecamatan Medan Amplas Sebelah Selatan : Kabupaten Deli Serdang Sebelah Barat : Kecamatan Medan Selayang

2.2.1. Deskripsi Kondisi Eksisting Lokasi Sebagai Tapak Rancangan

Luas lahan : ± 22.7 ha

Kontur : relatif datar (kontur tanahnya tidak terlalu bergelombang) KDB/KLB : 60% / 1-5

Luas site : 9654 m2 Batas-batas site : Barat : Terminal Timur : Perkebunan Utara : Pusat pasar

Selatan : Hotel Mixed Used Pemilik : PTPN II

Bangunan eksisting : Lahan kosong Keistimewaan site :

1. Posisi site sangat strategis yaitu berada di jalan arteri primer

2. Dapat dicapai dengan berbagai moda transportasi darat (bus, mobil, taksi, sepeda motor, dsb).

3. Posisi site bersebelahan dengan Pusat Pasar Lau Chi 4. Posisi Berhadapan dengan Terminal Kwala Bekala


(39)

2.3 Studi Literatur 2.3.1 Mebidangro

Presiden telah menetapkan Peraturan Presiden Nomor 62 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan Medan, Binjai, Deli Serdang dan Karo (Mebidangro), yang meliputi 52 kecamatan di seluruh Kota Medan, seluruh Kota Binjai, seluruh Kabupaten Deli Serdang, dan sebagian Kabupaten Karo. Perpres mengatur mengenai peran dan fungsi Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan Mebidangro, cakupan, tujuan, kebijakan, strategi, rencana struktur ruang, rencana pola ruang, arahan pemanfaatan ruang, dan arahan pengendalian pemanfaatan ruang, serta peran masyarakat dalam penataan ruang Kawasan Perkotaan Mebidangro. Selain itu, Perpres juga memuat Peta Rencana Struktur Ruang Kawasan Perkotaan Mebidangro, Peta Rencana Pola Ruang Kawasan Perkotaan Mebidangro, dan Indikasi Program Utama Lima Tahunan Arahan Pemanfaatan Ruang Kawasan Perkotaan Mebidangro.

Kebijakan Tata Ruang Nasional menempatkan Metropolitan Mebidangro sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) sekaligus sebagai Kawasan Strategis Nasional (KSN) dengan fokus pengembangan kegiatan ekonomi. Metropolitan Mebidangro berada di Wilayah Sumatera Bagian Utara yang memiliki kedudukan strategis terhadap pengembangan Segitiga Ekonomi Regional Indonesia Thailand -Singapura (IMT-GT). Posisinya yang strategis ini menjadi perhatian penting dalam pengembangan Metropolitan Mebidangro ke depan. Medan-Binjai-Deli Serdang & Karo sendiri memiliki visi yang jauh ke depan (visi 2027) yaitu kota yang nyaman dihuni, memiliki fasilitas kota yang terjangkau, mendorong gairah berakitivitas sosial, ekonomi maupun kebudayaan, banyak ruang publik yang mudah dicapai dengan bersepeda atau jalan kaki dan transportasi umum yang andal. Selain itu, sebagai PKN dan KSN Ekonomi, Rencana Pengembangan Metropolitan Mebidangro telah disiapkan sampai tahun 2030. Tujuannya agar Mebidangro mampu menjadi pusat pelayanan ekonomi skala nasional yang mampu bersaing dengan pusat pelayanan ekonomi Regional IMT-GT, di samping melayani penduduknya dengan prima. Luas


(40)

Binjai, Kabupaten Deli Serdang dan sebagian Kabupaten Karo. Pada tahun 2009 total jumlah penduduk metropolitan ini mencapai 4.2 juta Jiwa.

Dengan perkiraan pertumbuhan penduduk selama 20 tahun terakhir sebesar 30,95%, diperkirakan jumlah penduduk Metropolitan Mebidangro pada tahun 2029 akan mencapai 5.5 juta Jiwa. Dilihat dari daya dukung

fisik dasarnya, sekitar 37,55% lahan Metropolitan Mebidangro, yaitu 113.280 ha, potensial dikembangkan untuk kegiatan perkotaan. Diperkirakan daya tampung kawasan Metropolitan Mebidangro mencapai 6,8 juta jiwa.Metropolitan Mebidangro didukung dengan keberadaan Bandara Kualanamu (dalam proses pembangunan) sebagai pengganti Bandara Polonia. Bandara Kualanamu ditetapkan sebagai bandara internasional dengan hierarki pusat pengumpul skala primer (KM 11 Tahun 2010, Tatanan Kebandarudaraan Nasional). Bandara Kualanamu direncanakan memiliki kapasitas pelayanan untuk penerbangan pesawat tipe B.747400, dengan rencana luas wilayah bandara minimal 1.365 ha. Metropolitan Mebidangro juga didukung keberadaan pelabuhan laut Belawan dengan status pelabuhan internasional (PP No. 26 tahun 2008, Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional). Dalam melaksanakan pengelolan Kawasan Metropolitan, penguatan kelembagaan eksisting melalui

pola kerjasama daerah menjadi perhatian penting terkait implementasi pengembangan Metropolitan Mebidangro 2030. Penguatan kelembagaan berorientasi pada sinergi program pembangunan, kepastian hukum dan perpendekan proses birokrasi sehingga mampu meningkatkan gairah investasi di wilayah Metropolitan Mebidangro.Kebijakan dalam Penataan Ruang Kawasan Perkotaan Mebidangro meliputi:

1. Pengembangan dan pemantapan fungsi Kawasan Perkotaan Mebidangro sebagai pusat perekonomian nasional yang produktif dan efisien serta mampu bersaing secara internasional terutama dalam kerja sama ekonomi subregional Segitiga Pertumbuhan Indonesia-Malaysia-Thailand;

2. Peningkatan akses pelayanan pusat pusat kegiatan perkotaan Mebidangro sebagai pembentuk struktur ruang perkotaan dan penggerak utama pengembangan wilayah Sumatera bagian utara;


(41)

3. Peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana transportasi, energi, telekomunikasi, sumber daya air, serta prasarana perkotaan Kawasan Perkotaan Mebidangro yang merata dan terpadu secara internasional, nasional, dan regional;

4. Peningkatan keterpaduan antarkegiatan budi daya serta keseimbangan antara perkotaan dan perdesaan sesuai dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan;

5. Peningkatan fungsi, kuantitas, dan kualitas RTH dan kawasan lindung lainnya di Kawasan Perkotaan Mebidangro.

Untuk mendukung kebijakan tersebut, maka diambillah lima langkah strategis pengembangan Kawasan Metropolitan Mebidangro, yaitu pengembangan koridor ekonomi internasional Belawan –Kuala Namu, pembangunan pusat-pusat pelayanan kota baru, revitalisasi pusat kota lama Medan dan Kawasan Tembakau Deli, pembangunan dan pemantapan Koridor Hijau Mebidangro, dan pengembangan Akses Strategis Mebidangro. Pengembangan Koridor Ekonomi Internasional Belawan-Kuala Namu dilakukan dengan menata pusat Kota Medan menjadi pusat kegiatan perdagangan dan jasa, kawasan cagar budaya, dan kegiatan pariwisata budaya dan buatan. Selain itu, dilakukan pula penataan kawasan agropolitan tembakau Deli yang berfungsi sebagai ruang terbuka hijau perkotaan, wisata buatan, dan trade mark perkotaan Mebidangro. Selanjutnya yang dimaksud dengan pembangunan pusat-pusat pelayanan kota baru adalah membangun pusat -pusat pelayanan kota baru yang berfungsi sekunder dan menghubungkan mereka dengan sistem jaringan transportasi massal yang dapat menampung serta melayani sekitar 500.000 jiwa untuk masing-masing pusat pelayanan sekunder. Di sisi lain, dilakukan pula pengembangan koridor kegiatan primer berdasarkan skalanya. Sementara itu revitalisasi pusat Kota lama Medan dan Kawasan Tembakau Deli menitikberatkan pada penataan pusat Kota Medan sebagai pusat kegiatan perdagangan dan jasa, kawasan cagar budaya, dan kegiatan pariwisata budaya dan buatan. Penataan kawasan agropolitan tembakau Deli yang berfungsi sebagai ruang terbuka hijau perkotaan, wisata buatan, dan trade mark perkotaan Mebidangro.


(42)

Pembangunan dan pemantapan Koridor Hijau Mebidangro dimaksudkan untuk memantapkan kawasan hutan di kawasan hulu dan hilir Mebidangro yang berfungsi sebagai resapan air, perlindungan daerah di bawahnya, dan perlindungan flora fauna. Selain itu dilakukan pula pembangunan sempadan sungai yang membentang dari perbukitan Bukit Barisan sampai Selat Malaka, sempadan waduk/danau, dan sempadan pantai yang berhadapan dengan perairan Selat Malaka sebagai ruang terbuka hijau. Sedangkan, pengembangan akses strategis Mebidangro berarti mengembangkan keterhubungan sistem jaringan jalan arteri primer sebagai akses pergerakan pusat produksi ke pusat distribusi dan koleksi. Termasuk pula di dalamnya pembangunan sistem jaringan angkutan massal berbasis jalan dan kereta api yang menghubungkan antar pusat kegiatan sekunder, dan pembangunan keterpaduan simpul sistem jaringan transportasi yang memadukan transportasi darat, udara, dan laut di Pelabuhan Belawan, Bandara Kualanamu dan Stasiun Medan

2.3.2 Transit Oriented Development (TOD)

TOD adalah peruntukan lahan campuran berupa perumahan atau perdagangan yang direncanakan untuk memaksimalkan akses angkutan umum dan sering ditambahkan kegiatan lain untuk mendorong penggunaan moda angkutan umum. Peruntuan lahan sekitar stasiun BRT/MRT dikembangkan dengan perbedaan tingkat kepadatan.

