Riwayat Hidup Nurcholis Madjid

yang pertama atas undangan pemerintah Saudi Arabia untuk membawakan makalah, keberangkatan yang kedua sebagai hadiah pemerintah Saudi Arabia sebagai tamu resmi pelaksanaan ibadah haji yang diberikan atas penyajian makalah pada kali undangan pertama. 6 Selama menjadi mahasiswa IAIN, Nurcholish bermukim di salah satu kamar masjid Al-Azhar, yang disediakan secara khusus oleh Buya Hamka. Di tempat ini Nurcholish mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan kemampuan menulisnya langsung di bawah bimbingan Buya Hamka, sastrawan dan penulis handal dan produktif, yang saat itu memimpin Majalah Gema Islam di mana tulisan-tulisan Nurcholish banyak menghiasi kolom majalah tersebut. Dan juga berkesempatan melatih keahlian berorasi di bawah bimbingan H. Amirudin Siregar yang menjadi sekretaris jenderal pertama Majelis Ulama Indonesia MUI. 7

B. Riwayat Hidup Nurcholis Madjid

Nurcholis Madjid dilahirkan di kampung kecil di desa Mojo Anyar, Jombang Jawa Timur, pada tanggal 17 Maret 1939. seperti ayahnya ia disekolahkan di Sekolah Rakyat SR pada pagi hari dan di Madrasah pada sore hari. 8 Nurcholis lahir dari seorang petani, dari Jombang. Ia adalah Haji Abdul Madjid, salah satu murid dari K.H. Hasyim Asyari. Abdul Madjid, yang 6 Dedy Jamaluddin Malik dan Idi Subandy Ibrahim, Zaman Baru Islam Indonesia, hal. 126-127 7 Dedy Jamaluddin Malik dan Idi Subandy Ibrahim, Zaman Baru Islam Indonesia, hal. 129 8 Greg Burton, Gagasan Islam Liberal di Indonesia, terj. Jakarta: Paramadina, 2000, Cet. Ke-1, h. 72 memberikan pengetahuan awal pada anaknya Nurcholish. Walaupun pendidikan beliau hanya tamatan Sekolah Rakyat SR, namun demikian pengetahuannya amat luas. Abdul Madjid menguasai keilmuan dalam hal agama dan pengetahuan umum, dan ia juga sangat mengakar dengan tradisi pesantren. Abdul Madjid sering disapa dengan sapaan Kiayi Haji KH, walaupun secara pribadi beliau tidak pernah menyebut dirinya sebagai Kyai atau ulama. 9 Ia Abdul Madjid mendirikan sekolah Madrasah dan dinamakan dengan Madrasah Al Wathoniyah, bertempat di Mojo Anyar, Jombang. Sekolahnya dibuka pada sore hari karena diperuntukkan bagi para siswa yang pagi harinya sekolah di Sekolarh Rakyat SR. Abdul Madjid tetap tinggal di Jombang sehingga dirinya tidak banyak dikenal di Jakarta. Kalaupun beliau di kemudian hari banyak dikenal pada tingkat nasional, itu karena kepiawaian anaknya Nurcholish sebagai intelektual muda yang cukup terkemuka. Sikap Abdul Madjid yang sangat sederhana, rendah hati namun sangat besar pengaruh terhadap anaknya. 10 Dalam dunia pendidikan pertamanya, Nurcholish sudah memperlihatkan kemampuan akademisnya. Ia selalu mendapatkan nilai tinggi. Hal ini membuat kagum sang ayah walaupun di sisi lain ada rasa malu tidak enak, karena ayahnya sebagai pendiri sekolah tersebut. 11 Di usia remaja, kurang lebih pada usia 14 tahun, Cak Nur sapaan akrab Nuecholis Madjid dikirim ayahnya untuk melanjutkan studi di pesantren Darul 9 Kita ketahui bersama bahwa pada saat itu hanya ada sekolah Rakyat yang bersifat sekuler, sehingga belum tersedianya sekolah yang mengajarkan pengetahuan keagamaan secara modern atau perpaduan antara pengetahuan keagamaan dengan pengetahuan umum, istilah sekarang sekolah terpadu. Greg Burton, Gagasan Islam Liberal di Indonesia, Jakarta: Paramadina, 2000, Cet. Ke-1, h. 72 10 Greg Burton, Gagasan Islam Liberal di Indonesia, h. 72 11 Greg Burton, Gagasan Islam Liberal di Indonesia, h. 74 Ulum Rejoso Jombang. Namun di pesantren itu ia hanya bertahan 2 tahun, karena ada persolaan yang membuatnya selalu risih. Beliau selalu diejek oleh teman- temannya yang kebetulan secara umum santri dari kalangan Nahdhatul Ulama NU. Sedangkan NU pada saat itu sudah keluar dari Partai Masyumi dan mendirikan partai sendiri. Abdul Madjid berpendirian tetap bertahan di Masyumi, itulah yang menyebabkan Nurcholish Madjid dikucilkan dari teman-temannya. 12 Nurcholish dipindahkan oleh ayahnya ke Pesantren Gontor, di Ponorogo, Jawa Timur. Gontor sebagai institusi pendidikan yang cukup modern banyak sekali memengaruhi diri Nurcholish, terutama budaya keterbukaan, rasional, dan modern. Gontor menciptakan pendidikan yang cukup liberal, di mana tradisi belajar klasik dipadukan dengan gaya modern barat. 