merasa yakin bahwa dengan perceraian tubuh mereka, mereka sama sekali tidak akan hidup lagi. Penyakit moral lain yang lebih menyedihkan yang
menimpa jiwa adalah rasa sedih. Rasa sedih ini timbul dari kebodohan, baik kebodohan terhadap kesementaraan kondisi kehidupan kita, yakni
ketidaktahuan tentang apa yang merupakan kebahagiaan kita yang sejati; maupun kesia-siaan untuk mencemaskan harta benda keduniawian yang
menjadi tanda kesengsaaraan. Rasa sedih tersebut yang paling baik diobati dengan filsafat.
Karena pentingnya akan pembinaan akhlak, Ibn Maskawih memberikan perhatian yang besar terhadap pendidikan anak-anak. Sebab
masa kanak-kanak merupakan mata rantai jiwa hewan dan jiwa manusia berakal. Pada jiwa anak berakhirlah ufuk hewani, dan ufuk manusiawi
dimulai. Oleh karena itu, anak-anak harus dididik akhlak mulia dengan menyesuaikan rencana-rencananya dengan urutan daya-daya yang ada pada
anak-anak, yaitu daya keinginan, daya marah, dan daya berpikir. Dengan daya keinginan, anak-anak didik dalam hal adab makan, minum, berpakaian
dan lain-lainnya. Sifat berani dan kendali diri diterapkan untuk mengarahkan daya marah yang dimilikinya. Daya berpikir dilatih dengan menalar, sehingga
akal pada akhirnya dapat menguasai segala tingkah laku.
3. Perbedaan dan Persamaan Etika Barat dan Islam
Dari beberapa penjelasan yang sudah penulis cantumkan di atas, terdapat beberapa perbedaan antara etika Barat dan Islam. Perbedaan tersebut
di antaranya adalah bahwa dalam etika Barat, lebih ditekankan pada aspek
rasio, di mana segala hal yang berkenaan dengan etika harus dapat dicerna oleh akal pikiran manusia. Adapun dalam etika Islam, segala hal yang
berkenaan dengan etika disandarkan pada al-Qur’an dan al-Sunnah, sebagai sumber ajaran agama Islam.
Selain itu perbedaan yang mencolok antara etika Barat dan etika Islam adalah terletak pada orientasinya. Jika etika Barat lebih ditekankan pada
kehidupan manusia di dunia, dengan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan jasmani manusia agar tercapai bahagia, maka etika Islam selain menekankan
pada kehidupan dunia juga kehidupan di akhirat. Kebahagiaan yang ingin dicapai dalam Islam tidak hanya terbatas pada kehidupan dunia saja. Karena
dalam Islam dikenal konsep mengenai kehidupan setelah mati, sehingga kebahagiaan yang hendak diraih, tidak bisa dilepaskan dari dua kehidupan
tersebut. Pemenuhan kebutuhan-kebutuhan jasmani memang tidak bisa dinafikan begitu saja, namun hal tersebut bukan berarti seluruh energi
terkuras habis untuk mengejar pemenuhan kebutuhan jasmani, namun harus diimbangi pula dengan pemenuhan kebutuhan rohani, sebagaimana telah
dijabarkan adalam ajaran agama. Terlepas dari perbedaan yang terdapat dalam etika Barat dan Islam,
kedua-duanya memiliki persamaan. Persamaan tersebut di antaranya adalah bahwa baik etika Barat maupun etika Islam sama-sama menempatkan
manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang memiliki keinginan untuk memeroleh kebahagiaan. Jika dalam dunia Barat kebahagiaan lebih banyak
diukur dengan akal pikiran, pemenuhan berbagai kebutuhan jasmani, maka dalam Islam kebahagiaan tersebut sesuai dengan apa yang diajarkan dalam al-
Qur’an dan al-Sunnah. Kebahagiaan dalam Islam tidak hanya sebatas memenuhi kebutuhan jasmani, namun juga mempertimbangkan kebutuhan
manusia akan kebahagiaan ruhani, yang diperoleh melalui ajaran yang ada dalam agama.
Etika Barat dan etika Islam sama-sama ingin memberikan aturan, baik yang tersirat maupun yang tersurat, dalam rangka sebagai pegangan manusia
menjalani kehidupan di dunia, dan kehidupan setelah mati berdasarkan konsep dalam Islam.
BAB IV ETIKA BERAGAMA
A. Pengertian Etika Beragama
Pada sub bab ini, penulis berusaha untuk mengkombinasikan dua pengertian dari etika dan agama. Dengan penggabungan dua pengertian tersebut,
nantinya akan diperoleh pengertian baru. Telah disebutan sebelumnya mengenai pengertian etika yang diungkapkan
oleh beberapa ahli yang penulis kemukakan pada bab sebelumnya, meskipun diungkapklan dalam bahasa yang berbeda, namun pada prinsipnya sama, antara
satu dengan yang lainnya saling melengkapi untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai dengan aspek-aspek sebagai berikut:
a Etika membicarakan mana yang baik dan mana yang buruk
b Etika membahasa apa dan bagaimana perbuatan manusia
c Etika mengandung nilai dan norma yang dapat dijadikan peraturan
hidup dan kehidupan manusia. Kata beragama dalam Kamus Bahasa Indonesia yaitu antara lain: 1.
Menganut memeluk agama, 2. Beribadat, taat kepada agama baik hidupnya menurut agama, 3. Sangat memuja-muja; gemar sekali pada; mementingkan.
1
Sedangkan agama itu sendiri secara etimologis istilah agama berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri dari dua suku kata yaitu a artinya tidak dan gama
artinya kacau. Dari pengertian seperti ini, agama dapat diartikan sebagai suatu institusi penting yang mengatur kehidupan manusia agar tidak terjadi kekacauan.
1
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2007, Cet. Ke-3, hal. 12
44