Transit oriented development atau disingkat menjadi TOD merupakan salah satu pendekatan pengembangan kota yang mengadopsi tata ruang campuran dan maksimalisasi penggunaan angkutan massal seperti Busway/BRT, Kereta api kota (MRT), Kereta api ringan (LRT), serta dilengkapi jaringan pejalan kaki/sepeda. Dengan demikian perjalanan/trip akan didominasi dengan menggunakan angkutan umum yang terhubungkan langsung dengan tujuan perjalanan. Tempat perhentian angkutan umum mempunyai kepadatan yang relatif tinggi dan biasanya dilengkapi dengan fasilitas parkir, khususnya parkir sepeda.


(43)

besar khususnya di kawasan kota baru yang besar seperti Tokyo di Jepang, Seoul di Korea, Hongkong, Singapura, yang memanfaatkan kereta api kota serta beberapa kota di Amerika Serikat dan Eropa.

Pengembangan wilayah berbasis TOD belum banyak dilakukan di perkotaan Indonesia. Rencana TOD di stasiun Manggarai belum terbukti sampai saat ini, begitu juga dengan stasiun Kota dan Dukuh Atas di Jakarta. Namun, pengembangan TOD yang masih terbatas sudah banyak dilakukan, namun tidak berdampak luas karena tidak sinerginya ke-4 faktor, yaitu :

1. Mixed-use 2. High Density

3. Akses Kendaraan Tidak Bermotor 4. Dekat dengan Stasiun MRT/BRT

Kaitan TOD dengan angkutan Massal TOD harus ditempatkan:

1. Pada jaringan utama angkutan massal

2. Pada koridur jaringan bus/ BRT dengan frekuensi tinggi

3. Pada jaringan penmpan bus yang waktu tempuhnya kurang dari 10 menit dari jaringan utama angkutan massal.

Kalau persyaratan diatas tidak dipenuhi oleh suatu kawasan maka perlu diambil langkah untuk menghubungkan dengan angkutan massal, disamping itu yang juga perlu menjadi pertimbangan adalah frekuensi angkutan umum yang tinggi.

2.3.2.1 Defenisi Transit Oriented Development (TOD)

Defenisi Transit Oriented Development menurut Calthorpe dalam Yuniasih (2007) adalah :

A mixed-use community within an average 2,000-foot walking distance of a transit stop and core commercial area. TODs mix residential, retail, office, open space, and public uses in a walkable environment, making it convenient for residents and employees to travel by transit, bicycle, foot, or car


(44)

Sumber : Calthrope dalam Wijaya (2009) Gambar. 2.2

Konsep TOD

Konsep Transit Oriented Development (TOD) ini menawarkan alternative menuju pola pengembangan dengan menyediakan fungsi-fungsi working, living,leisure dalam populasi yang beraneka ragam, dalam kepadatan yang rendahsampai dengan tinggi, dengan konfigurasi fasilitas pedestrian dan akses transit. Karakteristik bentuk kota ini bercirikan keragaman dan densitas tinggi dalam skala lokal/kawasan, dan terhubungkan dengan bagian kota lain oleh sistem transit. Konsep Transit Oriented Development (TOD) di awali dengan konsep aktivitas pergerakan manusia, baik dengan moda maupun berjalan. Pergerakan sebagai salah satu aktivitas yang paling banyak dilakukan oleh manusia, diwadahi dengan penempatan-penempatan pusat-pusat aktivitas yang terintegrasi dengan titik-titik transit, sehingga diharapkan dapat mendorong penggunaan transportasi publik. Pusat-pusat aktivitas dihubungkan antara satu dengan yang lain dalam jarak tempuh berjalan yang nyaman dan aman sebagai upaya untuk mengurangi pergantian antar moda (Wijaya, 2009).


(45)

2.3.2.2 Struktur Transit Oriented Oriented Development (TOD) Ciri Tata Ruang TOD

Ada beberapa ciri tata ruang campuran yang bisa dicapai dengan mudah cukup berjalan kaki atau bersepeda. Beberapa ciri penting yang akan terjadi dalam pengembangan TOD[2] yaitu:

1. Penggunaan ruang campuran yang terdiri dari pemukiman, perkantoran, serta fasilitas pendukung,

2. Kepadatan penduduk yang tinggi yang ditandai dengan bangunan apartemen, condominium

3. Tersedia fasilitas perbelanjaan 4. Fasilitas kesehatan,

5. Fasilitas pendidikan 6. Fasilitas hiburan 7. Fasilitas olahraga 8. Fasilitas Perbankan

Pengurangan ketergantungan terhadap kendaraan pribadi

Ketergantungan terhadap kendaraan pribadi cenderung meningkat di kota-kota besar Indonesia, pilihan moda pribadi telah meningkat menjadi 80 persenan, yang kalau dilihat kembali kondisi tahun 1980an angkanya masih berkisar 50-50 di Jakarta. Hal ini akan berdampak negatif terhadap lingkungan. Berdasarkan penerapan TOD di beberapa kota besar menunjukkan penurunan ketergantungan terhadap kendaraan pribadi, karena adanya pilihan yang cepat, murah dan mudah mencapai tujuan hanya dengan hanya berjalan kaki, berjalan kaki, menggunakan angkutan umum, Masyarakat tidak perlu repot mencari tempat parkir, membayar biaya parkir yang tinggi, biaya operasi yang tinggi pula.

Penerapan TOD pada projek MRT Jakarta

Pada tahun 2016 Jakarta akan memiliki jalur MRT modern pertama yang akan menggunakan pendekatan memaksimalkan pemanfaatan lahan disekitar stasiun untuk pengembangan properti dengan kepadatan tinggi. Pemerintah provinsi DKI Jakarta[ akan mengedepankan konsep pengembangan berorientasi transit atau


(46)

transit oriented development atau TOD. Terutama dalam pembangunan 12 stasiun KABT tahap pertama dengan rute Lebak Bulus–Dukuh Atas. Namun, klasifikasi 12 stasiun itu masing-masing tetap berbeda.

Dari 12 stasiun itu, lima di antaranya akan dijadikan TOD maksimum, yakni Stasiun Lebak Bulus, Fatmawati, Cipete, Blok M dan Stasiun Dukuh Atas. Kemudian tiga stasiun, yakni Senayan, Istora dan Bendungan Hilir akan dikembangkan dengan pola TOD medium, yakni konsep pengembangan medium. Sedangkan empat stasiun lainnya, yakni Haji Nawi, Blok A, Sisinga Mangaraja dan Setiabudi akan dikembangkan dengan konsep TOD minimum.

Strategi

A. Perkuatan Pelayanan Angkutan Umum Berbasis MRT/BRT

Pelayanan angkutan umum massal menjadi daya tarik karena perjalanannya akan lebih cepat, mudah, hemat energi dan ramah lingkungan. Pengembangan MRT di Curitiba (Brazil) dan Sengkang (Singapura) adalah salah satu pengembangan TOD yang sukses.

Jalur Mass Rapid Transit ini merupakan tantangan baru bagi para arsitek yang diminta untuk mengintegrasikan stasiun transit dengan desainnya.

Namun pengembangan tersebut harus djaga supaya tidak menimbulkan pemekaran kota (sprawling). Inggris telah membangun green belts dimana menjaga kawasan tetap 16.000 km2.

B. Penataan Tata guna Lahan

Pendekatan perencanaan perkotaan menuju pada pembentukan kepadatan dan penggunaan bersama dan mendapatkan kembali ruang untuk pejalan kaki dan sepeda dengan tujuan untuk mengalihkan permintaan perangkutan ke moda kendaraan tidak bermotor. Menciptakan kepadatan dan fungsi bersama di daerah sub-perkotaan yang luas akan mengarah ke sub-pusat dimana terjadi banyak aktivitas dan kebutuhan sehari- hari masyarakat: perkantoran, permukiman, pendidikan, hiburan, fasilitas publik, pusat perbelanjaan, dll.

Sub-pusat ini memiliki prioritas paling tinggi untuk dihubungkan dengan distrik pusat bisnisdan diantaranya dengan skema mass rapid transit, seperti kereta ringan


(47)

/ MRT atau jalur BRT.Berkembangnya aktivitas di sekitar kawasan stasiun Pertambahan jumlah penumpang Volume lalu lintas berkurang

Fasilitas Pejalan kaki lebih baik Biaya tiap penumpang semakin rendah Biaya infrastruktur rata-rata berkurang

Peningkatan keamanan di dekat stasiun Image lebih baik Meningkatnya nilai properti

C. Perbaikan Fasilitas NMT

Mobilitas warga kota akan ditingkatkan dengan penerapan konsep pejalan kaki yang intensif, dengan menyediakan trotoar luas, nyaman, terlindung, dan aman dari banjir. Kemudian akan ditinggikan lagi pada masa yang akan datang, berpindah dari satu gedung ke gedung lainnya, sepanjang atau melalui kota-kota modern di Indonesia yang akan memiliki ruang publik tingkat dua dan tingkat tiga yang berada di atas jalan-jalan penuh sesak dan rawan banjir menjadi tempat transit pejalan kaki. Alun-alun kota dan tempat-tempat semi-publik pada beberapa tingkat terlindung lanskap yang lebih tinggi atau taman gantung akan menjadi fitur arsitektur yang terkenal untuk pusat kota karena mampu menghubungkan bangunan dengan masyarakat, jalan, dan struktur lingkungan.