13 Pesantren Gontor mengajarkan dua bahasa dunia, yaitu Bahasa Arab dan bahasa Inggris. Gontor sebagai tempat pendidikan yang memberikan nuansa berbeda dengan pendidikan pesantren pada umumnya yang ada di Jawa, sehingga membuat Gontor begitu popular hingga pada tingkat Nasional. Pendidikan Gontor yang sangat berkualitas menjadi andalan bagi kelanjutan belajar Nurcholish Madjid. Dengan kecerdasannya sehingga ia begitu mudah untuk melanjutkan studi ke jenjang perguruan tinggi. 14 Nurcholish pada tahun 1961 dengan bermodalkan surat memo dari gurunya, ia pergi ke Jakarta untuk masuk IAIN Syarif Hidayatullah. Ia masuk 12 Ini adalah sikap Abdul Madjid yang tetap setia pada gurunya Hasyim Ashari dan ia pun berpendapat bahwa kalau mau berpolitik ya tempatnya di Masyumi bukannya di NU. 13 Greg Burton, Gagasan Islam Liberal di Indonesia, h. 75 14 Kurikulum Gontor ditempuh untuk jangka waktu enam tahun dengan tiga tahun yang terakhir mempelajari metode-metode pengajaran. Maka sangat lazim bahwa alumni Gontor masih menetap di pesantren paling tidak untuk satu tahun lagi untuk mengajar. Adapun keberlangsungan ekonomi para guru sepenuhnya bergantung pada pesantren. Greg Burton, Gagasan Islam Liberal di Indonesia, 75 pada Fakultas Adab, jurusan Sastra Arab. Pada tahun 1968 ia menyandang gelar sarjana dengan predikat terbaik. Setelah lulus dari IAIN, Nurcholish banyak disibukkan dengan tugasnya sebagai ketua HMI dan sebagai intelektual muda yang banyak menggulirkan ide- ide penyegaran keagamaan ummat. Pada tahun 1973 datang dua 2 orang intelektual terkemuka ke Indonesia, yaitu Leonard Binder dan Fazlur Rahman. Kedatangan dua intelektual senior ini untuk mencari peserta seminar dan lokakarya yang bertempat di University of Chicago yang didanai oleh Ford Foundation. Sebenarnya kedua orang ini pilihannya jatuh pada HM Rasyidi, namun HM Rasyidi sudah terlalu tua sehingga pilihan berikutnya jatuh pada Nurcholish Madjid. 15 Untuk mengikuti program itu Nurcholish harus menjadi pegawai negeri sipil PNS terlebih dahulu. Ia pun dilantik menjadi tenaga LIPI yang menurut Komaruddin Hidayat pilihannya sebagai tenaga LIPI sangat tepat untuk menunjang intelektualnya. Karena di LIPI dibiasakan ilmiah, empris, dan rasional, serta pergaulannya dengan para ilmuan yang relatif setia dengan etika keilmuan. 16 Selesainya di program tersebut, Nurcholish meminta pada Leonard Binder agar ia dapat kembali ke Chicago untuk melanjutkan studi ke Pasca sarjana. Sebetulnya minat awal Nurcholish dalam kajian politik di bawah bimbingan Leonard Binder, namun Fazlur Rahman mengajarknya untuk studi kajian ke- Islaman di bawah bimbingannya. 17 15 Greg Burton, Gagasan Islam Liberal di Indonesia, h. 84 16 Untuk kepentingan karir keilmuan dan pembentukan sikap yang ilmiah, serta lingkungan kerja yang kebetulan di sebuah lembaga penelitian LIPI Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Dia Cak Nur sangat beruntung mendapatkan tempat kerja dengan minat dan bakat intelektualnya, Lihat Komaruddin Hidayat “Kata Pengantar”, Islam Agama Peradaban, h. xiii 17 Greg Burton, Gagasan Islam Liberal di Indonesia, 85 Selama di Chicago, Nurcholish semakin jelas arah dan bentuknya yang sangat dipengaruhi oleh gagasan Neo Modernisme Fazlur Rahman. Ia berusaha memadukan tradisi Islam klasik dengan dunia modern, atau dengan kata lain menjadi modern dengan tetap mengapresiasi tradisi. Hal ini bisa kita lihat dari karya-karya Nurcholish yang selalu bercorak keislaman dan kemodernan. 18 Nurcholis menyelesaikan kuliahnya di Chicago pada tahun 1984 dengan predikat Cum Laude, dengan judul disertasi, Ibn Taymiya on Kalam and Falsafah: A Problem of Reason and Revelation in Islam Ibn Taymiya Dalam Ilmu Kalam dan Filsafat: Masalah Akal dan Wahyu dalam Islam. 18 Muhammad Afif, Teologi Islam tentang Agama-agama: Studi Kritis terhadap Pemikiran Nurcholish Madjid, Tesis, Sarjana Pemikiran Islam, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2003, tidak diterbitkan, h. 29

BAB III GAMBARA UMUM TENTANG ETIKA