D. Investasi Lahan TOD

Pada perkembangan selanjutnya sektor swasta dan publik ditingkatkan dekat dengan akses transportasi umum, yang berada di sepanjang koridor dan stasiun moda transportasi, terkonsentrasi dan kepadatan di sekitar yang menghubungkan stasiun.

Pengembang dan investor akan setuju untuk menyediakan dana tambahan karena yang membuat gedung tersebut mampu menghasilkan adalah terhubungnya gedung dengan transit massal, baik itu dari sisi pejalan kaki maupun kereta.

Konektivitas menjadi bagian paling penting dari suatu gedung, sebagaimana masing-masing fungsi hanya akan berhasil jika warga masyarakat mendapatkan cara termudah, teraman, tercepat dan bertingkat, kering, dan permukaan lantai yang kuat, paling nyaman, secara alami terkendali terhadap iklim dan memiliki tempat terlindung terhadap ruang.


(48)

Jembatan pejalan kaki – hal ini mencirikan elemen kota masa depan – menyediakan jalur pejalan kaki dari satu gedung ke gedung lain pada saat yang sama sebagai tempat bertemu, area peristirahatan, tempat observasi, dan pusat perbelanjaan. Jembatan pejalan kaki – hal ini mencirikan elemen kota masa depan – menyediakan jalur pejalan kaki dari satu gedung ke gedung lain pada saat yang sama sebagai tempat bertemu, area peristirahatan, tempat observasi, dan pusat perbelanjaan.

TAHAPAN-TAHAPAN PENERAPAN TOD

Tahap 1 : Memperkuat investasi publik dalam angkutan umum dengan memastikan bahwa pengembangan angkutan umum berpusat pada stasiun

Tahap 2 : Mengetahui bahwa area stasiun adalah daerah khusus dan seluruh wilayah yang berada di sekitarnya berkesempatan untuk mengembangkan pembangunn tradisional.

Tahap 3 : Mengambil kesempatan yang diberikan oleh angkutan umum untuk mempromosikan TOD sebagai bagian dari strategi manajemen pertmbuhan yang lebih luas

Tahap 4 : Rezoning daerah-daerah yang berpengaruh di sekitar stasiun untuk hanya menggunakan moda angkutan umum dalam melakukan perjalanannya

Tahap 5 : Fokus pada investasi instansi publik dan uapaya perencanaan di daerah stasiun dengan peluang pembangunan terbesar

Tahap 6 : Membangun broad-based core untuk mendukung TOD melalui pejabat-pejabat terpilih, staf pemerintah daerah, pemilik tanah, dan lingkungan

Tahap 7 : Menyiapkan kerangka kerja mandiri untuk lebih mempromosikan TOD setelah perencanaan selesai.

2.3.2.3 Tipologi Transit Oriented Development

Terdapat dua model pengembangan didalam TOD menurut Calthorpe yakni:

1. NeighorhoodTOD


(49)

jangkauan 10 menit berjalan (tidak lebih dari 3 mil) dari titik transit. NeigborhoodTOD harus berada pada lingkungan hunian dengan densitas menengah, fasilitas umum, servis, retail, dan rekreasi. NeigborhoodTOD ini dirancang dengan fasilitas publik dan ruang terbuka hijau serta memberi kemudahan akses bagi pengguna moda pergerakan.

2. UrbanTOD

Merupakan TOD dengan skala pelayanan kota berada pada jalur sirkulasi utama kota seperti halte bus antar kota dan stasiun kereta api baik light rail maupun heavy rail. Urban TOD harus dikembangkan bersama fungsi komersial yang memiliki intensitas tinggi, blok perkatoran, dan hunian dengan intensitas menengah tinggi. Setiap TOD pada kota, memiliki karakter tersendiri sesuai dengan karakter lingkungannya.

Sumber : Calthrope, 1993 Gambar. 2.3

UrbanTOD (kiri) dan NeighborhoodTOD (kanan)

2.3.2.4 Keuntungan dari Diterapkannya TOD

Menurut Calthorpe dalam Wijaya (2007) konsep Transit Oriented

Development (TOD) pada dasarnya adalah untuk mengintegrasikan jaringan jalan dengan bangunan sekitarnya dikaitkan dengan manusia sebagai


(50)

penggunanya sehingga tercipta lingkungan yang walkable, aman dan nyaman, dimana dapat diuraikan :

Tujuan Lingkungan

1. Meningkatkan kualitas udara, menghemat penggunaan energi dan membuat lingkungan yang berkelanjutan.

2. Mengurangi ketergantungan pada kendaraan bermotor pada lingkungan yang didominasi oleh kendaraan bermotor.

Tujuan Perencanaan/Transportasi

1. Menciptakan pola pembangunan kota untuk pengembangan kawasan secara terintegrasi.

2. Menciptakan variasi perumahan dengan berbagai kepadatan dari rendah sampai dengan tinggi dalam radisu tertentu dari lokasi transit (Calthrope) Di area komersial, fungsi retail dapat dikombinasikan dengan residensial dan perkantoran, namun intensitas retail itu sendiri tidak boleh berkurang. Jumlah parkir harus ditambah untk fungsi-fungsi tambahan tersebut. Pertimbangan khusus harus dilakukan agar tercipta privasi untuk fungsi residensial. Entrance kedua fungsi harus dipisah. Penambahan fungsi tersebut sebaiknya dilakukan secara vertikal. Hasil adalah ketinggian bangunan bertambah, menciptakan kemenarikan visual dan karakter urban yang lebih kuat.

Sumber : Buku “The Next American Metropolis”, Peter Calthorpe Gambar.2.4


(51)

a.) Area Residensial

Tujuan TOD adalah mengurangi tingkat penggunaan mobil pribadi. dengan perancangan dan lokasi area residensial yang tepat tujuan ini dapat dicapai. Residensial sebaiknya berdekatan dengan area komersial dan dan transit.

Kepadatan area residensial dirancang untuk mendukung pengguna transit. Tipe permukiman bervariasi terdiri dari tipe single family, tipe townhouse, dan apartemen.

Sumber : Buku “The Next American Metropolis”, Peter Calthorpe Gambar.2.5


(52)

Sumber : Buku “The Next American Metropolis”, Peter Calthorpe Gambar.2.6

Zona antara sidewalk dan rumah

b.) Pedestrian

Jalan di kawasan TOD merupakan elemen paling vital dalam menentukan kualitas ruang publik. Jalan di kawasan TOD harus dibuat pedestrian-friendly. Untuk menciptakan ruang jalan yang demikian harus dipikirkan berapa luas yang diperlukan untuk pedestrian untuk menciptakan ruang publik yang aktif,sementara tetap menjaga keseimbangan dengan ruang parkir, jalur bersepeda dan pergerakan kendaraan.

Lebar jalan dan jumlah lajur kendaraan harus dikurangi tanpa mengorbankan parkir paralel dan akses sepeda. Jalan harus dirancang untuk dilalui dengan kecepatan mobil tak lebih dari 24 km/jam. Jalan yang lebih sempit dapat mengurangi lebar jalan dan jumlah lajur memberikan ruang yang lebih besar untuk penataan lansekap. Dimensi jalan yang relatif kecil ditujukan untuk menciptakan skala manusia.


(53)

Sumber : Buku “The Next American Metropolis”, Peter Calthorpe Gambar.2.7

Dimensi ideal ruang jalan di area TOD

Sidewalk secara virtual terbagi atas beberapa zona yaitu; zona tepi yang berbatasan langsung dengan jalur mobil (minimal 1,2 meter untuk kawasan TOD, untuk menyediakan ruang menunggu), zona furnishing yang mengakomodasi perletakan street furniture seperti pohon atau fasilitas transit, zona ‘melintas’ yaitu jalur yang dapat dilalui tanpa gangguan, dan zona ‘frontage’ yaitu ruang bersih antara fasad bangunan (tempat pejalan kaki melakukan window shopping, area keluar dan masuk dari dalam bangunan) dan zona ‘melintas’. Lebar sidewalk minimum yang disarankan adalah 3 meter (pada area komersial minimum 4 meter), tidak batas maksimum untuk lebar sidewalk namun jika terlalu lebar menyebabkan ketidaknyaman karena terkesan kosong dan tidak mengundang.


(54)

Sumber : Buku “Planning and Designing for Pedestrians” San Diego’s Regional Planning Agency

Gambar.2.8

Pembagian zona pada sidewalk

Lebar zona sidewalk minimal untuk dilalui pejalan kaki adalah 1,5 meter (dapat dialui dua orang sekaligus). Dimensi sidewalk lebar di area komersial dimana aktivitas pedestrian lebih besar dan seating luar sangat direkomendasikan (1,8 meter -2,5 meter). Jalur pedestrian yang nyaman akan mengurangi penggunaan mobil dan menambah efisiensi penggunaan transit.

Sumber : Buku “The Next American Metropolis”, Peter Calthorpe Gambar 2.9


(55)

Street furniture pada pedestrian sangat diperlukan bagi pejalan kaki. Jika ruang jalan tidak memiliki fasilitas ini maka pemakaian ruang jalan mnjadi tidak nyaman. Misalnya jika tidak ada lampu jalan menyebabkan ketidaknyaman dan tidak tersedianya tempat sampah membuat jalan jadi kotor dan membuat orang enggan berjalan kaki. Untuk menciptakan sense of community dapat melalui pemilihan desain street furniture yang mencerminkan karakter lokal.

Pepohonan untuk peneduh diperlukan disepanjang jalan. Jarak antara pohon-pohon tersebut tidak boleh lebih dari 9 meter. Jenis pohon dan teknik penanaman harus diseleksi dengan seksama untuk menciptakan kesan meyatu pada ruang jalan, menyediakan naungan yang efektif, dan menghindari kerusakan trotoar. Banyak ruang jalan yang dikenang orang karena deretan pepohonan di sepanjang jalan. Keberadaan pohon penting untuk kenyamanan pejalan kaki karena menyediakan naungan dari cuaca dan mengurangi suhu panas yang dihasilkan permukaan aspal dan menciptakan iklim mikro yang lebih sejuk. Selain itu pepohonan juga memberikan keindahan pada ruang jalan. Backbone pada kawasan siteplan adalah inti dari kawasan tersebut dikarenakan kawasan tersebut berpanutan pada sistem TOD, pada sistem TOD harus adanya bagian untuk pejalan kaki yang nyaman dan juga aman diantara satu point ke point lain, dikawasan kwala bekala ini point tersebut adalah dari terminal kwala bekala sampai point stasiun kwala bekala. Backbone pada kawasan kwala bekala ini di fasilitasi pedestrian yang nyaman dan juga banyaknya street furniture untuk para pejalan kaki merasa nyaman dan tidak terasa jauh pada saat berjalan dari point ke point lain. Backbone tersebut di fasilitasi adanya retail tempat berbelanja dan juga retail makanan, di tambah dengan banyak nya taman-taman yang berguna untuk para pengguna backbone beristirahat.


(56)

2.3.3 Masterplan


(57)

Berikut merupakan hasil pengembangan kawasan dari masterplan PTPN II dimana pada masterplan ini terdapat 7 macam fungsi bangunan yang dapat mendukung kawasan ini menjadi kawasan TOD antara lain :

1. Stasiun Kereta Api 2. Convention Hall 3. Pusat Kreativitas

4. Hotel Bisnis dan Pusat Kuliner 5. Kantor dan Eco Park

6. Hotel Mixed-use


(58)

Gambar 2.11 Masterplan kawasan yang dikembangkan Terminal

Komersil Ruang Terbuka

Hijau

Ruang Terbuka Hijau Danau Ruang Terbuka

Non Hijau

Perumahan Komersil

Komersil

Komersil Komersil

Komersil

Pendidikan

Stasiun Perdagangan


(59)

2.3.4 Teori Minamalis Modern 2.3.4.1 Pengembangan Teori

Minimalis Modern muncul pada pertengahan tahun 70-an. Teori Minimalis Modern didasarkan pada analisis, definisi, klasifikasi dari sang arsitek, serta budaya dan latar belakang. Debat berlangsung untuk sebagian besar di jurnal Italia, Spanyol dan Inggris. Jurnal arsitektur Lotus International, El Croquis dan Desain Arsitektur, mengikuti contoh Rassegna, mencetak isu tematik. Pada pertengahan tahun 90-an monograf muncul untuk pertama kalinya. (Carmagnola, Pasca, 1996; Savi, Montaner, 1996; Pawson, 1996; YPMA, 1996).

Montaner (1993) menyatakan karakteristik minimalis yaitu: 1) indah, geometris, etika pengulangan, presisi teknis dan materialitas, kesatuan dan kesederhanaan, distorsi skala, dan dominasi bentuk struktual. Dari London muncul beberapa definisi minimalis: pada dasarnya arsitektur reduksionis yang terdiri kesederhanaan, linearitas, warna, dan kontemplasi (Wakil 1994, 15); 2) kesempurnaan dan kualitas obyek mencapai sekali tidak bisa lagi diperbaiki dengan pengurangan dan ketika semua komponen, rincian menjadi esensi (Pawson, 1996, 7) dan; 3) arsitektur dengan konsep primordial ruang, cahaya dan massa (Murray, 1999, 8).

Pada 90-an beberapa arsitek baru muncul. Mereka juga mempelajari minimalis, bersama-sama dengan para penulis yang karyanya dikenal sudah pada tahun 1988, namun tidak disebutkan dalam Rassegna. Ini merupakan indikasi bahwa tidak ada lagi minimalis London dalam publikasi Italia dan Spanyol, di mana kita bisa mendengar dari lokal-Mediterania, Swiss dan minimalisme Jepang. Alasan yang mungkin untuk ini adalah fakta bahwa minimalis London pertama kali dikembangkan melalui desain yang lebih kecil dan arsitektur interior. Pawson, Silvestrin dan Freton adalah spesialis untuk interior apartemen, butik, restoran, galeri dan rumah keluarga, sementara Chiperfield dikenal bangunan yang lebih besar. Dalam hal ini, teori London tidak pernah gagal untuk menunjukkan bagaimana London diremehkan dalam masyarakat dunia (Melhuish 1994, 13; YPMA, 1996, 13). Namun, teori London mendalam ke daerah-daerah lain di mana


(60)

minimalis dalam perkembangan arsitektur. Sebagai tokoh terkemuka Swiss essentialists Buchenan (1991) menegaskan Herzog dan DeMeuron. Di wilayah Mediterania, di Semenanjung Iberia menyebutkan Souto de Moura dan Baeza. Melhuish (1994) sebagai fitur minimalis Mediterania mengalokasikan sehubungan dengan lokasi. Wakil (1994) menemukan bahwa iklim Jepang, tradisi dan gaya hidup yang diterima untuk rumus minimalis. Pertimbangan pertanyaan terbuka pada asal dan afiliasi minimalis dalam hal tradisi, yang menyebabkan beberapa teori untuk tepat minimalis dengan budaya mereka sendiri. YPMA (1996) menarik garis reduksionis Inggris: dari arsitektur Victoria yang elegan menahan diri dan penggunaan sederhana dari bahan berkualitas tertinggi, lebih dari teknologi standardisasi dalam keadaan revolusi industri. Di sisi lain, Ranzo (Carmagnola, Pasca 1996, 149) menemukan pola dasar minimalis dalam arsitektur Mediterania vernakular. Media presentasi dengan gaya baru di pertengahan transfer 90-an dari Eropa ke Amerika, berupa pameran yang diselenggarakan. Di New York MoMA, pameran disebut konstruksi Cahaya (1995) dikuratori oleh Riley, menunjukkan karya arsitektur dari volume persegi panjang, yang menyadari sensibilitas arsitektur baru. Pada tahun yang sama, di Pittsburgh, Machado dan el-Khoury mengatur pameran arsitektur monolitik. Monolitik adalah objek yang terlihat seperti seolah-olah mereka dibuat dalam sepotong tunggal, padat, struktur besar dari besar kefasihan terlepas dari cara formal terbatas (Machado, el-Khoury, 1995). Periode konstitusional ini pembangunan teoritis diikuti oleh kritis Ulasan teori minimalis didirikan. Topik utama diatur dalam Rassegna masih tetap: garis sejarah, aspek etika, hubungan dengan modernisme, seni minimal dan postmodernisme.

2.3.4.2 Kontemplasi

Studi Jepang terkait minimalis dalam arsitektur mengatakan pengantar menyoroti unsur teologi dan tteoritis. Setelah Taki (1984) dan Avon dan Vragnaz (1988),nilai kontemplatif yang ditunjukkan oleh Auer (1988, 100). Dia mengerti minimalisme Jepang sebagai ide untuk kekosongan, dorongan moril dan panggilan untuk rendah hati dan realisasi diri. Yang paling berpengaruh Inggris arsitek minimalis, Pawson, harus tahu yang ideal langsung selama empat tahun tinggal di Jepang. Pawson mengintegrasikan sumber inspirasi dalam bukunya Minimum


(61)

(1996). Berikut konsep kesederhanaan, pengurangan dan esensi direpresentasikan sebagai kunci pemahaman, negara diperlukan dan dasar kualitas minimalis, dan yang paling penting - ideal umum dari banyak perbedaan budaya. Sebagai arsitektur sederhana, berdasarkan proses selektif pengurangan, membantu orang menemukan mereka yang sebenarnya keinginan dan kebutuhan penting dari kehidupan. Dengan cara ini, minimalis berfungsi sebagai fenomena universal penolakan materialitas dan orientasi terhadap spiritualitas dan esensi. Kontras antara tenang dan keras dalam hal visualitas arsitektur diwakili sebagai kemenangan minimalis kecanggihan lebih konsumerisme. Untuk alasan yang sama Ympa (1996) melakukan tidak melihat minimalis sebagai gaya, lebih melihatnya sebagai filsafat hidup, yang menawarkan perdamaian visual dalam kekacauan hidup perkotaan. Untuk Toy (1999, 7). Sejalan teoritis ini, desainer Italia Vignelli (Bertoni 1999, 226) adalah yang paling sombong. Dia menunjukkan bahwa minimalisme tidak gaya, itu adalah perilaku, cara makhluk, reaksi dasar untuk suara visual, gangguan dan vulgar. Minimum secara signifikan mempengaruhi teori Spanyol dan Italia. Di cara Pawson, Zabalbeascoa dan Marcos (2000) dan Bertoni (2002) menyediakan peta kronologis siklus dalam budaya reduktif dan sederhana. Pendekatan Bertoni ini berikut manifestasi dari reduksi, ekspresif kejelasan, esensialitas ketat, kemurnian mental dan kesederhanaan formal; terlepas dari konteks sosial-historis dan apakah itu arsitektur atau pola pikir di daerah lain budaya. baris teori sejarah-asosiatif ini berorientasi eksklusif terhadap pencarian prekursor minimalis. Itu Kriteria adalah setiap kebetulan, dan tujuannya untuk membangun sebanyak sewenang-wenang hubungan dengan tradisi minimalis mungkin. Sintesis spiritualitas transendensi dan ketidakpuasan dengan waktu di mana pemuliaan aset material kontras dengan kegunaan dan kebutuhan, Zabalbeascoa dan Marcos mengembangkan aspek etika minimalis, yang dapat disebut kontemplasi dalam konsumerisme. Untuk Bertoni, minimalis arsitektur resistensi terhadap budaya konsumtif dan menjadi promosi hidup dalam spiritualitas, kejelasan dan harmoni. Yang paling berdedikasi semacam ini teorisasi, Bertoni merasakan minimalis sebagai etika kesederhanaan. Di dalam akal, integritas moral minimalis beranggapan bahwa: 1) otentik, sederhana dan bertindak sesaat persepsi psikologis


(62)

dasar dan fisik nilai-nilai, seperti waktu, ruang dan keheningan, membuka dialog dengan spiritual dimensi dan; 2) mental, tata ruang dan abadi kekosongan memungkinkan untuk jeda untuk refleksi dan perspektif yang berbeda dari realitas. Tujuannya adalah untuk mendapatkan tahu gaya hidup yang lebih damai, lebih bermartabat dan berharga, di mana di atas piramida terdapat kualitas universal yang milik biasa, hal-hal sederhana dan sehari-hari. Minimalis adalah manifestasi dari ini gaya hidup dan prevalensi etis antara: 1) mengalahkan materialisme, berat badan kepemilikan dan semua yang autentik, berlebihan, penipu dan tidak relevan dan; 2) pencarian spiritualitas, nilai-nilai nyata dalam kehidupan dan esensi. Penekanan dan penolakan pertama dan konsentrasi untuk yang kedua, menurut untuk Bertoni, menghilangkan noise modern dan menetapkan dasar-dasar baru prinsip kemajuan. Transfer paradoks ide dari budaya tradisional dan agama untuk budaya komoditas massal adalah inspirasi untuk para kritikus teori ini. Itu hubungan antara aspek metafisis dan ekonomi ditekankan dalam Jenks, yang mengerti istilah minimalis sebagai versi borjuis akhir-akhir gerakan modern. Melalui minimalis pepatah nya cocok spiritualitas, tetapi juga cocok untuk belanja (Murray, 1999, 16), Jenks menyinggung bahwa spiritualitas dimanifestasikan dalam materialitas paling mahal arsitektur komersial London. skeptisisme serupa diungkapkan Wakil (1994), membandingkan kesederhanaan sukarela dan terkondisi, yaitu, minimalis untuk desain dan minimalis untuk kebutuhan yang dikenakan oleh kemiskinan ekonomi. 2.4 Tinjauan Fungsi

Berikut ini akan diuraikan beberapa tinjauan fungsi seperti pengguna, kegiatan, kebutuhan ruang, dan persyaratan ruang.

2.4.1. Deskripsi Pengguna dan Kegiatan

Pelaku kegiatan yang terlibat dalam “Rumah Susun Kwala Bekala” secara umum adalah:

1. Penghuni

Merupakan kelompok pemilik/penyewa bangunan yang berdomisili serta menggunakan fasilitas dengan cara menyewa kavling yang telah di sediakan


(63)

- Datang

- Masuk ke ruangan - Melakukan aktifitas - Menggunakan fasilitas

2. Pengelola

Merupakan kelompok yang bertugas memanajemen seluruh areal rumah susun serta melakukan perawatan secara berkala pada seluruh areal baik ruang terbuka maupun bangunan.

- Datang

- Masuk ke ruangan - Bekerja

- Istirahat, makan, minum, sholat, ke toilet dll - Pulang

3. Pengunjung

Yang beraktifitas dengan penyewa rumah susun dan menggunakan fasilitas – fasilitas yang ada, bagi pengunjung perorangan maupun kelompok

- Datang

- Beraktifitas dengan para penyewa - Pulang

Penghuni rumah susun tersebut dapat dibedakan berdasarkan tujuan dan kegunaan dari aktifitas sehari-hari yaitu:

1. Penghuni yang tinggal di rumah susun dengan aktfitas utamanya untuk berdagang di pusat pasar dan menjadikan rumah susun tersebut menjadi tempat tinggalnya

2. Penghuni yang aktifitas utamanya untuk menjalankan studi di Universitas Sumatera utara


(64)

2.4.1.2 Deskripsi Perilaku

3. Pada proses perencanaan bangunan “Rumah Susun Kwala Bekala”,

user (pengguna) dibagi menjadi 4 kelompok yaitu : 4. 1. Pengelola dan karyawan hotel

5. 2. Penghuni / Penyewa 6. 3. Pengunjung

7. 4. Servis

Kegiatan Pengelola dan Karyawan Rumah Susun

8.

Diagram 2.1 Kegiatan Pengelola dan Karyawan Rumah susun

Kegiatan Penghuni Rumah susun

9.

Diagram 2.2 Kegiatan Penghuni Rumah susun Datang

Parkir

Entrance/ Side Entrance

Loker

Karyawan K. Pengelola

Marketing Administrasi

Servis Tamu Istirahat Pulang Datang Parkir

Entrance

Lobby/Check-in/Admiistrasi Istirahat Rekreasi Lobby/Check-in/Admiistrasi Menggunakan fasilitas


(65)

Kegiatan Pengunjung Rumah susun

Diagram 2.3 Kegiatan Pengunjung Rumah susun

Kegiatan Servis

Diagram 2.4 Kegiatan Servis

2.4.2 Deskripsi Kebutuhan Ruang dan Besaran Ruang

Dari deskripsi kegiatan, pengguna, dan perilaku, dapat disimpulkan kebutuhan ruang yang dibedakan berdasarkan fasilitas-fasilitas tertentu dan disesuaikan dengan aktivitas yang berlangsung di dalam ruang tersebut, antara lain

Apartment

Analisa Ruang dan Pengguna

Pengguna kondominium dapat dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu: Datang

Parkir

Entrance Lobby/Pusat

Informasi

Berkunjung

Rekreasi

Pulang

Servis Parkir Servis Loading

Dock Entrance Registrasi

Bangunan R. Teknis


(66)

Unit hunian dalam kondominium

Tipe hunian yang menempati kondominium yang direncanakan adalah single, pasangan muda, keluarga dengan anak-anak kecil, keluarga dengan anak remaja, dimana dalam setiap unitnya1-5 orang sasaran pakai. Penghuni kondominium ini diperuntukan bagi golongan menengah keatas.

Dalam tipe hunian majemuk, ruang unit hunian dapat dibedakan berdasarkan jumlah penghuni atau komposisi dalam keluarga, yakni sebagai berikut:

a. Tipe 1 kamar tidur : Untuk 1 penghuni atau bagi keluarga tanpa anak, atau keluarga dengan 1 penghuni dengan 1 anak.

b. Tipe 2 kamar tidur : Untuk keluarga dengan 4-5 penghuni, atau pasangan dengan 2 anak.

c. Tipe Penthouse : Dengan 3-4 kamar tidur, tipe ini dapat dikatakan debagai unit paling mewah (unit khusus), dimana terdapat ruang-ruang esktra luas dan juga terdapat ruang tambahan seperti study room, laundry, ruang tamu dan ruang makan.

Penghuni kondominium dimana kebutuhan ruang dalam tiap hunian ditentukan berdasarkan kegiatan-kegiatan yang dilakukan.

Aktifitas yg dilakukan pemakai kondominium dan penyewa:

Bersantai, istirahat, makan dan lain sebagainya ruang yg dibutuhkan: 1) Ruang tidur

2) Ruang kerja 3) Ruang keluarga 4) Ruang pembantu 5) Balkon

6) Kamar mandi 7) KM/WC pembantu

Aktifitas Pemakai


(67)

Tabel aktifitas penghuni sehari-hari Bapak 06.00-08.00

08.00-13.00 13.00-17.00 17.00-19.00 19.00-21.00- pagi

 Bangun pagi

 Olahraga

 Mandi

 Sarapan

 Pergi ke kantor

 Bekerja di kantor

 Makan siang

 Pulang kantor

 Istirahat

 Membaca koran

 Nonon TV

 Olahraga/Fitness

 Makan malam

 Nonton TV

 Menyelesaikan pekerjaan kantor

 Istirahat

 R.tidur utama

 Fasilitas olahraga

 KM/WC  R.makan  Parkir  Kantor  R.makan  Teras

 R.tidur utama

 R.keluarga  R.keluarga/balkon  GYM  R.keluarga  R.makan  R.kerja


(68)

Ibu 05.00-06.00

07.00-17.00

17.00-21.00 21.00-pagi

 Bangun pagi

 Mandi

 Menyiapkan sarapan

 Berolahraga

 Berbelanja

 Masak

 Bekerja sambilan

 Mandi

 Makan malam

 Acara bersama keluarga

 Istirahat malam

 R.tidur utama

 KM/WC

 Dapur

 Fasilitas Olahraga

 Market

 Dapur

 Semua ruang

 KM/toilet

 R.makan

 R.keluarga

 R.tidur


(69)

Anak perempuan 05.00-07.00 07.00-13.00 17.00-18.00 18.00-21.00 21.00-pagi

 Bangun pagi

 Mandi

 Sarapan

 Ke sekolah

 Pulang sekolah

 Makan siang

 Istirahat

 Bermain

 Mandi

 Makan malam

 Belajar

 Istirahat

 R. Tidur anak

 WC/toilet

 R.makan

 Sekolah

 R.tamu

 R.makan

 R.tidur anak

 Tempat bermain

 WC/Toilet

 R.makan

 R.belajar

 R.tidur anak

Pembantu 04.00-06.00

06.00-18.00

18.00-21.00

21.00-pagi

 Bangun pagi

 Mandi

 Menyiapkan sarapan pagi

 Berbelanja

 Masak

 Bekerja sambilan

 Mandi

 Makan malam

 Acara bersama keluarga

 Istirahat malam

 R.tidur

 KM/WC pembantu

 Pantry/R.makan

 Market

 Dapur

 Semua ruang

 KM/Toilet

 R.makan

 R.keluarga

 R.tidur


(70)

Permasalahan

Bagaimana menciptakan suasana dan susunan ruang yang sesuai dengan aktifitas penghuni?

Tujuan

Mendapatkan suasana dan susuna ruang yang sesuai dengan aktifitas penghuni. Landasan teori

Pada awal proses mendesain hunian, aktifitas dan karakter penghuni sangat penting untuk menciptakan rancangan hunian yg fungsional dan nyaman.

Analisa

1. Ada beberapa anggota keluarga yang melakukan 2 kegiatan sekaligus, seperti ayah atau anak yang memiliki kebiasaan menonton TV sambil makan.

2. Luas unit kondominium yang terbatas mengharuskan penyusunan ruang yg kompak dan bersifat multifungsi. Seperti kamar tidur anak yang dapat menjadi ruang istirahat, bermain dan belajar.

Sintesa

1. Ruang makan dan ruang keluarga dapat dikoneksikan untuk memenuhi kebiasaan penghuni yangmenonton sambil makan. Dengan menyatukan 2 ruang tersebut, kesan ruang yg diperoleh akan menjadi lebih luas.

2. Untuk penghuni singel dan pasangan muda untuk memberikan kepraktisan aktivitas makan dapat dilakukan diarea meja pantry.

3. Menggunakan perabotan yang multifungsi untuk mengurangi pemborosan ruang dari penggunaan perabotan yang beragam. Seperti meja dan kursi yang dibagian bawahnya dapat dijadikan laci sebagai tempat penyimpanan. 4. Agar tidak menggangu aktifitas penghuni lainnya, kamar pembantu

diletakkan dekat dengan ruang cuci, pantry/dapur.

5. Untuk penghematan ruang yang digunakan, ruang tamu dan ruang keluarga dapat dijadikan satu.

6. Ruang keluarga dalam satu unit kondominium tidak boleh berdampingan dengan tempat tidur unit kondominium lainnya. Karena aktifitas yg


(71)

dilakukan pada ruang keluarga dapat mengganggu ketenangan dan kenyamanan beristirahat penghuni lainnya.

7. Sebagian besar penghuni, pulang disore atau dimalam hari setelah bekerja/beraktifitas seharian penuh akan beristirahat di ruang keluarga maupun dikamar tidur. Untuk memberikan kenyamanan pada penghuni kamar tidur maupun ruang keluarga dapat dihubungkan dengan balkon, sehingga saat beristirahat, penghuni dapat sambil menikmati keindahan pemandangan kota di malam hari.

Standart Luasan Ruang (Ernst Neuvert) Ruang Type unit hunian (M2)

1 Kamar tidur 2 Kamar tidur 3 Kamar tidur

R. tidur utama 12,8 12,8 12,8

KM/WC utama - 4,5 4,5

R.Ganti - 3,2 3,2

R.Tidur 1 - 8,5 8,5

R.Tidur 2 - - 8,5

R.Tidur 3 - - -

KM/WC 3,5 3,5 3,5

R.Keluarga 17,2 17,2 17,2

R.Makan - - -

R.Study/Kerja 2,2 2,2 3,3

Dapur - 3 4

K.Pembantu - 2,5 2,5

KM/WC Pembantu 2,5 3 3,5

Gudang 2,5 3 3,5

Standart 52,6 74,8 87,9

Sirkulasi 20% 10,52 14,96 17,58

Total standart 63,12 89,76 105,48

Pembulatan 60,6 86,6 106,6


(72)

Tabel Aktifitas Pengelola Pada Kantor Pengelola

Pengelola Aktifitas Ruang

1) Pemimpin dan pengurus administrasi 2) Resepsionis 3) Tenaga Penunjang Kegiatan 4) Mekanikal dan Elektrikal 5) House Keeping 6) Pelayanan kesehatan -Tugasnya mengkoordinasi

Kan berlangsungnya kegiatan kepegawaian, keungan dan tata usaha dalam bangunan kondominium.

-Bertugas menerima pesan, menerima pengaduan dan informasi dari penghuni kondominium. Menjadi perantara untuk menerima tamu penghuni.

-Memberikan pelayanan kesehatan, rekreasi, dan kebutuhan sehari-hari. -Bertanggung jawab atas pemeliharaan dan perbaikan dari seluruh unsur ME bangunan.

Standart

R.Pengelola (data dari internet)

Ruang pengelola

R. Manager 5,2 m2/org Bag.Keuangan 4,6 m2/org Bag. Admin 4,6 m2/org Bag.Pemasaran 4,6 m2/org Bag.Personalia 4,6 m2/org Ruang Rapat 0,93 m2/org R.PABX dan operator 0,93 m2/org

Toilet 0,60 m2/org R. Tunggu tamu 0,93 m2/org Data kebutuhan fungsi pengelola dan servis

Ruang pengelola

Ruang Kapasitas Luas (m2)

Manager 3x5,2 15,60

Keuangan 2x4,6 9,20

Administrasi 2x4,6 9,20

Pemasaran 3x4,6 13,80


(73)

7) Security

Bertanggung jawab atas pengaturan kegitatan kerumah tanggan seperti celaning dan laundry.

Melayani kebutuhan pelayanan kesehatan bagi para penghuni kondominium bagi yg membutuhkan.

Bertanggung jawab atas keamanan penghuni bangunan.

Personalia 2x4,6 9,20

R.rapat 2x4,6 9,30

PABX/ 2x0,93 1,86

Operator

R.tunggu 5x0,93 4,65 Tamu

Toilet 12,00 Sirkulasi 25% 21,20

Total 127,21

Standart Ruang Service R. Kegiatan service R.ME 20 R.Housekeeping 0,4/unit hunian

Gudang 12 Laundry 0,4 R.Keamanan 12

R.Makan Karyawan 5,9/Meja

R.Istirahat Karyawan 0,77 m/org

R.Ganti/Locker 0,80/org Dapur 0,4

Data Kebutuhan Fungsi Service


(74)

R.Kegiatan Service

Ruang(m2) Kapasitas Luas

ME 20,00

Housekeeping 52x0,4 20,8

Gudang 60 Laundry 52x0,4 20,8

Keamanan 12,00

Makan Karywn 30%x100 177,00

X5,90

Istirahat Karywn 25%x100 19,25

X0,77

R.Ganti/locker 100x0,8 80

Dapur 60 Sirkulasi 20% 93,97

Total

563 ,82


(75)

Rumah susun Unit hunian type 18

Kegiatan Perabotan minimal Standart ruang Persyaratan Ruang Multi-fungsi Menerima tamu, berkumpul dengan keluarga,Tidur, beristirtahat,sebagai dapur

Kursi , meja rendah, lemari simpan,TV,matras,- kompor,wastae bak cuci

9m2 Serbaguna, pusat aktivitas sosial

keluarga,mudah diakses,

sirkulasi udara dan

pencahayaan baik

Kamar mandi

Mandi, buang air, mencuci

Bak mandi, kloset 3m2 Memiliki pencahayaan dan penghawaan yang baik, Ruang jemur

Menjemur Rak jemur

pengering

1,5m2 Memiliki akses dan

mendapatkan sinar matahari


(76)

Unit hunian type 36

Kegiatan Perabotan minimal Standa rt ruang Persyaratan Ruang Multi-fungsi Menerima tamu, berkumpul dengan keluarga,Tidur, beristirtahat,seba gai dapur

Kursi , meja rendah, lemari simpan,TV,matra s,-

kompor,wastae bak cuci

9m2 Serbaguna, pusat aktivitas sosial

keluarga,mudah diakses,

sirkulasi udara dan

pencahayaan baik

Kamar mandi

Mandi, buang air, mencuci

Bak mandi, kloset

3m2 Memiliki pencahayaan dan penghawaan yang baik, Ruang jemur

Menjemur Rak jemur

pengering

1,5m2 Memiliki akses dan

mendapatkan sinar matahari Kamar

tidur

Tidur, istirahat Tempat tidur, meja, lemari

9m2 Private, serta memimiliki penghawaan yang baik Dapur/pant ry Memasak,cuci piring Perangkat memasak dan wastafel bak cuci,kulkas

6m2 Mudah di akses,penghawa an


(77)

mini,lemari

Unit hunian type 54

Kegiatan Perabotan minimal Standa rt ruang Persyaratan Ruang Multi-fungsi Menerima tamu, berkumpul dengan keluarga,Tidur, beristirtahat,seba gai dapur

Kursi , meja rendah, lemari simpan,TV,matra s,-

kompor,wastae bak cuci

9m2 Serbaguna, pusat aktivitas sosial

keluarga,mudah diakses,

sirkulasi udara dan

pencahayaan baik

Kamar mandi

Mandi, buang air, mencuci

Bak mandi, kloset

3m2 Memiliki pencahayaan dan penghawaan yang baik, Kamar tidur utama

Tidur, istirahat Tempat tidur, meja, lemari, meja rias

9m2 Private, serta memimiliki penghawaan yang baik dan pencahayaan Kamar

tidur anak

Tidur, istirahat Tempat tidur, meja, lemari

9m2 Private, serta memimiliki penghawaan yang baik dan pencahayaan


(78)

Dapur/pant ry + ruang makan

Memasak,cuci piring

Perangkat memasak dan wastafel bak cuci,kulkas mini,lemari

6m2 Mudah di akses,penghawa an

yang baik

Ruang jemur

Menjemur Rak jemur

pengering

1,5m2 Memiliki akses dan

mendapatkan sinar matahari

Fasilitas Rumah Susun

Kegiatan Prabotan minimal

Standart ruang

persyaratan

Ruang serba guna

Hajatan, pertemuan

Meja dan kursi 0,2m2/org Luas memadai dan sirkulasi yang baik

Tempat ibadah

Beribadah 0,2m2/unit Dapat digunakan warga diluar penghuni rumah susun

Kantin Memasak, makan, minum Tempat memasak, tempat mencuci, tempat

berjualan, rak piring,

15m2/unit Hemat dalam utilitas,sirkulasi udara baik, dapat digunakan warga diluar rusun

Kios/pasar Jual beli Lemari penyimpanan

9m2/unit Dapat digunakan warga diluar rusun


(79)

Fasilitas pendidikan

Belajar dan bermain

Lemari, meja belajar,

fasilitas

belajar dan bermain

60-100m2/unit

Dapat digunakan warga di luar rusun

Dapur bersama

Memasak untuk acara besar/rakyat

Lemari, meja, wastafel, kuklas, gudang, kompor

60m2/unit Dapat digunakan warga di luar rusun Ruang cuci/ruang jemur bersama Mencuci pakaian dan menjemur pakaian

Tempat cuci, jemuran

24m2/unit Dapat digunakan warga penghuni rusun dan diatur sesuai dengan blok Fasilitas olahraga melakukan kegiatan olahraga

Lapangan Dapat digunakan

warga penghuni rusun dan diatur sesuai dengan blok

Lapangan multifungsi

Sebagai tempat acara rakyat, pasar, tempat

pameran.

Lapangan 0,8m2/org Dapat digunakan warga penghuni rusun dan sekitar

Fasilitas kesehatan Sebagai fasilitas kesehatan masyarakat penghuni

1,5m2 – 8m2 /org

Dapat digunakan warga penghuni rusun 24 jam dan memiliki


(80)

rusun untuk menjamin kesehatan para penghuni kesehatan standar.

Parkiran Sebagai tempat parkir kendaraan para penghuni rusun dan pengunjung rusun

Lapangan Dapat digunakan

warga penghuni rusun dan mudah di pantau

Bengkel Tempat memperbaiki alat-alat

Lemari dan loker

Dapat digunakan warga penghuni rusun, mudah di pantau dan dekat dengan parkiran Tempat penitipan anak Sebagai tempat penitipan anak saat orang tua bekerja

Fasilitas bermain

3-18m2/ unit

Aman dan menggunakan bahan konstruksi bebas dari bahan berbahaya Tabel 2.4 Unit dan fasilitas

Fasilitas rumah susun

Fasilitas lingkungan rumah susun harus memenuhi persyaratan sebagai berikut menurut Standar Nasional

Indonesia (SNI 03-7013-3004)

1. Memberi rasa aman, ketenangan hidup, kenyamanan dan sesuai dengan budaya setempat

2. Menumbuhkan rasa memiliki dan merubah kebiasaan yang tidak sesuai dengan gaya hidup di rumah susun


(81)

3. Mengurangi kecenderungan untuk memanfaatkan atau menggunakan fasilitas lingkungan bagi kepentingan pribadi atau kelompok tertentu 4. Menunjang fungsi-fungsi aktivitas penghuni yang paling pokok bagi dan

segi besaran maupun jeni sesuai dengan keadaan lingkungan yang ada 5. Menampung fungsi-fungsi yang berkaitan dengan penyelenggaraan dan

pengembangan aspek-aspek ekonomi dan sosial budaya. Fasilitas lingkungan yang ditempatkan pada lantai bangunan rumah susun harus memenuhi kebutuhan sebagai berikut(Standar Nasional Indonesia) :

6. Maksimal 30% dari jumlah luas lantai bangunan

7. Tidak ditempatkan lebih dari lantai 3 (tiga) bangunan rumah susun. Luas lahan yang diperuntukan sebagai fasilitas lingkungan harus memenuhi ketentuan :

8. Luas lahan untuk fasilitas rumah susun seluas-luasnya 30% dari luas seluruhnya

9. Luas lahan untuk fasilitas ruang terbuka, berupa taman sebagai penghijauan, tempat bermain anak, dan atau lapangan olah raga seluas-luasnya 20% dari luas lahan fasilitas lingkungan rumah susun.

Tabel aktifitas penghuni sehari-hari

Penghuni Aktifitas Ruang

Pedagang  Bangun pagi

 Olahraga

 Mandi

 Sarapan

 Pergi ke pusat pasar

 Makan siang

 Pulang

 Istirahat

 Membaca koran

 Nonon TV

 Bersantai

 R.tidur utama

 Fasilitas olahraga

 KM/WC

 R.makan

 Parkir

 R.makan

 Teras

 R.tidur utama

 R.keluarga

 R.keluarga/balkon


(82)

 Makan malam

 Nonton TV

 Menyelesaikan pekerjaan dagang

 Istirahat

 R.keluarga

 R.makan

 R.tidur utama

Mahasiswa  Bangun pagi

 Mandi

 Menyiapkan sarapan

 Berolahraga

 Pergi kuliah

 Pulang kuliah

 Mandi

 Makan malam

 Belajar

 Bersantai

 Istirahat malam

 R.tidur utama

 KM/WC

 Dapur

 Fasilitas Olahraga

 Market

 KM/toilet

 R.makan

 R.belajar

 R.tidur

Masyarakat  Bangun pagi

 Mandi

 Sarapan

 Bekerja

 Pulang Bekerja

 Mandi

 Bersantai

 Makan malam

 Bekerja

 Istirahat Malam

 R. Tidur

 WC/toilet  R.makan  Kantor  R.tamu  R.makan  R.tidur  WC/Toilet  R.makan  R.kerja  R.tidur


(83)

Tabel fasilitas Niaga/Tempat Kerja

Fasilitas Pengguna Kegiatan

Warung Penghuni rumah susun Berinteraksi dan beristirahat

Toko dagang Penguhuni rumah susun Berinteraksi dalam hal jual beli

Pusat Perbelanjaan Penghuni dan pengunjung rumah susun

Melakukan interaksi jual beli barang/jasa

Tabel Fasilitas Pendidikan

Fasilitas Pengguna Kegiatan

Ruang belajar untuk pra belajar

Penghuni rumah susun Melakukan kegiatan belajar

Ruang belajar untuk sekolah dasar

Anak-anak penghuni rumah susun

Melakukan kegiatan belajar

Ruang belajar untuk sekolah menengah pertama

Anak-anak penghuni rumah susun

Melakukan kegiatan belajar

Ruang belajar untuk sekolah menengah atas

Anak-anak penghuni rumah susun

Melakukan kegiatan belajar

Tabel Fasilitas Kesehatan

Fasilitas Pengguna Kegiatan

Posyandu Anak-anak penghuni

rumah susun

Melakukan kegiatan posyandu bagi anak-anak rumah susun

Balai pengobatan Penghuni rumah susun Melakukan pengobatan bagi para penghuni yang tidak sehat


(84)

BKIA dan rumah bersalin

Penghuni rumah susun Melakukan persalinan

Puskesmas Penghuni rumah susun Melakukan perobatan Praktek dokter Penghuni rumah susun Berinteraksi / konsultasi

dengan dokter spesialis Apotek Penghuni rumah susun Membeli obat

Tabel Fasilitas Pelayanan umum

Fasilitas Pengguna

Kantor RT Penghuni rumah susun

Kantor/balai/RW Penghuni rumah susun Post hansip/siskamling Penjaga siskamling

Pos polisi Para anggota kepolisian

Telepon umum Penghuni rumah susun

Gedung serba guna Penghuni rumah susun

Ruang duka Penghuni rumah susun

Tabel 2.5 Aktifitas dan Fasilitas

2.4.3 Deskripsi Persyaratan dan Kriteria Ruang

1. Persyaratan Kenyamanan Ruang Gerak dalam Bangunan Gedung 1. Persyaratan Kenyamanan Ruang Gerak dan Hubungan Antarruang

Untuk mendapatkan kenyamanan ruang gerak dalam bangunan gedung, harus mempertimbangkan:

fungsi ruang, jumlah pengguna, perabot/peralatan, aksesibilitas ruang, di dalam bangunan gedung; dan

persyaratan keselamatan dan kesehatan.

Untuk mendapatkan kenyamanan hubungan antarruang harus mempertimbangkan: 2. fungsi ruang, aksesibilitas ruang, dan jumlah pengguna dan

perabot/peralatan di dalam bangunan gedung; 3. sirkulasi antarruang horizontal dan vertikal; dan


(85)

4. persyaratan keselamatan dan kesehatan.

Dalam hal masih ada persyaratan lainnya yang belum tertampung, atau yang belum mempunyai SNI, digunakan standar baku dan/atau pedoman teknis.

2. Persyaratan Kenyamanan Kondisi Udara Dalam Ruang 1. Persyaratan Kenyamanan Termal Dalam Ruang

2. Untuk kenyamanan termal dalam ruang di dalam bangunan gedung harus mempertimbangkan temperatur dan kelembaban udara.

3. Untuk mendapatkan tingkat temperatur dan kenyamanan termal dalam ruang harus memperhatikan letak geografis dan orientasi bangunan, penggunaan bentuk masa yang menimbulkan shading (bayangan), ventilasi alami dan penggunaan bahan bangunan.

4. Untuk mendapatkan tingkat temperatur dan kelembaban udara di dalam ruangan dapat dilakukan dengan alat pengkondisian udara yang mempertimbangkan: (1) prinsip-prinsip penghematan energi dan ramah lingkungan; (2) kemudahan pemeliharaan dan perawatan.


(1)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ...iii

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR DIAGRAM dan TABEL ...viii

ABSTRAK ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang ... 2

1.2Maksud dan Tujuan ... 6

1.3Masalah Perancangan ... 6

1.4Pendekatan ... 6

1.5Lingkup/Batasan ... 7

1.6Kerangka Berfikir ... 8

1.7Sistematika Penulisan Laporan ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Terminologi Judul ... 11

2.2 Lokasi ... 12

2.2.1 Deskripsi Kondisi Eksisting ... 14

2.3 Studi Literatur ... 15

2.3.1 Mebidangro ... 15

2.3.2 Transit Oriented Development (TOD) ... 18

2.3.2.1 Definisi Transit Oriented Development (TOD) ... 19

2.3.2.2 Struktur Transit Oriented Development (TOD) ... 21

2.3.2.3 Tipologi Transit Oriented Development ... 24

2.3.2.4 Keuntungan dari Diterapkannya TOD ... 25

2.3.3 Masterplan ... 32

2.3.4 Teori Minimalis Modern ... 35

2.3.4.1 Pengembangan Teori ... 35

2.3.4.2 Kontemplasi ... 36

2.4 Tinjauan Fungsi ... 38


(2)

iv

2.4.1.2 Deskripsi Perilaku ... 40

2.4.2 Deskripsi Kebutuhan Ruang dan Besaran Ruang ... 41

2.4.3 Deskripsi Persyaratan dan Kriteria Ruang... 60

2.5 Studi Banding Arsitektur Yang Mempunyai Fungsi Sejenis ... 62

2.5.1 Easton Park Apartment Serpong... 62

2.5.2 Rumah Susun Machida, Jepang ... 65

2.6 Elaborasi Tema ... 71

2.6.1 Pengertian Tema ... 71

2.6.2 Interpretasi Tema ... 73

2.7 Studi Banding Arsitektur Tema Sejenis ... 79

2.7.1 White House Design, Korea ... 79

2.7.2 Skyline Residence Cawang Apartment ... 80

BAB III METODOLOGI 3.1 Pencarian Ide/Gagasan... 83

3.2 Metode Pengumpulan Data... 83

3.2.1 Data Primer ... 83

3.2.2 Data Sekunder ... 84

3.2.3 Analisa ... 84

3.2.4 Kesimpulan ... 85

BAB IV ANALISA PERANCANGAN 4.1 Analisa Kondisi Tapak dan Lingkungan ... 86

4.1.1 Analisa Proyek ... 86

4.2 Analisa Tapak ... 88

4.2.1 Analisa Pencapaian ... 88

4.2.2 Analisa Sirkulasi ... 89

4.2.3 Analisa Kebisingan ... 90

4.2.4 Analisa Matahari... 91

4.2.5 Analisa Angin ... 91

4.2.6 Analisa Bentuk ... 92

4.3 Analisa Struktur Yang Sesuai Dengan Design ... 94

4.3.1 Struktur ... 94


(3)

BAB V KONSEP PERANCANGAN

5.1 Konsep Perancangan ... 96

5.1.1 Konsep Lokasi Proyek ... 96

5.1.2 Penerapan Tema Modern Minimalis Architecture Pada Bangunan ... 97

5.2 Konsep Perancangan Tapak ... 99

5.2.1 Penzoningan Tapak... 99

5.2.2 Gubahan Massa ... 100

5.3 Konsep Perancangan Bangunan ... 102

5.3.1 Penzoningan Ruangan ... 103

BAB VI PERANCANGAN ARSITEKTUR 6.1 Sketsa Suasana ... 105

6.2 Foto Maket ... 106

6.3 Gambar kerja ... 108


(4)

vi DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Peta Masterplan Kota Mandiri Kwala Bekala ... 5

Gambar 2.1 Lokasi site ... 13

Gambar 2.2 Konsep TOD ... 20

Gambar 2.3 Urban TOD dan Neighborhood TOD ... 25

Gambar 2.4 Penggunaan lantai atas bangunan ... 26

Gambar 2.5 Tipe-tipe Permukiman pada kawasan TOD ... 27

Gambar 2.6 Zona antara Sidewalk dan Rumah ... 28

Gambar 2.7 Dimensi ideal ruang jalan ... 29

Gambar 2.8 Pembagian zona pada sidewalk ... 30

Gambar 2.9 Lebar sidewalk ... 30

Gambar 2.10 Konsep TOD kwala bekala ... 32

Gambar 2.11 Masterplan kawasan ... 34

Gambar 2.12 Easton park apartmen ... 62

Gambar 2.13 Zoning area easton park ... 63

Gambar 2.14 Denah kamar easton park ... 64

Gambar 2.15 Rumah susun Machida ... 65

Gambar 2.16 Situasi Parkir rumah susun ... 66

Gambar 2.17 Tempat pembuangan sampah ... 67

Gambar 2.18 Area Parkir sepeda dan sepeda motor ... 67

Gambar 2.19 Area Pedestrian ... 68

Gambar 2.20 Area Taman bermain ... 68

Gambar 2.21 Halte sepeda ... 69

Gambar 2.22 Open space ... 69

Gambar 2.23 White House Desain ... 79

Gambar 2.24 Interior White house desain... 80

Gambar 2.25 Skyline residence cawang ... 81

Gambar 2.26 Denah skyline residence ... 81

Gambar 4.1 Lokasi site ... 87

Gambar 4.2 Analisa Pencapaian ... 88


(5)

Gambar 4.3 Analisa Sirkulasi ... 89

Gambar 4.4 Analisa Kebisingan ... 90

Gambar 4.5 Analisa Matahari ... 91

Gambar 4.6 Analisa Angin ... 92

Gambar 4.7 Analisa Bentuk Bangunan ... 93

Gambar 4.8 Apartmen dan Rumah susun ... 93

Gambar 5.1 Lokasi proyek ... 97

Gambar 5.2 Apartment dan rumah susun ... 98

Gambar 5.3 Zoning tapak ... 100

Gambar 5.4 Gubahan massa Apartment... 101

Gambar 5.5 Tampak depan Apartment ... 101

Gambar 5.6 Gubahan massa Rumah susun ... 102

Gambar 5.7 Tampak depan Rumah susun... 102

Gambar 5.8 Konsep perancangan bangunan ... 103

Gambar 5.9 Zoning lantai 01 pada apartment ... 104

Gambar 5.10 Zoning pada denah apartment tipikal lantai 02-10 ... 104

Gambar 5.11 Zoning lantai 01 Rumah susun ... 105

Gambar 5.12 Zoning pada Rumah susun Lt 02-06 ... 105

Gambar 6.1 Prespektif dan suasana bangunan ... 106

Gambar 6.2 Sketsa Suasana ... 106


(6)

viii DAFTAR DIAGRAM

Diagram 2.1 Kegiatan pengelola dan karyawan rumah susun ... 40

Diagram 2.2 Kegiatan penghuni rumah susun ... 40

Diagram 2.3 Kegiatan pengunjung rumah susun ... 41

Diagram 2.4 Kegiatan Servis ... 41

DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Aktifitas pengguna ... 45

Tabel 2.2 Standart luasan ... 47

Tabel 2.3 Aktifitas Pengelola ... 50

Tabel 2.4 Unit dan fasilitas ... 56

Tabel 2.5 Aktifitas dan fasilitas ... 60

Tabel 2.6 Perbedaan Fasilitas apartment dan rumah susun... 69